Class review 8
Setengah Musim
Angin
musim dingin berhenti berhembus, bau tanah basah yang ada setiap sore hari kini
jarang tercium lagi. Sudah beberapa hari ini di kampus dan di tempat cost terasa
panas sekali. Ini mungkin pertanda musim dingin akan segera berakhir dan
berganti musim panas. Semusim terlewati sudah, kini hujan akan berganti terik
dan dingin akan berganti panas. Musim telah berganti masanya, tetapi untuk
musim akademic writing kita hanya baru melewati setengah musim saja. Setengah
musim lalu terlewati dengan susah payah, entah apa yang akan terjadi pada setengah
musim berikutnya.
Setengah
musim berikutnya dimulai pada hari ini tepatnya pada Jum’at 4 April 2014. Ini
mungkin tidak akan berbeda jauh dengan setengah musim lalu yang masih berkutat
dengan teks yang kurang familiar dengan mahasiswa, dengan fakta-fakta yang
membuat kita tercengang. Ya! kurang lebih itu. Sedikit mereview setengah musim
yang sudah terlewati,
Petama, I am
definitely exhausted in a very literal sense, but it
seems that there is a progress nearby. Memang benar apa yang dikatakan Mr. Lala
Bumela setengah musim lalu agaknya cukup melelahkan. Jika Mr. Lala berpendapat
demikian ini tentu tak jauh berbeda dengan apa yang dialami dan dirasakan dan oleh
mahasiswa. Meskipun demikian, kami tetap berbangga hati karena ada sebuah
kamajuan di dalamnya.
Kedua, It is hard to
see a constant high quality works produced by my students. Setengah musim berlalu dengan segala paper yang telah dikumpulkan dan
dinilai. Ini tentu menjadi salah satu bentuk nyata bagaimana karya-karya
mahasiswa tercipta. Satu paper dengan paper lainnya memiliki penilaian yang tak
sama. Ada yang selalu progress, ada yang selalu regress, ada yang regress
kemudian progress dan ada yang progress kemudian regress. Hal ini membuktikan
mahasiswa belum memiliki kualitas yang konstan dalam setiap produksi papernya.
Ketiga, When there are
(too) many student violating the rules in the paper submission, I was totally
disappointed. Tidak dapat dipungkiri bahwa masih
ada beberapa mahasiswa yang agaknya melanggar beberapa aturan dalam setiap
pengumpulan paper. Misalnya lupa memberi jumlah halaman, format paragragraf,
dan pemberian refferensi yang lupa dicantumkan. Terlihat sepele memang, tetapi
dari hal-hal yang sepele ini dapat terlihat mana mahasiswa yang benar-benar
teliti dalam setiap pengerjaan tugasnya.
Terlepas
dari urusan teknis seperti di atas, tentu yang tak boleh kita lupa adalah
tujuan inti dari academik writing ini yakni, Promoting
multilingual writer (and reader) is a real job
and moving in L1-L2 continuum is a real journey. Bukan hal yang mudah memang
menjadi multilingual writer dan reader karena kita diharuskan mampu untuk
menulis dan membaca dalam berbagai bahasa. Meskipun dirasa berat, tetapi kita
harus mampu mencapai apa yang telah menjadi tujuan kita sejak awal academic
writing ini.
Menginjak
setengah musim berikutnya ada beberapa poin penting yang harus dilakukan, antara
lain:
} A better framework of the sacred word “ATTITUDE”
} A constant reading (extensive and intensive) experience
} A constant discussion with the best partner
} A constant dua every single second!
} A constant gathering outside the classroom
} A constant FOCUS is a must!
} A constant COMMITMENT is a must!
} A constant PERSEVERANCE is a must!
} A constant TEAMWORK, TEAMWORK, TEAMWORK, TEAMWORK, TEAMWORK, TEAMWORK,
TEAMWORK is a must!
Berlanjut
pada pembahasan inti setengah musim berikutnya, tak bosan-bosannya Mr. Lala
memberikan sebuah teks yang sungguh tak famiar dengan mahasiswa dan tentunya
berisikan topik yang tidak ringan. setelah kita disuguhkan dengan sebuah
artikel karangan Howard Zinn yang berjudul “Speaking Truth to Power with
Books”, kini kita akan berkutat dengan artikel karangan S. Eben Kirksey yang
berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow”. Huuuuft.... lagi-lagi kita harus
mengencangkan ikat pinggang untuk menghadapi artikel yang satu ini. Bagaimana
tidak, artikel ini berisikan masalah-masalah yang terjadi di Papua Barat (West
Papua) dari era orde lama, orde baru
hingga era reformasi saat ini. Sebagai warga
negara Indonesia nama Papua Barat sudah tak asing di telinga. Tetapi untuk
ranah artikel ini kita akan benar-benar menguak tentang Papua Barat.
Sebagai
pemanasan, Mr. Lala memberikan beberapa questioner yang nampaknya mudah, tetapi
sulit untuk kami jawab
- What is West Papua? And where is it located?

Papua Barat (sebelumnya Irian Jaya Barat disingkat Irjabar) adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian barat Pulau Papua. Ibukotanya adalah Manokwari. Nama provinsi ini sebelumnya adalah Irian Jaya Barat yang ditetapkan
dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007 tanggal 18 April 2007, nama provinsi ini
diubah menjadi Papua Barat. Papua Barat dan Papua merupakan provinsi yang
memperoleh status otonomi khusus.

- What differences can you spot between PAPUA and IRIAN JAYA?
Papua adalah sebuah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Papua atau bagian paling timur West New Guinea (Irian Jaya).
Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini atau East
New Guinea. Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah Papua bagian
barat, namun sejak tahun 2003 dibagi menjadi dua provinsi di
mana bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat.
Perkembangan asal usul
nama pulau Papua memiliki perjalanan yang panjang seiring dengan sejarah
interaksi antara bangsa-bangsa asing dengan masyarakat Papua, termasuk pula
dengan bahasa-bahasa lokal dalam memaknai nama Papua.
Provinsi Papua dulu
mencakup seluruh wilayah Papua bagian barat. Pada masa pemerintahan
kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini
Belanda (Nederlands
Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea). Setelah
berada bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia Indonesia, wilayah
ini dikenal sebagai Provinsi Irian
Barat sejak tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian
diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan
tambang tembaga dan emas Freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002.
UU No. 21 Tahun 2001
tentang Otonomi Khusus Papua mengamanatkan nama provinsi ini untuk diganti menjadi Papua. Pada tahun 2003, disertai oleh
berbagai protes (penggabungan Papua Tengah dan Papua Timur), Papua dibagi
menjadi dua provinsi oleh pemerintah Indonesia; bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya menjadi
Provinsi Irian Jaya Barat (setahun kemudian menjadi Papua Barat). Bagian timur inilah yang menjadi wilayah Provinsi Papua pada saat ini.
- In what year the land called Papua integrated into NKRI?
Kelicikan
Belanda membentuk negara bonekanya di papua itu,
tentu saja membuat bangsa Indonesia berang. Maka pada tanggal 19 Desember
1961 di Alun-alun Utara Jogjakarta, Presiden Indonesia Soekarno
mengumumkan Trikora (Tri Komando Rakyat) untuk mengembalikan Irian Barat kepangkuan
Negara Republik Indonesia. Konfrontasi dengan Belandapun tak
terhindarkan.
- What is Trikora?
Operasi Trikora (Tri
Komando Rakyat) adalah konflik 2 tahun yang dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan
wilayah Papua bagian barat. Pada tanggal 19 Desember 1961, Soekarno (Presiden Indonesia) mengumumkan pelaksanaan
Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta. Soekarno juga membentuk Komando Mandala. Mayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai panglima. Tugas komando ini adalah merencanakan, mempersiapkan, dan
menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan
Papua bagian barat dengan Indonesia.
Isi trikora adalah
sebagai berikut:
1. Gagalkan pembentukan
"Negara Papua" bikinan Belanda kolonial
2. Kibarkan sang merah putih di Irian Barat tanah air Indonesia
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.
2. Kibarkan sang merah putih di Irian Barat tanah air Indonesia
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.
- What are the roles of Soekarno in the integration of Papua into NKRI?
Ketika Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Indonesia
mengklaim seluruh wilayah Hindia
Belanda, termasuk wilayah barat Pulau
Papua. Namun
demikian, pihak Belanda menganggap wilayah itu masih menjadi salah
satu provinsi Kerajaan Belanda. Pemerintah Belanda
kemudian memulai persiapan untuk menjadikan Papua negara merdeka
selambat-lambatnya pada tahun 1970-an. Namun pemerintah Indonesia menentang hal
ini dan Papua menjadi daerah yang diperebutkan antara Indonesia dan Belanda.
Hal ini kemudian dibicarakan dalam beberapa pertemuan dan dalam berbagai forum
internasional. Dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949, Belanda dan
Indonesia tidak berhasil mencapai keputusan mengenai Papua bagian barat, namun
setuju bahwa hal ini akan dibicarakan kembali dalam jangka waktu 1 tahun.
- What did the Dutch colonial do in Papua?
Dutch Colonial (pemerintah
Belanda) pada tahun 1957 mulai bekerjasa dengan Australia untuk mendekolonisasi
wilayah koloni mereka masing-masing namanya wilayah papua dan new guinea
(Australia) dan nederlandnieu guinea (Belanda).
- What are the roles of US-UN and our neighbouring countries in the Papua conflicts?
Melalui upaya diplomasi yang alot yang difasilitasi PBB (Perserikatan
Bangsa-bangsa), Belanda akhirnya mau menandatangani New
York Agreement bersama Indonesia pada tanggal 15 Agustus 1962.
Indonesia diwakili oleh Soebandrio, dan Belanda diwakili oleh Jan Herman
van Roijen dan C.W.A. Schurmann. Isi kesepakatan itu
intinya memuat road map penyelesaian sengketa
atas wilayah Papua/Irian Barat. Lima hari kemudian (20 September
1962) dilakukan pertukaran instrumen ratifikasi antara Indonesia
dengan Belanda tetapi pertukaran tersebut tidak menjadikannya otomatis
berlaku,karena PBB terlibat.
Maka PBB pun membawa Persetujuan bilateral ini ke dalam forum PBB, yang
kemudian diterima dan dikukuhkan dengan Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 1752 yang mulai berlaku 21
September 1962.
Agar Belanda tidak kehilangan muka, perundingan New York mengatur
penyerahan kekuasaan dari Belanda atas tanah Papua dilakukan secara tidak
langsung. Belanda menyerahkannya kepada PBB, baru setelah itu PBB
menyerahkanya ke pemerintah Indonesia melalaui referendum (PEPERA).
Maka terjadilah pada 1 Oktober 1962, wakil gubernur jenderal Belanda H.
Veldkamp menyerahkan kekuasaannya atas Papua Barat kepada sebuah badan PBB yang
khusus dibentuk untuk mengurusi masalah Papua tersebut. Badan PBB itu
bernamaUNTEA (United Nations Temporary Executive Authority). Pada
acara penyerahan itu, H. Veldkamp mengatakan : “Mulai saat ini,
akibat persetujuan Indonesia akibat persetujaun Internasional yang berhubungan
dengan itu, maka tanah dan bangsa Nieuw Guenea Barat telah ditempatkan di bawah
kepemerintahan yang baru : Penguasa sementara perserikatan bangsa-bangsa.
Kedaulatan Netherlands atas tanah ini telah berakhir. Tibalah suatu jangka
waktu yang baru, jangka mana berlangsung sampai pada saat pertanggunganjawab
atas pemerintahan diserahkan kepada Indonesia sepenuhnya.” (Mangasi
Sihombing, 2006:32).
Referendum (PEPERA)
UNTEA lalu mempersiapkan referendum. Pada tanggal 1 Mei 1963, UNTEA
menyerahkan pemerintahan Papua bagian barat kepada
Indonesia. Hollandia yang tadinya menjadi pusat kekuasaan kerajaan
Belanda di Papua, diubah namanya menjadi Kota Baru. Momentum 1 Mei ini
hingga kini diperingati sebagai Hari kembalinya Papua ke dalam NKRI.
Tiga hari kemudian, tepatnya 4 Mei 1963 Bung Karno menjejakkan kakinya di
Tanah Papua. Di hadapan ribuan orang Papua di Kota Baru, Bung Karno dengan
semangat membara menyampaikan pidato :
“Irian Barat sejak 17 Agustus 1945 sudah masuk dalam wilayah Republik
Indonesia. Orang kadang-kadang berkata,
memasukan Irian Barat ke dalam wilayah Ibu Pertiwi. Salah! Tidak! Irian
Barat sejak daripada dulu sudah masuk ke dalam wilayah Republik
Indonesia…” (cuplikan pidato Bung Karno di Kota Baru, Jayapura, tanggal 4 Mei 1963)
Pada 5 September 1963, Papua bagian barat dinyatakan
sebagai “daerah karantina”. Pemerintah Indonesia membubarkan Dewan Papua dan
melarang bendera Papua dan lagu kebangsaan Papua yang di bentuk oleh belanda.
Keputusan ini ditentang oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Proses persiapan referendum memakan waktu tujuh tahun. Baru
pada tahun 1969, referendum (PEPERA) digelar dengan disaksikan oleh dua
utusan PBB. Hasilnya,Papua akhirnya kembali ke pangkuan NKRI. Maka
jadilah Papua menjadi provinsi ke-26 Indonesia dengan nama Irian Jaya. Namun
keputusan ini lagi-lagi ditentang OPM dan sejumlah pengamat independen
yang diprovokasi Belanda.
Negara-negara Barat yang dimotori Amerika Serikat mendukung
hasil PEPERA itu punya alasan karena tidak ingin Indonesia bergabung
dengan pihak Uni Soviet (lawan mereka).
Inipun belum berakhir, Hasil PEPERA harus diuji dalam Sidang Majelis Umum PBB. Dan, lagi-lagi sejarah mencatat, PBB akhirnya mengesahkan hasil PEPERA dengan sebuah Resolusi Majelis
Umum PBB No. 2504 tanggal 19 Oktober 1969.
Bahwa kemudian PEPERA diragukan keabsahannya, itu adalah bahasa kecewa
sekelompok aktivis Papua yang sengaja di bentuk dan dibiayai oleh
Belanda yang lahir jauh setelah PEPERA disahkan. Mereka terus berupaya
agar di Tanah Papua dilakukan referendum ulang. Padahal mereka tahu bahwa
hal itu tidak mungkin dilakukan.
- What is Organisasi Papua Merdeka (OPM) and who finances them?

Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah sebuah organisasi yang
didirikan tahun 1965 dengan tujuan membantu dan melaksanakan penggulingan
pemerintahan yang saat
ini berdiri di provinsi Papua dan Papua Barat di Indonesia, sebelumnya bernama Irian Jaya, memisahkan diri dari Indonesia dan menolak pembangunan ekonomi dan modernitas. Organisasi
ini mendapatkan dana dari pemerintah Libya pimpinan Muammar Gaddafi dan pelatihan dari grup gerilya New People’s Army beraliran Maois yang ditetapkan sebagai
organisasi teroris asing oleh Departemen Keamanan Nasional Amerika Serikat.
Organisasi ini dianggap
tidak sah di Indonesia. Perjuangan meraih kemerdekaan di tingkat provinsi dapat
dituduh sebagai tindakan pengkhianatan terhadap negara. Sejak berdiri, OPM berusaha mengadakan
dialog diplomatik, mengibarkan bendera Bintang Kejora, dan melancarkan aksi
militan sebagai bagian dari konflik Papua. Para pendukungnya sering membawa-bawa bendera Bintang Kejora dan simbol persatuan Papua lainnya, seperti lagu kebangsaan "Hai
Tanahku Papua" dan lambang nasional. Lambang nasional tersebut diadopsi
sejak tahun 1961 sampai pemerintahan Indonesia diaktifkan bulan Mei 1963 sesuai Perjanjian New York.
**
Kegiatan yang berlangsung
di kelas selanjutnya kami diminta untuk membuat kelompok yang beranggotakan
lima mahasiswa. Dari setiap kelompok ini kami berdiskusi tentang judul dari
artikel S. Eben Kirksey yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow”. Dari judul
di atas ada dua kata kunci yang dianggap penting yang mencakup keseluruhan isi
artikel yakni DATA dan PILLOW. Agaknya penulis menginginkan pembaca artikelnya berpikir keras untuk
menemukan benang merah antara kata DATA, PILLOW dan keseluruhan isi artikelnya.
Kelompok kami yang beranggotakan Sri Maryati, Restu Fajri meila, Riana
Indrawati, Ria Nuralawiyah dan saya sendiri (Siti Andini). Menanggapi judul
artikel dengan hasil diskusi yang dapat dikatakan nyaris miliki pemikiran yang
sama.
Dari judul artikel kita
dapat menarik dua kata kunci yakni kata DATA dan PILLOW. Sri Maryati mengatikan
kata DATA sebagai sumber-sumber dan mengartikan PILLOW sebagai sandaran.
Restu mengartikan data sebagai hehehehehhe dan mengartikan PILLOW sebagai tidak
terfokus pada satu titik saja, tetapi harus meluas. Riana mengartikan DATA
sebagai informasi yang terdapat dalam penelitian dan mengartikan PILLOW sebagai
tidak terfokus pada satu data saja tetapi harus melihat data-data yang lain. Ria
mengartika DATA sebagai kumpulan informasi dan PILLOW sebagai tidak hanya data
yang ada saja tetapi kita juga harus mencari data-data lain dan saya sendiri
mengartikan DATA sebagai kumpulan informasi dan PILLOW sebagai tidak menggunkan
data yang ada saja tetapi harus mengguankan sumber lainnya.
Dari hasil diskusi tujuh
kelompok di kelas yang masing-masing beranggotakan lima mahasiswa, setidaknya
kita dapat miliki sedikit pencerahan untuk memaknai kata DATA dan PILLOW dalam
judul artikel.
Dari sini kita dapat melihat bahwa data merupakan
informasi yang digunakan dalam ranah penelitian. Data adalah catatan atas
kumpulan fakta. Data merupakan bentuk jamak dari datum, berasal dari bahasa Latin yang berarti “sesuatu yang diberikan”. Dalam penggunaan sehari-hari data
berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini adalah
hasil pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau citra. Menurut WEBSTER
New World Dictionary Data adalah things known or assumed, yang berarti bahwa
data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap. Menurut Nuzulla Agustina Data
adalah keterangan mengenai sesuatu hal yang sudah sering terjadi dan berupa
himpunan fakta, angka, grafik, tabel, gambar, lambang, kata, huruf-huruf yang
menyatakan sesuatu pemikiran, objek, serta kondisi dan situasi. Menurut Lia
Kuswayatno, data adalah kumpulan kejadian/peristiwa yang terjadi di dunia
nyata. Data dapat berupa angka-angka, huruf-huruf, simbol-simbol khusus, atau
gabungan dari semuanya. Data adalah teks yang dapat berupa verbal,
visual atau kombinasi antara keduanya (Lehtonen, 2000).
Beranjak pada kata kunci
berikutnya yakni kata PILLOW. Kelompok kami miliki pendapat yang hampir sama
yakni PILLOW diartikan sebagai sandaran dan analogi untuk penggunakan data yang
mencakup ranah penelitian sebagai ornamen yang sifatnya optional. Kalimat
pertama dalam teks adalah “A small feast had been prepared for my going away party:
salty sago pudding, fish broth, fried papaya leaves, boiled yams, and chicken.”
Menurut saya sendiri kalimat pertama memiliki makna sebuah pesta perpisahan
untuk penulis. Riana mengartikan sebagai persiapan untuk pesta untuk sebuah
pesta. Sri memaknai kalimat pertama sebagai persiapan pesta perpisahan. Restu
memaknai dengan mempersipkan sebuah pesta agar tertata, dan Ria memaknai dengan
sebuah pesta kecil harus dipersiapkan dengan baik dan lengkap.
Dari
semua pembahasan di atas dapat simpulkan bahwa setengah musim academic writing
ini kita masih akan berkutat dengan teks yang memiliki topik yang tak ringan yakni
tentang Papua Barat dengan segala konflik yang ada di dalamnya mulai dari era
orde lama, orde baru hingga era reformasi saat ini. Untuk kegiatan belajar pada
pertemuan minggu ini kegiatan kita hanya terus membaca dan membaca.
Referensi:
Referensi:
Papua Barat. Retrieved April 5, 2014 from the Wiki:
http://id.wikipedia.org/wiki/Papua_Barat
Papua. Retrieved April 5, 2014 from the Wiki:
http://id.wikipedia.org/wiki/Papua
Operasi
Trikora. Retrieved
April 5, 2014 from the Wiki:
http://id.wikipedia.org/wiki/Operasi_Trikora
Organisasi
Papua Merdeka. Retrieved
April 5, 2014 from the Wiki:
http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Papua_Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic