We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Selasa, 13 Mei 2014

Perjalanan dari Sebuah Sejarah di Wilayah Papua Barat

12th Class Review


Selasa, 13 Mei 2014 merupakan pertemuan k-13 dan pertemuan berikutnya akan dilaksanakan esok hari, Mr. Lala Bumela mempercepat pertemuan kita dalam satu minggu sekarang ini karena dua minggu kedepannya kita harus mempersiapkan diri untuk membereskan outline yang sangat terperinci. Pada awalnya kami mengira Class Review ke-11 merupakan Class Review terakhir karena telah disampaikan juga oleh Mr.Lala di pertemuan sebelumnya. 
Aktivitas yang kami lakukan masih sama dengan pertemuan sebelumnya, yakni Mr. Lala memberikan kesempatan kepada kami semua untuk berkonsultasi dengan paper yang kami buat. Dalam konsultasi paper argumentative essay siang hari ini, Mr. Lala Bumela sangat kritis dalam memberikan pandangannya serta tidak luput dari pemberian masukan-masukan yang sangat membangun. Mr. Lala Bumela meng- highlight buku dari Ken Hyland pada halaman 75-79 mengenai dahsyatnya menulis. 
A process view of working terdiri dari lima point penting yang telah disampaikan oleh Mr. Lala, diantaranya:
1.      Problem Solving, terbagi menjadi dua point, yakni:
-          Inventional Strategies
-          Extensive Planning
Menulis pada dasarnya merupakan pemecahan masalah perorangan. Dengan demikian penulis menciptakan strateginya dalam menulis yakni berusaha untuk membangun model kognitif dari penulis saat mereka menulis.

2.      Generative, juga terbagi menjadi dua point:
-          Discover
-          Explore
Kedua nya baik discover maupun explore akan menghasilkan
ide-ide (ideas)
Pandangan bahwa menulis merupakan “Proses generatif dimana penulis menemukan dan merumuskan ide-ide mereka karena mereka mencoba untuk memperkirakan arti'' (Zamel , 1983:165)
3.      Recursive, terdiri dari Constant Review contohnya seperti perputaran
jarum jam yang constant.
Emig (1983) menegaskan ulang bahwa deskripsi menulis sebagai “recursive” berulang , Cukup tidak mengganggu , dari kiri ke kanan yakni dimulai dari fase Pra - menulis ! sampai Menulis aktivitas Post- menulis yang tepat !

4.      Collaborative, yakni Focused Feed Back
5.      Developmental , yakni Improvemental
Sumber: K. Hyland / Journal of Second Language Writing 12 (2003) 17–29.


Dalam sebuah kutipan di sebuah buku yang ditulis oleh Mr. Mikko Lehtonen dari London, United Kingdom dengan judul ‘The Cultural Analysis of Texts’ pada tahun 2000, di dalam sebuah kutipan di bukunya jelas diterangkan bahwa ketika seseorang menulis sebuah teks maka seketika itu pula penulis tidak hanya membangun sebuah arti kedalam sebuah teks, akan tetapi harus juga membangun arti untuk hidupnya melalui cara yakni mencari tahu apa saja prioritas yang mesti di perhatikan di dalam suatu teks agar pemikiran dalam teks itu dapat dengan tepat singkron dengan para pembaca yang ditargetkannya.
Menurut Hoey (2001) seperti yang di kutip dalam Hyland(2004), mempersamakan pembaca dan penulis untuk menari-nari mengikuti step satu dengan yang lainnya.masing-masing pengumpulan makna dari teks oleh antisipasi apa persamaan yang lainnya untuk membuat koneksi pada teks utama. Pada kata lain, menurut Hyland penulis-pembaca membuat sebuah koneksi yang disebut Art.
Lehtonen (2000) on Barthes. Dimana bahasa untuk Saussure sebuah sistem penggambaran maknanya. Barthes telah melihat aturan orang-orang yang telah mempraktekan aktifitas bahasa seperti juga menjadi pusat dalam formasi makna.
Masih menurut Lehtonen penulis bukan penulis sebelumnya untuk tindakan penulisan, tetapi mengambil bentuk seperti one while writing. Barthes tentu saja mengumkan the death of author, tanda secara serempak he birth of the reader.
Pembaca termasuk pilihan apa yang di baca, di olah dan penghubung mereka bersama dalam order to form meaning, sebaik mungkin membawa pengetahun dari pembaca kedalam teks.
Baiklah kita mulai perjalanan semalam ini dengan layaknya perjalanan-perjalanan yang telah kita tempuh sebelumnya. Ini adalah perjalanan menuju kesuksesan, jadi nikmatilah setiap detik pembelajaran, setiap aksara dalam tulisan yang telah kita rangkai menjadikan sebuah paper yang menarik untuk dibaca dan tentunya bermanfaat bagi semua. Amin Ya Rabbal ‘alamin..


Rentetan Sejarah Papua
Kronologi sejarah  memperlihatkan  poin penting dari sejarah perjalanan Papua:
-          1292 – 1521 Kerajaan Majapahit aturan di Indonesia, termasuk Papua
-           1660 Perjanjian ditandatangani antara Tidore dan Ternate, di bawah naungan Belanda, dokumen  menyatakan bahwa Papua milik Raja Tidore
-          1828 Belanda mendirikan sebuah pos administrasi di Fakfak, Papua
-          1898 Belanda mendirikan sebuah pos administratif di Manokwari
-          1918 Belanda kesalahannya konstitusinya untuk memasukkan seluruh Indonesia, termasuk Papua
-          1942 Jepang mengalahkan Belanda, akibatnya menempati Indonesia, termasuk Papua
-          17 Agustus 1945 Indonesia menyatakan kemerdekaannya untuk seluruh wilayah, termasuk Papua
-          1945 Belanda mencoba untuk menduduki kembali Indonesia yang baru merdeka 20 Juli 1947 Pertama “Aksi Polisi” oleh Netherlnads
-          1947 Perjanjian Linggarjati ditandatangani
-          Januari 1948 Perjanjian Renville ditandatangani
-          18 Desember 1948 Kedua “Polisi Aksi” oleh Belanda
-           23 Agustus – 2 November 1949 Konferensi Meja Bundar di Den Haag
-          27 November 1949 Perjanjian Den Haag ditandatangani, Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia namun status Papua tetap tak terpecahkan
-           Januari 1952 Belanda kesalahannya konstitusinya untuk memasukkan Papua dalam wilayah negaranya sendiri
-          1959 The Belanda memilih dewan regional di Papua
-          2 September 1961 Menteri Luar Negeri Belanda menyajikan proposal kepada Majelis Umum PBB mengenai masa depan Papua
-          17 Januari 1962 Penjabat Sekretaris Jenderal PBB mengundang Indonesia dan Belanda untuk membahas masalah Papua.
-          11 Maret 1.962 Penjabat Sekretaris Jenderal PBB U Thant menunjuk Amb. Elseworth Bunker sebagai mediator.
-          2 April 1962 AS menginformasikan Belanda proposal untuk menyelesaikan masalah Papua di bawah “Rencana Bunker.”
-          13 April 1962 Kabinet Belanda enggan setuju pada Rencana Bunker.
-          25 Mei 1962 PBB membuat rincian publik dari Rencana Bunker
-          15 Agustus 1962 The New York Agreement yang ditandatangani oleh Indonesia dan Belanda.
-          1 Oktober 1962 UNTEA Administrasi dimulai di Papua.
-          1 Januari 1963 bendera Indonesia resmi terbang bersama Bendera PBB.
-          13 Maret 1963 Indonesia kembali menetapkan hubungan diplomatik dengan Belanda.
-          1 Mei 1963 UNTEA transfer administrasi Papua ke Indonesia.
-          14 Juli 1969 The Act of Free Choice dimulai di Merauke dengan suara uninamous oleh Majelis Merauke untuk tetap dengan Indonesia.
-          17 Juli 1969 The Act of Free Choice dilakukan di Wamena dengan suara uninamous oleh Majelis Wamena untuk tetap dengan Indonesia.
-          19 Juli 1969 The Act of Free Choice dilakukan di Nabire dengan suara uninamous oleh Majelis Nabire untuk tetap dengan Indonesia.
-          23 Juli 1969 The Act of Free Choice dilakukan di Fakfak dengan suara uninamous oleh Majelis Fakfak untuk tetap dengan Indonesia.
-           26 Juli 1969 The Act of Free Choice dilakukan di Sorong dengan suara uninamous oleh Majelis Sorong untuk tetap dengan Indonesia.
-           29 Juli 1969 The Act of Free Choice dilakukan di Manokwari dengan suara uninamous oleh Majelis Manokwari untuk tetap dengan Indonesia.
-           31 Juli 1969 The Act of Free Choice dilakukan di Biak dengan suara uninamous oleh Majelis Biak untuk tetap dengan Indonesia.
-          2 Agustus 1969 Majelis pertemuan Final di Jayapura dengan suara uninamous oleh Majelis Jayapura untuk tetap dengan Indonesia, untuk mengakhiri Act of Free Choice.
-          6 November 1969 Sekjen PBB U Thant menyajikan laporannya kepada Majelis Umum tentang Pelaksanaan Tindakan Pemilihan Bebas.
-          19 November 1969 UNGA mengadopsi resolusi 2.504 (XXIV) mengakui Papua sebagai bagian dari wilayah Indonesia.
-           21 November 2001 Indonesia hibah otonomi khusus untuk Provinsi Papua.

Kupas Sejarah Freeport di Papua
John Fitzgerald Kennedy (JFK), presiden Amerika Serikat ke-35 ini merupakan sahabat dekat Soekarno. Kedua pemimpin ini cocok bergaul. Hubungan Indonesia dan AS yang sempat renggang pada masa presiden Eisenhower, kembali membaik saat Kennedy berkuasa. Saat Soekarno datang ke AS, Kennedy menyambutnya dengan hangat. Bahkan Kennedy memberi Soekarno kenang-kenangan sebuah helikopter. Kennedy pun berjanji akan mengunjungi Indonesia tahun 1964. Soekarno begitu gembira melihat tawaran persahabatan dari JFK. Soekarno bahkan membangun sebuah paviliun khusus di Istana Negara. Bangunan itu rencananya akan dijadikan tempat Kennedy menginap saat di Jakarta. Sayang, Kennedy tak pernah menempati bangunan itu.

Presiden Kennedy tewas ditembak pada 22 November 1963. Berakhirlah hidup politikus cerdas itu. Kematian Kennedy masih menjadi misteri hingga saat ini. "Kennedy berpikiran progresif. Ketika aku membicarakan masalah bantuan kami, dia mengerti. Dia setuju. Seandainya Presiden Kennedy masih hidup tentu kedua negara tak akan berseberangan sejauh ini," kata Soekarno menyesali tragedi ini dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams.
Sebagian pihak menilai pembunuhan Kennedy penuh nuansa politis. Apa hubungan Kennedy dengan penggalian emas PT Freeport?
Lisa Pease membeberkan hal itu dalam artikel berjudul 'JFK, Indonesia, CIA, and Freeport' di majalah Probe tahun 1996. Tulisan ini juga disimpan dalam National Archive di Washington DC.
Freeport ternyata sudah lama mengincar Papua. Tahun 1959, perusahaan Freeport Sulphur nyaris bangkrut karena tambang mereka di Kuba dinasionalisasi oleh Fidel Castro. Dalam artikel itu disebut berkali-kali CEO Freeport Sulphur merencanakan upaya pembunuhan terhadap Castro, namun berkali-kali pula menemui kegagalan. Di tengah kondisi perusahaan yang terancam hancur itu pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat sebagai Direktur Freeport Sulphur menemui Direktur Pelaksana East Borneo Company, Jan van Gruisen. Gruisen bercerita dirinya menemukan laporan penelitian di Gunung Ersberg (Gunung Tembaga) di Irian Barat yang ditulis Jean Jaques Dozy di tahun 1936. Uniknya, laporan itu sebenarnya sudah dianggap tidak berguna dan tersimpan selama bertahun-tahun begitu saja di perpustakaan Belanda. Namun, Van Gruisen tertarik dengan laporan penelitian yang sudah berdebu itu dan kemudian membacanya. Dengan berapi-api, Van Gruisen bercerita kepada pemimpin Freeport Sulphur itu jika selain memaparkan tentang keindahan alamnya, Jean Jaques Dozy juga menulis tentang kekayaan alamnya yang begitu melimpah.
Tidak seperti wilayah lainnya diseluruh dunia, maka kandungan biji tembaga yang ada disekujur tubuh Gunung Ersberg itu terhampar di atas permukaan tanah, jadi tidak tersembunyi di dalam tanah. Mendengar hal itu, Wilson sangat antusias dan segera melakukan perjalanan ke Irian Barat untuk mengecek kebenaran cerita itu. Di dalam benaknya, jika kisah laporan ini benar, maka perusahaannya akan bisa bangkit kembali dan selamat dari kebangkrutan yang sudah di depan mata. Selama beberapa bulan, Forbes Wilson melakukan survey dengan seksama atas Gunung Ersberg dan juga wilayah sekitarnya. Penelitiannya ini kelak ditulisnya dalam sebuah buku berjudul The Conquest of Cooper Mountain. Wilson menyebut gunung tersebut sebagai harta karun terbesar, yang untuk memperolehnya tidak perlu menyelam lagi karena semua harta karun itu telah terhampar di permukaan tanah.

Dari udara, tanah disekujur gunung tersebut berkilauan ditimpa sinar matahari. Wilson juga mendapatkan temuan yang nyaris membuatnya gila. Karena selain dipenuhi bijih tembaga, gunung tersebut ternyata juga dipenuhi bijih emas dan perak!! Menurut Wilson, seharusnya gunung tersebut diberi nama GOLD MOUNTAIN, bukan Gunung Tembaga. Sebagai seorang pakar pertambangan, Wilson memperkirakan jika Freeport akan untung besar, hanya dalam waktu tiga tahun pasti sudah kembali modal. Pimpinan Freeport Sulphur ini pun bergerak dengan cepat.
Pada 1 Februari 1960, Freeport Sulphurmeneken kerjasama dengan East Borneo Company untuk mengeksplorasi gunung tersebut. Namun lagi-lagi Freeport Sulphur mengalami kenyataan yang hampir sama dengan yang pernah dialaminya di Kuba. Perubahan eskalasi politik atas tanah Irian Barat tengah mengancam.

Tahun 1960, suasana di Papua tegang. Soekarno berusaha merebut Papua dari Belanda lewat operasi militer yang diberi nama Trikora. Wilson disebutkan berusaha meminta bantuan John F Kennedy. Tapi si Presiden AS itu malah kelihatan mendukung Soekarno. John pula yang mengirimkan adiknya Bob Kennedy untuk menekan pemerintah Belanda agar tak mempertahankan Papua. JFK juga yang mengancam Belanda akan menghentikan bantuan Marshall Plan jika ngotot mempertahankan Irian Barat. Belanda yang saat itu memerlukan bantuan dana segar untuk membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran akibat Perang Dunia II, terpaksa menurut. Agaknya Belanda pun tak tahu ada gunung emas di Papua sehingga mereka menurut saja disuruh mundur oleh AS.
Kontrak Freeport pun buyar. Apalagi Soekarno selalu menolak perusahaan asing menancapkan kaki mereka di Papua. Pada perusahaan minyak asing yang sudah kadung beroperasi di Riau, Soekarno meminta jatah 60 persen untuk rakyat Indonesia. Kekesalan mereka bertambah, Kennedy akan menyiapkan paket bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 11 juta AS dengan melibatkan IMF dan Bank Dunia. 
Dalam surat dari duta besar Pakistan di Eropa Desember 1964, menyampaikan informasi rahasia dari intel Belanda yang mengatakan bahwa dalam waktu dekat, Indonesia akan beralih ke Barat. Maksud dari informasi itu adalah akan terjadi kudeta di Indonesia oleh partai komunis. Sebab itu, angkatan darat memiliki alasan kuat untuk menamatkan Partai Komunis Indonesia (PKI), setelah itu membuat Soekarno menjadi tahanan. Maka dibuatlah PKI sebagai kambing hitam sebagai tersangka pembunuhan 7 Dewan Jenderal yang pro Sukarno melalui Gerakan 30 September yang didalangi oleh PKI, atau dikenal oleh pro-Suharto sebagai “G-30/S-PKI” dan disebut juga sebagai Gestapu (Gerakan Tiga Puluh) September oleh pro-Sukarno.
Setelah pecahnya peristiwa Gerakan 30 September 1965, keadaan negara Indonesia berubah total. Terjadi kudeta yang telah direncanakan dengan “memelintir dan mengubah” isi Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) 1966, yang pada akhirnya isi dari surat perintah itu disalahartikan. Dalam Supersemar, Sukarno sebenarnya hanya memberi mandat untuk mengatasi keadaan negara yang kacau-balau kepada Suharto, bukan justru menjadikannya menjadi seorang presiden.

Dalam artikel berjudul JFK, Indonesia, CIA, and Freeport yang diterbitkan majalah Probe edisi Maret-April 1996, Pada akhirnya pada awal November 1965, satu bulan setelah tragedi terbunuhnya sejumlah perwira loyalis Soekarno (yang dikenal juga sebagai 7 dewan Jenderal yang dibunuh PKI), Forbes Wilson mendapat telpon dari Ketua Dewan Direktur Freeport, Langbourne Williams, yang menanyakan, “Apakah Freeport sudah siap untuk mengekplorasi gunung emas di Irian Barat?”
Sebutir peluru menghentikan langkah Kennedy. Kebijakan pengganti Kennedy langsung bertolak belakang. Indonesia pun makin jauh dari AS dan semakin mesra dengan Blok Timur yang berbau komunis. Tragedi September 1965 menghancurkan Soekarno. Dia yang keras menolak modal asing, digantikan Soeharto. Setelah dilantik, Soeharto segera meneken pengesahan Undang-undang Penanaman Modal Asing pada 1967. Freepot menjadi perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Soeharto.
Ironisnya, pemerintah Indonesia hanya dapat jatah 1 persen. Kontras sekali dengan apa yang diperjuangkan Soekarno. Kalau JFK dan Soekarno masih ada, tak akan ada Freeport di Papua.

Kesimpulan:
Semangat belajar menulis sampai pada detik ini seperti apa yang telah diteorikan oleh Ken Hyland, yakni kelima point penting yang telah di paparkan di atas diantarannya: problem solving, generative, recursive, collaborating, dan developmental. Sebuah proses pembelajaranlah yang di nilai penting. Ternyata banyak sekali historical pauses yang telah di paparkan pada serentetan sejarah yang terjadi di Papua Barat dari sebelum kemerdekaan. Juga ada nya sejarah awal mula masuknya Freeport yang perlu kita ketahui bersama, negeri kita sangat kaya akan Sumber Daya Alam sehingga kekayaan tersebut dimanfaatkan oleh ulah orang-orang jahat yang hanya ingin menguasainya dan melakukan banyak aksi konfrontasi.
Referensi:

Sejarah Papua Barat (http://wpnla.blogspot.com/2013/12/rentetan-sejarah-papua-barat.html) di akses pada hari Selasa, 13 Mei 2014, 20:14
Cikal Bakal Masuknya Freeport di Tanah Papua










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic