We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Selasa, 13 Mei 2014

WEST PAPUA IN MEMORIES

-Class review 11-

Pada hari ini, kita kenang 5 bulan yang silam. Ketika Mr. Lala Bumela mulai mengaktifkan ruh para laskar PBI-C untuk melewati gerbong-gerbong peperangan, kredibilitas beliau mulai dilontarkan. Secara simultan, teka-teki peperangan mulai digambarkan dengan radikal. Mulai dari siasat pertempuran, pembuatan ranjau/bom kertas, penyucian ideology, pengasupan dogma-dogma ilmiah, dan sering kita berdiri dalam garis merah peperangan. Kini, di tanggal 6 Mei 2014 perkataannya kembali menderu ditelinga. Kita melakukan ritual, dengan komitmen tak ada satupun laskar PBI-C yang meringkuk di bawah bendera kemenangan.

Kemenangan ini seakan menjadi sebuah impian akhir, karena kita semakin dekat dengan akhir. Di akhir peperangan ini, kita beradu dengan beberapa opini, konstruksi ideologi yang bernilai, dan mempertanggung jawabkan konsekuensi, yaitu dengan cara menulis Argumentative Essay. Memotret ulang kembali tentang Argumentative Essay, ada tiga hal yang kita lihat di dalam Argumentative Essay, yaitu Reasoning, Definite evidence, dan A working thesis.

                       

Ketiga hal tersebut adalah apa yang akan kita diskusikan untuk hari ini, dengan melihat reasoning, definite evidence dan a working thesis dalam outline Argumentative Essay. 

a.       Reasoning
Bukan hanya di Argumentative Essay sebenarnya, menulis secara umum juga memerlukan pemikiran/penalaran. Menurut “Fleming Grace dalam tulisannya (How to Write an Argument Essay) di New York Time company, sebuah Argumentative Essay menggunakan penalaran dan bukti -bukan emosi- untuk mengambil sikap definitif (yang sudah pasti) tentang isu kontroversial atau yang diperdebatkan. Esai ini membahas dua sisi (pro dan kontra) dari sebuah topik, dan membuktikan mengapa salah satu sisi atau posisi adalah yang terbaik. Contohnya dalam proyek konstruksi Argumentative Essay adalah tentang Papua Barat, kita lihat siapa yang mengambil posisi pro dan siapa yang kontra dalam memetakan masalah Papua Barat

Isu tentang Papua Barat adalah hal yang spesifik untuk dibahas. Isu yang diperdebatkan mencakup berbagai topic. Proyek analisis kita dalam isu Papua Barat adalah “Mengembalikan Patriotisme Papua Barat ke Indonesia”, ini adalah subjek yang terlalu luas karena topik permasalahannya meliputi Sejarah Papua dulu dengan Indonesia, nasionalisme Papua Barat yang hilang, atau apakah patriotisme orang Papua Barat sudah memudar. Semua ini bisa menjadi satu-satunya fokus kertas argumentatif, dalam penalaran suatu Isu yang diperdebatkan.

b.      Definite evidence

Menulis Argumentative Essay membutuhkan bukti-bukti yang mendalam, bukti pasti yang dapat dipertanggung jawabkan. Kita lihat dalam Reasoning bahwa argumentative essay membahas kedua sisi (pro dan kontra), maka memerlukan penelitian kedua sisi topik secara menyeluruh. Bahkan jika kita tahu sisi mana yang ingin diperdebatkan, penelitian ini memberikan ide-ide untuk counterarguments dan membantu keseimbangan tulisan dan menunjukkan kita sebuah  prasangka. Contohnya jika kita perdebatkan masalah Papua Barat yang harus disatukan lagi dengan Indonesia, kita harus mendukung bukti-bukti yang kuat supaya pembaca berada dipihak kita dan berada dalam prasangka yang sama. Dengan cara memulai penelitian, mengambil responden-responden dalam skala yang mecukupi, fakta-fakta, contoh, opini para ahli atau pengalaman pribadi.

c.       A working thesis

Dalam “The Writing Lab–D204d http://bellevuecollege.edu/asc/writing 425-564-2200”, salah satu yang ada dalam kertas Argumentative adalah mengembangkan tesis kerja. Menyatakan posisi kita pada masalah ini dan meringkas alasan utama argumen kita dalam satu kalimat. Body Paragraph kita harus menjelaskan alasan kita sepenuhnya, dalam thesis terdapat opini, reason (dalam satu kalimat).

Body Paragraphs

Option # 1 : Menghadirkan kedua sisi masalah ini, kemudian menyatakan pendapat kita dan jelaskan mengapa kita memilih sisi itu. Pilihan ini berguna jika kita tidak memiliki pendapat tentang masalah sebelum penelitian, atau pembaca tidak akrab dengan topik yag kita angkat.
o Satu setengah sampai dua pertiga dari kertas menjelaskan masalah ini, menunjukkan dua sisi yang berlawanan, dan memberikan penilaian terhadap masing-masing. Ini menunjukkan bahwa
kita memang melakukan penelitian dan seorang ahli pada subjek.
o Selanjutnya, ketika menyatakan posisi kita, pembaca mungkin akan lebih cenderung untuk setuju dengan kita.
o terakhir, jelaskan alasan kita untuk memilih sisi itu tanpa mengulangi ide dari paragraf sebelumnya.

Opsi # 2 : Apa pendapat kita di awal. Daftar dan menjelaskan alasan-alasan pilihan kita. Akui argumen pihak lain; kemudian, membantah/membantah argumen-argumen. Pilihan ini berguna ketika pembaca sudah memiliki beberapa pengetahuan tentang masalah ini. Hal ini memungkinkan kita untuk menjadi lebih tegas, sehingga membuat argumen menjadi kuat.
o Pilih bukti kuat dari penelitian dan menyajikan poin penting -- biasanya satu titik per tubuh paragraf.
 o Selanjutnya, menjelaskan satu atau dua poin pihak lawan untuk menunjukkan bagaimana pembaca mungkin keberatan dengan argumen kita. Kemudian, menunjukkan bagaimana argumen ini tidak masuk akal, tidak logis, atau tidak efektif. Pastikan untuk menegaskan kembali sudut pandang kita sendiri dan mengapa itu adalah pilihan terbaik. (Diambil dari: http://bellevuecollege.edu/asc/writing)

            Sebenarnya menghadirkan kedua sisi memang tak mudah, oleh sebab itu kita mengalami kesalahan dalam hal ini. Dalam perspektif kelas kita memilih beberapa alasan untuk menguatkan bukti bahwa Papua Barat harus masih bergabung dengan NKRI, yaitu  dari segi education, natural resources, culture, history dan art. Kelima hal tersebut setelah melalui tahap analisis, merupakan hal yang masih tabu. Dalam hal ini kita menilai Papua Barat dari segi materi, dengan segala SDA dan budayanya. Tapi ada satu hal yang benar mencapai alasan, yaitu history.

            Alasan memepertahankan Papua adalah History, karena “history as an asset”. Sejarah merupakan hal yang memiliki nilai harga, karena perlu dipertahankan dan tak bisa diganti. Kajian sejarah, sebagai suatu asset milik kehidupan masyarakat manusia, kita bisa lihat hasil konstruksi masa depan karena kejadian masa lalu. Menurut Prof. Dr. Kuntowijoyo juga mengatakan bahwa Sejarah yaitu ilmu tentang manusia, tentang waktu, tentang sesuatu yang mempunyai makna social dan ilmu tentang sesuatu yang terinci dan tertentu.

Ini bisa dilihat bahwa sejarawan dengan metodologi yang dimilikinya memang dapat mengungkap beragam rupa kebenaran sebagai hasil dari proses dialognya dengan masa lalu. Ia dapat saja menyingkap, meneguhkan bahkan mendekonstruksi identitas suatu masyarakat, namun system nilai yang berlaku di suatu masyarakat itu sendirilah yang akan menentukan apakah hasil karya sang sejarawan dapat diterima atau ditolak, diperlakukan secara sacral sebagai suatu yang monumental dalam ingatan kolektif masyarakat, atau akhirnya hanya mendapat tempat sebagai sebuah pengetahuan yang sepintas lalu untuk kemudian terlupakan, tenggelam dalam hiruk pikuk masyarakat yang mengalami percepatan terus menerus.

Dalam proyek Essay ini, kita mencoba menyelidiki sejarah yang ada di Papua dari tahun 1945-1960, dan 1960-2014. Sedikit menyinggung sejarah Papua, bahwa ditahun 1945-2014 sekarang ini adalah masa kemerdekaan.
       Saat Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, 17 Agustus 1945, Papua masih Dutch East Indies.
b.      1949-1962, mengacu pada wilayah Papua Barat yang kala itu adalah wilayah luar negeri kerajaan Belanda. (Papua belum bisa merdeka, masih bagian dari Belanda)
c.       Dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949, Belanda dan Indonesia tidak berhasil mencapai keputusan mengenai Papua Barat, namun setuju bahwa hal ini akan dibicarakan kembali dalam jangka waktu satu tahun.
d.      Pada bulan Desember 1950, PBB memutuskan bahwa Papua Barat memiliki hak merdeka sesuai dengan pasal 73e Piagam PBB.
e.       Pada 17 Agustus 1956 Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat dengan ibukota di Soasiu yang berada di Pulau Tidore, dengan gubernur pertamanya, Zainal Abidin Syah yang dilantik pada tanggal 23 September 1956.
f.       Pada tanggal 6 Maret 1959, harian New York Times melaporkan penemuan emas oleh pemerintah Belanda di dekat laut Arafura.
g.      Dewan Papua bertemu pada tanggal 19 Oktober 1961 untuk memilih sebuah komisi nasional untuk kemerdekaan, bendera Papua, lambang negara, lagu kebangsaan ("Hai Tanahkoe Papua"), dan nama Papua.
h.      Tahun 1962-1964, operasi Trikora dilancarkan, dilandasi oleh sentimen anti-Belanda untuk merebut Papua sebagai wilayah NKRI. Di sisi lain, tidak ada pendekatan yang jelas terhadap pihak masyarakat Papua.
i.        Pada tanggal 15 Agustus 1962, akhir dari konflik. Perundingan antara Indonesia dan Belanda dilaksanakan di Markas Besar PBB di New York. Pada perundingan itu, Indonesia diwakili oleh Soebandrio, dan Belanda diwakili oleh Jan Herman van Roijen dan C.W.A. Schurmann.
j.        Pada tanggal 1 Mei 1963, UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority) menyerahkan pemerintahan Papua Barat kepada Indonesia.
k.      Keputusan penyatuan antara Papua Barat kepada Indonesia ini ditentang oleh banyak pihak di Papua, dan melahirkan Organisasi Papua Merdeka atau OPM pada 1965.
l.        Tahun 1969, dilakukan Pepera, atau Penentuan Pendapat Rakyat, pengambilan referendum untuk menentukan pilihan bagi masyarakat Papua untuk berdiri sendiri atau menjadi bagian dari NKRI. Hasil dari PEPERA tersebut membuktikan bahwa Papua berhasil masuk menjadi bagian NKRI. Setelah Papua menjadi bagian dari NKRI, ternyata pemerintah Indonesia tidak berhasil mendorong Papua mengejar ketertinggalan dari daerah-daerah lainnya dalam waktu yang singkat.
m.    pada tahun 1970-an, pemerintah Belanda kemudian memulai persiapan untuk menjadikan Papua negara merdeka selambat-lambatnya
n.      Pada 1 Juli 1971, Brigjen Zeth J. Rumkorem, memproklamirkan Kemerdekaan Negara Papua Barat di Kecamatan Waris, Kabupaten Jayapura. Di zaman ini, beliau menamakan sayap militer OPM yakni: Tentara Pembebasan Nasional (TPN) dimana beliaulah Panglima TPN merangkap Presiden Pemerintahan Negara Papua dan tuan Jacob Prai menjabat Ketua Senat.
o.      Sebelum pemberlakuan otonomi daerah pada tahun 1999, pembangunan di Papua sangatlah mandek.
p.      Pada tahun 2000, presiden Abdurrahman Wahid memberi otonomi khusus kepada provinsi Papua untuk meredam usaha separatis.
q.      Otonomi Khusus diberlakukan pada tahun 2001, dengan pemberian Otsus ini pemerintah Indonesia memberi kesempatan bagi Pemerintah Daerah di Papua untuk menentukan sendiri arah pembangunan di Papua dalam koridor peraturan yang berlaku. (Rezim Presiden Megawati Soekarnoputri)
r.        Pada 22 Februari 2002, lahirlah United West Papua National Front For Independence (UWPNAFI) yang kemudian Februari 2004 dirubah menjadi United West Papua National Council for Independence (UWPNACI).
s.       Pada 15-16 Juni 2003, Delegasi Papua yang beranggotakan 26 orang ( yakni perwakilan dalam negeri Papua, Asia termasuk Indonesia, Eropa, Amerika, Afrika, dan Pasifik menghadiri undangan Parlemen Uni Eropa di Brusel, Belgium, dimana konferensi tersebut berhasil mempengaruhi Parlemen Eropa memberi tempat /Desk Papua dalam Parlemen Uni Eropa.
t.        Pada tahun 2004, Perlawanan rakyat Papua yang berlangsung sejak administrasi kedaulatan wilayah milik rakyat Bangsa Melanesia Papua dialihkan kepada NKRI telah menimbulkan terlampau banyak korban harta benda, keringat, air mata dan darah rakyat Papua (PETAKA KEMANUSIAAN) terhadap Rakyat Papua.
u.      Pada Maret 2006, Komisi PBB untuk Kebijakan Pembangunan menyeru agar status Papua Nugini sebagai negara berkembang diturunkan menjadi negara terbelakang karena kemandekan sosial dan ekonomi yang mulur.
v.      Sebuah penilaian yang dilakukan IMF pada penghujung 2008 menemukan bahwa "paduan antara kebijakan moneter dan fiskal yang tepat, dan tingginya harga ekspor barang tambang dunia, telah mendukung mengambangnya pertumbuhan ekonomi dan memantapnya ekonomi makro terbaru Papua Nugini.

Dari bukti di atas jelas, bahwa sejarah memepengaruhi keadaan yang akan mendatang. Sejarah Papua dulu masih berbicara hingga sekarang, ini jelas bahwa sejarah adalah asset besar. Lihat bagaimana sejarah Papua dulu penuh dengan perjuangan, perjanjian, penuh dengan polemic yang sampai sekarang masih diperbincangkan dan semuanya mengakar hingga sekarang. Melihat masalah Argumentative Essay, seperti kita menengok kembali Critical review yang dulu juga membahas tentang sejarah. Kita ditugaskan untuk mengoneksikan keterkaitan segitiga keramat, yaitu Literacy, history dan ideology.

                          

Seperti yang kita lihat, ketiganya mempunyai koneksi. Dengan berangkat dari history, kita melihat ada sisi literacy di dalamnya, history adalah kumpulan teks dan berbagai kontek yang berada di dalamnya. Ken Hyland, dalam bukunya Teaching and Researching Writing (2002,2009:48) menjelaskan konsepsi literasi modern mendorong kita untuk melihat tulisan sebagai praktik sosial, bukan sebagai ketrampilan abstrak yang dipisahkan dari orang-orang dan tempat dimana mereka menggunakan teks. 

Kita lihat dalam history merupakan praktek sosial yang tak jauh dari orang-orang yang menjadi tokoh, serta tempat dan waktu kejadian. Jadi literasi dianggap sebagai suatu keahlian dalam mengeksplor konteks dalam wacana kedalam tulisan, kemampuan mengkaji teks dari sisi manapun dilihat dari sudut pandang ini. History maupun literacy juga memiliki keterkaitan dengan ideology, karena dari sisi ini kita berpikir menyimpulkan sudut pandang mana. Dalam Essay ini juga kita pro atau kontra dalam memecahkan masalah Papua, ini adalah ideology.

Dengan demikian dalam pembahasan kali ini, kita bisa lihat bahwa Argumentative Essay mengantarkan kita pada peperangan akhir. Tapi ini akan menjadi akhir peperangan para laskar gigih yang melelahkan, karena kita juga masih terikat dalam aturan dan mematuhi rambu peperangan ini. Dengan aturan menciptakan Essay, dibutuhkan Reasoning, Definite evidence, dan A working thesis yang baik. Keterkaitan History, literacy dan ideology juga menyertai. Ini adalah peperangan terakhir, peperangan sang pemikir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic