Class Review 12
Lelah memang lelah. Harapan
istirahat sejenak tidak bisa dinikmati malam ini karena ternyata malam ini kami
harus merevisi paper sekaligus menulis class review. Sungguh berita yang sangat
mengejutkan. Malam ini akan menjadi malam yang sangat melelahkan namun juga
sangat mengesankan karena akan menambah wawasan kami karena kami diharuskan
untuk lebih banyak membaca artikel-artikel yang terkait dengan paper yang kami
buat.
Tanpa disadari, kami sedang
mempraktekan literasi sebagai keahlian atau literacy as a skill. Karena memang
seharusnya permasalahan Papua Barat ini diberikan atau dibahas dalam pelajaran
Sejarah, bukan ditujukan untuk anak-anak bahasa seperti kami. Tapi saya pribadi
begitu menyukai topik yang pak Lala
berikan ini karena selain menambah ilmu pengetahuan, dengan membahas topik ini
dan mendalaminya, kami bisa menilai bagaimana di Papua, peran pemerintah, peran
negara asing, dan sebagainya. Dengan membahas
topik ini juga, mampu menambah dan memperkuat jiwa nasionalisme kita
sebagai warga negara Indonesia yang patuh dan taat pada negara.
Dalam a process view of writing,
tulisan yang kami buat harus:
1. Problem
solving
Tulisan
yang kami buat haruslah bisa memecahkan masalah yang kami bahas dalam paper.
Menurut Ken Hyland, problem solving terdiri dari dua point yaitu invention
strategies dan extensive planing. Untuk menulis atau membuat teks argumentatif,
kita harus mencari data-data yang akurat kemudian membutuhkan waktu yang lama
untuk memproduksinya. Tidak bisa teks argumentatif dibuat dan diselesaikan
hanya dalam semalam.
2. Generative
·
Discover
·
Explain
3. Recursive
4. Collaborative
5. Developmental
Untuk
memenuhi syarat tulisan argumentative
yang luar biasa, kami diharuskan untuk banyak membaca artikel-artikel dan
buku-buku. Karena sesuai dengan pendapat Lehtonen bahwa a good writing berasal
dari a good reading. Jadi agar tulisan kita bisa bagus serta memuat informasi
yang bisa membuka mata khalayak dan pandangannya terhadap sesuatu, kita
terlebih dahulu harus menjadi good reader yang akan menjadi a good writer.
Ketika
pak Lala menanyakan kepada kami “ada hubungannya tidak Freeport dan lengsernya
presiden Soekarno?”. Dan ternyata memang ada hubungannya. Bermula dari
memburuknya hubungan Soekarno dengan Belanda, disusul dengan usaha pembunuhan
atas Soekarno (Soekarno menuduh Belanda sebagai dalang usaha pembunuhan atas
dirinya), Soekarno mengeluarkan kebijakan nasionalisasi aset kemudian menyita
semua kepemilikan usaha Belanda. Tentu kebijakan ini merugikan kepentingan
bisnis Amerika, palagi salah satu perusahaan Amerika, Freeport Sulphur Company,
sudah teken kontrak untuk mengeksplorasi kekayaan alam.
CIA
tidak tinggal diam, setelah gagal membentuk pemerintahan pro-Barat melalui
pemilu tahun 1958, Deputy Direktur Perencanaan CIA, Frank Wisner, menggelar
operasi Hike. Operasi yang bertujuan membentuk tentara bayaran. Terdiri dari
puluhan ribu warga Indonesia yang dipersenjatai dengan hamparan dapat
menggulingkan pemerintahan Soekarno.
Selain
kegiatan paramiliter, CIA juga melancarkan perang psikologis untuk mendiskreditkan
Soekarno, seperti menyebar isu bahwa Soekarno telah dirayu oleh seorang
pramugari Soviet. Untuk itu, Kepala Keamanan CIA, meminta kepada kepolisian Los
Angeles untuk membantu pembuatan film porno untuk melawan Soekarno,
seolah-seolah menunjukan Soekarno-lah pelakunya. Pihak lain yang terlibat dalam
upaya ini adalah Robert Maheu, Bing Crosby dan saudaranya.
CIA
berusaha mempertahankan keberlangsungan program ini, tapi salah satu ‘tentara
bayaran’ tertangkap saat akan melakukan pemboman. Semua bukti menjurus kepada
keterlibatan CIA tak terbantahkan. Namun CIA tetap mengelak. Soekarno tidak
gentar, dia menggalang semua kekuatan yang setia kepadanya dan menghancurkan
semua pemberontakan yang didukung oleh CIA.
Ketika
masa pemerintahan John F. Kennedy, Amerika punya kebijakan lain. Dasar
pijakannya adalah Kennedy berpandangan bahwa akrabnya Soekarno dengan komunis
lebih disebabkan karena Soekarno membutuhkan bantuan senjata dan ekonomi. Bukan
karena Soekarno memang seorang komunis.
Terbukti pada tahun 1948 Soekarno memadamkan pemberontakan komunis. Bahkan
Departemen Luar Negeri di Amerika Serikat mengakui bahwa Soekarno lebih
nasionalis ketimbang komunis.
Namun
sengketa Irian Barat menimbulkan dilema bagi Amerika. Satu sisi Belanda adalah
sekutu dekat, disisi lain Amerikapun tengah berusaha menggandeng
Indonesia. Akhirnya, Kennedy menekan
Belanda dibelakang layar untuk mundur dari Irian Barat. Belandapun mundur.
Mundurnya Belanda membuat perjanjian kerjasama Freeport dengan East Borneo
Company mentah kembali. Freeport semakin marah begitu mengetahui Kennedy juga
akan memberikan bantuan sebelas juta dollar kepada Indonesia.
Menurut
banyak pihak, peristiwa pembunuhan Kennedy tidak lepas dari kebijakan-kebijakan
Kennedy yang tidak mewakili kepentingan kaum globalis. Hingga pada masa Johnson
mengurangi program bantuan atas Indonesia. Salah seorang tokoh dibelakang
keberhasilan Johnson, termasuk dalam pemilihan presiden AS tahun 1964, adalah
Augustus C. Long, salah seorang anggota dewan direksi Freeport (perusahaan yang
gagal mengeksplorasi Papua) yang terpukul dengan kebijakan Soekarno dimana 60%
laba perminyakan harus diserahkan kepada Indonesia.
Augustus
C. Long adalah orang yang memiliki pengaruh di Amerika kala itu. Selain dekat
dengan CIA dan tokoh globalis berpengaruh, Rockefeller, dia juga pernah
menjabat polisi strategis dalam pemerintahan Amerika sebagai anggota dewan penasehat
inteljen kepresidenan AS untuk masalah luar negeri. Badan ini memiliki pengaruh
sangat besar untuk menentukan operasi rahasia AS di negara-negara tertentu. Dan
Long diyakini sebagai salah satu tokoh yang merancang kudeta terhadap Soekarno.
Hingga pada akhirnya Soekarno lengser dan Indonesia dipimpin oleh Soeharto.
Tentu saja peristiwa ini terjadi atas rekayasa Amerika.
Naiknya
Soeharto ke tumpuk pimpinan membuat Freeport Sulphur Company bernafas lega.
Ketika UU No. 1/1967 tentang penanaman modal asing (PMA) yang draftnya
dirancang di Jenewa-Swiss dan didektekan oleh Rockefeller, disahkan tahun 1967,
maka perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Soeharto adalah
Freeport Sulphur Company.
Jadi
kesimpulannya adalah didalam sebuah argumentative essay harus mengandung lima
point penting yang harus diperhatikan oleh kami. Selain itu, Lehtonen
mengatakan bahwa tulisan yang bagus adalah berasal dari proses membaca yang
baik pula. Oleh karena itu, kami ditekankan untuk lebih banyak membaca artikel-artikel
atau buku sumber mengenai apa yang akan ditulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic