Chapter Review
Definisi literasi
Semenjak saya masuk Sekolah Dasar sampai SMA belum
pernah sebelumnya saya mendengar kata literasi. Jadi apakah pengertian dari
literasi itu? Definisi lama literasi adalah kemampuan membaca dan menulis (7th
edition Oxford Advanced Learner’s Dictionary, 2005: 898). Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
akan menjadi pengajaran bahasa atau pembelajaran bahasa (Setiadi: 2010). Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). Sementara menurut badan pendidikan
dunia UNESCO, konsep literasi tidak lagi dimaknai secara sempit yang terbatas
pada kemampuan baca-tulis, tapi juga berkaitan dengan kemampuan memaknai teks,
seperti huruf, angka, dan simbol kultural, seperti gambar dan simbol secara
kritis. Jadi kesimpulan dari beberapa
pengertian di atas adalah bahwa literasi merupakan sebuah sistem pendidikan yang
tidak hanya mencakup kemampuan membaca dan menulis tapi juga menyangkut
memaknai teks dan simbol kultural.
Sementara literasi dalam arti luas seperti diungkapkan
di atas, sejatinya juga sudah cukup lama menjadi acuan UNESCO. Ini bisa
kita baca dari Literacy for Life, laporan UNESCO tahun 2006 tentang
literasi dunia. Di situ dinyatakan, literasi adalah hak dasar manusia sebagai
bagian esensial dari hak pendidikan. Terpenuhinya hak literasi memungkinkan
kita mengakses sains, pengetahuan teknologi, dan aturan hukum, serta mampu
memanfaatkan kekayaan budaya dan daya guna media. Singkatnya, literasi menjadi
poros upaya peningkatan kualitas hidup manusia. Karena itu, ia merupakan sumbu
pusaran pendidikan.
Literasi di Indonesia
Setiap perkembangan negara-negara yang ada di dunia
ini, selalu ditandai dengan berkembang atau meningkatnya kemampuan literasi
yang ada pada negara tersebut. Secara
umum, dalam bukunya yang berjudul “POKOKNYA REKAYASA LITERASI” Prof. Dr. A.
Chaedar Alwasilah mengungkapkan lima kelompok besar periodisasi metode dan
pendekatan. Semua dijelaskan secara
jelas dalam tulisannya tersebut. Setuju
atau tidak itulah faktanya.
Dalam lima kelompok besar periodesasi metode dan
pendekatan diterangkan menganai masa-masa berkembangnya literasi. Ternyata pendekatan literasi terdapat pada
urutan yang terakhir sebagai metode dan pendekatan yang diterapkan dalam dunia
pendidikan. Di Indonesia sendiri metode
dan pendekatan literasi baru diterapkan dalam kurikulum 2004. Disebutkan pembelajaran melalui metode ini
dilakukan melalui empat tahapan, yaitu: (1) membangun pengetahuan (building
knowlwdge of field), (2) menyusun model-model teks (modeling of text), (3)
menyusun teks bareng-bareng (joint construction of text), dan (4) menciptakan
sendiri teks (independent construction text)
Menurut sumber lain, dalam disiplin ilmu pendidikan, kemampuan
nalar sejatinya bertaut erat dengan literasi. Perlu dicatat, konsep literasi di
sini tak lagi dimaknai secara sempit yang terbatas pada kemampuan baca-tulis. Prof. Iwan Pranoto, guru besar matematika
Institut Teknologi Bandung, dalam sejumlah tulisannya mengingatkan soal
pendidikan bernalar. Kemampuan bernalar dalam konteks ini mencakup daya
berpikir logis, keterampilan mengolah informasi dari bacaan, dan kemampuan
menyimpulkan dengan pemikiran sendiri.
Masih dari sumber yang sama, jika kita ingin
menjadikan Indonesia menjadi sebuah negara yang memiliki literasi tinggi
seperti, Finlandia, Jepang, dan Amerika, maka tentunya kita harus mencontoh
pola pendidikan yang diterapkan di negara-negara tersebut. Yang pertama menempatkan buku sebagai pusaran
kegiatan pembalajaran. Yang kedua,
diperkenalkan dengan konsep buku dan berdialog dengan teks dan gambar sejak
usia dini, tentunya dengan dibantu oleh guru.
Yang ketiga, sejak usia sekolah dasar, siswa dikondisikan untuk belajar
memperkaya kosakata dan menumbuhkan daya analisis mereka menggunakan bacaan
berjenjang (leveled reading), yang disesuaikan dengan tingkat kognitif
dan kematangan mereka. Sebagai imbas
dari kebiasaan membaca berjenjang yang diterapkan di negara-negara tersebut
akan menumbuhkan cinta mereka terhadap membaca.
Singkatnya peningkatan literasi terkait erat dengan pengoptimalan
peran buku.
Meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan literasi di Indonesia, namun pada kenyataanya
berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh PIRLS (Progress in
International Reading Literacy Study), PISA(Program for International Student
Assessment), dan TIMSS (the Third International Mathematics and Science Study)
yang telah diikuti oleh Indonesia sejak tahun1999, ditmukan bahwa:
1.
Skor prestasi
membaca di Indonesia adalah 407 (untuk semua siswa), 417 untuk perempuan dan
398 untuk laki-laki. Angka tersebut
termasuk di bawah rata-rata negara peserta lainnya yaitu sekitar 500, 510, dan
493. Indonesia menempati urutan ke-5
dari bawah.
2.
Negara yang skor
prestasi membacanya tinggi (di atas rata-rata) ditandai dengan pendapatan
perkapita masyaraktnya dan berdasarkan indeks pembangunan manusia (HDI).
3.
Ditemukan tiga
kategori negara berdasarkan perbandingan skor membaca literacy purposes (LP)
dan informational purposes (IP).
Kategori pertama adalah negara yang nilai LP lebih tinggi daripada IP,
yang kedua adalah negara yang nilai IP lebih tinggi daripada LP dan kategori
yang terakhir adalah negara yang nilai IP relatif sama dengan nilai LP.
4.
Di Indonesia hanya
tercatat 2% siswa yang prestasi membacanya masuk dalam kategori sangat tinggi,
Pada perkembangannya literasi zaman sekarang tidak hanya menyangkut
kemampuan baca-tulis, melainkan sudah berkembang pesat. Literasi yang berkembang sekarang sudah
meliputi literasi teknologi, literasi membaca (bahasa), literasi matematika dan
literasi sains dan pengetahuan. Literasi
teknologi, dapat diartikan sebagai kemampuan melaksanakan teknologi yang
didasari kemampuan identifikasi, sadar akan efek hasil teknologi, dan mampu
bersikap serta mampu menggunakan alat secara aman, tepat, efesien dan
efektif. Literasi membaca dapat dibagi
menjadi tiga aspek utama, yaitu aspek struktur dan jenis wacana, aspek proses
membaca, dan aspek konteks pemanfaatan pengetahuan dan keterampilan membaca. Literasi matemaika tentunya berkaitan dengan
peningkatan kemampuan siswa dalam bidang studi matematika dan mampu
menaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan sains untuk
mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti
dalam rangka memahami serta membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang
dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (PISA, 2000). Literasi
sains dapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan aplikasinya bagi kebutuhan
masyarakat (Widyatiningtyas, 2008).
Menurut
Widyawatiningtyas, literasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan
menulis, atau kemampuan berkomunikasi melalui tulisan dan kata-kata. Adapun literasi
sains dan teknologi (literasi sains dan teknologi untuk semua orang yang
diusulkan untuk pendidikan dasar di Indonesia), dapat diartikan sebagai
kemampuan menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep-konsep sains,
mengenal teknologi yang ada beserta dampaknya di sekitar, mampu menggunakan produk
teknologi dan memeliharanya, kreatif membuat produk teknologi sederhana, dan
mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai.
Perkembangan literasi di dunia
Hidup di dunia ini pada dasarnya tidak ada
yang tidak mungkin, hanya masalah kemauan yang harus dibarengi dengan kerja
keras untuk meraih apa yang menjadi tujuan hidup kita. Berbeda kasusnya jika kita harus mengubah
pola pikir sebuah bangsa, yang tentunya tidak akan mudah. Jika terlalu dipaksakan tentu hasil yang
diperoleh tidak akan maksimal. Menurut
pendapat saya cara yang terbaik untuk memperbaiki ketertinggalan Indonesia
dalam hal literasi adalah dengan memperbaiki pola pikir para pemimpin bangsa
ini terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan memperbaiki pola pikir
masyarakatnya. Tidak perlu terburu-buru
untuk merubah pola pikir seluruh masyarakat di Indonesia, yang terpenting
adalah pelan tapi pasti.
Bukankah dalam data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) tahun
2007 meskipun Indonesia menempati urutan yang sama dengan tahun sebelumnya,
namun secara penilaian Indonesia mengalami kenaikan sebesar 0,005. Jika kita mengetahui sejarah manusia dalam
mencapai peradaban seperti sekarang ini adalah melalui sebuah proses yang
panjang, dimulai dari turunnya manusia pertama di muka bumi ini hingga hari
kiamat kelak dunia akan terus berkembang, begitu juga dengan kemampuan manusia
dalam hal literasi.
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI)
adalah pengukuran perbandingan dari harapan
hidup, melek huruf, pendidikan
dan standar
hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk
mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju,
negara berkembang atau negara terbelakang dan
juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas
hidup.
Sebuah negara
dapat dikatakan sebagai negara yang memiliki kemampuan literasi yang tinggi
jika memenuhi tiga kriteria yang telah ditentukan dalam IPM. IPM mengukur pencapaian rata-rata sebuah
negara dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia:
- hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran
- Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar , menengah , atas gross enrollment ratio (bobot satu per tiga).
- standard kehidupan yang layak diukur dengan logaritma natural dari produk domestik bruto per kapita dalam paritasi daya beli.
Setiap tahun Daftar negara menurut IPM diumumkan
berdasarkan penilaian diatas. Pengukuran
alternatif lain adalah Indeks Kemiskinan
Manusia yang lebih berfokus kepada kemiskinan.
Menurut sebuah
sumber yang di internet menyatakan: peningkatan literasi terkait erat dengan
pengoptimalan peran buku. Fungsi buku dan teks bukan sekadar rujukan, tapi juga
sebagai medium untuk berpikir kritis dengan cara mendiskusikan makna yang bukan
sekadar permukaan. Pendidikan yang melibatkan buku dan bahan bacaan (lebih dari
sekadar buku teks) sebagai sumber ajar akan memfasilitasi guru dan siswa dalam
proses pembelajaran yang dialogis, aktif, dan kritis. Buku tentu saja bukan satu-satunya faktor di
sini.
Peningkatan
literasi siswa juga mengandaikan perlunya guru dipersiapkan untuk menanamkan
pemahaman literasi dan mengajarkannya di kelas. Dengan begitu, siswa punya
kesempatan meningkatkan daya literasi mereka di sekolah. Dari
ketengan tersebut dapat disimpulkan bahwa, alasan mengapa Bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang tertinggal dalam hal literasi adalah karena kita (Bangsa
Indonesia) tidak menerapkan pengetahuan tentang literasi sejak dini.
Solusi dalam
mengatasi ketertinggalan Indonesia dalam hal literasi.
11 gagasan ihwal literasi sesuai dengan tantangan zaman dan perkembangan
ilmu pengetahuan sekarang ini.
1.
Ketelibatan lembaga-lambaga
sosial.
2.
Tingkat kefasihan yang relatif.
3.
Pengembangan potensi diri dan
pengetahuan.
4.
Standar dunia.
5.
Warga masyarakat demokratis.
6.
Keragaman lokal.
7.
Hubungan global.
8.
Kewarganegaraan yang efektif.
9.
Bahasa Inggris ragam dunia.
10. Kemampuan
berpikir kritis.
11. Masyarakat
semiotik.
Dari 11 hal di
atas kita bisa menilai sendiri apakah Indonesia sudah termasuk negara yang
sudah berliterasi tinggi atau masuk termasuk dalam katergori rendah?
Untuk mengatasi ketertinggalan Indonesia dalam bidang literasi ini, yang
paling mendesak untuk segera dilakukan mengubah atau merevisi paradigama lama
yang telah usang dan menggantinya dengan paradigma yang lebih merefleksikan
kebutuhan berliterasi di era ketika siswa dikelilingi teks, informasi dan
gambar dari perbagai penjuru dunia.
Upaya strategis yang bisa kita lakukan untuk menumbuhkan daya literasi
Indonesia secara menyeluruh dan berkesinambungan adalah dengan memulainya dari
pendidikan di sekolah. Mengapa
disekolah? Karena di tempat itulah siswa diajarkan berbagai hal yang berkaitan
dengan bidang literasi.
Kesimpulan dari semuanya adalah bahwasanya literasi segala sesuatu yang berhubungan
tidak hanya dengan baca-tulis tetapi juga dengan semua hal yang kita lakukan dalam
kehidupan sehari-hari. Literasi akan
selalu berkembang dan terus berkembang sampai akhir kerena itulah kodrat manusia
yang tidak akan pernah merasa puas dengan suatu hal.
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_Indeks_Pembangunan_Manusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic