Class Review 11
Hidup
tidak pernah terulang, semua berlalu dan terus berlalu. Masing-masing
meninggalkan jejak yang hanya bisa ditengok kembali. Sementara waktu terus bergulir. Begitupun dengan Sejarah yang tidak
pernah bisa terulang kembali, namun bisa di imperterprestasikan kembali, karena
setiap cerita, peristiwa atau pengalaman hidup yang kita alami, baik itu lima
menit atau satu jam yang lalu itu semua merupakan sejarah. Walaupun didalamnya
berisi pengalaman baik atau buruk kita harus mengimperterprestasikan kembali
sebagai acuan dikehidupan yang akan datang supaya bisa lebih baik lagi. “Jangan Pernah Berpikir Jika Masa Lalu Itu Jauh Dari Kehidupan Kita
(Mr. Lala)”.
Menurut Moh. Ali, Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau
dalam kehidupan umat manusia. Dalam kehidupan manusia, peristiwa sejarah
merupakan suatu peristiwa yang abadi, unik, penting dan akan tetap dikenang
sepanjang masa. Berawal dari sejarah kita dapat mengetahui sosok bapak “Soekarno atau biasa disebut Bung Karno”
dan bagaimana perjalanan panjang bangsa Indonesia bisa merdeka, serta
konflik-konflik yang terjadi karena perbedaan pemahaman tentang sejarah
integrasi Papua kedalam NKRI.
Ir.
Soekarno (6 Juni 1901 - 21 Juni
1970) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 - 1966.
Beliau memerankan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan
Belanda. Beliau adalah penggali Pancasila, sekaligus Proklamator Kemerdekaan Indonesia
(bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.
Soekarno dilahirkan dengan nama Kusno Sosrodihardjo. Ayahnya bernama Raden
Sukemi Sosrodihardjo, seorang guru di Surabaya, Jawa. Ibunya berasal dari Bali.
Soekarno mempunyai 5 orang putra dan putri yaitu, Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati,
dan Guruh.
Keistimewaan dari Bapak Soekarno
adalah beliau dapat menyatukan
rakyatnya. Warna kulit kami mungkin berbeda, bentuk hidung dan dahi kami
mungkin berlainan lihat orang Irian hitam, lihat orang Sumatra sawomatang, lihat
orang Jawa pendek‐pendek,
orang Maluku lebih tinggi, lihat orang Lampung mempunyai bentuk sendiri, rakyat
Pasundan mempunyai ciri sendiri, akan tetapi kami tidak lagi jadi inlander atau
menganggap diri kami orang‐asing
satu sama lain. Sekarang kami sudah menjadi orang Indonesia dan kami satu.
Semboyan negeri kami Bhineka Tunggal Ika
"Berbeda‐beda
tapi satu jua". Begitu besar peranan Soekarno
tehadap bangsa Indonesia.
“Bung Karno siapa yang punya”
“Bung Karno siapa yang punya”
“Bung Karno siapa yang punya”
“Yang punya kita semua… .”
PERUNDINGAN LINGARJATI (15 November
1946 - 25 Maret 1947)
Perundingan Linggajati adalah suatu
perundingan antara Indonesia dan Belanda di Lingarjati, Jawa Barat yang menghasilkan persetujuan mengenai status
kemerdekaan Indonesia. Hasil perundingan ini ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta pada 15 November 1946 dan
ditandatangani secara sah kedua negara pada 25 Maret 1947.
Masuknya AFNEI yang diboncengi NICA ke Indonesia karena Jepang menetapkan
'status quo' di Indonesia menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia
dengan Belanda, seperti contohnya Peristiwa 10 November, selain itu pemerintah
Inggris menjadi penanggung jawab untuk menyelesaikan konflik politik dan
militer di Asia, oleh sebab itu, Sir Archibald Clark Kerr, diplomat Inggris,
mengundang Indonesia dan Belanda untuk berunding di Hooge Veluwe, namun
perundingan tersebut gagal karena Indonesia meminta Belanda mengakui
kedaulatannya atas Jawa,Sumatera dan Pulau Madura, namun Belanda hanya mau
mengakui Indonesia atas Jawa dan Madura saja.
Pada akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan Lord Killearn ke Indonesia untuk menyelesaikan perundingan antara
Indonesia dengan Belanda. Pada tanggal 7 Oktober 1946 bertempat di Konsulat
Jenderal Inggris di Jakarta dibuka perundingan Indonesia-Belanda dengan
dipimpin oleh Lord Killearn. Perundingan ini menghasilkan persetujuan gencatan
senjata (14 Oktober) dan meratakan jalan ke arah perundingan di Linggarjati yang dimulai
tanggal 11 November 1946. Hasil perundingan
terdiri dari 17 pasal antara lain berisi:
3.
Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat
membentuk negara RIS.
4.
Dalam bentuk RIS Indonesia harus
tergabung dalam Commonwealth /Persemakmuran Indonesia-Belanda dengan mahkota
negeri Belanda sebagai kepala Uni.
Perjanjian
Linggarjati menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat Indonesia,
contohnya beberapa partai seperti Partai Masyumi, PNI, Partai Rakyat Indonesia,
dan Partai Rakyat Jelata. Partai-partai tersebut menyatakan bahwa perjanjian
itu adalah bukti lemahnya pemerintahan Indonesia untuk mempertahankan
kedaulatan negara Indonesia. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, pemerintah
mengeluarkan Peraturan Presiden No. 6/1946, dimana bertujuan menambah anggota
Komite Nasional Indonesia Pusat agar pemerintah mendapat suara untuk mendukung
perundingan linggarjati. Pelaksanaan
hasil perundingan ini tidak berjalan mulus. Pada tanggal 20 Juli 1947,
Gubernur Jendral H.J. van Mook akhirnya menyatakan bahwa Belanda tidak terikat
lagi dengan perjanjian ini, dan pada tanggal 21 Juli 1947, meletuslah Agresi
Militer Belanda I.
Hal ini merupakan akibat dari perbedaan penafsiran antara Indonesia dan
Belanda.
PERJANJIAN RENVILLE (8 Desember
1947 - 17 Januari 1948) :
1.
Belanda
hanya mengakui Jawa tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian wilayah
Republik Indonesia.
2.
Disetujuinya
sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan
daerah pendudukan Belanda.
3.
TNI
harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di
Jawa Barat dan Jawa Timur Indonesia di Yogyakarta.
Sebagai hasil Persetujuan Renville,
pihak Republik harus mengosongkan wilayah-wilayah yang dikuasai TNI, dan pada
bulan Februari 1948, Divisi Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah.
Tidak semua pejuang Republik yang tergabung dalam
berbagai laskar, seperti Barisan Bambu Runcing dan Laskar Hizbullah/Sabillilah
di bawah pimpinan Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, mematuhi hasil Persetujuan
Renville tersebut. Mereka terus melakukan
perlawanan bersenjata terhadap tentara Belanda. Setelah Soekarno dan Hatta ditangkap di Yogyakarta, S.M.
Kartosuwiryo, yang menolak jabatan Menteri Muda Pertahanan dalam Kabinet Amir
Syarifuddin, Menganggap Negara Indonesia telah Kalah dan Bubar, kemudian ia
mendirikan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Hingga pada 7 Agustus 1949, di wilayah yang
masih dikuasai Belanda waktu itu, Kartosuwiryo (atas nama umat Islam Bangsa
Indonesia) menyatakan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII).
PERJANJIAN ROEM-ROIJEN (14 April 1949 - 7 Mei 1949) :
2.
Pemerintah
Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja Bundar.
3. Pemerintah Republik Indonesia
dikembalikan ke Yogyakarta.
4.
Angkatan
bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan membebaskan
tawanan perang.
KONFERENSI MEJA BUNDAR (23 Agustus
1949 - 2 November 1949) :
1. Serah terima kedaulatan dari pemerintah
kolonial Belanda kepada Republik Indonesia Serikat, kecuali Papua bagian barat.
Indonesia ingin agar semua bekas daerah Hindia Belanda menjadi daerah
Indonesia, sedangkan Belanda ingin menjadikan Papua bagian barat negara
terpisah karena perbedaan etnis. Konferensi ditutup tanpa keputusan mengenai
hal ini. Karena itu pasal 2 menyebutkan bahwa Papua bagian barat bukan bagian
dari serah terima, dan bahwa masalah ini akan diselesaikan dalam waktu satu
tahun.
3. Pengambil alihan hutang Hindia Belanda
oleh Republik Indonesia Serikat.
PEMBENTUKAN RIS
Tanggal 27 Desember 1949,
pemerintahan sementara negara dilantik. Soekarno menjadi Presidennya, dengan
Hatta sebagai Perdana Menteri membentuk Kabinet Republik Indonesia Serikat. Indonesia Serikat telah dibentuk
seperti republik federasi berdaulat yang terdiri dari 16 negara yang memiliki
persamaan persekutuan dengan kerajaan Belanda.
Kesimpulan:
Mempelajari sebuah sejarah dan menguak
fakta-fakta yang ada dalam sejarah bukan hal yang mudah. Oleh sebab itu,
sejarah harus diabadikan supaya tetap ada dan terjaga karena dengan sejarah
kita bisa mengetahui kejadian-kejadian yang terjadi di masa lampau. “Yang Terpenting Bukan Hanya Bagaimana
Belajar Dari Sejarah, tapi Bagaimana Belajar Sejarah”( Gasper Muabuay).
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Perundingan_Linggarjati
http://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Renville
http://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Roem-Roijen
http://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Meja_Bundar
http://sejsarah-nii.blogspot.com/2012/08/isi-perjanjian-linggarajati-renville.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Renville
http://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Roem-Roijen
http://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Meja_Bundar
http://sejsarah-nii.blogspot.com/2012/08/isi-perjanjian-linggarajati-renville.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic