Class Review 11
Pada tanggal 6 Mei 2014
lalu untuk yang kesekian kalinya membahas Papua lebih dalam. Hal itu akan
sangat berguna untuk pembuatan argumentative essay yang akan dikumpulkan 2
minggu lagi. Pada hari itu Pak Lala membahas bahwa alasan kita mendukung Papua
kembali ke NKRI bukan karena ketiga aspek ini, yakni:
1. Education
(X)
Bila
mendukung Papua kembali ke NKRI karena alasan education, maka teralu general.
Semua orang pastinya sudah tahu mengenai rendahnya pendidikan rakyat Papua.
Banyak perusahaan asing bermukim di Papua, mengeruk sumber daya alam Papua
sebanyak-banyaknya, pihak asing mendapat keuntungan 99%, sementara rakyat papua hanya diberi
kuentungan 1%. Apa yang sebenarnya menyebabkan Papua menjadi provinsi termiskin pada aspek ekonomi, terendah pada aspek pendidikan, dan terbelakang pada aspek lainnya. Padahal dana APBD
telah diberikan oleh pemerintah pusat pada Papua untuk memperbaiki segala
infrastruktur disana, namun tetap saja Papua masih terbelakang dalam segala
hal. Kemanakah perginya dana APBD sebenarnya? Mungkin saja dinikmati para
pejabat Papua.
2. Natural
resources (X)
Bila
mendukung Papua kembali pada NKRI karena alasan natural resources sama saja kita
seperti bangsa asing yang menjajah Papua. Bila kita mengambil aspek natural
resources kita, maka akan disebut matrealistis seperti bangsa asing tersebut
yang hanya menginginkan kekayaan sumber daya alam Papua semata. Maka dari itu
aspek natural resources ini mesti dieliminasi dari alasan kita mendukung Papua
tetap kembali pada NKRI.
3. Culture
and Art (X)
Bila
mendukung Papua kembali pada NKRI karena alasan culture, maka alasannya terlalu
general. Hal itu dikarenakan ada banyak definisi tentang culture, kurang lebih
tersedia 100 lebih definisi tentang culture. Culture bukan hanya bahasa,
tarian, adat, dialek, melainkan kebiasaan masyarakat hidup sehari-hari, cara
berpakaian, dsb juga bisa disebut dengan culture. Oleh sebab itu aspek culture
mesti dieliminasi dari alasan kita mendukung Papua tetap kembali pada NKRI.
Karena
hal itulah aspek education, natural resouces, cuture & art mesti dieliminasi
dari alasan kita tetap mendukung Papua pada NKRI. Pak Lala bilang Akan lebih
baik Papua tetap pada NKRI karena alasan history. Bahas lebih dalam mengenai
History di Papua.
History
(Agreed by Pak Lala)
The
Bulk of Reasons:
1.
History is the science of time
Jauh
sebelum Pepera 1969, Papua sudah menjadi bagian yang sah dari NKRI. Azas Uti Possedetis Juris diakui dalam
hukum internasional dan sudah dipraktikan secara luas di berbagai negara. Azas
ini pada intinya mengatur bahwa batas wilayah negara bekas jajahan yang
kemudian merdeka, mengikuti batas wilayah sebelum negara tersebut merdeka.
Konsekuensi logisnya, Papua Barat (West Papua) otomatis beralih statusnya
menjadi bagian wilayah Republik Indonesia sejak saat proklamasi 17 Agustus
1945. Hal demikian itu juga didukung oleh pidato yang disuarakan oleh Bung
Karno di tanah Papua.
4 Mei 1963,
Bung Karno tiba di Papua. Dan di
Kota Baru yang sebelumnya bernama Hollandia, ibukota Nederland Nieuw Guinea
(sekarang Jayapura) suara Bung Karno membahana ke seluruh Tanah Papua:
“…Dan apa yang dinamakan tanah air
Indonesia? Yang dinamakna tanah air
Indonesia ialah segenap wilayah yang dulu dijajah oleh pihak Belanda, yang dulu
dinamakan Hindia Belanda, yang dulu dinamakan Nederlands Indië. Itulah wilayah
Republik Indonesia. Dengarkan benar kataku, itulah wilayah Republik
Indonesia. Itu berarti bahwa sejak 17
Agustus 1945 Irian Barat telah masuk di dalam wilayah Republik Indonesia.
Apa yang belum terjadi? Karena penjajah
Belanda di Irian Barat sesudah proklamasi itu masih berjalan terus, maka Irian
Barat belum kembali termasuk di dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia.
Sehingga kita punya perjuangan yang lalu ialah Saudara-Saudara perhatikan
benar-benar, bukan memasukan Irian Barat
ke dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Kesalahan ini masih
kadang-kadang dibuat. Orang masih berkata, berjuang memasukan Irian Barat
kembali ke dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Tidak!
Irian Barat sejak 17 Agustus 1945
sudah masuk dalam wilayah Republik Indonesia. Orang kadang-kadang berkata,
memasukan Irian Barat ke dalam wilayah Ibu Pertiwi. Salah! Tidak! Irian Barat
sejak daripada dulu sudah masuk ke dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia…”
(Dikutip
dari Pidato Bung Karno di Kota Baru, Jayapura, tanggal 4 Mei 1963)
Oleh
sebab itu Pokok Permasalahan di Papua
adalah Bukan Masalah Kesejahteraan, tetapi Masalah Sabotase wilayah yang dilakukan oleh Pemerintah Republik
Indonesia terhadap Belanda.
Sejak tahun 1866 Pulau
Papua berada dalam penjajahan
3 (tiga) negera Eropa, yakni: Belanda,
Inggris dan Jerman. Bagian sebelah
timur Pulau Papua yang oleh bangsa Eropa lebih dikenal dengan nama Papua New
Guinea dikuasai oleh Jerman dan Inggris. Setelah melalui Trustee PBB/Trust
Territory of new Guinea, kedua wilayah tersebut lalu dipercayakan kepada
Australia dan Administrasinya dijadikan satu dalam Territory of Papua New Guine.
Sedangkan bagian barat Pulau Papua yang
oleh bangsa Eropa lebih dikenal dengan nama West Papua dikuasai oleh Belanda
dan diberi nama Netherland New Guinea.
Selain itu Papua adalah salah satu
wilayah Dekolonisasi yang telah dipersiapkan Belanda untuk Merdeka di
kemudian hari seperti beberapa wilayah di daerah Pacific seperti Australia,
Papua New Guinea, Fiji, Vanuatu, dll. Faktor
itulah yang menyebabkan sehingga Belanda harus kembali ke West Papua.
Faktor lainnya adalah setelah Indonesia Merdeka, lalu Soekarno melihat bahwa
Pulau Emas (Isla Del Oro) yang dikatakan oleh pelaut Spanyol Antonio Del
Savera harus kita rebut dari Belanda dan sekalian kita jadikan sebagai Pertahanan
NKRI dari arah Timur. Pulau Emas inilah
yang menyebabkan seluruh Bangsa-Bangsa di Dunia termasuk Indonesia ingin
merebutnya. Dimanakah pulau emas itu? Pulau Emas itu adalah Papua (West
Papua dan East Papua).
Dalam pelaksanaannya
seperti yang telah disebut diatas bahwa Belanda belum rela melepas Irian Barat.
Belanda ingin menjadikan Papua bagian barat sebagai negara terpisah dengan
alasan adanya perbedaan etnis. Keengganan Belanda melepaskan Papua juga karena
ada pusat pemerintahannya di Hollandia (Jayapura) yang topografinya sangat
mirip dengan pantai utara Belanda itu. Dan juga merupakan ketidak-ikhlasan Belanda melepaskan wilayah
Papua inilah yang kemudian membawa
status politik wilayah Papua harus melalui perjalanan panjang di berbagai fora,
seperti: KMB, Perjanjian New York, Pepera, dll, dan finalisasinya dalam
Sidang Majelis Umum PBB tanggal 19 November 1969.
a.
Proklamasi 1945
Reaksi
berbagai daerah di Indonesia terhadap Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia adalah terjadinya perebutan kekuasaan, baik dengan cara kekerasan maupun dengan cara
perundingan. Nasib Irian Barat, Pada saat kemerdekaan, pemerintah Belanda
mempertahankan kekuasaan terhadap belahan barat pulau Nugini (Papua), dan
mengizinkan langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri. Negosiasi dengan
Belanda mengenai penggabungan wilayah tersebut dengan Indonesia gagal. Kemudian
Soekarno melobi ke Perwakilan PBB tahun 1946 tetapi tidak mendapat dukungan
karena wilayah Papua (Papua New Guinea dan Papua Barat) lagi dipersiapkan
Belanda dan Inggris untuk berdiri sendiri (Merdeka penuh). Tetapi Soekarno
tetap berjuang terus.
b.
Jepang menyerah kepada pasukan sekutu
1945
Pada
6 dan 9 Agustus 1945, 2 bom atom
dijatuhkan ke dua kota di Jepang, Hiroshima
dan Nagasaki oleh Amerika Serikat. Ini menyebabkan Jepang menyerah kepada
Amerika Serikat dan sekutunya. Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 secara otomatis
terjadilah Vacum Of Power di Indonesia. Momen itu pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945.
c.
Perundingan Linggarjati 25 Maret 1947
Perundingan
dilakukan antara RI (diwakili PM. Sutan Sjahrir) dengan Belanda (Prof.
Schermerhorn) dengan penengah Lord Killearn (Inggris). Hasil perundingan:
1)
Belanda mengakui secara de facto wilayah
RI atas Jawa, Madura dan Sumatera.
2)
Belanda-RI setuju untuk membentuk sebuah
Negara Indonesia Serikat.
3)
Belanda dan NIS akan membentuk Uni Indonesia
Beanda dengan Ratu Belanda sebagai Kepala Uni.
Pada
tanggal 21 Juli 1947, Belanda mengingkari P. Lingarjati dengan melakukan Agresi
Militer I. Tindakan ini menimbulkan reaksi internasional dan PBB membentuk
Komisi Tiga Negara.
d.
Perundingan Renville 1948
Perundingan
di prakarsai oleh Komisi Tiga Negara. Dari RI diwakili oleh PM Aamir
Sayarifusin dan Belanda diwakili oleh Abdul Kadir Widjojoadmodjo
(BFO/Bijeenkomst Foor Federal Overlaag = Organisasi Negara-Negara Boneka
bentukan Belanda). Perundingan diadakan diatas geladak Kapal USS Renville milik
AS yang sedang berlabuh di Tanjung Priok. Hasil perundingan:
1)
Diadakan persetujuan gencatan senjata
2)
Disetujui garis demarkasi yang
memisahkan RI dengan kekuasaan Belanda
3)
TNI harus ditarik dari daerah kantong
(milik Belanda) ke daerah RI di Yogyakarta
Dampak
dari kesepakatan tersebut, wilayah RI tinggal : Medan, Padang dan Yogyakarta
dan ibu kota RI dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta. Pengalaman P.
Linggarjati kembali terulang, pada tanggal 19 Desember 1948 Berlanda kembali
melakukan Aagresi Militer II di Yogyakarta. Presiden Saoekarno dan Wakil
presiden Moh. Hatta berhasil ditangkap dan diasingkan. Jenderal Sudirman yang
sedang sakit parah mengeluarkan Surat perintah Perang gerilya dan keluar dari
Yogyakarta. Yogyakarta berhasil diduduki oleh Belanda dan dianggap sebagai
kehancuran RI.
e.
Konferensi meja bundar 1949
Hasil
KMB antara lain :
1) Belanda menyerahkan kedaulatan kepada
Negara RIS paling lambat akhir Desember 1949.
2)
Penyelesaian masalah Irian Barat ditunda
1 tahun setelah penyerahan kedaulatan.
Isi
kesepakatan KMB dalam kenyataannya diingkari oleh Belanda sendiri. Belanda
tidak hanya sekedar bertahan di Papua, tetapi lebih dari itu, mempersiapkan
langkah-langkah untuk memisahkan Tanah Papua dari NKRI. Dewan nasional Papua
dibentuk oleh belanda (cikal bakal Organisasi Papua Merdeka (OPM)) dan
dimerdekakan secara tergesa-gesa lalu dilanjutkan pendeklarasian negara boneka
buatan Belanda ini pada tanggal 1 Desember 1961. Kelicikan Belanda membentuk
negara bonekanya di papua itu, tentu saja membuat bangsa Indonesia berang.
f.
Indonesia membeli senjata dari uni soviet
1960
Berbagai
cara dan usaha Indonesia untuk membebaskan Irian Barat belum menunjukan hasil
yang nyata. Belanda makin bersikap keras dan tidak mau mengalah. Bahkan,
Belanda kemudian menyatakan bahwa Irian Barat merupakan wilayah Belanda sebagai
bagian dari Nederlands. Oleh Belanda, Irian Barat disebut dengan
Nederlans-Nieuw Gunea. Menghadapai kenyataan bahwa berbagai cara yang ditempuh belum
berhasil maka Indonesia meningkatkan konfrontasi di segala bidang. Tanggal 17 Agustus 1960 Indonesia memutuskan
hubungan diplomatik dengan belanda. Perjuangan
pembebesan Irian Barat selanjutnya diarahkan dengan cara militer.
Sikap-sikap
inkonsisten Belanda inilah yang membuat Bung Karno geram. Maka tak heran jika
Bung Karno kemudian menggalang kekuatan dari negara-negara Asia-Afrika, dan
mengutus Jenderal AH. Nasution ke Moskwa pada Desember 1960 untuk mengadakan
perjanjian jual-beli senjata dengan pemerintah Uni Soviet senilai 2,5 miliar
dollar dengan persyaratan pembayaran jangka panjang. Setahun kemudian, di
alun-alun Utara Yogyakarta Bung Karno mengumandangkan Operasi Trikora (19
Desember 1961).
Papua (1961-1969)
a.
Operasi Trikora 1961
Kelicikan
Belanda membentuk negara bonekanya di papua itu, tentu saja membuat bangsa
Indonesia berang. Maka pada tanggal 19 Desember 1961 di Alun-alun Utara
Jogjakarta, Presiden Indonesia Soekarno mengumumkan
Trikora (Tri Komando Rakyat) untuk mengembalikan Irian Barat kepangkuan Negara
Republik Indonesia. Konfrontasi dengan Belandapun tak terhindarkan. Isi
Trikora:
1)
Gagalkan pembentukan "Negara
Papua" bikinan Belanda kolonial.
2)
Kibarkan sang merah putih di Irian Barat
tanah air Indonesia.
3)
Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna
mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.
b.
Komando Mandala 1962
Sebagai
tindak lanjut program TRIKORA, Presiden Soekarno membentuk Mandala pembebasan
Irian Barat. Yang dibentuk pada tanggal 2 Januari 1962 yang dipimpin oleh Mayor Jendral Suharto.Pusat dari
komanda mandala berada di Ujung pandang untuk melaksanan Trikora. Untuk
melaksanakan tugas itu, Komando Mandala melakuakan langkah-langkah berikut:
1) Merencanakan,
mempersiapkan dan melaksanakn operasi militer.
2)
mengembangkan situasi militer di wilayah
Provinsi Irian Barat.
Tetapi melalui Trikora dan Komando mandala tetap tak mampu melawan Belanda karena
peralatan Belanda lebih canggih apalagi diturunkannya kapal Induk Karel Doorman yang telah menenggelamkan kapal Yosudarso. Akhirnya,
Soekarno mencari jalan lain untuk
melumpuhkan Belanda di Tanah Papua yaitu melalui Pembentukkan Partai
Komunis Indonesia (PKI). Makanya Belanda
terpaksa harus segera meninggalkan Papua karena mendapat tekanan dari rekan
sekutunya yaitu Amerika melalui Presiden John.
F. Kennedy.
Kennedy pun diberi jaminan oleh Indonesia
untuk menanam Saham di Papua bila daerah tersebut dikuasai oleh Indonesia.
Oleh sebab itu, diutuslah mantan DUBES
AS di India sebagai penengah antara Indonesia & Belanda yaitu Mr. Elsworht Bunker. Makanya Kontrak Kerja PT. Freeport pun
ditandatangani pada tahun 1967 ( sebelum Referendum tahun 1969).
c.
Perjanjian New York 1963
Melihat pasukan Indonesia itu, Belanda
mulai khawatir dan kewalahan. Dunia Internasional mangetahui dan mulai khawatir
Amerika serikat mulai menekan Belanda
agar mau beruding. Ellswoth Bunker,
seorang diplomat AS ditunjuk sebagai penengah. Bunker selanjutnya mengusulkan.
pokok-pokok penyelesaian masalah Irian Barat secara damai. Pokok-pokok usulan Bunker itu, antara lain berisi sebagai berikut.
1) Belanda akan menyerahkan Irian Barat
kepada Idonesia melalui badan PBB, yakni UNTEA (United Nations Temporary
Executive Authority).
2)
Pemberian hak bagi rakyat Irian Barat
untuk menentukan pendapat tentang kedudukan Irian Barat.
Pokok
tersebut dikenal dengan Rencana Bunker. Berdasarkan
Rencana tersebut maka pada tanggal 15 Agustus 1962 tercapailah persetujuan
antara indonesia dan belanda yang dikenal dengan Persetujuan New York
Adapun
isi Perjanjian New York, antara
lain:
1)
Belanda harus sudah menyerahkan Irian
Barat kepada UNTEA selambat-selambatnya 1 Oktober 1962. Bendera Belanda diganti
dengan bendera PBB.
2)
Pasukan Yang sudah ada di Irian Barat
tetap tinggal di Irian Barat dan dibawah kekuasaan UNTEA.
3)
Angkatan perang Belanda berangsur-angsur
ditarik dan dikembalikan ke negeri Belanda.
4)
Bendera Indonesia mulai berkibar di
Irian Barat disamping bendera PBB sejak tanggal 31 Desember 1962.
5)
Pemerintah RI akan menerima pemerintahan
Irian Barat dari UNTEA selambat-lambatnya tanggal 1 Mei 1963.
Sebagai
pelaksanaan isi perjanjian new york
secara resmi belanda menyerahkan irian barat kepada UNTEA. Pada tanggal 1
mei 1963 PBB menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia. Penyerahan Itu dengan
syarat pemerintah Indonesia mengadakan pungutan pendapat rakyat. Dengan damikian, Berakhirlah kekuasaan
Belanda di Indonesia. Dan kemudian Irian Barat diganti menjadi menjadi
Irian Jaya dan bergabung dengan Republik Indonesia. Perjuangan Bung Karno ini akhirnya
membuahkan hasil. 15 Agustus 1962 Indonesia-Belanda menandatangani New York
Agreement yang difasilitasi PBB.
Pengambil-alihan
pemerintahan di Irian barat oleh UNTEA ini tercatat dalam Resolusi Majelis Umum
PBB No. 1752 tanggal 21 September 1962. Maka tanggal 1 Oktober 1962 secara
resmi berlangsung penyerahan kekuasaan dari Pemerintahan Belanda kepada UNTEA. Tanggal
31 Desember 1962 bendera Belanda
diturunkan dari wilayah Papua Barat dan sebagai gantinya dikibarkanlah bendera
Indonesia berdampingan dengan bendera PBB (UNTEA).
d.
Pepera
Penentuan
Pendapat Rakyat (Pepera) adalah referendum yang diadakan pada tahun 1969 di
Papua Barat yang untuk menentukan status daerah bagian barat Pulau Papua,
antara milik Belanda atau Indonesia.
Papua (1970-2014)
Melalu
pidato Bung Karno di tanah Papua pada tanggal 4 Mei 1963, dapat diketahui Papua
sudah menjadi bagian NKRI sudah sejak Proklamasi kemerdekaan 1945. Namun
Belanda yang merupakan penjajah Papua masih belum merelakan Papua menjadi NKRI.
Oleh sebab itu Indonesia mesti berjuang keras merebut kembali Papua ke Pangkuan
NKRI melalu fora yang panjang dari tahun 1945-1969, yakni:
1) Perjuangan pembebasan Irian Barat
berlangsung cukup lama yakni sejak KMB (1948) sampai dengan penentuan pendapat
rakayat (Pepera).
2) Perjuangan secara politik dilakukan
melalui perundingan secara langsung dengan Belanda, diplomasi lewat PBB,
gerakan pemogokan, dan nasionalisasi perusahaan milik Belanda di Indonesia.
3) Konfrontasi secara militer, dicetuskan
melalui rapat umum di Yogyakarta. dalam rapat umum tsb presiden Sukarno
menggelorakan Trikora (Tri Komando Rakyat).
4)
Pelaksanaan operasi militer dipimpin
oleh Komando Mandala.
5) Titik terang perjuangan pembebasan Irian
Barat itu setelah ada Rencana Bunker dan perjanjian New York Pada tanggal 15
Agustus 1962.
6) Perjuangan pembebasan Irian Barat
ditandai dengan adanya UNTEA dan pelaksanaan Pepera.
Selanjutnya di Papua sejak tahun 1970-2014 adalah diisi dengan berbagai
kebijakan masa jabatan Presiden-presiden Indonesia, yaitu:
a.
Masa Presiden Soekarno: pada tahun 1965-1967
terjadi pergantian nama Papua menjadi
Irian Jaya.
b.
Masa Presiden Soeharto: pada tahun
1967-1998 terjadi pergantian nama Irian Jaya menjadi Papua.
c.
Masa Presiden Gus Dur
d.
Masa Presiden Megawati: Pada tahun
2001-present terjadi pergantian nama Papua menjadi Papua dan Papua Barat
(Dikenal West Papua Region)
e.
Masa Presiden SBY
In My Conclusion:
In My Conclusion:
Kemudian setelah Papua benar-benar
kembali ke pangkuan NKRI sejak 1 Mei 1963 sampai saat ini tahun 2014 tetap saja
Papua masih belum dapat menikmati janj-janji kemerdekaan Indonesia seutuhnya.
Menurut artikel yang ditulis oleh Eben S.Kersey menceritakan bahwa kondisi di Papua masih tidak
aman, masih banyak terjadi konflik, kekerasan, pembunuhan. Papua masih menjadi
negara boneka bangsa asing. Buktinya dalam artikel itu dijelaskan bahwa ada
salah satu bangsa asing dari negara maju yakni Inggris sedang berbisnis di
Papua melalui British Petroleoum (BP). Dimana selain berbisnis, BP juga mengadu
domba OPM (Gerakan separatis Papua), TNI Polri, Polisi, agar bisnisnya tetap
abadi di papua, dan mendukung Papua terpisah dari Indonesis.
BP menciptakan konflik diantara mereka dan kemudian Bp berperan seolah-oleh dia satu-satunya pahlawan yang menyelesaikan konflik diantara mereka. BP terus menyuplai senjata untuk mereka berperang tanpa diketahui mereka. Skenario luar biasa cerdik yang diciptakan bangsa asing untuk terus mendukung Papua terpisah dari Indonesia.
Eben pun yang awalnya tidak mengetahui konflik yang terjadi di Papua, sampai akhirnya dapat mengetahui pun hanya bisa bungkam menutup kebenaran yang ada, yang dihasilkan melalui penelitiannya di Washior. Hal itu dikarenakan Eben sendiri berasal dari ideologi kebangsaan Amerika. Peranan History memainkan langkah-langkah peranan politik di Papua. Language berperan mencerminkan ideology. Dan ideology terdapat di segala periode waktu (History). Contohnya Eben seorang yang datang dari ideologi Amerika, yang menulis tentang kebenaran penyebab konflik di Papua hanya dapat diam membungkam melihat kebenaran yang ada tentang kelicikan Amerika di Papua. Berangkat dari sana dapat dilihat bahwa adanya kaitan diantara ideologi, bahasa, dan sejarah, seperti yang diungkap oleh "Lehtonen."
BP menciptakan konflik diantara mereka dan kemudian Bp berperan seolah-oleh dia satu-satunya pahlawan yang menyelesaikan konflik diantara mereka. BP terus menyuplai senjata untuk mereka berperang tanpa diketahui mereka. Skenario luar biasa cerdik yang diciptakan bangsa asing untuk terus mendukung Papua terpisah dari Indonesia.
Eben pun yang awalnya tidak mengetahui konflik yang terjadi di Papua, sampai akhirnya dapat mengetahui pun hanya bisa bungkam menutup kebenaran yang ada, yang dihasilkan melalui penelitiannya di Washior. Hal itu dikarenakan Eben sendiri berasal dari ideologi kebangsaan Amerika. Peranan History memainkan langkah-langkah peranan politik di Papua. Language berperan mencerminkan ideology. Dan ideology terdapat di segala periode waktu (History). Contohnya Eben seorang yang datang dari ideologi Amerika, yang menulis tentang kebenaran penyebab konflik di Papua hanya dapat diam membungkam melihat kebenaran yang ada tentang kelicikan Amerika di Papua. Berangkat dari sana dapat dilihat bahwa adanya kaitan diantara ideologi, bahasa, dan sejarah, seperti yang diungkap oleh "Lehtonen."
References:
http://blackpapernews.blogspot.com/2013/09/daftar-lengkap-urutan-presiden-dan.html
http://suryaagoez.blogspot.com/2011/01/perjuangan-bangsa-indonesia-dalam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic