Chapter
Review
Buku
tidak hanya sekedar jendela dunia dan untuk melihat keindahan dibalik itu perlu
ada kunci untuk membukanya yaitu membaca.
Literasi memang menjadi topic besar di dunia pendidikan Indonesia saat ini.
Literasi dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis (menurut Oxford
Dictionary 7th edition). Namun dalam dunia pendidikan literasi
jarang digunakan, yang sering digunakan adalah istilah pengajaran bahasa dan pembelajaran
bahasa. Bahkan dalam kamus besar bahasa Indonesia kata literasi itu
tidak ada, oleh karena itu kata literasi jarang digunakan di Indonesia.
Dalam
dunia pendidikan yang harus awal dikenalkan yaitu membaca dan menulis. Tetapi,
masyarakat Indonesia menganggap bila sudah dapat membaca dan menulis sudah
cukup. Mereka belum menyadari dan menggali betapa banyak khasiat pentingnya
membaca dan menulis untuk hidup mereka. Padahal kenyataannya literasi itu bukan
hanya kemampuan untuk membaca dan menulis saja, berhitung juga dapat disebut
sebagai literasi. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan di paragraph-paragraf
selanjutnya. Kebanyakan orang Indonesia menganggap literasi sebagai persolan
psikologi, yang melibatkan kemampuan mental dalam membaca dan menulis. Tapi,
kenyataannya literasi itu harus dipraktekan setiap hari. Supaya budaya literasi
akan terus berkembang di Indonesia.
Masyarakat
Indonesia menganggap bahwa literasi itu merupakan pembelajaran menulis. Lihatlah
dunia pendidikan di Indonesia, pembelajaran menulis hanya diberikan pada
jurusan-jurusan tertentu seperti sastra dan komunikasi. Kita mengambil contoh dalam sebuah universitas, padahal
semua mahasiswa membutuhkan keterampilan menulis. Tetapi yang perlu diketahui
bahwa orang bisa menulis itu karena sebelumnya ia membaca terlebih dahulu. Jadi,
kemampuan membaca harus lebih awal dikembangkan, khusunya bacaan atau teks
tentang akademik.
Kembali
lagi ke pembahasan tentang literasi. Sekarang ini banyak ungkapan literasi yang
muncul, seperti literasi computer, literasi visual, literasi matematika, literasi IPA,
dan lain sebaiganya. Kenapa muncul banyak ungkapan literasi yang tercantum
seperti di atas?? Bahwasannya bahasa itu harus mengikuti perubahan zaman. Namun
ada yang menggambarkan berbeda tentang literasi menurut Freebody dan Luke.
Sekarang ini sudah banyak objek studi tentang literasi,
bahkan berhubungan dengan studi budaya dan berhubungan dengan dunia sosial. Seperti
yang kita tahu bahwa budaya dan bahasa itu suatu kesatuan yang tidak pernah
terpisahkan. Semakin tinggi literasi di suatu negara, maka semakin bagus budaya
di negara tersebut. Contohnya ciri negara yang memiliki literasi yang tinggi
itu dapat menjadikan lingkungannya indah, terbebas dari sampah, dan nyaman.
Dengan adanya ciri lingkungan seperti itu terbentuk karena adanya apresiasi
masyarakat sosial yang baik. Masyarakat mampu bekerja sama satu sama lain, dan
itu membuktikan hubungan antara literasi, budaya dan dunia sosial. Literasi memliki
tujuh dimensi yang saling berkaitan, diantaranya:
·
Dimensi Geografis
Dimensi ini
berhubungan dengan tingkat pendidikan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang samakn tinggi pula
tingkat geografisnya. Geografis in maksudnya tingkat wilayah seperti regional,
nasional dan internasional. Contohnya siswa-siswi yang menngikuti OLIMPIADE,
maka semakin sering ia mendapatkan juara, maka semakin tinggi pula
tingkatannya.
·
Dimensi Bidang
Dimensi ini
mencakup bidang pendidikan, komunikasi, administrasi, hiburan, militer dan
sebagainya. Contohnya dalam dunia pendikan. Pendidikan yang berkualitas tinggi
dan gurunya dapat menjadikan siswanya memiliki literasi yang tinggi.
·
Dimensi Keterampilan
Ketempilan maksudnya
keterampilan dalam menulis, membaca, berhitung dan berbicara. Jadi, jangan
mengartikan bahwa literasi itu kemampuan membaca dan menulis saja, karena pada
hakikatnya berhitung dan membaca juga merupakan literasi. Orang bisa berhitung
dan berbicara karena adanya bahasa.
·
Dimensi Fungsi
Orang yang
mempunyai literasi yang tinggi aka mampu melakukan fungsi-fungsi di dalam
kehidupan, contohnya dapat memecahkan permasalahan, mencapai tujuan hidupnya
dan mengembangan potensi-potensi dalam dirinya.
·
DimensiMedia
Di zaman yang diperkaya
akan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), manusa harus mampu mengelola IPTEK
dengan baik. Bukan hanya bisa menulis dan membaca lewat buku atau tulisan saja.
Namun harus mampu melalui media, seperti media cetak, visual, digital, dan
lain-lain. Ilmu yang kita miliki juga harus diirngi dengan kemajuan teknologi
pada zaman modern.
·
Dimensi Bahasa
Literasi itu bukan hanya dalam
bahasa Indonesia saja. Tetapi, bahasa daerah juga ada, seperti literasi bahasa
Jawa, Sunda, Batak dan lain-lain. Dimensi bahasa ini berhubungan dengan
bagaimana kita berbicara, berapa banyak bahasa yang digunakan. Bila kita
menggunakan bahasa Inggris, Indonesia, Jawa, Sunda dan madura berarti kita
dapat disebut multilangual. Bila kita menggunakan bahasa Indonesia dan Jawa
maka kita disebut bilingual dan bila kita menggunakan bahasa Indonessia sebagai
bahasa sehari-hari satu-satunya maka kita disebut monolingual.
Dari ke tujuh
dimensi literasi dpat menunjukan betapa pentingnya literasi dalam kehidupan
kita. Bukan hanya ilmu bahasa saja, tetapi ilmu matematika (berhitung), ilmu
sosial(memecahkan permasalahan), ilmu psikologi (pengembangan potensi diri),
dan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Berarti literasi bukan hanya
terkait dalam satu ilmu saja, antara lmu-ilmu yang lain juga mempunyai keterkaitan.
Seiring dengan perubahan zaman, munculah istilah “Paradigma Literasi”, bahkan
perubahan zaman dapat menyebabkan perubahan pada paradigma litersa. Di bawah ini akan dijelaskan ihawal
literasi yang menyebabkan perubahan.
1.
Keterlibatan lembaga-lembaga sosial
Kita
sebagai makhluk sosial yang hidup ditengah-tengahh masyarakat harus mampu
berinteraksi dan bekerja sama dengan baik bersama lembaga-lembaga sosial (RT,
RW, Kepala Desa, Bupati, dll). Lembaga-lembaga sosial itu menjalankan faslitas
dengan bahasa, sehingga muncul adanya bahasa politik yang sering disebut oleh
rakyat. Politik di Indonesia memiliki ideologi yang tertulis maupun tidak
tertulis yakni ddikte oleh lingkungan sosial politiknya. Lingkungan sangat
berpengaruh terhadap bahasa politik dalam lembaga-lembaga sosial.
2.
Tingkat kefasihan relatif
Literasi
juga melibatkan kefasihan. Dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang
lain perlu fasih dalam berbahasa. Bila berbahasa itu tidak fasih maka lawan
yang kita ajak bicara akan merasa kebingungan dengan apa yang kita bicarakan. Kefasihan
diperlukan untuk memainkan peran fungsional dalam setiap interaksi. Dengan pern fungsional dalam kehidupan
sehari-hari untuk tingakat kefasihan relatf yaitu fungsi dalam berkomunkasi .
3.
Pengembangan potensi diri dan pengetahuan
Setiap
orang pasti mempunyai potensi dalam dirinya. Potensi itu dapat dikembangkan
oleh diri kita sendiri serta doronngan literasi membantu mengembangkan potensi
dalam diri kita. Contohnya literasi dalam menulis, seseorang itu memiliki
kemampuan atau potensi dalam menulis. Literasi mampu membantu mengembangkan
potensi menulis tersebut dengan memproduksi dan mereproduksi ilmu pengetahuan. Dengan
adanya ilmu pengetahuan mampu mengembangkan potensi menulis.
4.
Standar dunia
Sekarang
ini semua yang berkaitan dengan dunia pendidikan, khususnya dalam mengevaluasi
pasti merujuk pada tingkat Internasional. Bla kita merujuk pada dunia internasioanal maka kita
akan mengetahui sejauh mana kita dapat bersaing dengan dunia luar. Dapat di
ibaratkan bla kita bersaing dengan orang hevbat, maka kita akan mengetahui
kelemahan kita. Melainkan bila kita bersaing dengan orang yang biasa saja, maka
kita tidak akan mengalami kemajuan. Begitu pula dengan literasi, melalui PILRS,
PISA, dan TIMSS dapat mengukur hasil-hasil evaluasi dalam literasi tingkat
internasional. Diantaranya ilmu pengetahuan yang diujkan adalah matematika,
bahasa dan lmu pengetahuan alam.
5.
Warga masyarakat demokratis
Saat
ini Indonesia menganut paham demokrasi. Dimana dalam demokrasi (menutut
pandangan ilmu kewarganegaraan) bahwa rakyat memegang peranan penting dalam
pemerintahan. Tetapi, bukan hanya masyarakat saja yang ikut terlibat, media
juga ikut terlibat didalamnya. Media merupakan salah satu pilar demokrasi. Pendidikan
literasi di Indonesia harus mengacu kepada paham demokrasi supaya para
siswa-siswinya dapat menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dalam masyarakat.
6.
Keragaman lokal
Indonesia
memiliki banyak ragam budaya dan bahasa. Bila kita mempunyai literasi yang
tinggi maka kt harus mementingkan keragaman lokal sebelum ke tingkat nasional,
regional dan internasional. Sudah selayaknya kita sebagai penerus bangsa harus
mementingkan keragaman lokal. Berhubungan dengan literasi, sebelum kita membangun
literasi di ingkat internasional, ebana kita membangun literasi di tingkat
lokal terlebih dahulu, seperti pepatah mengatakan bahwa “lakukanlah hal
terkecil dahulu, sebelum melakukan hal yang besar”.
7.
Hubungan global
Seseorang
harus mampu bersaing dengan dunia luar. Bila ada seseorang yang takut bersaing
dengan dunia luar berarti ia tidak mau maju dan berkembang. Begitu pula dengan
dunia literasi. Literasi dalam hal ini tergantung dua hal yaitu penguasaan
teknologi informasi, dan penguasaan pengetahuan yang tinggi. Oleh karena itu,
kita sebagai manusia yanng hidup dizaman modern tidak boleh tertinggal dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat.
8.
Kewarganegaraan yang efektif
Dalam
mempelajari ilmu kewarganegaraan, kita mengenal dengan hak dan kewajiban. Keduanya
itu berbeda menurut pengertian dan maknanya. Literasi juga membekali manusia
dalam menjadikan warga atau masyarakat yang efektif. Efektf ini mempunyai beberapa
ciri, diantaranya :
a.
Mengubah dirinya ke
arah yang lebih baik.
b.
Dapat menggali potensi
yang ada dalam dirinya.
c.
Dapat menjaga
lingkungan dengan baik.
d.
Dapat berinteraksi
dengan keluarga, dan masyarak sekitar dengan rukun dan tentram.
9.
Bahasa Inggris ragam dunia
Banyak
orang yang mengatakan bahwa English is
international language, karena bahasa Inggris dipelajari hampir disemua
belahan dunia. Tetapi, mempelajari bahasa Inggris tidak menjadikan bahasa
Inggris sebagai bahasa pokok atau primer. Setiap negara pasti memiliki bahasa
lokal khas daerahnya masing-masing dan kita cenderung lebih banyak membangun
budaya literasi lokalnya. Bahasa Inggris yang sedang dipelajari kental dengan
negara masing-masing. Maka dari itu mengapa muncul adanya British style and
American style.
10.
Kemampuan berfikir kritis
Kritis
merupakan suatu sifat dari seseorang yang memilk ciri-cirina yaitu sering bertanya, selalu ingin tahu, rasa
penasaran yang tinggi tentang ilmu pengetahuan. Literasi sangat hebat
karena mampu mewujudkan sfat efektif, fasih dan kritis. Tisa sifat itu yang
perlu ada pada saat pengajaran bahasa. Tetapi bukan hanya pengajaran bahasa
saja, pengajaran matematika, ilmu pengetahuan sosial, dan ilmu lainnya harus
memiliki tiga sifat di atas.
11.
Masyarakat semiotik
Semiotik merupakan suatu ilmu
mengenai tanda. Budaya merupakan suatu tanda, dan bila ingin memahaminnya harus
mengerti literasi semiotik. Dalam bahasa, semiotik bisa dikatakan sintaksis,
semantik dan pragmatik. Ketiganya sama membahas tentang kajian dalam bahasa. Semuanya
tidak akan terlepas dari bahasa, karena yang pertama diucapkan adalah bahasa.
Semuanya tu
berawal dari kecil. Literasi akan berkembang apabila sejak dini literasi tu
diajarkan, dikenalkan dan dkembangkan oleh orang tua. Setiap anak hakikatnya
akan bertingkah laku seperti orang tuanya. Kalau orang tuanya tidak suka
membaca maka kemungkinan anaknya tidak menyukai membaca. Namun para orang tua
memilih dunia pendidikan atau instansi-instansi pendidikan unruk dapat
mengajarkan kepada anaknya yaitu ilmu pengetahuan. Dalam sekolah dasar tidak
hanya mengajarkan ilmu pendidikan saja, melainkan sikap, moral, tingkah laku,
budaya juga diajarkan kepada siswa-siswinya.
Sekolah mempunyai
cara untuk membangun literasi dengan adanya perpustakaan yang dapat menunjang
siswa-siswi untuk mengembangkan
kemampuan membaca. Begitu pula dengan adanya mading sekolah untuk mengembangkan
kemampuan menulis peserta didik. Dalam proses belajar mengajar, guru tidak
terlepas melatih peserta didik untuk berfikir inovatif, kreatif, dan aktif. Serta
ditunjang dengan bacaan yang dapat menjadikan peserta didik memiliki budaya
literasi yang tinggi. Sebab bila memiliki literasi yang tinggi dapat menjadikan
negar ini maju dan berkembang dan pastinya dapat bersaing dangan dunia luar
dalam sektor pendidikan, ekonomi, politik, dan sosial.
Kembali lagi ke
topik awal mengenai pembelajaran bahasa. Sekarang ini dalam mata pelajaran
bahasa mencakup empat aspek yaitu menulis,
membaca, menyimak dan berbicara. Namun yang jadi pertnyaannya “Apakah ke
empat aspek di atas berjalan dengan baik dalam prosesnya?”. Banyak guru bahasa
yang memberikan nilai hanya dengan mengisi soal-soal saja, tanpa mengetaui
sejauh mana kemampuan menulis dan membaca peserta didiknya. Dalam ranah
pendidikan juga mempunyai tiga aspek yaitu kognitif,
psikomotorik dan afektif. Seorang pendidik yang baik bukan hanya
mengajarkan teori-teori saja, namun juga harus dibarengi dengan ranah
psikomotorik.
Jadi dapat
disimpulkan bahawa di Indonesia jarng menggunakan kata literasi, dan yang sring
dipakai adalah kata proses belajar mengajar. Literasi bukan hanya mencakup
bidang pendidikan saja, melainkan bidang ekonomi, sosial, politik, dan lain
lain. Negara-negara yang maju pada sekarang ini dkarenakan mempunyai budatya
literasi yang tinggi. Literasi juga bukan hanya diartikan sebagai kemampuan
membaca dan menulis saja, melainkan kemampuan berhitung, mengembangkan potensi,
berfikir kritis dan mampu melakukan fungsi-fungsi dalam kehidupan. Rekayasa literasi
adalah upaya yang disengaja untuk menjadikan manusia yang terdidik dan
berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal, dan penguasaan bahasa adalah
pintu masuk menju ke pendidikan dan pembudayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic