We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Senin, 21 April 2014

Class review 9

Hujan  Konflik di Papua Barat

            Tik tik tik. Suara air jauh terdengar jelas dari dalam kamarku. Sore ini hujan turun dengan lebatnya dengan membawa sejuta kesejukan seakan berlomba kecepatan untuk jatuh ke bumi. Aku menemukan diriku berdiri menatap hujan dari dalam jendela kaca kamarku. Entah, seakan terik dan hujan tak lagi mengikuti musim. Kemarin terasa panas sekali, tetapi hari ini hujan turun lebat padahal April memasuki setengah masanya.
            Hujan sore ini mengingatkanku dengan tumpukan tugas dalam lembaran catatanku. Tugas ini, tugas itu, mungkin banyak tetapi aku tak pernah lupa dengan tugas yang satu ini, tugas writing. Perlu waktu panjang untuk menyelesaikan tugas yang satu ini mungkin perlu waktu tiga malam atau lebih. Yang pasti aku terus memikirkannya. Dengan bermodalkan materi minggu lalu, sore ini aku mulai menulis.
            Seperti biasa, pertemuan minggu lalu berlangsung pada Selasa, 8 April 2014 dengan segala kerumitannya. Dikatakan rumit kerena beberapa pertemuan terakhir ini kita baru saja mencicipi lembaran baru artikel yang di tulis oleh S. Eben Kirksey yang berjudul Don’t Use Your Data as a Pillom. Ada sekitar 49 paragraf yang harus kita pahami. Untung saja Mr. Lala memberikan waktu yang cukup lama untuk memahami artikel yang satu ini. Ada beberapa konflik tentang Papua Barat di dalamnya yang dapat dikatakan cukup rumit. BP, TNI, polisi, dan anggota milisi belum lagi orang-orang besar yang terlibat di dalamnya.
            Pada pertemuan kali ini tak banyak materi yang di berikan Mr. Lala. Pertemuan kali ini masih dengan kegiatan membaca seperti minggu lalu hanya saja untuk menguji pemahaman kami Mr. Lala menanyai satu persatu mahasiswa  tentang artikel tersebut. Sebagai mana yang telah ditugaskan minggu lalu, berikut ini rangkuman paragraf pertama sampai dengan paragraf kedua puluh enam.
Paragraf 1
             Eben sedang merayakan pesta perpisahan untuk menandai berahirnya penelitian di Papua Barat. Pesta ini diselenggarakan oleh Denny Yomaki seorang pekerja HAM di Papua. Eben berharap dengan berahirnya penelitian yang ia lakukan akan menjadi ritual transisi kewajiban dan tugas yang menjadi tantangan ntuk dirinya sendiri.
Paragraf 2
            Awalnya Eben hendak melakukan penelitian tentang kekeringan El Nino di Papua, tetapi pada saat Eben sampai ke Papua hujan turun sehingga ini mengurangi antusias Eben dan masyarakat di sana. Eben malah merasa bingung kerena pada saat itu sedang maraknya gerakan reformasi setelah presiden Soeharto lengser.
Paragraf 3
            Setelah melihat serangkaian pembantaian pembantaian yang dilakukan militer Indonesia, Eben mengerti mengapa penduduk Papua ingin kemerdekaan bukan reformasi.
Paragraf 4
            Eben melakukan perjalanan ulang ke Papua untuk melakukan penelitian tentang adat di Papua, fakta yang mencengangkan bahwa nenek moyangnya yakni bangsa berkulit putih telah mencuri keajaiban modernitas dari penduduk asli Papua. Eben juga belajar tentang kampenye teror yang dipicu oleh Dracula. Hal ini membuat Eben memikirkan ulang untuk melanjutkan penelitiaanya di Papua.
Paragraf 5
          Orang  Papua menganggap Eben sebagai sekutu, tetapi di sisi lain Eben tertark untuk membantu orang Papua meraih kemerdekaanya.
Paragraf 6
             Dalam pesta perpisahan yang diadakan oleh Denny, Denny mengungdang seorang anggota komnas HAM yang bernama Telys Waropen. Waropen adalah seorang penghasut muda yang berusia sekitar 20 tahun.
Paragraf 7
            Waropen berasal dari Wasior yakni tempat dimana baru-baru ini polisi melakukan serangan terhadap separatis Papua dan operasi itu bernama operasi panyisihan dan penumpasan. Setalah Eben dan Denny mengunjungi Wasior mereka mendengar bahwa terdapat militer Indonesia yang diam-diam mendukung milisi Papua.
Paragraf 8
            Penelitian Eben dan Denny di Wasior dilakukan secara rahasia dengan menyembunyikan identitas narasumbernya.
Paragraf 9
            Kerena penelitian Eben di bawah pengawasan ketat maka Eben tidak ingin mengambil resiko untuk mewawancarai dukun sebagaimana yang telah diagendakan sebelumnya.
Paragraf 10
            Eben bermaksud untuk menjadikan Waropen sebagai sumber untuk melengkapi kesenjangan penelitiannya tentang dukun karena sebelumnya Waropen pernah menulis sebuah tesis sarjana tantang dukun.
Paragraf 11
            Eben mewawancarai Waropen dengan tetap menyembunyikan identitas Waropen. Waropen berpendapat lain bahwa dengan tidak menyembunyikan identititas narasumber akan menguatkan penelitian Eben.
Paragraf 12
            Eben mendapatkan pengecualialian dari universitasnya untuk menyembunyikan identitas narasumber yang telah ia wawancarai. Namun sebagai narasumber waropen ingin identitasnya dicantumkan karena ia ingin diakui sebagai intelektual publik.
Paragraf 13
            Sebuah narasumber yang disembunyikan dapat menimbulkan kecurigaan pembaca. Para jurnalis dan editor memiliki hukum untuk menyembunyikan identitas narasumber untuk melindungi dari gugatan pencemaran nama baik karena ada beberapa hal yang tidak boleh dipublikasiakan.
Paragraf 14
            Waropen merupakn salah salah satu informasi penting dalam penelitian yang dilakukan Eben. Eben menawarkan saran untuk mencapai kemerdekaan di Papua, tetapi saran tersebut sudah terpikirkan oleh Waropen namunWaropen tidak punya cukup bukti sedangkan sistem hukum sekarang  segala sesuatu berdasarkan bukti. Waropen melihat Eben sebagai sekutu tapi di sisi lain Eben membutukan informasi dari Waropen untuk penelitiannya.
Paragraf 15
             Perbicangan Eben dan Waropen mulai memanas lantaran beradu pendapat tentang identitas narasumber yang harus disembunyikan bahkan Eben mulai menyinggung mengenai identitas korban dan saksi dalam kasus HAM yang harus dilindungi. Waropen pun bersikeras hingga pengatakan jangan menggunakan data hanya sebagai bantai dan hanya untuk keprofesionalan semata pada saat Eben kembali ke Amerika.
Paragraf 16
            Waropen menginginkan Eben untuk menjadi seorang ahli regional yang handal dengan alasan banyak antropolog budaya yang berhati-hati dalam melakukan penelitiaanya jika penelitiannya itu berhubungan dengan kekuasaan. Selain itu ahli regional sering mengabaikan tuntutan akuntabititas dari orang-orang yang menjadi narasumber mereka. Hingga kritikan-kritikan yang ditujukan kepada para penguasa tidak mendapatkan respon yang serius.
Paragraf 17
            Waropen meminta Eben untuk memikirkan kembali apa yang disebut data dalam antropologi budaya karena seorang ahli bernama Charles Hale mendesak antropolog untuk mengambil metodologi positif serius dalam setiap penelitian.
Paragraf 18
            Ketike Eben bertemu dengan Waropen, Waropen  sudah menerbitkan sejumlah artikel tentang Papua Barat. Waropen mendesak Eben untuk menunjukkan fakta dan tindakan nyata dalam tulisannya. Konfrontasi Waropen membuat Eben berpikir tentang bagaimana pengetahuan dan penelitiaanya tentang Papua Barat diketahui oleh dunia dan menjadi sebuah pengetahuan.
Paragraf 19
            Ketika Eben dan Denny pergi ke Wasior, Eben hendak meneliti tentang kekerasan yang terjadi dengan BP (British Petroleum). BP baru saja mulai mengeksplorasi gas alam di Papua Barat yang akan menghasilkan lebih dari $198.000.000.000. menurut kabar yang beredar, agen militer Indonesia telah memprovokasi kekerasan dalam tawaran yang tidak konvensional untuk menguntungkan perlindungan kontrak. Anggota milisi Papua baru saja membunuh CER pejabat kepolisian Indonesia di Wasior. Sepintas dalang di balik semua ini  adalah miiter Indonesia. Adanya provikator militer, korban polisi dan Papua double agen membuat Eben bingung. Mengapa pasukan keamanan saling melakukan serangan.
Paragraf 20
            Di wasior Eben berhasil mewawancarai seorang double agen Papua yang mengakui bahwa ia harus membunuh CER pejabat kepolisian. Ia juga mengatakan bahwa ia mendapat dukungan logistik dan intelegen dari militer Indonesia. Hal ini membuktika bahwa peristiwa kekerasan yang terjadi di Wasior terkait dengan proyek BP. seorang double agen Papua ini juga mengatakan bahwa seorang militer aktif telah mencoba membunuhnya. Ia meminta bantuan Eben untuk melarikan diri dari situasi ini tetapi Eben tidak bisa berbuat apa-apa.
Paragraf 21
            Dua minggu setelah Waropen mendesak Eben untuk tidak menggunakan data sebagai bantal saja, ia menemukan kesempatan untuk menjadi seorang ahli pada saat ia kembali ke Inggris. Pada akhir Mei 2003  John Rumbiak pembela HAM di Papua meminta Eben untuk meghadiri pertemuan di markas BP di London dengan Dr. Byron Grote selaku Chief Financial Officer dari BP. BP sedang melatih sebuah kelompok keamanan berbasis komunitas yang akan mengurangi kebutuhan bekerjasama dengan pasukan keamanan Indonesia dimana anggotanya terdiri dari orang-orang Papua. Dalam pertemuan dengan Dr. Byron Grote, Rumbiak membahas tentang kebijakan keamanan BP yang telah mempengaruhi HAM di Papua. dalam presentasi Eben kepada Dr. Byron Grote secara tidak langsung Rumbiak sedang menjadikan Eben sebagai saksi yang kuat tentang adanya kasus di Papua Barat.
Paragraf 22
            Eben bertemu dengan rumbiak sebelum menghadiri pertemuan di kantor pusat BP. Mereka saling bertukar cerita tentang perjalan mereka baru-baru ini dengan menggunakan bahasa Inggris dan Indonesia.
Paragraf 23
            Eben merasa tersanjung dan terhormat karena bisa bertemu dengan orang-orang besar Eropa. setelah melawati lift dan berjalan menyusuri lorong, akhirnya Eben dan Rumbiak menemukan ruangan yang telah di persiapkan untuk pertemuan dengan CFO Byron Grote dan John O’Reilly. Grote dan O’Reilly sebelumnya pernah sama-sama bekerja di BP di Colombia, dimana perusahaan itu pernah terlibat dalam kontroversi ketika kelompok penolong militer mulai membunuh aktivis lingkungan.
Paragraf 24
            Rumbiak keberatan jika selama diskusi tidak direkam hal ini bertujuan untuk ditunjukkan kepada rakyat Papua. Tetapi perwkilan PB menolak kerena khawatir akan keamanan perusahaan mereka.
Paragraf 25
Menanggapi Rumbiak, Dr. Grote berpendapat bahwa kekerasan tidak baik untuk bisnis. Dr. Grote yakin bahwa kebijakan keamanan berbasis masyarakat akan tetap bekerja, jika BP membatalkan proyek keamanan ini maka perusahaan lain yang tidak memiliki kode etik yang sama dengan BP akan masuk dan mengembangkan gas alam di Papua Barat. Dalam pertemuan itu Eben bertanya dalam hatinya, mungkinkah BP akan menjadi kekuatan yang membantu menghilangkan militer Indonesia di Papua barat.
Paragraf 26
            Dalam pertemuan itu Rumbiak meminta Eben menceritakan hasil penemuan Eben selama di Wasior. Eben menceritakan hasil wawancaranya dengan anggota milisi Papua yang ketakuatan dalam hidupnya. Anggota milisi itu berkata ia harus membunuh sekelompok anggota polisi Indonesia dengan bantuan agen militer Indonesia. Polisi Indonesia kemudian menggunakan inseden ini sebagai alasan untuk meluncurkan operasi Isolat dan penumpasan kepada militer Indonesia. Namun, baik polisi maupun militer Indonesia, keduanya sama-sama ingin kontrak perlindungan dari BP. Pembunuhan itu terjadi bertepatan saat O’Reilly dan duta besar Inggris Richard Gozney sedang berkunjung ke lokasi proyek gas di Papua Barat. 

***
            Dari paragraf pertama sampai paragraf dua puluh enam yang telah dibahas masih terlihat samar-samar tentang dalang di balik kekerasan ini dan mengapa pasukan keamanan Indonesia saling melakukan serangan. 
 

BP merupakan perusahaan minyak dan gas bumi yang berkantor pusat di London, Kerajaan Inggris. BP telah beroperasi di Indonesia lebih dari 35 tahun, kini menjadi salah satu investor terbesar di Indonesia, dengan investasi kumulatif lebih dari USD 5 Milyar. Akuisisi asset ARCO pada tahun 2000-an dan persetujuan dari Pemerintah Republik Indonesia pada Maret 2005 untuk memulai konstruksi LNG Tangguh, memperbesar secara signifikan posisi BP pada sektor energi di Indonesia. Saat ini BP memiliki karyawan lebih dari 1.000 orang, yang sebagian besar berada di Jakarta dan Papua Barat. Perusahaan ini merupakan perusahaan MNC terbesar di Papua setelah PT. Freeport Indonesia. Perusahaan ini telah mengkapling tanah seluas 3.416 Ha untuk memproduksi minyak dan gas bumi yang terdapat di Kawasan Teluk Bintuni dengan volume cadangan sebesar 14,4 TCF (Triliun Kaki Kubik). Dari volume tersebut 14,4 TCF adalah murni cadangan gas alam cair dan 4,0 TCF merupakan volume cadangan minyak bumi. Perusahaan ini belum mengoperasikan proyek Kilangan LNG yang akan dipusatkan di desa Tanah Merah, Kecamatan Babo. Tetapi kehadiran BP-Indonesia yang masih seumur jagung di Kabupaten Manokwari, Papua ini sudah membuat sejumlah masalah dengan masyarakat adat setempat.
            Jadi, dapat disimpulkan bahwa BP telah melakukan upaya yang cukup berarti untuk meraih dukungan dari masyarakat setempat. Ini merupakan hal yang sangat rumit karena melibatkan begitu banyak kepentingan yang terkadang saling berbenturan. Masih terlalu awal untuk menyatakan apakah BP akan menemui keberhasilan, bahkan untuk mendefinisikan keberhasilan. Proyek tersebut dilihat sebagai suatu uji coba untuk melakukan pendekatan yang lebih manusiawi terhadap ekstraksi sumberdaya. Risikonya yang cukup besar adalah kemungkinan pasukan keamanan melibatkan diri dalam proyek, sehingga membuka peluang bagi pelanggaran hak asasi manusia serta tindakan kejahatan yang telah menjangkiti proyek-proyek sumberdaya lainnya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic