Back To Remind a
Process of Writing
Mentari yang muram dan senja malam
yang begitu memandangiku dalam kesepian dan kesendirian. Malam yang dingin dipenuhi dengan angin yang
begitu menerkam tubuhku. Bersahabat
dengan kedinginan malam yang menyelimuti relung hatiku, itu adalah waktu yang
sangat pas untuk mencari ide brilian.
Dengan mengitari malam yang begitu dengin, ide-ide yang ada dalam
pikiranku kini menjadi utuh dan menyatu.
Berawal dari keadaan alam yang kian mengelilingiku, seakan pikiranku mengalir
lebih cepat dari sebelumnya. Tongkat
inspirasi yang aku dapatkan pada mala mini adalah sebuah acuan yang pasti dan
utama dalam tulisanku yang nantinya menjadi sebuah ide yang paling utama.
Tinta hitam berubah menjadi tintan
emas. itulah pribahasa yang saya karang,
kalimat tersebut bagi saya mempunyai makna yang sangat luar biasa. Tinta hitam adalah sebuah ide-ide yang
terkumpul dalam outline yang saya buat untuk sebuah tulisan. Tnta emas adalah ide-ide yang terkumpul
menjadi satu dan menjadi sebuah rangkaian kalimat yang begitu indah dan
menakjubkan. Jangan sesekali mebuang
ide-ide kecil karena didalam ide kecil tersebut terdapat makna yang begitu real
jika kita bisa mengamati dan mengembangkan dengan baik. Ide besar ada karena terkumpulnya ide-ide
kecil yang bisa menyatukan sebuah kata-kata dalam sebuah kalimat.
Dalam pembahasan kali ini adlah
pembahasan yang yang terakhir yaitu masih tetap tentang argumentative
essay. Karena dalam argumentative essay
proses menulisnya harus benar. Ini lah rumus
dalam pembuatan argumentative essay: opinion+reasons=single
opinion.
Process in
practice
Aplikasi keberhasilan proses dan penelitian retoris
menulis pedagogi sebagai diskusi.
Dirancang untuk pengembangan keterampilan menulis akademik mahasiswa
Selandia Baru, menulis lol demontratis apresiasi eksplisit tertulis sebagai
pribadi, social, dan rekursif karena semakin membangun kesadaran jenis dan
menyusun melalui serangkaian tugas inti.
Tentu saja menolak focus sempit pada bentuk genre disiplin untuk
mengembangkan teknik untuk menghasilkan, penyusunan, merevisi, dam menanggapi
berbagai text, dan mengembankan pengakuan bahwa manulis melibatkan mediasi
antara penulis dan audience.
Padahal itu membuat menggunakan pandangan konstruksi
dari struktur teks dan audience, ini sumber dari Flower’s bekerja pada writing
as problem solving, Elbow’s emphasis on prewriting, revision, and peer
response, and Murray’s views on writing for learning (Holst,pc). The pedagogical implication of this are that
basic writers can be guided, through inventation strategies, multiple drafting
and copious revision, to adopt the practices of experts.
Cohen
et al. (2000) provide some clear guidelines for those embarking on this kind of
research:
1. Identity,
evaluate and formulate a problem that is viewed as important in their everyday
workplace. This might involve a
particular class or curriculum changes.
2. Consult
with other interested groups (co-workers, administrators, parents, etc) to
focus the issue and clarify objectives and assumptions.
3. Review
the relevant academic literature to discover what can be learnt from other
studies on the topic.
4. Use
the readings to redefine the intial statement of the problem as an hypothesis
or research questions to be answered by the study.
5. Specify
the research design in terms of participants, methods, and data sources.
6. Clarify
how the project will be evaluated.
7. Implement
the project and collect the data.
8. Analyze
the data, draw inferences, and evaluated the results.
A Process View of
Writing
1. Problem
solving
Aksi
penelitian, proses pemecahan masalah progresif
dipimpin oleh individu, sering bekerja dalam tim, dengan mengumpulkan dan menganalisis data
untuk meningkatkan beberapa tindakan
asli (Wallace, 1998,4). Tidak seperti model eksperimental klasik terkontrol yang
didasarkan pada objektivitas dan
kontrol, penelitian tindakan seringkali
lebih pragmatis, menggunakan
metode yang menangani masalah-masalah
yang menjadi perhatian yang paling
efektif. Hal ini tidak hanya jenis yang sangat mudah diakses dari penelitian bagi
para praktisi dan mahasiswa, tetapi juga sering dianggap sebagai
bentuk penting dari pengembangan
profesional karena mendorong untuk
mengatasi masalah dalam kehidupan profesional kita sendiri.
A process view of writing
·
Writing is problem
solving: writers use invention strategies and extensive planning to resolve the
rhetorical problems that each writing task presents.
·
Prewriting: brainstorming,
free writing, clustering, topic analysis, organizing, planning.
·
Writing: drafting,
unblocking techniques.
·
Editing: cutting deadwood,
strengthening sentences, improving style.
·
Re writing: identifying
focus and structure, revising on different levels, peer feedback, adapting text
for speaking.
·
Publication:
proofreading and polishing, evaluating the final product, publication.
2. Writing
is generative: writers explore and discover ideas as they write.
Model ini
adalah pandangan bahwa menulis adalah
non-linear, proses
eksplorasi dan generatif
sedangkan penulis menemukan dan merumuskan ide-ide mereka karena mereka berusaha untuk
mendekati makna (Zamel,
1983:165). Setelah Emig (1983) deskripsi
menyusun sebagai 'recursive', bukan sebagai gangguan. Pra-menulis, menulis,,
kegiatan pasca menulis, banyak penelitian telah
mengungkapkan kompleksitas perencanaan
dan mengedit kegiatan, pengaruh tugas penulisan
yang berbeda dan nilai te pemeriksaan penulis lakukan melalui serangkaian menulis draft. Studi kasus dan
berpikir-keras protokol,
bukan hanya sms sendiri,
telah banyak digunakan sebagai metode penelitian untuk mendapatkan proses ini.
Flower and Hayes (1981) model sangat
menetukan. Disarankan bahwa dalam proses
menulis di pengaruhi oleh tugas dan penulis menghafal sitilah panjang. Fitur utamanya adalah:
·
Writers have goals.
·
They plan extensively
·
Planning involves
defining a rhetorical problem. Placing it
in a context, then exploring its parts, arriving at solutions and finally
translating ideas on to the page.
·
All work can be
reviewed, evaluated and revised, even before any text has been produced.
·
Planning, drafting,
revising and editing are recursive, interactive and potentially simultaneous.
·
Plans and text are constantly
evaluated in a feedback loop.
·
The whole process is
overseen by an executive control called a monitor.
3. Writing
is recursive: writers constantly review and modify their texts as they write
and often produce several drafts to achieve a finished product.
Dalam menulis harus konstan searah jarum jam. Jika kita mempunyai topic sejarah papua, kita
pun harus konstan, dalam pendekatannya harus sesuai dengan tpik yang kita
bahas. Menggunakan bahwa “apprenticeship”
pendekatan untuk mengajar anak-anak berpartisipasi pada sedikit melampaui
tingkat mereka saat ini sehingga tugas terus memberikan tantangan yang cukup
untuk menarik ; mereka
terus-menerus ' membentang ' dalam perkembangan bahasa mereka tetapi tidak
pernah harus melakukan tugas yang asing ( Gibbons , 2002).
Writing frame
Kerangka menulis konsisten dari pokok-pokok yang
mana bisa menjadi pembantu/pengguna untuk menentukan pembelajaran writing oleh
pengaturan dalam sebuah urutan dari paduan ikatam untuk penulis sebagai bekal
dalam isi tulisan. Outlines (pokok-pokok)
konsisten dari perbedaan kata atau frase kunci, tergantung pada jenis
penetuan. Kerangka menulis mengajarkan
berpikir dalam sebuah aktifitas menulis oleh pemberian struktur ang mana mereka
konsentrasi pada komunikasi apa yang mereka ingin katakana, daripada memperoleh
bentuk yang hilang. Mereka bisa
menghasilkan jarak dari jenis-jenis dan tahap yang berbeda dari proses menulis,
seperti planning or drafting.
4. Writing
is collaborative: writers benefit from focused feedback from a variety of
sources.
Dalam menulis, seorang penuls yang
handal harus bisa mengeluarkan feedback pada argument lain yang menurut kita
kurang sependapat. Tetapi dalam
feedback, kita harus mengetahui teori terlebih dahulu, dan jika kita ingin
meluncurkan kuat dan bisa membantu kita dalam meluncurkan feedback tersebut.
Feedback (umpan balik) adalah
pengetahuan yang diperoleh berkenaan suatu tugas, perbuatan atau respon yang
diberikan (Rusi Lutan, 1988:300). Umpan balik
dapat dilakuakan dalam banyak bentuk dan dari berbagai sumber. Siswa menerima umpan balik dari guru, teman
sekelas, dan bahkan mereka sendiri.
Ini adlaah sangat popular dan
sukses belajar yang mana memberikan pedagogis yang jelas focus untuk penelitian
proses menulis. Itu melibatkan siswa
yang hebat dari praktis menulis lebih baik sebagai pengaruh untuk refleksi dan
umpan balik.
A function model of writing
·
Language is a system
for communicating meaning.
·
Meanings are organized
as texts and have distinctive characteristics depending on their purposes.
·
Texts are never
completely individual, they always realized to a social context and to other
texts.
·
Context is realized in
the texts through conventions of field (what), tenor (who) and mode (how).
·
A knowledge of the
resources for creating texts allow writers to write more effectively.
·
All text can be
described in terms of both form and function, their organization of elements
for making meanings and the purposes that are being served with them.
5. Writing
is developmental: writers should not be evaluated only on their final products
but on their improvement.
Penulis tidak hanya menulis secara jelas dalam
conclusion, tetapi dalam paragraf awal juga harus dibangus sedemikian
rupa. Karena paragraph pertama adalah
tempat penentuan dimanaapakah pembaca akan tertarik apa tidak. Jadi dala pembuatan paragraph pertama harus
memunculkan sesuatu yang baru yang sekiranya orang tidak tau akan berita
tersebut. Denga begitu pembaca akan
tertaik untuk membacanya.
Proses menulis sangatlah pening untuk dipelajari
bagi penulis yang handal ataupun penulis baru.
Lengkah-langkah dalam proses menulis harus kita lakukan terlebih dahulu,
baru kita akan bisa menuls dengan pola yang benar. Jadi penulis jangan sesekali menyepelekan
proses dalam menulis karena hal itu sangat membantu kita dalam proses menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic