Class Review 12
Rumitnya masalah Papua Barat, masih akan terus menjadi bahan
perbincangan para ahli politik dunia. Permasalahanya yaitu sulit mengerti dan
mempraktekan arti dari makna persatuan dan kesatuan nasional Papua Barat itu
sendiri. Setiap kelompok ingin menonjolkan dirinya sendiri. Tidak ada yang mau
kalah. Ini adalah persoalan-persoalan dasar di Papua Barat yang kini
memperpanjang perjuangan. Kita tidak bisa menyalahkan Indonesia sendiri. Disini
para pemimpin Papua Barat harus menginropeksikan diri sendiri dan menyadari
adanya persoalan dasar ini. Yang kita perlu adalah kesadaaran akan hal ini dan
mencari jalan keluar bersama-sama mengatasi persoalan dasar ini.
Melalui tulisan-tulisan ini mungkin akan memberikan banyak
pencerahan untuk masa depan Papua dalam bingkai NKRI. Tidak melalui pelepasan
Papua dari NKRI, Tapi sama-sama bahu membahu dalam mencari jalan keluar yang
terbaik untuk kedepannya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis argumentative
essay ini. Seperti yang sudah dikatakan oleh Ken Hyland dalam bukunya “Teaching
and Researcing Writing” (second edition) halaman 80. Bahwa process of writing
is:
1.
Problem Solving : Iinvension
Strategy
Extensive
Planning
2.
Generative : Discover
Explore
3.
Recursive : Constan Review
4.
Development : Process
Setiap kualitas penulis yang baik itu selalu lahir dari pembaca
yang hebat (Ken Hyland). Pertemuan kemarin masih mengenai revisi paper
argumentative essay mengenai Papua. Ada banyak hal yang mesti saya revisi dari
paper yang sudah saya buat. Mulai dari judul yang kurang tepat. Dan untuk
setiap reasoningnya harus dipayungi oleh strategy-strategy khusus agar menjadi
pondasi yang kuat untuk tulisan saya. Karena menurut neliau, strategy ini
seperti atap untuk rumah. Selanjutnya, dalam argumentative essay kali ini, jika
memungkinkan untuk mencantumkan beberapa conflik yang ada di Papua akan lebih
baik untuk mengambil data dari teks “Don’t Use Your Data as a Pillow” (Ebben).
Mr. Bumela juga memberikan saran untuk mencantumkan sejarah
ndonesia historical pauses di Indonesia dari tahun :
1.
1908
2.
1928
3.
1945
4.
1960
Inilah yang disebut historical pauses tentang apa saja yang terjadi
di Indonesia dalam kurun waktu btersebut.
Disini saya akan memnyebutkan beberapa sejarah yang pernah terjadi
di Indonesia yang terhubung langsung dengan Papua. Kronologi sejarah
memperlihatkan point penting dari sejarah perjalanan Papua.
Chronology of history will reveal
important points of the history of Papua
1)
1292 - 1521 Majapahit Empire rule in
Indonesia, including Papua
2)
The agreement signed in 1660 between
Tidore and Ternate,
under the auspices of the Netherlands, the document states that the King of
Tidore Papua
3)
1828 the Dutch set up an
administrative post in the Fakfak, Papua
4)
1898 the Dutch set up an
administrative post in Manokwari
5)
1918 Netherlands mistake was
its constitution to include the whole of Indonesia, including Papua
6)
1942, Japan beat Netherlands,
consequently occupy Indonesia, including Papua
7)
August 17, 1945 Indonesia declared its
independence for the entire
region, including Papua
8)
1945 Dutch tried to hold
back the newly independent Indonesia July 20, 1947 First "Police Action" by Netherlnads
9)
1947 Agreement signed Linggarjati
10)
Renville Agreement was signed in January 1948
11)
December 18, 1948 The second "Police Action"
by Dutch
12)
23 August to 2 November 1949 Round Table Conference
in The Hague
13)
27 November 1949 The Hague Agreement is
signed, the Dutch recognized Indonesian independence but remains unresolved status
of Papua
14)
January 1952 Netherlands mistake was its constitution to
include within its own territory Papua
15)
1959 The Netherlands chose a regional council
in Papua
16)
2 September 1961 the Dutch Minister of Foreign Affairs presented a proposal
to the
General Assembly about the future of
Papua
17)
January 17, 1962 Acting Secretary General of
the United Nations and the Netherlands invited Indonesia to discuss
the issue of Papua.
18)
March 11 1962 The Acting Secretary-General
U Thant appointed
Amb. Elseworth Bunker
as a mediator.
19)
2 April 1962 the United States informed
the Dutch proposal to resolve the Papuan
problem under "Bunker
Plan."
20)
13 April 1962 Dutch Cabinet reluctantly agreed to
the Bunker Plan.
21)
May 25, 1962 the UN made public the details of
the Plan Bunker
22)
August 15, 1962 The New York Agreement signed by
Indonesia and the Netherlands.
23)
October 1, 1962 UNTEA Administration
begins in Papua.
24)
January 1, 1963 official Indonesian flag flying alongside the
flag of the UN.
25)
March 13, 1963 Indonesia will establish
diplomatic relations with the Netherlands.
26)
May 1, 1963 UNTEA transfer administration of Papua into Indonesia.
27)
July 14, 1969 The Act of Free Choice
begins with the
sound uninamous Merauke Merauke Assembly to remain
with Indonesia.
28)
July 17, 1969 The Act of Free Choice was conducted in Wamena Wamena
sound Uninamous by the Assembly to remain
with Indonesia.
29)
July 19, 1969 The Act of Free Choice
Nabire done with
sound uninamous by
Nabire Assembly to remain with Indonesia.
30)
July 23, 1969 The Act of Free Choice was done in
the Fakfak with sound
uninamous by the Fakfak
Assembly to remain
with Indonesia.
31)
July 26, 1969 The Act of Free Choice was conducted in Sorong to Sorong sound uninamous
by the Assembly to
remain with Indonesia.
32)
July 29, 1969 The Act of Free Choice was conducted in Manokwari Manokwari
sound uninamous by
the Assembly to remain
with Indonesia.
33)
July 31, 1969 The Act of Free Choice
was conducted in Biak Biak sound uninamous by the Assembly
to remain with
Indonesia.
34)
August 2, 1969 Final Assembly meeting in Jayapura
Jayapura sound uninamous
by the Assembly to
remain with Indonesia, to end the Act of
Free Choice.
35)
6 November 1969 the UN Secretary General U
Thant presents its
report to the General Assembly on
the Implementation of the Act of Free.
36)
19 November 1969 UNGA adopted Resolution
2504 (XXIV) recognizes
Papua as part of
Indonesia.
37)
21 November 2001 Indonesia grants special autonomy for Papua.
Kesimpulannya adalah, masa lalu tidak akan pernah berlalu. Bangsa
yang besar adlah bangsa yang mampu menghargai sejarah bangsa lain seperti
bangsa Papua. Karena orang yang tidak menghargai sejarah bangsa lain, iapun
akan tidak dihargai oleh orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic