Class Review 12
Bersahabat dengan sepi merupakan
sebuah keharusan dan kebiasaan. Kini ku mulai lagi bersahabat dengan sepi. Ku
ukir sejarah dalam sepi. Sejarahku ketika menulis. Sejarahku merangkai kata
demi kata dalam buku catatan class review. Dalam sepi pikiran ini akan terasa
lebih terang. Dalam sepi hati ini merasa lebih jernih. Dalam sepi jiwa ini
merasa lebih tenang.
Selasa pagi, mata kuliah “Writing
and Composition 4” kini telah memasuki pertemuan ketigabelas. Selasa pagi,
dimulai pada tanggal 13 mei 2014, pukul 10.50, tepatnya di ruang 44 gedung PBI.
Sangat luar biasa sekali, saya dan teman-teman PBI-C harus mengerjakan class
review dan merevisi argumentative essay hanya dalam waktu satu malam. Ini
merupakan tantangan terberat kami. Pada mata kuliah “Writing and Composition 4”
ini telah banyak kami menulis. banyak sekali liku-liku yang kami hadapi dalam
membuat paper dan menulis. Pertama, kami disuguhkan dengan appetizer essay
tentang minimnya kemampuan membaca dan menulis di tingkat perguruan tinggi.
Kedua, kami ditugaskan untuk membuat chapter review dari tulisan A. Chaedar
Alwasilah yang berjudul “Rekayasa Literasi”. Ketiga, kami mulai membuat
critical review dari artikelnya Prof. A. Chaedar Alwasilah yang berjudul
“Classroom Discourse to Foster Religious Harmony”. Keempat, kami ditugaskan
membuat critical review 2 dari artikelnya Howard Zinn yang berjudul “Speaking
Truth to Power with Books”. Kelima, membuat critical review 3, yang mana kami
harus membahas tentang Columbus yang ternyata bukan penemu Benua Amerika.
Keenam, kami ditugaskan untuk membaca dan memahami teks yang berjudul “Don’t
Use Your Data as a Pillow” yang ditulis oleh Eben Kirksey. Dalam artikelnya
tersebut, Eben menulis tentang hasil penelitiannya di Papua Barat. Artikel tersebut
akan mengantarkan kami pada pembuatan argumentative essay. Sungguh merupakan
proses yang panjang dan tantangan yang begitu berat di mata kuliah “Writing and
Composition 4” ini, namun itu adalah pengalaman membaca dan menulis yang paling
berharga yang telah Mr. Lala berikan kepada kami.
Argumentative essay merupakan paper
terakhir kami dalam mata kuliah “Writing and Composition 4” ini. Namun, sangat
tidak mudah dalam membuat argumentative essay, karena memerlukan proses yang
panjang. Disini, kami harus lebih banyak membaca. Kami harus memahami tentang
Papua Barat. Kami harus tahu dan memahami sejarah Indonesia dalam
memperjuangkan Papua Barat untuk menjadi bagian dari NKRI. Selain itu, kami
juga harus mengetahui sebenarnya konflik apa yang terjadi di Papua Barat dengan
Indonesia dan siapa saja yang terlibat didalmanya. Kami juga jadi mengetahui
tentang Freepot dan juga British Petroleum (BP). Dalam membuat argumentative
essay kita harus benar-benar banyak membaca dan mempunyai pengetahuan yang
luas. Karena itu adalah kunci utama dalam membuat argumennative essay. Seperti
yang dikatakan oleh Mikko Lehtonen, bahwa a good writing is a good reader.
Dalam bukunya Ken Hyland (2006)
yang berjudul “Teaching and Researching Writing”, menjelaskan bahwa dari
penelitian tentang penulis, kita kenal dengan gagasan bahwa penyusunan adalah
non-linear dan tujuan-driven, dan bahwa siswa dapat memperoleh manfaat dari
memiliki berbagai menulis dan merevisi strategi yang menarik. Sama, penelitian
tentang teks sendiri menunjukan nilai pengetahuan formal dan efek positif
kemampuan bahasa. Hal ini menarik perhatian pentingnya pengetahuan encoding dan
hubungan tepat melalui leksikal dan pilihan tata bahasa dan struktur wacana.
Dari penelitian tentang audience,
kita menyadari pentingnya hal yang tepat untuk perspektif pembaca, strategi
interaksional, dan teks tertentu masyarakat konvensi, dan dari pendekatan
kritis kita menyadari kebutuhan untuk melihat bentuk sering tereifikasi wacana
sasaran hanya sebagai bergengsi (dan contestable) cara membuat makna. Tentu
saja, untuk selalu menerapkan teori-teori kami kepada siswa yang sebenarnya
penulis di kelas kami, dan mengakui bahwa mereka cenderung memiliki ide-ide
mereka sendiri tentang apa tulisan yang baik terdiri atas pengalaman budaya dan
sosial mereka sebelumnya.
Instruksi tertulis yang sukses
membutuhkan kesadaran pentingnya dari kedua faktor kognitif dan sosial. Guru
yang telah memahami berarti memberikan topic yang relevan, mendorong kerjasama
rekan, dan menggabungkan kegiatan kelompok dari berbagai jenis. Banyak guru
menawarkan pelatihan siswa dalam strategi komposisi yang dapat ditransfer di
seluruh situasi, membantu mereka untuk brainstorming, konsep, dan merevisi,
bersama dengan saran tentang bagaimana struktur tulisan mereka sesuai tuntutan
dan kendala konteks tertentu dan kebutuhan pembaca tertentu. Dengan kata lain,
sementara kita belajar menulis apa yang kita tulis harus terkait dengan genre
dan konteks kita harus terlibat masuk ini berarti bahwa perhatian terhadap
penonton sangat penting, dan bahwa umpan balik dari guru dan teman sebaya
bersama-sama dengan penelitian pada khususnya pembaca dan membaca yang tepat
dapat membatu siswa mengantisipasi harapan pembaca tertentu. (Grabe, 2003 ;
Johns, 1997).
·
A process view of writing:
1.
Writing is problem-solving
Writers use invention strategis and
extensive planning to resolve the rhetorical problem that each writing task
presents (menulis adalah pemecahan masalah. Penulis menggunakan strategi
penemuan perencaan yang luas untuk menyelesaikan masalah retoris yang ada pada
setiap writing task yang disajikan.
2.
Writing is generative
Writers explore and discover as
they write (penulis mengesplorasi dan menemukan ide-ide yang mereka tulis).
3.
Writing is recursive
Writers constantly review and
modify their text as they write and often produce several drafts to achieve a
finished product (penulis terus menerus meninjau dan memodifikasi teks-teks
mereka karena mereka menulis dan sering menghasilkan beberapa draft untuk
mencapai selesainya pembuatan).
4.
Writing is collaborative
Writers benefit from focused
feedback from a variety of sources (manfaat penulis dari umpan balik fokus dari
berbagai sumber).
5.
Writing is developmental
Writers should not be evaluated only on their final
products but on their improvement (penulis tidak harus dievaluasi pada produk
akhir mereka, tetapi pada perbaikan mereka).
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa butuh proses yang panjang dalam menulis dan membuat
argumentative essay merupakan essay terakhir dalam mata kuliah “Writing and
Composition 4”. Dalam bukunya Hyland, terdapat lima tampilan proses dalam
menulis, yaitu writing is problem solving, writing is generative, writing is
recursive, writing is collaborative, and writing is developmental.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic