Gema suara adzan subuh seakan mengusik sang pemimpi yang tengah lelap dalam dekapan selimut di atas tilam yang tak pernah jenuh menahan beban, yang tak pernah absen menemani tuan mereka saat malam menjelang. Aku terjaga dari tidur yang setidaknya mampu melepas kepenatan dari segala rutinitas yang cukup melelahkan. Ku bergegas mempersiapkan semua atribut yang aku butuhkan untuk menghadapi pertemuan ke-5 ini. Ku langkahkan kaki ku menuju tempat dimana aku akan memulai perkuliahan yang mampu membuat otakku terasa begitu penat bahkan membuatku lelah hingga tubuhku bercucuran keringat. Yah, hari demi hari mata kuliah Writing 4 semakin menguras tenaga dan pikiran ku, sungguh suatu hal yang sangat melelahkan bagi ku, karena minggu ini merupakan awal dari puncak pertempuran kami dalam mata kuliah Writing 4.
Menulis seribu kata dalam bahasa Inggris adalah suatu hal yang tidak mudah bagi saya dan kawan-kawan. Apa lagi pada saat itu, kami hanya diberi waktu 30 menit untuk menuliskan sesuatu tentang Howard Zinn. Berikut ini adalah hasil dari tulisan saya tentang siapakah sosok Howard Zinn :
Howard Zinn as a Phenomenal Figure
Talking about a phenomenal figure, howard Zinn is one phenomenal figures who could even be an inspiration for his generation. He is an American historian who wants to provide a space for those who were defeated by the regime. Not only that, he is also someone who is anti- violence and reject whatever reason that is used to support a war. He has his own role in making changes. Like the belief that he had said and now widely remembered and quoted by many people, "little action when multiplied millions of people will change the world."
On the other hand, Howard Zinn also wrote the book “People's History of the United States”. This book shows many presumed preference for minorities, the working class, Native Americans and minorities of color. The interesting thing of this book is about his courage to reveal the dark side of the history of the Americas. He is one of the people who brave say that Christopher Colombus is not a discoverer Amerika. Even he said that Chirstopher Colombus is a wicked mad, a miser, and a murderer. Christopher Columbus was not only that he made in his speech targets but also the historians who write naive version of the arrival of the colonists. These include Harvard historian Samuel Elliot Morison.
Most of his academic creations, such as interview, writing, and explanation include the critical about Amerika as the Industry war country. Therefore, he is regarded as one of the phenomenal figure who can inspire his generation. Noam Chomsky, his close friend also said that Zinn is a model and inspiration for those who seek justice and peace.
Beralih ke pembahasan lain, sejarah itu selalu terkait dengan praktik literasi dan hanya orang-orang yang berliterasi yang mampu membuat sejarah. Namun dalam hal tersebut sekali lagi kita telah gagal menyinggung ke arah literasi, kebanyakan yang disinggung hanyalah sejarahnya saja. Maka tak heran jika pak Lala pun mengatakan bahwa, “discourse bukan hanya menyuguhkan teks, tetapi juga menyuguhkan konteks”. Memang kita selalu kesulitan dalam area konteks, dan beliau pun menuturkan bahwa penulis pemula selalu gagal pada area konteks tesebut. Padahal pencangkupan konteks itu luas, ia bisa saja merujuk pada sudut pandang histori, politik, religious, ataupun yang lainnya. Hal tersebut seperti contoh dalam artikel Speaking Truth to Power with Books karya Howard Zinn yang mengaitkan sejarah dengan perspektif antropologi, namun bisa saja itu juga merupakan perspektif politik yang dibuat oleh Howard Zinn.
Dalam buku Lehtonen (2000) mengatakan bahwa, konteks mencangkup semua hal yang penulis dan pembaca bawa ke dalam proses pembentukan makna. Dibawah ini merupakan 8 parameter konteks:
1. Subtance (pokok)
Materi fisik yang membawa atau relay teks
2. Music and picture
3. Paralanguage
Perilaku yang berarti bahasa yang menyertainya, seperti kualitas suara, gerak tubuh, ekspresi wajah dan sentuhan (dalam kecepatan), dan pilihan dari jenis huruf dan ukuran huruf (secara tertulis).
4. Situation
Sifat dan hubungan objek dan orang-orang disekitarnya teks, seperti yang dirasakan oleh para peserta.
5. Co-text
Teks yang mendahului atau mengikuti yang di bawah analisis, dan yang peserta menilai milik wacana yang sama.
6. Intertext
Teks yang peserta anggap sebagai milik wacana lain, tetapi yang mereka persekutukan dengan teks di bawah pertimbangan dan yang mempengaruhi interpretasi mereka.
7. Participant
Niat dan interpretasi mereka, pengetahuan dan keyakinan, sikap interpersonal, afiliasi dan perasaan.
8. Function
Apa teks dimaksudkan untuk melakukan oleh pengirim dan addressers, atau dianggap dilakukan oleh penerima dan addressers.
Menurut pak Lala, di pertemuan minggu ini lagi-lagi kami membuat kesalahan pada tugas critical review kedua kami. Kesalahan yang kami lakukan ketika menulis critical review baik itu yang pertama maupun kedua adalah mayoritas dari kami, masih banyak yang terjebak dalam menentukan sudut pandang mana yang sebenarnya harus lebih di utamakan oleh kami. Selain itu, tulisan yang kami buat belum bersifat akademik, karena masih banyak hal-hal sepele yang sebenarnya tidak perlu kami tuliskan dalam tugas kami. Bahkan generic structurenya pun tidak dibangun dengan baik, dan bisa dibilang masih belum masuk ke dalam kategori generic structure dari critical review. Itulah kesalahan yang kami lakukan di tugas critical review kami baik yang pertama maupun yang kedua.
Ada tiga kategori kesalahan yang kami lakukan ketika menulis critical review, diantaranya yaitu weaknesses, mistake, dan ignorance. Pada tugas critical review pertama kami, kesalahan yang kami lakukan masuk kedalam kategori weaknesses, karena di dalam tulisan yang kami buat, kami hanya mengulang cerita dan kurang mampu mengembangkan ide kami dengan baik. Itulah kelemahan kami pada tugas critical review pertama. Sedangkan pada tugas critical kedua, kesalahan yang kami buat masuk kedalam kategori mistake. Mistake disini maksudnya adalah kami tahu generic structurenya akan tetapi kami belum bisa menerapkannya dengan baik. Dengan kata lain, kategori ini lebih parah jika dibandingkan dengan kategori sebelumnya yaitu weaknesses. Oleh karena itu, beliau juga mengatakan bahwa jangan sampai kami masuk ke dalam kategori ketiga yaitu ignorance dimana kategori ini merupakan kategori yang paling buruk diantara ketiganya, karena jika kami melakukan kesalahan ini secara terus menerus takutnya malah menjadi kebiasaan (budaya) yang buruk bagi kami
Berikut ini adalah sejumlah isu-isu atau kata kunci yang mendominasi pemahaman dalam menulis penelitian dan pengajaran (Hyland 2002; 2009) :
- Context (Konteks)
- Literacy (Literasi)
- Culture (Peradaban/Budaya)
- Technology (Teknologi)
- Genre (Aliran/Jenis)
- Identity (Identitas)
1. Context
(Konteks)
Menurut
Hyland (2002:45) dalam bukunya yang berjudul “Teaching and Researching”
mengatakan bahwa, “kita menyadari bahwa makna bukanlah sesuatu yang terdapat
dalam kata-kata yang lalu disampaikan oleh orang lain,melainkan diciptakan oleh
interaksi antara pembaca dan penulis.” Jadi, interaksi dalam kehidupan itu
sangatlah penting, karena apabila manusia tidak dapat berinteraksi dengan baik,
maka bangsa ini pun tidak akan berkembang. Seperti halnya dengan menulis, pembaca dan
penulis harus mampu menciptakan interaksi yang baik, agar pesan yang disampaikan
oleh si penulis dapat tersampaikan kepada pembacanya.
Lain halnya dengan pendapat yang
diutarakan oleh Van Dijk (2008: viii), beliau mengatakan bahwa konteks bukan
hanya sekedar status sosial yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi
oleh suatu wacana, akan tetapi cara peserta (participant) mendefinisikan situasi seperti itu. Konteks juga bukan semacam
kondisi obyektif atau penyebab langsung (direct cause), melainkan dirancang (inter) kontruksi subjektif dan diperbaharui dalam
interaksi oleh peserta-peserta sebagai anggota kelompok dan masyarakat. Jika semua orang berada di dalam kondisi sosial yang sama, maka mereka juga akan
berbicara dengan cara yang sama. Dengan
demikian, konteks bisa disebut juga sebagai peserta kontruksi.
Cutting (2003:3) menyatakan bahwa ada
tiga aspek utama dari konteks penafsiran ini :
1. Konteks situasional :
apa yang masyarakat ketahui tentang apa yang mereka lihat di sekitar mereka.
2. Konteks latar belakang
pengetahuan : apa yang masyarakat ketahui
tentang dunia, aspek kehidupan, dan tentang diri mereka satu sama lain.
3. Konteks co-tekstual : apa yang masyarakat ketahui
tentang apa yang mereka katakan.
Aspek-aspek interpretasi inilah yang kemudian dibentuk
menjadi ide dari masyarakat. Disamping
itu, aspek-aspek tersebut juga menawarkan cara yang berprinsip memahami
bagaimana makna diproduksi dalam interaksi.
Hal ini menunjukkan bahwa semua penggunaan bahasa tertulis dapat dilihat
seperti terletak di dalam waktu-waktu dan tempat-tempat tertentu, antara lain:
di rumah, sekolah, tempat kerja, universitas, atau di komunitas tertentu yang
mengenali kombinasi tertentu, genre, cara pimtas interpretatif, dan konvensi
komunikatif.
Halliday mengembangkan analisis konteks berdasarkan gagasan
bahwa teks adalah hasil dari pilihan bahasa penulis dalam konteks situasi tertentu
(Malinowski), 1949). Artinya, bahasa dapat
bervariasi sesuai dengan situasi di mana ia digunakan, sehingga jika kita
meneliti teks atau berada dalam situasi tertentu, kita dapat membuat dugaan
tentang situasi tersebut. Situasi yang
kita buat untuk dijadikan sebagai pilihan linguistik harus berdasarkan situasi
tertentu. Konteks situasi, atau
mendaftar, adalah situasi langsung di mana penggunaan bahasa terjadi dan dapat
bervariasi dalam konteks tersebut.
Di bawah ini merupakan dimensi konsep mengenai konteks
menurut Halliday :
1.
Field, mengacu terhadap apa yang terjadi, jenis
aksi sosial, dan teks yang mengacu terhadap masalah sosial.
2.
Tenor, mengacu kepada peran
dan hubungan antar individu, khususnya tenang sikap (contohnya kesopanan).
3.
Mode, mengacu pada informasi. Bagaimana informasi
itu disampaikan kepada pembaca. (Halliday:1985)
Halliday (1985) juga mengatakan bahwa, bahasa yang kita gunakan
harus sesuai dengan konteks situasi dimana ia menggunakannya.
2. Literacy
(Literasi)
Literasi merupakan kemampuan untuk
membaca dan menulis, mengembangkan potensi diri, mengatasi masalah,
bersosialisasi, dan lain lain. Begitu pula menurut Ken Hyland (2002: 48) bahwa “writing, together with
reading, is an act of literacy.” Dunia ini akan terus hidup dengan adanya pembaca dan penulis,
itu yang membuat mengapa tulisan sangat berperan penting terhadap kehidupan
manusia. Sedangkan menurut Scribner and Cole (1981: 236) mengatakan bahwa “literasi tidak hanya
mengetahui membaca dan menulis saja, melainkan menerapkan pengetahuan untuk
tujuan tertentu dan konteks tertentu.”
Literasi itu mampu mencakup semua
aspek, khususnya aspek sosial. Seperti
halnya yang dikatakan oleh pak Lala bahwa
“ History dan Literacy akan menjadi social practice”. Sejarah
dan literasi akan menjadi praktek sosial.
Artinya bahwa semua praktik literasi berhubungan dengan kehidupan kita,
bukan hanya menulis saja, bahkan hukum, ekonomi, tempat kerja juga ikut
terlibat di dalamnya.
3. Culture
(Peradaban/Budaya)
Budaya
secara umum dipahami sebagai historis yang ditransmisikan serta jaringan
sistematis makna yang memungkinkan kita untuk memahami, mengembangkan, dan
mengkomunikasikan pengetahuan serta keyakinan kita tentang dunia (Lantolf:
1999). Akibatnya, bahasa dan pembelajaran adalah dikepung dengan budaya (Kramsch:1993).
1999). Akibatnya, bahasa dan pembelajaran adalah dikepung dengan budaya (Kramsch:1993).
4. Technology
(Teknologi)
Untuk menjadi
orang yang melek hari ini, berarti kita harus memiliki kontrol atas berbagai media cetak maupun
elektronik. Banyak yang terakhir
memiliki dampak yang besar mengenai bagaimana cara kita menulis, genre yang kita
buat, identitas pengarang yang kita asumsikan, produk jadi kami, dan bagaimana
cara kita terlibat dengan pembaca.
5. Genre
(Aliran/Jenis)
Genre adalah
istilah untuk mengelompokkan teks bersama-sama, mewakili bagaimana penulis
biasanya menggunakan bahasa untuk menanggapi situasi berulang. setiap genre
memiliki sejumlah fitur yang membuatnya berbeda dengan genre lain: masing-masing memiliki tujuan tertentu, struktur keseluruhan, fitur linguistik tertentu, dan bersama oleh anggota budaya. Bagi banyak orang itu adalah intuitif Konsep menarik yang membantu untuk mengatur label akal sehat kita gunakan untuk mengkategorikan teks dan situasi di mana mereka terjadi.
memiliki sejumlah fitur yang membuatnya berbeda dengan genre lain: masing-masing memiliki tujuan tertentu, struktur keseluruhan, fitur linguistik tertentu, dan bersama oleh anggota budaya. Bagi banyak orang itu adalah intuitif Konsep menarik yang membantu untuk mengatur label akal sehat kita gunakan untuk mengkategorikan teks dan situasi di mana mereka terjadi.
6. Identity
(Identitas)
Pengertian saat ini, identitas
dilihat sebagai konsep plural, yang didefinisikan secara sosial dan
dinegosiasikan melalui pilihan penulis yang dimuat di dalam wacana yang mereka
buat. Pilihan ini sebagian dibatasi oleh ideologi dominan kemahiran istimewa
di masyarakat tertentu, dan sebagian lainnya terbuka untuk interpretasi penulis sebagai
akibat dari pribadi dan sosial budaya pengalaman.
Banyak pengertian yang muncul tentang identitas yang dilihat
dari konsep plural, yang didefinisikan secara social dan dinegosiasikan melalui pilihan penulis dalam
sebuah wacana. Namun pada dasarnya pilihan itu diambil dari ideology yang
membangun literasi (Hyland, 2002: 70). Dalam menulis juga akan mengetahui identitas kita,
jika tulisan kita unik maka akan dikenal oleh pembaca dengan identitas yang
lain. Layaknya seorang komedian, penyanyi atau pembawa acara. Pasti mereka memiliki
identitas yang berbeda-beda, dan dianggap oleh masyarakat pula beerbeda-beda,
melalui bagaimana cara mereka menyampaikan sesuatu. Itulah yang dinamakan identitas
dalam konteks kehidupan.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sejarah itu
selalu terkait
dengan praktik literasi dan hanya orang-orang yang berliterasi yang mampu
membuat sejarah. Literasi selalu menjadi dominan dan mengikuti semua kajian
ilmu, karena literasi yang ada pada saat sekarang ini adalah literasi yang
mencangkup semua bidang pengetahuan. Berliterasi dapat memutar balikkan
sejarah, berliterasi juga dapat meneliti sejarah, dan masih banyak lagi manfaat
dari literasi bagi kehidupan kita dan bangsa. Selain itu, mayoritas hasil dari tulisan critical review yang kami buat masih
termasuk kedalam kategori weaknesses dan mistake. Oleh karena itu, kami harus lebih memahami tentang
isu-isu atau kata kunci yang mendominasi pemahaman dalam menulis penelitian dan
pengajaran seperti context, literacy, culture, technology, genre, dan
identitiy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic