We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Senin, 12 Mei 2014

CLASS REVIEW KE = 11


MENENGOK SEJARAH…TAK SEKECIL KACA SPION

Aku terdiam di saat mereka merendahkan ku…………..
Aku berfikir apa yang salah pada diriku?
Sebening cahaya kecil yang kulihat itu………..
Di depanku bercampur baying semu…….

Walau batu menghantam dan meludahi ku…….
Akan tetap semangat ini ku pacu dalam niat…….
Hingga kini ku setinggi langit….
Dan terbang terbang dan terbang……..

Mereka hanyalah inspirasi ku saat itu…
Aku bisa tahu siapa yang rendah dan lebih rendah
Aku atau mereka lah yang meludahi ku……
Bukan kekurangan yang menghalangi ku……..


Ok……..kita langsung menuju pada pembahasan Mr. Lala!!!

            Arrgumentative essay yang beliau inginkan yaitu history diletakan di urutan pertama, karena yang terpentingadalah history. 
Argumentative essay:
1.      Reasoning:  Tidakseharusnyamemakai emosi dan harus menggunakan frame work yang terpercaya.
2.      Definite evidence yaitu mempunyai referensi yang kuat
3.      A working thesis yaitu ciri-ciri TS= O+R

Ok……..kita langsung menuju pada bisnis kita!!!

Papua Bagian Indonesia Sejak Proklamasi 17 Agustus 1945

Papua, sudah menjadi bagian Indonesia sejak proklamasi 17 Agustus 1945. Hal itu sesuai dengan asa uti prossidentis Juris. Sejak saat itu, Papua adalah bagian dari Indonesia namun prosesnya dipersulit oleh Belanda karena kepentingannya dan baru diserahkan secara penuh setelah melalui proses Penetuan Pendapat Rakyat.
Papua direbut kembali oleh Indonesia dari tangan Belanda melalui jalan diplomasi. Menurut Franzalbert Joku,  seorang  tokoh   yang banyak mengkritisi   segala dinamika  yang tumbuh  dan berkembang di Tanah Papua “Indonesia  merebut kembali Papua/Irian melalui  jalan diplomasi. Karena  itu istilah yang  tepat adalah Papua/Irian “diperoleh kembali”/”masuk kembali” Papua  ke NKRI, bukan diintegrasikan.”
Franzalbert Joku mengatakan, menjelang hari  bersejarah tanggal 1 Mei setiap tahun, sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Papua dengan munculnya kembali semangat kebangsaan. Sebuah semangat   yang  tumbuh dan lama  berkembang bahkan sebelum lahirnya  Proklamasi 17 Agustus Republik Indonesia.
Tak hanya itu, Joku juga mengatakan bahwa para  nasionalis Indonesia di  Tanah Papua sudah muncul sebelum Proklamasi, antara lain Nikolas Jouwe, Corenus Cray, Silas Papare. Mereka mendirikan Komisi Indonesia Merdeka  (KIM). Sementara Marthen Indey  dan JA Dimara juga  tercatat  sebagai penggerak perjuangan Indonesia  di Tanah Papua.
Dan, sesungguhnya, perjuangan warga Papua makin bergelora sejak dikumandangkan Proklamasi 17 Agustus 1945,  namun saat  itu masih sangat terbatas karena beberapa  tekanan dan larangan yang  ketat  dari  kolonial Belanda  yang masih belum meninggalkan Tanah Papua sampai pada 1 Mei 1963.
Bila  dicermati, sebagai konsekuensi  logis dari azas uti possidetis (batas wilayah negara bekas  jajahan  yang kemudian merdeka, mengikuti  batas wilayah   sebelum negara tersebut merdeka) dalam  hukum  internasional, yang telah diakui  dan dipraktekkan oleh berbagai negara, maka Papua merupakan bagian  integral  dari wilayah kedaulatan Republik Indonesia  sejak  tanggal 17 Agustus 1945. Pada masa kolonial Belanda, Papua Barat merupakan  bagian dari wilayah Hindia Belanda dibawah administrasi Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia.  Karena itu sebagaimana Pulau-pulau  lain di  Nusantara, menurut  asaz uti possidetis juris  tersebut, seharusnya Papua Barat otomatis beralih status menjadi  bagian wilayah Republik Indonesia sejak saat Proklamasi 17 Agustus 1945.
Lebih lanjut  Franzalbert  Joku menyampaikan, kalau  dilihat dari  bukti sejarah bahwa Papua memang sudah dibawah NKRI sejak kemerdekaan 17 Agustus maka dengan adanya 1 Mei 1963 merupakan langkah strategis berdasar  Perjanjian New York yang memperkuat kembalinya Papua ke pangkuan ibu pertiwi. Sehingga  hanya  orang-orang tertentu  saja   yang belum  bisa menerima ini semua, ini dikarenakan  tak mengetahui sejarah  sesungguhnya dan saran saya  bangsa Indonesia  harus banyak memberikan suatu  bentuk-bentuk  yang bisa diterima semua  warga Papua.
Menurut Joku, nilai politik dan nilai sejarah dalam perjalanan 50 tahun kembalinya Papua ke pangkuan Republik Indonesia, memang relatif dinamis tergantung dari sudut  pandang masing-masing.  Namun  yang tak  terbantahkan adalah memang banyak kemajuan  yang dicapai Provinsi Papua sekarang ini.  Walaupun kita  tak bisa menutup mata  atas  fakta  bahwa dalan waktu  50 tahun ini, belum semua orang Papua bisa merasakan kemajuan.  Inilah pekerjaan  rumah  yang harus  kita selesaikan bersama, kenapa  belum tercapai, berarti ada  hal-hal yang  belum bisa diwujudkan oleh pemerintah pusat kepada Papua  baik dilihat  dari nilai sejarah, nilai kemanusiaan, maupun  nilai-nilai pembangunan yang lain.
Papua   berdasarkan New York  Agreement telah kembali diserahkan  kepada Indonesia  pada  1 Mei  1963. Kekuatan diplomasi   internasional yang menjadikan Papua kembali  ke  wilayah NKRI bukan melalui proses aneksasi. Karenanya, terhadap penganut  pandangan  yang berbeda, Joku berharap pemerintah  tak  menghakimi  secara politik dan memberikan kesempatan  pada   mereka yang  juga berjuang demi berlangsungnya Papua yang merupakan bagian dari  wilayah NKRI  untuk dapat berjuang bersama dengan Provinsi-Provinsi  yang  berada di luar Papua.

Mengapa Belanda ingin kembali juga ke Indonesia?
Itu disebabkan karena Inggris juga telah kembali ke daerah jajahannya seperti Hongkong, Malasya, Australia, Papua New Guinea, Vanuatu, dll. Belanda tak dapat masuk pada waktu itu karena masih ada Penjajah Jepang. Setelah Jepang meninggalkan Indonesia, lalu Belanda berusaha mencoba kembali melalui Agresi Militer Belanda II tetapi gagal karena Indonesia telah dimemerdekakan oleh Jepang dan didaftarkan menjadi anggota PBB yang ke-60.
Setelah Indonesia Merdeka, lalu Soekarno melihat bahwa Pulau Emas (Isla Del Oro) yang dikatakan oleh pelaut Spanyol Antonio Del Savera harus kita rebut dari Belanda dan sekalian kita jadikan sebagai Pertahanan NKRI dari arah Timur.
Pulau Emas inilah yang menyebabkan seluruh Bangsa-Bangsa di Dunia termasuk Indonesia ingin merebutnya. Dimanakah pulau emas itu? Pulau Emas itu adalah Papua (West Papua dan East Papua).
Oleh karena itu, Soekarno menggunakan alasan sama-sama daerah Jajahan Belanda jadi itu adalah wilayah Indonesia. Padahal waktu Proklamasi maupun Sumpah Pemuda hanya mencakup wilayah Aceh sampai Maluku.
Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, kemudian Soekarno melobi ke Perwakilan PBB tahun 1946 tetapi tidak mendapat dukungan karena wilayah Papua (Papua New Guinea dan Papua Barat) lagi dipersiapkan Belanda dan Inggris untuk berdiri sendiri (Merdeka penuh). Tetapi Soekarno tetap berjuang terus dalam Perjanjian Linggar Jati tahun 1946 pada waktu itu juga, dan juga pada Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949 di Denhaag Belanda. Di KMB, Indonesia mendapat titik terang karena Belanda berjanji akan diselesaikan 1 tahun kemudia karena daerah Papua Barat (West Papua) masih dalam Status Quo (Daerah Yang Belum Jelas Pemerintahannya)Tetapi setelah satu tahun kemudian (Tahun 1950), justru Belanda tetap dengan Konsistennya untuk mempersiapkan Kemerdekaan Papua sehingga Soekarno tetap geram dan berjuang terus melalui Forum-Forum Internasional seperti Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1950. Dan bahkan ke Forum Perserikan Bangsa-Bangsa (PBB). Tetapi sayang, Soekarno tetap tidak mendapat dukungan juga dari pihak Internasional.
Kemudian pada tanggal 1 Desember 1961, Perwakilan Rakyat Papua Barat yang duduk dalam Niuew Guinea Raad (Seperti MPR Indonesia) memproklamasikan Kemerdekaan Papua secara Defacto (Kenyataan) dan rencana secara Dejure (Hukum) nanti pada tahun 1970. Tetapi hal ini tidak diterima baik oleh Indonesia. Oleh karena itu, Soekarno didesak untuk mengumandangkan TRIKORA (Tri Komando Rakyat) 18 hari kemudian setelah Proklamasi Negara Papua Barat ini, yaitu pada tanggal 19 December 1961.
Kemudian dibentukla Komando Mandala yang dipimpin oleh Major Jenderal Soeharto, untuk melakukan Operasi Penyusupan dan Operasi Mandala ke Papua Barat. TRIKORA telah diumumkan tetapi senjata tak ada karena Australia, Amerika, Inggris, Perancis (Seluruh Sekutu Belanda) tak mau memberikan senjata kepada Indonesia. Akhirnya Soekarno lari ke Rusia dan membeli senjata di sana, tetapi tetap tak mampu melawan Belanda karena peralatan Belanda lebih canggih apalagi diturunkannya kapal Induk Karel Doorman yang telah menenggelamkan kapal Yosudarso.
Akhirnya, Soekarno mencari jalan lain untuk melumpuhkan Belanda di Tanah Papua yaitu melalui Pembentukkan Partai Komunis Indonesia (PKI). Makanya Belanda terpaksa harus segera meninggalkan Papua karena mendapat tekanan dari rekan sekutunya yaitu Amerika melalui Presiden John. F. Kennedy. (Lihat Surat Presiden Amerika John. F. Kennedy di http://www.freewestpapua.org/docs/kennedyletter.htm).
Kennedy pun diberi jaminan oleh Indonesia untuk menanam Saham di Papua bila daerah tersebut dikuasai oleh Indonesia. Oleh sebab itu, diutuslah mantan DUBES AS di India sebagai penengah antara Indonesia & Belanda yaitu Mr. Elsworht Bunker.
Maka lahirlah usulan yang dikenal yaitu Usulan Bunker, antara lain : Belanda Menyerahkan Administrasi Negara Papua Barat kepada Indonesia melalui suatu badan PBB (Yaitu UNTEA - United Nation Temporary Authority), dan Administrasi Negara Papua akan diatur dan diurus oleh Indonesia hanya selama 25 tahun saja, setelah itu Indonesia akan memberikan Referendum kepada Rakyat Papua untuk Menentukan Nasibnya Sendiri (Apakah tetap dengan Indonesia atau lepas berdiri sendiri).
Dari usul inilah, sehingga melahirkan Perjanjian New York (New York Agreement) yang
ditandatangani di Markas Besar PBB pada tanggal 14 Agustus 1962 dan Perjanjian Roma (Rome Agreement) yang ditandatangani pada tanggal 30 September 1962 di Italia. Yang mana, Perjanjia New York mengurus tentang Proses Peralihan Administrasi Negara Papua dari Belanda ke UNTEA tahun 1962 kemudian diberikan lagi kepada Indonesia pada 1 Mei 1963.
Sedangkan Perjanjian Rome yang berbunyi sebagai berikut :
1.      Referendum atau yang dikenal dengan PEPERA (Penentuan Pendapat Rakyat) yang direncanakan pada tahun 1969, dibatalkan saja atau bula perlu dihapuskan.
2.      Indonesia mengatur dan mengurus Papua hanya selama 25 tahun saja, terhitung mulai tanggal 1 Mei 1963.
3.      Hasil PEPERA diterima di muka umum sidang PBB tanpda ada perdebatan.
4.      Amerika berkewajiban untuk menanam Sahan di Papua Barat demi kemajuan daerah tersebut.
5.      Indonesia akan mengirimkan Transmigrasi ke daerah Papua untuk Assimilasi dan Perkembangan Pembangunan.
**************
Oleh sebab itu, Belanda terpaksa meninggalkan Papua pada Oktober 1962 dan diganti oleh Pasukan UNTEA. Selama keberadaan UNTEA di sana (Papua) pun tetap diserang oleh rakyat Papua. Contohnya penyerangan Marka UNTEA di Manokwari pada bulan Februari 1963 yang dipimpin oleh Sergean PVK (Papoea Vrijwilleger Korps) Permenas Ferry Awom dan Papuan Police yang dipimpin oleh Yohanes Jambuani.
Ketika dikumandangkan TRIKORA juga banyak menyebabkan korban rakyat Pribumi Papua yang dibunuh oleh Militer Indonesia. Setelah dikuasai pun juga banyak terjadi Pembunuhan Masal Rakyat Pribumi Papua oleh Indonesia.
Setelah masuknya Indonesia tanggal 1 Mei 1963, Papua langsung diberi Otonomi Khusus oleh Soekarno tetapi dicabut lagi oleh Soeharto tahun 1966 melalui Ketetapan MPRS no.21. Tahun 1966. Pasal 6.
Apalagi menjelang tahun 1965 setelah terjadi penyerang Markas Arfai (Ex. Marka PVK) yang hingga menyebar ke seluruh daerah kepala Burung (Vogel Kop) yaitu Manokwari, Sorong, Ayamaru, Kebar, Saukorem, Sausapor, Makbon, Ransiki, Merdey, Anggi, Menyambou, dll.
Akibat inilah yang menyebabkan hingga penduduk Pribumi Papua telah menjadi berkurang hingga saat ini. Selain itu, masih banyak lagi Operasi-operasi Militer Indonesia lagi yang menewaskan ratusan ribu rakyat Pribumi Papua. Kemudian lebih parah lagi menjelang diadakannya PEPERA tahun 1969 - 1984. Akibatnya banyak Rakyat Papua yang mmemilih untuk melarikan diri ke Luar Negeri.
Hari berganti hari, tahun berganti tahun, turun temurun hingga anak cucu orang Papua pun bahkan menjadi lebih dendam. Apalagi ditambah dengan adanya penyebaran Virus HIV/AIDS di Papua. Itul merupakan salah satu bukti terjadinya Genocide di Papua.
PEPERA pun akhirnya tidak diijinkan oleh Indonesia dan Amerika untuk memilih sesuai mekanisme/prosedur Internasional yang seharusnya Satu Orang Satu Suara (One Man One Voute) tetapi diubah menjadi sistem perwakilan. Dimana dibentuknya Dewan Musyawarah PEPERA (DMP) yang mana pesertanya adalah Tokoh-tokoh Adat Papua yang dipilih dan ditunjuk dibawah penodongan senjata oleh Militer Indonesia melalui Organisasi Inteligen KOSTRAD yang diberi nama OPSUS (Pimpinannya adalah Ali Murtopo).  Makanya Kontrak Kerja PT. Freeport pun ditandatangani pada tahun 1967 ( sebelum Referendum tahun 1969).
Akhirnya Papua Barat berhasil dikuasai oleh Indonesia, dan Pembangunan pun diadakan dengan setengah hati oleh NKRI karena Daerah ini masih tetap berada dalam Status Quo di NKRI. Buktinya, setelah PEPERA pun belum ada Ketetapan MPR atau Undang-Undang yang Mensahkan masuknya Papua ke dalam NKRI. Sedangkan Timor Leste saja disahkan oleh Ketetapan MPR tetapi setelah Merdeka lalu dicabut Ketetapan tersebut.
***************
Demikian hingga saat ini, Papua tak akan pernah tinggal diam di atas Kekayaan Alamnya yang telah diberikan Tuhan.

Ok….  Inilah OUT LINE yang saya buat:

Introduction
       This paper says that there are many factor that west papua should separate out of nation. It is about history, politic, social, economy, culture. those are would explain why papua should go, it is so ironic where  because the nature resources they had just causing them in a suffering, now they have known how to hold what they had, not to let other hands took it from them.
Content
History:
I will teach about “The Proclamation Papua Since August 17, 1945.
Politic: 
I will tell my experience when I met someone that he used to work at Freeport, that always been suffered by the violence that undertaken by workers.  They shadowed by death when they would go work.
Economy:
I will explain about the Freeport give only Indonesia for the fund tax but they just give Papua a suffering.
Culture:
The degradation of Papua in their culture developing is running slow.
Conclusion:
I will make it simple.  Besides of that I can imagine that Indonesia as husband and Papua as wife.

Kesimpulan:
Menurut Joku, nilai politik dan nilai sejarah dalam perjalanan 50 tahun kembalinya Papua ke pangkuan Republik Indonesia, memang relatif dinamis tergantung dari sudut  pandang masing-masing.  Namun  yang tak  terbantahkan adalah memang banyak kemajuan  yang dicapai Provinsi Papua sekarang ini.  Walaupun kita  tak bisa menutup mata  atas  fakta  bahwa dalan waktu  50 tahun ini, belum semua orang Papua bisa merasakan kemajuan.  Inilah pekerjaan  rumah  yang harus  kita selesaikan bersama, kenapa  belum tercapai, berarti ada  hal-hal yang  belum bisa diwujudkan oleh pemerintah pusat kepada Papua  baik dilihat  dari nilai sejarah, nilai kemanusiaan, maupun  nilai-nilai pembangunan yang lain.
Demikian hingga saat ini, Papua tak akan pernah tinggal diam di atas Kekayaan Alamnya yang telah diberikan Tuhan.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic