We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Jumat, 14 Maret 2014

Mengarungi enam komponen dalam writing

   
Tak terasa sudah lima minggu ini kita lalui. Itu berarti sudah hampir setengah semester, kita bersama dalam mata kuliah writing empat ini. Dalam satu bulan pertamam ini, banyak kejadian dan pengalaman yang didapat. Contohnya dalam tugas critical review, karena tugas critical review itu baru ada pada semester sekarang, maka dari itu banyak sekali pengelaman dan pengetahuan  baru yang kita dapatkan. Salah satunya yaitu bagaimana cara membuat critical review, terlatih dalam menulis yang banyak, dan diberi dedline (batasan waktu). Kemudian dalam segi proses, karena kita sering dilatih menulis, menulis, dan menulis,  maka kita semakin lancar dan terbiasa dalam menulis. Walaupun pada awal-awalnya kita merasa  terpaksa. Bukan hanya dalam hal menulis, kitapun sering dilatih dalam hal membacanya. Karena dalam hal membuat classriview itu kita diwajibkan untuk membaca buku tertentu, namun yang pasti harus berhubungan dengan tema atau pembahasan yang sedang diperbincangkan. Oleh karena itu, berawal dari paksaan, namun lama- kelamaaan bisa menjadi suatu kebiasaan apabila hal tersebut sering dilakukan. 
            Saya sedikit kaget ketika Mr Lala mengatakan bahwa kelas kita (PBI.C) itu paling down di antara empat kelas tersebut. Karena di kelas PBI.C yang tugasnya harus di kirim diblog itu sangat sedikit yaitu hanya beberapa orang saja. Padahal peraturannya itu, sehari sebelum pertemuan di kelas, tugas critical review sudah harus ada diblog. Oleh karena itu, untuk minggu depan jika tugasnya belum dimasukkan ke blog kelas masing- masing, maka mereka tidak diperbolehkan untuk mengikuti mata kuliahnya.
            Seperti yang beliau katakana bahwa sekarang bukan saatnya untuk bermain-main, sekarang kita harus sangat serius dan sungguh-sungguh dalam belajar. Karena standar akademik kita akan selalu  naik. Oleh karena itu, ini bukanlah untuk main-main belaka. Mengapa ? karena kampus kita IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini akan berubah menjadi UIN. Maka dari itu, mahasiswa, osen, maupun fasilitasnya akan terus ditingkatkan. Karena kampus kita ini sedang berproses menjadi UIN.
            Pada pertemuan yang kelima ini masih membahas mengenai tugas critical review yang kemaren, yaitu membahas tentang classroom discourse. Kemudian untuk tugas critical review maendatang akan menggunakan bahasa inggris. Kemudian yang tadinya harus memenuhi syarat minimal 2500 kata, maka karena sekarang menggunakan bahasa inggris minimalnya 1000 kata. Menurut Mr Lala, kalian itu lebih banyak membahas kata-kata atau kalimat yang tidak penting. Seharusnya kita harus lebih banyak mempunyai ide untuk membahas topic yang akan dibahas. Kemudian peper kalian lebih membahas buku, menulis, dan pembaca. Seharusnya kita lebih focus pada historinya. Sebab, historinya itu akan berhubungan dengan literacy.
            Ada pepatah mengatakan bahwa “literat” atau orang yang bisa menulis adalah orang yang bisa membuat sejarah. Oleh karena itu,  siapapun orang yang bisa menulis dan pandai menulis, maka dia adalah orang yang bisa menciptakan sejarah. Sedangkan sejarah sangat berkaitkan dengan literacy. Orang yang bisa membolak-balikkan sejarah adalah orang yang literacynya sangat tinggi. Oleh karena itu, marilah kita tingkatkan kemampuan membaca dan menulis kita, karena semakin kita bisa membaca dan menulis, maka semakin kita akan bisa menguasai dunia.
Ada tiga tingkatan kategori dalam kesalahan, di antaranya yaitu :
Ø  Weakness => budaya yang tidak punya aturan
Ø  Mistake    => belum memenuhi syarat dalam structure
Ø  Ignorance

Apabila kesalahan dalam proses belajar atau latihan itu terjadi satu, dua atau tiga kesalahan, maka itu wajar dan bisa dimaklumi. Tetapi jika kesalahan itu terjadi berkali-kali atau terus – menerus, maka itu tidak wajar. Karena belajar adalah progress, bukan ignorance (semakin buruk).

Menurut Mr Lala pada pertemuan kemarin, “ saya tidak kecewa, tetapi saya tidak senang ( I am not disappointed, but I am not happy). Karena dalam tulisan kalian, masih banyak terdapat kesalahan dan masih belum sesuai dengan harapan saya. Kemudian cita rasa pada tulisan kalian itu masih belum ada. Nah, apabila pada tulisan kalian itu ingin mempunyai literasi, maka kalian juga harus banyak dan sering membaca.
Jika anda mendapatkan suatu informasi, maka anda telah boleh menunda informasi yang penting atau crusial, maka anda harus segera ditulis atau praktekkan, agar tidak lupa atau informasi dan ide tersebut akan hilang.

Rymes (2008) hal 13, bahawa definisi simple dari discourse adalah bahasa yang digunakan. Apa sih manfaat ketika kita mempelajari atau menganalisis wacana kelas? Beberapa manfaat ketika kita mempelajari atau menganalisis kelas, yaitu untuk memahami secara umum perbedaan komunikasi antara kelompok-kelompok sosial, mengetahui karakter masing-masing siswa dan sebagainya.
 Rymes (2008) hal 14, sebuah kata yang digunakan itu semuanya tergantung pada konteksnya. Classroom adalah contoh konteks utama dan paling jelas untuk wacana kita akan diteliti. Namun “konteks” untuk menganalisis wacana kelas juga bisa diluar kelas. Dalam komponen yang berbeda darin membicarakan kelas, dan apa saja yang mencakup konteks yang mempengaruhi dalam kelas. Konteks itu dapat dibatasi oleh batas-batas yang sesuai dari bahasa yang sesuai di sekolah. Tetapi oleh batas-batas yang sesuai wacana bahasa dalam pelajaran berakhir. Meskipun kita akan melihat pembicaraan yang terjadi di dalam kelas, semuanya mengatakan di dalam kelas juga di pengaruhi, untuk berbagai tingkat dengan konteks di luar kelas. Dalam berbagai situasi penelitian kelas telah menunjukan bahwa interaksi kelas telas menunjukkan bahwa interaksi kelas secara dramatis. Sedangkan wacana di luar konteks kelas memiliki lebih luas berbagai kemungkinan yang dapat diterima dan juga lebih produktif.
Di bawah ini ada beberapa kesalahan yang terbesar kita ketika menulis critical riview classroom discourse, yaitu:
Ø  Terjebak dalam hal-hal sepele atau dengan kata lain itu terjebak dalam hal-hal yang tidak penting.
Ø  Tidak akrab atau dekat dengan kata kunci mengenai wacana kelas.
Ø  Menceritkan fakta-fakta tentang konflik agama tanpa menunjukkan sudut pandangnya.
Ø  Struktur generik tidak dibangun dengan baik.
Ø  Pola referensi yang hilang.

Itulah beberapa point kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh kita sebagai penulis ketika menulis critical riview. Banyak hal-hal atau kalimat yang seharusnya tidak kita tulis, namun kita menulis dan membahasnya. Akan tetapi, kesalahan-kesalahan yang tadi disebutkan, seharusnya bisa kita jadikan pelajaran untuk kita semua. Agar dilain kesempatan kita bisa memperbaiki kesalahan tersebut dan bisa membuat class riview yang lebih baik lagi.
Bakhtin (1986), seperti yang dikutip oleh Hyland (2002) bahwa bahasa dialogis adalah percakapan antara penulis dan pembaca dalam suatu kegiatan yang sedang berlangsung.

Kemudian ia juga berpendapat bahwa menulis berarti mencerminkan jejak kegunaan sosialnya karena hal ini terkait dan selaras dengan teks-teks lain yang di atasnya itu membangun dan yang mengantisipasinya.

Dari pengertian Bakhtin yang intertektualisasi itu menunjukkan bahwa wacana itu selalu terkait dengan wacana lain, baik saat mereka berubah dari waktu ke waktu dan dalam kesamaan mereka pada setiap waktu. Ini menunjukkan bahwa teks pengguna kejaringan teks sebelum dan sebagainya menyediakan sistem pilihan untuk membuat makna yang dapat dikenali oleh teks pengguna lain. Karena mereka membantu menciptakan makna yang tersedia dalam suatu budaya, konvensi yang dikembangkan dengan cara ini menutup interpretasi tertentu dan membuat pilihan retoris tertentu saat menulis.

Pada pertemuan minggu lalu Mr Lala juga berbicara bahawa kita itu belum menulis, namun hanya memenuhi kebutuhan saja. Maksudnya begini, walaupun kita menulis classriview atau critical riview, itu bukan dikatakan menulis. Karena kita semua menulis jika diperintahkan dan jika ada tugas saja. Tetapi jika tidak ada perintah seperti itu, maka kita semua tidak akan menulis. Itu berarti menulisnya hanya memenuhi kebutuhan saja, yakni bukan karena ingin menulis. Contohnya, ketika membahas mengenai sejarah Amerika Serikat atau mengenai columbus dan Howard zinn. Nah, apakah kalian semua mau membaca tentang sejarahnya Columbus atau Amerika Serikat jika saya tidak menyuruh kalian untuk membaca?
Di bawah ini ada beberapa issue kata kunci dalam menulis, yaitu:
Key issu in writing
·        Writing in context
·        Writing and expertise
·        Writing and culture
·        Writing  and technologi
·        Writing and genre
·        Writing and identity

(Hyland:44) pada bab ini menjelaskan mengenai isu-isu yang ada dalam writing. Yaitu terdiri dari konteks, culture, tehcnologi, genre dan identity. Semuanya itu masih berhubungan dengan menulis.
A.    Writing in context  
Seperti yang kita ketahui bahwa bab satu ini membahas mengenai cara untuk kita bisa mengerti dan mengembangkan pemahaman mengenai teks. Dalam tulisan, konteks menjadi salah satu unsur untuk adanya interaksi. Seperti halnya interaksi dalam kehidupan. Kita sebagai manusia (makhluk sosiala) yang membutuhkan interaksi dengan makhluk sosialnya. Ini bisa dikatakan dengan hal menulis. Karena pembaca dan penulis  harus bisa berinteraksi dengan baik. Agar pesan yang tergantung dalam sebuah tulisan akan tersalurkan kepada para pembaca.

Van Dijk on context 2008. Berpendapat bahwa konteks bukanlah situasi atau keadaan sosial yang berpengaruh pada discourse. Misalnya, konteks itu bukan dalam hal tulisan saja. Melainkan dalam kehidupan sehari-haripun ada. Karena konteks itu berkaitan dengan interaksi. Seperti ketika manusia atau individu yang berinteraksi dengan masyarakat atau kelompok yang lainnya.
Selain Van dijk, (Halliday:1985) juga berpendapat mengenai conteks. Menurut Halliday, menurutnya ada tiga unsur yang ada dalam konteks, di antaranya adalah:
a.       Field, yaitu mengacu pada apa yang terjadi, atau sedang membicarakan apa pada teks tersebut.
b.      Tenor, yaitu mengacu pada siapa yang berperan dalam atau yang mebgambil dan hubungan pesertanya.
c.       Mode, yaitu mengacu pada informasinya. Bagaimana caranya seorang penulis agar informasi yang ada dalam tulisannya itu bisa tersampaikan oleh pembaca.
B.     Literasi (writing and expertise)
Seperti yang kita ketahui dan bahas mengenai pengertian literasi sebelumnya. Literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Namun semakin berkembangnya zaman, maka pengertian literasipun semakin mengikuti zaman pula. Seperti literasi adalah kemampuan untuk mengembangkan potensi diri.

            Menurut Ken Heyland (2002:48) bahwa literasi itu akan berkaitan dengan sejarah kehidupan manusia. Oleh karena itu, mengapa kita harus bisa atau mampu berliterasi dengan baik dan benar. Karena orang yang literasinya tinggi, dialah orang yang akan membolak-balikan sejarah. Dan juga mampu menguasai dunia.
            Selain itu literasi juga berkaitan dengan beberapa aspek. Terutama dalam aspek sosialanya. Seperti yang Mr Lala katakan minggu lalu, bahwa literacy sangat erat kaitannya dengan history. Sedangkan sejarah dan literasi itu akan menjadi sebuah praktek sosial. Artinya, semua praktek literasi berkaitan dengan kehidupan kita. Yaitu dengan kata lain, “ literacy is something we do”.

C.    Wriing and Culture
            Gagasan atau ide adalah pengalaman penulis dan praktek-praktek literasi yang akan mempengaruhi mereka. Karena budaya juga erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Bahkan budaya tidak bisa dipisahkan oleh manusia.
Secara umum, budaya dapat dipahami sebagai histori yang ditransformasikan dan jaringan suatu makna yang membuat kita untuk memahami dan mengkomunikasikan pengetahuan dan pengalamannya tentang dunia. (Lantolf:1999)
D.    Writing and technology
Technologi menjadi salah satu aspek dalam hal menulis. Jika kita ingin menjadi orang yang literat yaitu orang yang tingkat literasinya tinggi. Maka kita harus berperan dalam berbagai media. Baik itu media cetak maupun elektronik. Banyak yang terakhir memiliki dampak yang besar mengenai bagaimana cara kita menulis, membaca genre yang kita buat, identitas pengarang yang kita asumsikan.
E.     Writing and Genre
Genre adalah istilah yang untuk mengelompokkan teks bersama-sama penggunaan bahasa penulis untuk menulis sesuatu yang si penulis ketahui atau yang ia ingin tulis setiap sesuatu itu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Begitu pula dengan genre teks itu memiliki tujuan tertentu atau berbeda. Di samping tujuannya, dalam strukture keseluruhan, fitur linguistik tertentu dan yang pasti dalam budayanya juga tertentu.
F.     Writing and identifity
            Ada beberapa pengertian mengenai identitas yang dilihat dari konsep plural, yang diartikan secara sosial, juga dinegosiasikan melalui seorang penulis dalam sebuah wacana. Namun pilihan itu diambil dari ideologi yang membangun literasi (Hyland:2002,7).
            Ketika menulis dalam tulisan kita, akan muncul identitas kita. Jika tulisan kita itu unik dan bagus, maka cita rasa maupun identitasnya  akan berbeda dengan tulisan kita yang biasa-biasa saja. Bukan hanya tulisan yang akan menentukan identitas kita. Dalam hal pekerjaan pun begitu. Contohnya penyanyi dan komedian, masyarakat akan mengetahui identitas dari masing-masing dan itu akan berbeda-beda.
            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang namanya konteks dalam sebuah tulisan itu akan berkaitan dengan interaksi. Sedangkan interaksi itu sendiri berhubungan dengan sosial. Kemudian dalam uraian di atas terdapat enam komponen yang harus ada dalm sebuah tulisan yaitu, writing in contex, writing and expertise, writing and culture, writing and technologi, writing and genre dan writing identity. Jika dalam tulisan ada yang kurang dalam salah satunya, maka cita rasa tersebut akan hilang pula.














































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic