Pada
hari ini, kita kenang 5 bulan yang silam. Ketika Mr. Lala Bumela mulai mengaktifkan
ruh para laskar PBI-C untuk melewati gerbong-gerbong peperangan, kredibilitas
beliau mulai dilontarkan. Secara simultan, teka-teki peperangan mulai
digambarkan dengan radikal. Mulai dari siasat pertempuran, pembuatan ranjau/bom
kertas, penyucian ideology, pengasupan dogma-dogma ilmiah, dan sering kita
berdiri dalam garis merah peperangan. Kini, di tanggal 6 Mei 2014 perkataannya
kembali menderu ditelinga. Kita melakukan ritual, dengan komitmen tak ada
satupun laskar PBI-C yang meringkuk di bawah bendera kemenangan.
Kemenangan
ini seakan menjadi sebuah impian akhir, karena kita semakin dekat dengan akhir.
Di akhir peperangan ini, kita beradu dengan beberapa opini, konstruksi ideologi
yang bernilai, dan mempertanggung jawabkan konsekuensi, yaitu dengan cara
menulis Argumentative Essay. Memotret
ulang kembali tentang Argumentative Essay, ada tiga hal yang kita lihat di
dalam Argumentative Essay, yaitu Reasoning,
Definite evidence, dan A working
thesis.
Ketiga hal tersebut
adalah apa yang akan kita diskusikan untuk hari ini, dengan melihat reasoning,
definite evidence dan a working thesis dalam outline Argumentative Essay.
a.
Reasoning
Bukan
hanya di Argumentative Essay sebenarnya, menulis secara umum juga memerlukan
pemikiran/penalaran. Menurut “Fleming
Grace dalam tulisannya (How to Write an Argument Essay) di New York Time
company, sebuah Argumentative
Essay menggunakan
penalaran dan bukti -bukan emosi-
untuk mengambil
sikap definitif
(yang sudah pasti) tentang isu kontroversial atau yang
diperdebatkan.
Esai ini membahas dua sisi (pro dan kontra) dari sebuah topik, dan
membuktikan mengapa salah satu sisi atau posisi adalah yang terbaik. Contohnya dalam proyek konstruksi
Argumentative Essay adalah tentang Papua Barat, kita lihat siapa yang mengambil
posisi pro dan siapa yang kontra dalam memetakan masalah Papua Barat.
Isu tentang Papua Barat
adalah hal yang spesifik untuk dibahas. Isu yang diperdebatkan mencakup berbagai topic. Proyek analisis kita
dalam isu Papua Barat adalah “Mengembalikan
Patriotisme Papua Barat ke Indonesia”, ini adalah subjek yang terlalu luas
karena topik permasalahannya meliputi Sejarah Papua dulu dengan Indonesia,
nasionalisme Papua Barat yang hilang, atau apakah patriotisme orang Papua Barat
sudah memudar. Semua ini bisa menjadi satu-satunya fokus kertas argumentatif,
dalam penalaran suatu Isu yang diperdebatkan.
b. Definite
evidence
Menulis Argumentative
Essay membutuhkan bukti-bukti yang mendalam, bukti pasti yang dapat
dipertanggung jawabkan. Kita lihat dalam Reasoning
bahwa argumentative essay membahas kedua sisi (pro dan kontra), maka
memerlukan penelitian kedua sisi topik secara menyeluruh. Bahkan jika kita tahu
sisi mana yang ingin diperdebatkan, penelitian ini memberikan ide-ide untuk counterarguments dan membantu
keseimbangan tulisan
dan menunjukkan kita sebuah prasangka.
Contohnya jika kita perdebatkan masalah Papua Barat yang harus disatukan lagi
dengan Indonesia, kita harus mendukung bukti-bukti yang kuat supaya pembaca
berada dipihak kita dan berada dalam prasangka yang sama. Dengan cara memulai
penelitian, mengambil responden-responden dalam skala yang mecukupi,
fakta-fakta, contoh, opini para ahli atau pengalaman pribadi.
c. A
working thesis
Dalam
“The Writing Lab–D204d http://bellevuecollege.edu/asc/writing 425-564-2200”, salah satu
yang ada dalam kertas Argumentative adalah mengembangkan
tesis kerja. Menyatakan posisi kita pada masalah
ini dan meringkas alasan utama argumen kita dalam satu
kalimat. Body Paragraph kita harus
menjelaskan alasan kita sepenuhnya, dalam thesis terdapat opini, reason (dalam satu kalimat).
Body Paragraphs
Option # 1 : Menghadirkan kedua sisi masalah ini, kemudian menyatakan pendapat kita dan jelaskan mengapa kita memilih sisi itu. Pilihan ini berguna jika kita tidak memiliki pendapat tentang masalah sebelum
penelitian, atau pembaca tidak akrab dengan topik yag kita angkat.
o Satu setengah sampai dua pertiga dari kertas menjelaskan masalah ini, menunjukkan dua sisi yang berlawanan, dan memberikan penilaian terhadap masing-masing. Ini menunjukkan bahwa kita memang melakukan penelitian dan seorang ahli pada subjek.
o Satu setengah sampai dua pertiga dari kertas menjelaskan masalah ini, menunjukkan dua sisi yang berlawanan, dan memberikan penilaian terhadap masing-masing. Ini menunjukkan bahwa kita memang melakukan penelitian dan seorang ahli pada subjek.
o Selanjutnya,
ketika menyatakan posisi kita, pembaca mungkin akan lebih cenderung untuk setuju
dengan kita.
o terakhir,
jelaskan alasan kita untuk memilih sisi itu tanpa mengulangi ide dari
paragraf sebelumnya.
Opsi # 2 : Apa pendapat kita di awal.
Daftar dan menjelaskan alasan-alasan pilihan kita. Akui argumen
pihak lain; kemudian, membantah/membantah argumen-argumen. Pilihan ini berguna
ketika pembaca sudah memiliki beberapa pengetahuan
tentang masalah ini. Hal ini memungkinkan kita untuk menjadi
lebih tegas, sehingga membuat argumen
menjadi kuat.
o Pilih bukti kuat dari penelitian dan menyajikan poin penting -- biasanya satu titik per tubuh paragraf.
o Selanjutnya, menjelaskan satu atau
dua poin pihak lawan untuk menunjukkan bagaimana pembaca mungkin keberatan
dengan argumen kita. Kemudian, menunjukkan bagaimana
argumen ini tidak masuk akal, tidak logis, atau tidak efektif. Pastikan untuk
menegaskan kembali sudut pandang kita sendiri dan
mengapa itu adalah pilihan terbaik.
(Diambil dari: http://bellevuecollege.edu/asc/writing)
Sebenarnya
menghadirkan kedua sisi memang tak mudah, oleh sebab itu kita mengalami
kesalahan dalam hal ini. Dalam perspektif kelas kita memilih beberapa alasan
untuk menguatkan bukti bahwa Papua Barat harus masih bergabung dengan NKRI,
yaitu dari segi education, natural resources, culture, history dan art. Kelima hal tersebut setelah melalui
tahap analisis, merupakan hal yang masih tabu. Dalam hal ini kita menilai Papua
Barat dari segi materi, dengan segala SDA dan budayanya. Tapi ada satu hal yang
benar mencapai alasan, yaitu history.
Alasan
memepertahankan Papua adalah History, karena “history as an asset”. Sejarah
merupakan hal yang memiliki nilai harga, karena perlu dipertahankan dan tak
bisa diganti. Kajian sejarah, sebagai suatu asset
milik kehidupan masyarakat manusia, kita bisa lihat hasil konstruksi masa depan
karena kejadian masa lalu. Menurut Prof. Dr. Kuntowijoyo juga
mengatakan bahwa Sejarah yaitu ilmu tentang manusia, tentang waktu, tentang
sesuatu yang mempunyai makna social dan ilmu tentang sesuatu yang terinci dan
tertentu.
Ini bisa dilihat bahwa
sejarawan dengan metodologi yang dimilikinya
memang dapat mengungkap beragam rupa kebenaran sebagai hasil dari proses
dialognya dengan masa lalu. Ia dapat saja menyingkap, meneguhkan bahkan
mendekonstruksi identitas suatu masyarakat, namun system nilai yang berlaku di
suatu masyarakat itu sendirilah yang akan menentukan apakah hasil karya sang
sejarawan dapat diterima atau ditolak, diperlakukan secara sacral sebagai suatu
yang monumental dalam ingatan kolektif masyarakat, atau akhirnya hanya mendapat
tempat sebagai sebuah pengetahuan yang sepintas lalu untuk kemudian terlupakan,
tenggelam dalam hiruk pikuk masyarakat yang mengalami percepatan terus menerus.
Dalam
proyek Essay ini, kita mencoba menyelidiki sejarah yang ada di Papua dari tahun
1945-1960, dan 1960-2014. Sedikit menyinggung sejarah Papua, bahwa ditahun
1945-2014 sekarang ini adalah masa kemerdekaan.
Saat
Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, 17 Agustus 1945, Papua masih Dutch
East Indies.
b.
1949-1962, mengacu pada wilayah Papua
Barat yang kala itu adalah wilayah luar negeri kerajaan Belanda. (Papua belum
bisa merdeka, masih bagian dari Belanda)
c.
Dalam
Konferensi Meja Bundar tahun 1949, Belanda dan Indonesia tidak berhasil
mencapai keputusan mengenai Papua Barat, namun setuju bahwa hal ini akan
dibicarakan kembali dalam jangka waktu satu tahun.
d.
Pada
bulan Desember 1950, PBB memutuskan bahwa Papua Barat memiliki hak merdeka
sesuai dengan pasal 73e Piagam PBB.
e.
Pada
17 Agustus 1956 Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat dengan ibukota di
Soasiu yang berada di Pulau Tidore, dengan gubernur pertamanya, Zainal Abidin
Syah yang dilantik pada tanggal 23 September 1956.
f.
Pada
tanggal 6 Maret 1959, harian New York Times melaporkan penemuan emas oleh
pemerintah Belanda di dekat laut Arafura.
g.
Dewan
Papua bertemu pada tanggal 19 Oktober 1961 untuk memilih sebuah komisi nasional
untuk kemerdekaan, bendera Papua, lambang negara, lagu kebangsaan ("Hai
Tanahkoe Papua"), dan nama Papua.
h.
Tahun
1962-1964, operasi Trikora dilancarkan, dilandasi oleh sentimen anti-Belanda
untuk merebut Papua sebagai wilayah NKRI. Di sisi lain, tidak ada pendekatan
yang jelas terhadap pihak masyarakat Papua.
i.
Pada
tanggal 15 Agustus 1962, akhir dari konflik. Perundingan antara Indonesia dan
Belanda dilaksanakan di Markas Besar PBB di New York. Pada perundingan itu,
Indonesia diwakili oleh Soebandrio, dan Belanda diwakili oleh Jan Herman van
Roijen dan C.W.A. Schurmann.
j.
Pada
tanggal 1 Mei 1963, UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority)
menyerahkan pemerintahan Papua Barat kepada Indonesia.
k.
Keputusan
penyatuan antara Papua Barat kepada Indonesia ini ditentang oleh banyak pihak
di Papua, dan melahirkan Organisasi Papua Merdeka atau OPM pada 1965.
l.
Tahun
1969, dilakukan Pepera, atau Penentuan Pendapat Rakyat, pengambilan referendum
untuk menentukan pilihan bagi masyarakat Papua untuk berdiri sendiri atau
menjadi bagian dari NKRI. Hasil dari PEPERA tersebut membuktikan bahwa Papua
berhasil masuk menjadi bagian NKRI. Setelah Papua menjadi bagian dari NKRI,
ternyata pemerintah Indonesia tidak berhasil mendorong Papua mengejar
ketertinggalan dari daerah-daerah lainnya dalam waktu yang singkat.
m.
pada
tahun 1970-an, pemerintah Belanda kemudian memulai persiapan untuk menjadikan
Papua negara merdeka selambat-lambatnya
n.
Pada 1 Juli 1971, Brigjen Zeth J.
Rumkorem, memproklamirkan Kemerdekaan Negara Papua Barat di Kecamatan Waris,
Kabupaten Jayapura. Di zaman ini, beliau menamakan sayap militer OPM yakni:
Tentara Pembebasan Nasional (TPN) dimana beliaulah Panglima TPN merangkap
Presiden Pemerintahan Negara Papua dan tuan Jacob Prai menjabat Ketua Senat.
o.
Sebelum
pemberlakuan otonomi daerah pada tahun 1999, pembangunan di Papua sangatlah
mandek.
p.
Pada
tahun 2000, presiden Abdurrahman Wahid memberi otonomi khusus kepada provinsi
Papua untuk meredam usaha separatis.
q.
Otonomi
Khusus diberlakukan pada tahun 2001, dengan pemberian Otsus ini pemerintah
Indonesia memberi kesempatan bagi Pemerintah Daerah di Papua untuk menentukan
sendiri arah pembangunan di Papua dalam koridor peraturan yang berlaku. (Rezim Presiden
Megawati Soekarnoputri)
r.
Pada 22 Februari 2002, lahirlah United
West Papua National Front For Independence (UWPNAFI) yang kemudian Februari
2004 dirubah menjadi United West Papua National Council for Independence
(UWPNACI).
s.
Pada 15-16 Juni 2003, Delegasi Papua
yang beranggotakan 26 orang ( yakni perwakilan dalam negeri Papua, Asia
termasuk Indonesia, Eropa, Amerika, Afrika, dan Pasifik menghadiri undangan
Parlemen Uni Eropa di Brusel, Belgium, dimana
konferensi tersebut berhasil mempengaruhi Parlemen Eropa memberi tempat /Desk
Papua dalam Parlemen Uni Eropa.
t.
Pada tahun 2004, Perlawanan rakyat Papua
yang berlangsung sejak administrasi kedaulatan wilayah milik rakyat Bangsa
Melanesia Papua dialihkan kepada NKRI telah menimbulkan terlampau banyak korban
harta benda, keringat, air mata dan darah rakyat Papua (PETAKA KEMANUSIAAN)
terhadap Rakyat Papua.
u.
Pada
Maret 2006, Komisi PBB untuk Kebijakan Pembangunan menyeru agar status Papua
Nugini sebagai negara berkembang diturunkan menjadi negara terbelakang karena
kemandekan sosial dan ekonomi yang mulur.
v.
Sebuah
penilaian yang dilakukan IMF pada penghujung 2008 menemukan bahwa "paduan
antara kebijakan moneter dan fiskal yang tepat, dan tingginya harga ekspor
barang tambang dunia, telah mendukung mengambangnya pertumbuhan ekonomi dan
memantapnya ekonomi makro terbaru Papua Nugini.
Dari bukti di atas jelas, bahwa sejarah memepengaruhi keadaan
yang akan mendatang. Sejarah Papua dulu masih berbicara hingga sekarang, ini
jelas bahwa sejarah adalah asset besar. Lihat bagaimana sejarah Papua dulu
penuh dengan perjuangan, perjanjian, penuh dengan polemic yang sampai sekarang
masih diperbincangkan dan semuanya mengakar hingga sekarang. Melihat masalah
Argumentative Essay, seperti kita menengok kembali Critical review yang dulu
juga membahas tentang sejarah. Kita ditugaskan untuk mengoneksikan keterkaitan
segitiga keramat, yaitu Literacy, history dan ideology.
Seperti
yang kita lihat, ketiganya mempunyai koneksi. Dengan berangkat dari history,
kita melihat ada sisi literacy di dalamnya, history adalah kumpulan teks dan
berbagai kontek yang berada di dalamnya. Ken
Hyland, dalam bukunya Teaching and
Researching Writing (2002,2009:48) menjelaskan konsepsi literasi modern
mendorong kita untuk melihat tulisan sebagai praktik sosial, bukan sebagai
ketrampilan abstrak yang dipisahkan dari orang-orang dan tempat dimana mereka
menggunakan teks.
Kita lihat dalam history merupakan praktek sosial yang tak
jauh dari orang-orang yang menjadi tokoh, serta tempat dan waktu kejadian. Jadi
literasi dianggap sebagai suatu keahlian dalam mengeksplor konteks dalam wacana
kedalam tulisan, kemampuan mengkaji teks dari sisi manapun dilihat dari sudut
pandang ini. History maupun literacy juga memiliki keterkaitan dengan ideology,
karena dari sisi ini kita berpikir menyimpulkan sudut pandang mana. Dalam Essay
ini juga kita pro atau kontra dalam memecahkan masalah Papua, ini adalah
ideology.
Dengan demikian dalam pembahasan kali ini, kita bisa lihat
bahwa Argumentative Essay mengantarkan kita pada peperangan akhir. Tapi ini
akan menjadi akhir peperangan para laskar gigih yang melelahkan, karena kita
juga masih terikat dalam aturan dan mematuhi rambu peperangan ini. Dengan
aturan menciptakan Essay, dibutuhkan Reasoning, Definite evidence, dan A
working thesis yang baik. Keterkaitan History, literacy dan ideology juga
menyertai. Ini adalah peperangan terakhir, peperangan sang pemikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic