CLASS REVIEW KE = 10
SISWA yang CERDAS
yaitu SISWA YANG BER’AHLAK
Rahasia dibalik kehidupan yang tak kita ketahui
Walau berjuta prediksi yang kita amati
Hidup ini bagaikan sebuah film layar lebar
Karena jiwa dan otak selalu merasa menjadi pemeran utama
Dimana saat terjadi sebuah masalah ataupun kejadian yang tak terduga.
Pemeran utama akan selalu mencoba mencari kebenaran dimana disaat itu ada
pemeran antagonisnya
Hidup itu tak menentu, kawan
Kadang kita harus sabar menghadapi semua rintangan bagaikan seorang
jagoan yang bisa melawan musuhnya
Hidup itu tak sepenuhnya menyenangkan
Dan juga tak sepenuhnya menyakitkan
Hidup itu selalu ada doa yang akan kita ucap setiap harinya
Ok...Langsung menuju pada bisnis kita!!!
PENGERTIAN MORAL
Suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat peran lain, kehendak,pendapat atau perbuatan
yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk. Jika
pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan yang lainya kit adapt
mengatakan bahwa anatra etika dan moral memiliki obyek yang sama yaitu
sama-sama membahas tentang perbuatan manusia untuk selanjutnya di tentukan
posisinya baik atau buruk. Namun demikian dalam hal etika dan moral memiliki
perbedaan, dengan demikian tolak ukur yang digunakan dengan moral untuk
mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan, dan lainnya yang
berlaku di masyarakat. Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian
sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dipakai untuk perbuatan yang sedang di
nilai, sedangkan etika di pakai untuk system nilai yang ada. Teori moral
mencoba memformulasikan suatu prosedur dan mekanisme untuk pemecahan
masalah-masalah etik.
Terdapat beberapa pendapat apa yang dimaksud dengan
moral:
1.
Menurut kamu Kamus Bahasa Indonesia
(Tim Prima Pena) : Ajaran tentang baik buruk yang di terima umum mengenaik
akhlak-akhlak dan budi pekerti, kondisi mental yang memperngaruhi seseorang
menjadi tetap bersemangat, berani, disiplin.
2.
Ensiklopedia Pendidikan : Suatu
istilah untuk menentukan batas-batas dari sifat-sifat,
corak-corak,maksud-maksud, pertimbangan-pertimbangan, atau
perbuatan-perbuatanyang layak dapat dinyatakan baik/buruk, benar/salah,
Lawannya amoral, Suatu istilah untuk menyatakan bahwa baik-benar itu lebih
daripada yang buruk/salah.
Bila dilihat dari sumber dan
sifatnya, ada moral keagamaan dan moral sekuler. Moral keagamaan kiranya telah jelas bagi
semua orang, sebab untuk hal ini orangtinggal mempelajari ajaran-ajaran agama
yang dikehendaki di bidang moral. Moral
sekuler merupakan moral yang tidak berdasarkan pada ajaran agamadan hanya
bersifat diniawi semata-mata. Bagi kita umat beragama, tentu moralkeagamaan
yang harus dianut dan bukannya moral sekuler.
Karma etik berkaitan dengan filsafat
moral maka sebagai filsafat moral, etik mencari jawaban untuk menentukan serta
mempertahankan secara rasional teori yang berlaku tentang apa yang benar atau
salah, baik atau buruk, yang secara umum dapatdipakai sebagai suatu perangkat
prinsip moral yang menjadi pedoman bagi tindakan manusia.
Dan moral diartikan mengenai apa
yang dinilainya seharusnya oleh masyarakat dan etika dapat diartikan pula
sebagai moral yang ditujukan kepada profesi. Oleh karena itu etika profesi
sebaiknya juga berbentuk normatif.
KEBAIKAN MEMPELAJARI ETIKA KEPADA
PESERTA DIDIK
•
Membantu memahami kedudukan sesuatu
masalah etika
•
Berfikir secara kritikal setelah
memperoleh kemahiran dan konsep tertentu
•
Mampu menganalisis perdebatan etika
•
Menghormati pandangan orang lain
yang bertentangan
•
Mempertimbang kemunasabahan
pandangan yang selama ini tidak disetujui
TIGA SUMBER
DATA TERHADAP ETIKA
•
Secara intuitif (intuitions)
•
Peraturan dan kod-kod tertentu
•
Peranan sosial (social roles)
PENDEKATAN KEPADA KAJIAN MORAL
n Pendekatan
saintifik dan pendekatan falsafah
n Pendekatan
saintifik juga digelar pendekatan ‘descriptive’. Itu merupakan kajian secara saintifik terhadap
tingkah laku manusia
n Pendekatan
falsafah
Itu
merupakan pendekatan normatif (standard) /prescriptive seperti:
Egoism: Manusia seharusnya sentiasa bertindak
mengikut kepentingan peribadi
Alturism: Manusia seharusnya sentiasa bertindak
mengikut kepentingan orang lain
Utilitarianism: Manusia seharusnya sentiasa bertindak
mengikut kepentingan semua orang termasuk kepentingan peribadi
Metaetika/amoral/nomoral
n Amoral: Having no moral sense or being indifferent to
right or wrong
n Nomoral: It means out of realm of morality together
Ok...Kita
kupas Argumentatif Essay!!!
Argumentatif
Essay adalah genre penulisan yang mengharuskan siswa untuk menyelidiki topik; mengumpulkan, menghasilkan, dan mengevaluasi bukti, dan
membangun posisi pada topik secara ringkas.
Argumentasi menurut Fitzpatrick 2005
Menulis adalah hanya masalah memberikan informasi kepada
audiens Anda? Dalam menulis argumentative essay, Anda harus membujuk audiens
Anda untuk mempertimbangkan sudut pandang Anda, bahkan jika mereka mungkin
tidak setuju dengan Anda. Hal ini
membutuhkan beberapa perawatan dan keterampilan: Anda perlu menunjukkan rasa hormat karena
menentang sudut pandang, Anda harus memilih kosa kata dengan hati-hati, dan, di
atas semua, Anda harus menulis dengan jelas dan logis.
Ok…Inilah contoh Argumentative yang saya buat!!!
THE BLACK PEARL
Introduction
"Papua" is the official Indonesian and
internationally recognised name for the province. During the Dutch colonial era the region was
known as part of "Dutch New Guinea" or "Netherlands New
Guinea". Since its annexation in 1969, it became known as "West
Irian" or "Irian Barat" until 1973, and thereafter renamed
"Irian Jaya" (roughly translated, "Glorious Irian") by the Suharto administration. This was the official name
until the name "Papua" was adopted in 2002. Today, natives of this
province prefer to call themselves Papuans.
An island that located in east end of Indonesia has
a lot of great nature resource. Like mountains that contained gold and copper.
Those are one of Indonesian treasure.
But we see definitely that Indonesia just neglect them. Should we let Papua is in suffering anymore?
Content
Economic:
Papua’s nature resource are Indonesian
treasure, that words show how rich we are, and we can make dream comes true
easier if we utilize it for sure. But in the reality the only foreign company
that utilize it. This is what public known that Freeport had them in gold for
long time, and this is what make Papuan people are in suffering. Of course how come they can be prosperous if
they cannot feel what is their nature have in the other side, the government
that they should be able to establish those, precisely singed the Freeport contract that
never give the benefit just give Papuan
people in ironic. It just a little sum of
income that Papuan get that is not even enough to give them an education from
that income. the contract that Indonesia and Freeport signed is not even fair
at all, because this contract treated foreign worker as specially by given a
secure payment and they are be under guard by soldier, but for Indonesian
worker they got nothing for that and there is not guaranty for them if they are
being killed by mysterious shooter that waited before all the employers stepping
their foots up on the bus, and when it is riding on them, they get a decision
to shoot all the guy in the bus, and this is according to my experience, when I
met someone from Timika and definitely he was working on Freeport as an usual
employer. He told me when he was working
there he was in fear, just because when the bus got them to pick to work place
they requested to wear a 2 kg weight of bulletproof jacket and feeling unique where none wanted to sat in the left
side of the bus because there was a jungle which all the shooter hided within,
realized that he paid not much as his life finally he is quite out of there and
start his life in java, and I said why should be here, and answer it that life
in Papua need a lot of money. All the daily needs are so expensive, that is why
Papua called as Indonesia ironic the land which is rich of nature resources,
but they still have to life in suffering. Surely this economical condition is
so far away from prosperous, well I think not even close of stable. There are a lot of reason as what I write here
why should Papua leave, they just want to get a peace, prosperous, and get away
from the suppression.
Culture:
Nowadays in Papua there are many of them know, how
to wearing a clothes, and thinking that being naked is an embarrassing thing to
do but it is not that ignored by the inland rate where they still keep being a
primitive rate, and here for all the question that still hang on inside of your
mind is, why are they so outdated? Is this because of their primitiveness or
something like that? You are almost there, but this explanation says a lot
about that this all about the influence of other aspects that make this culture
development is growing so slow for the outline, the political conflicts impose
them to do many isolation movement by murder
for them who is not in a conspiration.
Politic:
It is easy to defeat the colonizer, but the hardest
one is how to defeat your own in-enemy.
At least that what our first president says. and if take that words to Papua’s
political condition so its proved with
more than 50 guy murdered by Indonesian military because of they were asking
about the result of PEPERA, the lack of slack between government and rise a
conflict where Papua wants to separate out of this nation because of they felt
blaspheme by the government like corrupted the funds of nature result incomes and
it is impact of Papuan people is still living in poverty, and over time Papuan
people felt that they are in a oppressed by the government. Not the only
Indonesian government, but also the central government of Papua did the
corrupt. The process of development
in Papua is also
running slow, not like the cities
at java more rapid in development, this is what triggers some
form Papuan OPM
(Free Papua Movement). Who demanded a referendum in
Papua held back because they assume
referendum ever undertaken in Papua in 1969
judged that was not represent the aspirations of Papuan people. While the central
government ignored the OPM
and consider them as a separatist organization. OPM's motion
calling on the Papua out of the Homeland or
NKRI, but was strongly opposed by
the government of Indonesia. So that is what has aroused
the opposition and non opposition conflict in Papua for long time.
CONCLUsION
Let’s make this simple, figure it out that Papua is
a wife that has a lot of properties and
Indonesia as a husband. As long as they
got marry Papua never had a serious attention of Indonesia as a husband never
visit her, never feed her and either her kids.
And one day over the time, Papua realized that Indonesia got a great
progress and keep moving forward, but she realized too that what’s Indonesia
got is overall from her property and that’s why Papua always wanted a divorce off Indonesia because those thing.
And clearly in the fifth oh five precepts sound that “social justice for all Indonesian
people” that is what Papua always missed. Justice? What is happening in the real life? The only thing they got is a suppression.
REFERRAL
We are as a society of Indonesia should have strange
mutual aid, as fourth of five precepts means that our relationship want each
other are very well. But nowadays, the
guidelines as eroded by the liberal system.
The value of mutual aid are trampled by the western culture. Actually we have to realize about our
relation with Papua is getting complicated.
Looks like all what government do are not working well. And here are standing here as a united of Indonesian
people should have to be more care about them.
Conspired with all united of society and take Papua back as we are
united. Because all what they want is it
just an equality.
Ok………..Sedikit menyinggung tentang BIAK!!
Peneas Lokbere (Koord. BUK)
|
JAKARTA, Suara Kaum Tak Bersuara - Peristiwa Biak Berdarah
6/7/1998, meninggalkan luka batin bagi korban dan keluarga korban, sementara
pelaku dibenarkan oleh Negara dan tak perna disidangkan.
Kasus kekerasan
terjadi di biak 6 Juli 1998, saat masyarakat melakukan aksi menuntut
kemerdekaan Papua, di Tower Biak. Aksi tersebit dilakukan dari tanggal 2 juli
sampai dengan 6 juli 1998. Masyarakat dengan penuh semangat melakukan aksi
besar-besaran di Tower, dan menaikan bendera di Tower. Jumlah masa aksi yang
diprediksikan berjumlah 100 orang lebih tersebut, membakar jiwa kesemangatan
mereka untuk tetap bertahan. Aksi selamat 4 hari itu, kemudian dibubarkan paksa
oleh militer gabungan, baik TNI AL, TNI AU dan TNI AD bersama Polri.
Aksi pembubaran
paksa diikuti dengan rentetan. Banyak rakyat yang ditembak, disiksa dan
dihilangkan secara paksa hak hidup mereka.
Menurut koordinator Berjuan Untuk Kebenaran (BUK), Peneas Lokbere, saat
kegiatan diskui mengenang korban kekerasan Biak, di Kontras sore tadi, Sabtu, 6
Juli 2013, pukul 17.00, menegaskan “dalam kasus tersebut, 8 orang tewas; 37
orang ditangkap dan disiksa kemudian diselkan, termaksud Pak Philep Karma; 150
orang luka bera t, 3 orang hilang (Penghilangan Paksa); 32 mayat misterius
ditemukan di perairan PNG, yang saat itu, isu dikembangkan adalah korban
bencana Aceh, pada hal, itu korban kekerasan Negara di Biak.”
Menurut Peneas, kami melakukan Diskusi saat ini, sebagai peringatan akan peristiwa kekerasan tersebut. Lanjut Peneas, Kegiatan memperingati kekerasan di Biak 6 Juli 1998 tidak hanya dilakukan di Jakarta, tapi juga dilakukan di Papua dan di Sydney.
Terkait kasus
tersebut, penias meminta Negara harus mengaku telah melakukan pembunuhan dan
meminta maaf pada korban dan keluarga korban.
Kekerasan yang
dilakukan aparat saat itu, tidak hanya pada rakyat sipil asli Papua, namun
kekerasan tersebut juga dilakukan terhadap pemilik took-toko yang pada saat itu
memberikan bantuan air kepada massa aksi. Sementara korban penyiksaan di suruh
jalan merayab dengan dada, kemudian dipukul pakai laras senjata dan ditendang,
yang mengakibatkan luka parah pada korban. Banyak rakyat disiksa dan
dikorbankan, namun pelakunya tidak diberi sangsi atau pun hukuman, sehingga
pelaku merasa perbuatannya selalu benar.
(Marthen Goo)
Kesimpulan
Masalah utamanya adalah ketidakadilan, kesenjangan
kesejahteraan dan kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah. Begitu
banyak hasil bumi yang dikeruk oleh PT.Freeport namun hasilnya dibagi antara
Freeport dengan pemerintah pusat, sementara pemerintah daerah Papua hanya
kebagian sedikit, dan juga rakyat Papua seperti dibiarkan terlantar. Banyak
dana hasil bumi yang dikorupsi juga sehingga dana tersebut tidak dirasakan oleh
rakyat Papua yang tetap hidup miskin. Lama-kelamaan rakyat Papua menjadi
seperti tertindas oleh pemerintah pusat yang mengeruk bahan2 tambang dari tanah
Papua tapi hasilnya dinikmati sendiri. Proses pembangunan di Papua juga
berjalan lambat, tidak seperti kota2 di Pulau Jawa yang lebih pesat
pembangunannya. Hal inilah yang memicu beberapa warga Papua membentuk OPM
(Organisasi Papua Merdeka) yang menuntut diadakan kembali referendum di Papua
karena mereka menganggap referendum yang pernah dilakukan di Papua pada tahun
1969 dinilai tidak mewakili aspirasi seluruh rakyat Papua. Sementara pemerintah
pusat tidak menggubris OPM & menganggap mereka sebagai organisasi
separatis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic