Class review
12
Saat ini
saya melanjutkan kembali kegiatan menulis saya dalam mata kuliah Writing 4,
didalam class review ini saya akan menjelaskan mengenai argumentative essay
yang mana kita masih melanjutkan hal itu, dalam pembahasan beliau argumentative
essay itu terbagi menjadi tiga hal ya itu: definite evidence, reasoning-not
emotion, a working thesis. Dalam pembuatan argumentative esay ini kita harus
mendapatkan bukti yang pasti setelah itu penalaran dalam bekerja tidak menggunakan
emosi, dan itu lah langkah-langkah dalam pembuatan argumentative essay, setelah
itu dalam pembahasan class review kita juga beliau menenrangkan tentang pro
dengan papua jika bergabung dengan NKRI. Beliau juga menjelaskan bahwa yang
paling terpenting dalam persetujuan papua dengan NKRI adalah History yang mana
History itu adalah sebuah asset yang paling terpenting dan hal yang harus
dipertahankan dan tidak bisa tergantikan oleh apapun,
Dalam pembahasan class review ini
beliau juga menjelaskan atau memberikan beberapa pertanyaan yang mengenai papua
dan pertanyaan tersebuat adalah:
1.
Selama 15
tahun apa yang terjadi dipapua?
2.
Kenapa
History itu menjadi Aset besar?
3.
Siapa
sajja yang terkait?
4.
Kenapa
papua nugini tidak masuk dengan papua barat?
Disini saya
mencoba menjawabnya semampu saya bisa J
1.
Selama
15 tahun apa yang terjadi dipapua?
“Orang-orang
Papua selalu jadi korban, diperkosa, dibunuh di mana-mana. Hak azasi orang
Papua dicabut paksa oleh Amerika, Inggris, Australia, dan Indonesia … Kenapa
saya ada di areal Freeport? Karena pembantaian demi pembantaian, itu karena
emas tembaga. Pemerintah (TNI-Polri) tidak pernah merasa orang Papua bagian
dari Indonesia karena lebih mementingkan perusahaan daripada masyarakat yang
harusnya dilindungi.”
Lima belas tahun
reformasi sudah berlalu, ruang politik bagi rakyat untuk menyusun manuver
dan membangun kekuatan mulai lebih terbuka. UU Politik serupa Orde Baru tak
lagi berlaku, para tahanan politik dibebaskan, walaupun orang-orang yang
dihilangkan paksa oleh para Jenderal Orba, seperti halnya Thukul, belum
ditemukan. Dan para jenderal pelanggar HAM masih berkuasa. Namun, di dalam
15 tahun reformasi itu, demokrasi seperti yang dikehendaki rakyat
Indonesia, tidak berlaku di Papua. Sebanyak 40 orang tahanan politik
sejak tahun 2003 tidak diakui dan diurus negara, sedikitnya 30 orang lainnya
menyusul ditahan sejak 1 Mei 2013 atas hak mereka berkumpul dan berekspresi.
Rakyat Papua adalah korban sekaligus tumbal bagi persekongkolan pemodal
internasional, militer, dan pemerintah Indonesia atas sumber daya yang kaya di
tanah tak merdeka. Kita perlu memahami
peta masalah di Papua, khususnya tertutupnya ruang demokrasi sejak kematian
Theys Eluway di tahun 2001, dan seting ekonomi politik di mana ia berlangsung.
Di sana tampak penyingkiran sistematis dan politis orang Papua di tanahnya
sendiri. Mengapa tidak ada perubahan pendekatan dari Jakarta di era
reformasi? Itu pertanyaan yang penting dijawab, sama pentingnya dengan
pembangunan pergerakan untuk melawan dua warisan politik Orde Baru yang terus
selamat dan belum bisa ditandingi hingga saat ini: politik anti-demokrasi dan
anti-separatisme. Kedua persoalan itu adalah kerikil dalam sepatu bagi arah
demokrasi Indonesia, apalagi Papua. Inilah yang terjadi dipapua selama lima
belas (15) tahun.
2.
Kenapa
history itu menjadi asset besar?
Karena dengan sejarah nya paling banyak dipapua maka dari itu
History di papua itu menjadi asset yang sangat besar bagi propinsi papua dan
papua barat dengan NKRI.
3. Siapa saja yang terkait ?
Yang terkait dalam hal ini itu banyak akan tetapi
yang dapat saya ketahui ada beberapa seperti polisi Indonesia, militer
Indonesia, Perjuangan kemerdekaan (OPM), Pemerintah Indonesia, pemerintah
Inggris dan pemerintah Australia.
- Kenapa papua nugini tidak masuk dengan papua barat?
Yang berperan besar dalam mendefinisikan mana saja
wilayah Indonesia adalah Belanda, karena wilayah Indonesia yang diklaim saat
Indonesia merdeka adalah yaang merupakan jajahan Belanda.
Itulah sebabnya mengapa kita tidak mengklaim Filipina dan Semenanjung Malaya adalah bagian dari Indonesia (padahal kedua wilayah tersebut dulu masuk dalam wilayah kerajaan Majapahit) atau bahkan Vietnam (yg dulu masuk wilayah Sriwijaya). Itulah juga mengapa kita mengklaim dan memperjuangkan Papua Barat adalah wilayah Indonesia (karena Papua Barat termasuk wilayah kolonial Belanda). Dan bukan keseluruhan Pulau Papua kita klaim sebagai wilayah Indonesia (karena Papua bagian Timur/Papua Nugini adalah wilayah kolonial Australia.
Itulah sebabnya mengapa kita tidak mengklaim Filipina dan Semenanjung Malaya adalah bagian dari Indonesia (padahal kedua wilayah tersebut dulu masuk dalam wilayah kerajaan Majapahit) atau bahkan Vietnam (yg dulu masuk wilayah Sriwijaya). Itulah juga mengapa kita mengklaim dan memperjuangkan Papua Barat adalah wilayah Indonesia (karena Papua Barat termasuk wilayah kolonial Belanda). Dan bukan keseluruhan Pulau Papua kita klaim sebagai wilayah Indonesia (karena Papua bagian Timur/Papua Nugini adalah wilayah kolonial Australia.
Pertanyaan-pertanyaan diatas sudah terjawab entah
salah atau benarnya J. Setelah ini saya melanjutkan
kembali mengenai pembahasan class review saya ini yang selanjutnya pembahasan
mengenai penggabungan literasi, ideology, dan History, yang terjadi dipapua.
Literasi Ideology
History
Di
class review ini harus bisa menggabungkannya dengan tiga hal tersebut yang
mengenai tentang literasi, ideology dan history yang mana disini saya akan
mencoba untuk menggabungkannya semampu saya walaupun tidak bekerja dengan
sepenuhnya karangan saya J
Literasi
dipapua Papua merupakan provinsi dengan rasio penduduk buta huruf tertinggi di
Indonesia, yakni 39,23% (BPS 2012). Kabupaten Asmat yang memiliki sekitar
80.000 jiwa penduduk, 57% di antaranya buta huruf. Sementara perubahan akibat
dampak pembangunan tengah terjadi. Perubahan lingkungan dan keterbukaan akses,
serta kontak-kontak penduduk dengan ekonomi uang dan pendatang, merupakan
dampak tak terbantahkan. Literasi menjadi kebutuhan mendasar bagi anak-anak di
Kabupaten Asmat untuk dapat berperan aktif menyikapi perubahan yang tengah
terjadi.
“Ekspedisi
Literasi Papua” yang akan menyasar Kabupaten Asmat merupakan kegiatan
terintegrasi antara kajian dan fasilitasi literasi. Kajian dilakukan dengan pendekatan
budaya untuk menggali akar persoalan, penduduk dipapua kegiatan Ekspedisi
Literasi ini akan menempatkan dua orang guru berpengalaman di salah satu
kampung terpilih guna merintis program literasi.
Ideology dipapua "Kampanye Papua Merdeka" telah berlangsung
selama hampir setengah abad sekarang. Selama itu juga tindakan-tindakan untuk
mematikan kampanya ini dilakukan berbagai pihak, baik dari dalam diri orang
Papua sendiri, dari penguasa neo-kolonial NKRI ataupun dari pihak asing. orang
Papua masih belum paham tentang politik, masih belum mengerti apa artinya
merdeka, yaitu belum beradab. Makanya mereka harus disekolahkan. Sekolah akan
mendidik orang Papua berperilaku lebih bersahabat dengan NKRI. Mereka berharap
bahwa semakin daerah Papua dihubungkan antara satu dengan yang lainnya, semakin
banyak orang Papua mengenyam pendidikan modern dan menjadi pegawai negeri,
semakin lama orang Papua akan "mengalah" dan mengatakan, "hidup
sudah baik ini, kita sudah merdeka mo, merdeka yang bagaimana lagi?"
Walaupun itu tujuannya, fakta di
lapangan menunjukkan fenomena yang di luar harapan. Justru semakin orang Papua
bersekolah tinggi, malahan semakin mereka dikirim ke luar negeri seperti
Manado, Jawa, Bali, Makassar, Sydney, Oxford dan sebagainya, semakin orang-orang
Papua itu menjadi melek bahwa mereka bukan orang Indonesia, penggerak utama perjuangan aspirasi bangsa
Papua saat ini.
Pemuda dan mahasiswa Papua itu memang
dijanjikan jabatan dan duit oleh segelintir orang Akan tetapi fakta bersamaan
dengan itu juga banyak pemuda yang tidak berhuyung-huyung jalannya oleh karena
mereka menjadi Bupati, Camat, atau pejabat lainnya di Tanah Papua. Justru
semakin mereka mendapatkan posisi lebih tinggi, mereka malahan berbuat banyak
untuk perjuangan ini. Singkat kata, baik NKRI maupun pejuang Papua Merdeka
keduanya memetik hasil dari pendidikan dan pembangunan yang dilakukan NKRI di
Tanah Papua. Kalau itu sebuah gerakan, maka pada saat gerakan itu diisolasi,
gerakan itu diminimalisir dan ditekan, maka ia tidak akan bergerak. Kalau dia
merupakan sebuah sentimen, maka pada saat kita mengendalikan faktor-faktor
sentimen itu, maka sebagai manusia, sentimen-pun akan ikut mengikuti arus
kondisi sosial-budaya dan lingkungan semesta. Tetapi kalau itu merupakan sebuah
ideologi, maka justru tindakan kekerasan, penyekolahan pemuda ke manapun, dan
pemberian dana yang begitu besar di dalam Otsus justru dianggap sebagai modal
dasar dan modal penggerak untuk memupuk gerakan memperjuangkan ideologi
dimaksud. Justru tindak kekerasan membenarkan dan mengukuhkan posisi dan
pembelaan ideologi itu menjadi benar dan harus diperjuangkan, bukan sebaliknya.
Pada dasarnya ideologi ialah cara seseorang berpikir dan percaya
yang mendorong tujuan-tujuan dan tindakan-tindakan mereka dan bahkan
harapan-harapan mereka akan kehidupan dan tentang orang lainnya."
Kalau kita
masukkan ke dalam ideologi Papua Merdeka, maka kita dapat katakan,
"Ideologi Papua Merdeka ialah cara orang Papua berpikir dan percaya yang
mendorong tujuan-tujuan dan tindakan-tindakan yang mengarah kepada kemeredkaan
West Papua, dan bahkan harapan-harapan orang Papua akan kehidupan setelah
kemerdekaan dan di sisi lain kehidupan orang Indonesia, tindakan-tindakan
negara Indonesia yang ada sekarang dan yang akan ada setelah Papua Merdeka."
Ideologi mengandung arti ilmu atau studi dari gagasan-gagasan. Walaupun
begitu, ideologi cenderung merujuk kepada cara orang memandang (di dalamnya)
tentang dunia ini dan konsep yang dicita-citakan tentang bagaimana hidup di
dunia ini. Agak berbeda dari filsafat dalam hal bahwa ideologi mencakup konsep
bahwa pandangan seseorang (yang menganutnya itu) sebagai yang terbaik
History papua Lahirnya OPM di kota Manokwari pada tanggal itu
ditandai dengan penyerangan orang-orang Arfak.
26 Juli 1965 Tonggak sejarah yang pertama adalah pencetusan berdirinya
OPM di Manokwari, tanggal 26 Juli 1965. Gerakan itu merembet hampir ke seluruh
daerah Kepala Burung, dan berlangsung selama dua tahun. Tokoh pemimpin
kharismatis gerakan ini adalah Johan Ariks. 1 Juli 1971 Empat tahun sesudah
pemberontakan OPM di daerah Kepala Burung dapat dipadamkan oleh pasukan-pasukan
elit RPKAD di bawah komando almarhum Sarwo Edhie Wibowo, “proklamasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic