We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Senin, 21 April 2014

Papuaku Sayang, Papuaku Malang



Class Review 9

Selasa, 08 April 2014.  Hari itu merupakan hari dimana saya dan teman-teman mengikuti pertemuan kesepuluh dalam mata kuliah writing.  Dalam dua pertemuan terakhir ini, kami lebih difokuskan kepada membaca.  Sebuah artikel yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow” memang membutuhkan waktu membaca yang intens untuk bisa memahaminya.  Mengarungi tanah Papua dengan berbagai keindahan alamnya dan juga berbagai konflik yang terjadi didalamnya.  Inilah hasil diskusi kami tentang artikel “Don’t Use Your Data as a Pillow” dari paragraf pertama sampai paragraf ke-26 :
          Kesimpulan dari paragraf pertama yaitu sebuah pesta perpisahan yang diselenggarakan oleh Denny Yomaki, pekerja hak asasi manusia, dalam rangka berakhirnya penelitian Eben di Papua. 
              Kesimpulan dari paragraf kedua yaitu ketika Eben hendak melakukan penelitian tentang kekeringan El Nino di Papua, ternyata pada saat itu sedang turun hujan.  Sehingga hal itu mengurangi antusiasme Eben untuk meneliti kekeringan El Nino.  Eben justru merasa bingung karena pada saat itu, disana sedang maraknya gerakan reformasi setelah lengsernya Presiden Suharto.
            Kesimpulan dari paragraf ketiga yaitu setelah Eben menyaksikan serangkaian pembantaian yang dilakukan oleh militer Indonesia terhadap masyarakat Papua.  Eben mulai mengerti mengapa masyarakat Papua lebih memilih ingin mengambil jalan kemerdekaannya sendiri dibandingkan dengan reformasi.
        Kesimpulan dari paragraf keempat yaitu Eben melakukan perjalanan ulang ke Papua untuk melakukan penelitian adat khas Papua.  Fakta mencengangkan adalah ketika Eben mengetahui bukti bahwa nenek moyangnya pernah menjajah Papua.  Hal tersebut membuat Eben berpikir kembali untuk melakukan penelitiannya.
          Kesimpulan dari paragraf kelima yaitu orang-orang Papua melihat Eben sebagai sekutunya.  Tetapi disisi lain tertarik untuk membantu orang Papua mencapai kebebasannya.
            Kesimpulan dari paragraf keenam yaitu Telys Waropen, anggota Komnas HAM diundang oleh Denny ke pestanya.  Kemudian terjadi perbincangan antara Waropen dan Eben.  Dari perbincangan tersebut mengingatkan Eben ketika dia datang pertama kali ke Papua, dimana pada saat itu sedang maraknya gerakan reformasi di Indonesia.
            Kesimpulan dari paragraf ketujuh yaitu Eben dan Denny mengunjungi Wasior.  Hal itu bertujuan untuk menginvestigasi rumor bahwa agen-agen militer Indonesia ternyata diam-diam mendukung misi Papua untuk merdeka.
           Kesimpulan dari paragraf kedelapan yaitu penelitian Eben dan Denny di Wasior dilakukan secara rahasia dan intens dengan menyembunyikan identitas nara sumber yang bersedia diwawancarai oleh mereka.
            Kesimpulan dari paragraf kesembilan yaitu Eben dan Denny tidak ingin mengambil resiko untuk mewawancarai seorang dukun yang telah diagendakan sebelumnya dalam penelitian mereka.
            Kesimpulan dari paragraf kesepuluh yaitu Eben bermaksud untuk menjadikan Waropen sebagai nara sumber penting.  Hal itu bertujuan  untuk membantu mengisi beberapa kesenjangan dalam penelitiannya mengenai dukun yang belum berhasil ia wawancarai.
         Kesimpulan dari paragraf ke-11 yaitu Eben mewawancarai Waropen dengan tetap menyembunyikan identitasnya sebagai nara sumber.  Waropen pun balik bertanya kepada Eben mengapa Eben menyembunyikan identitas nara sumber, padahal dengan mencantumkannya hal tersebut dapat menguatkan hasil penelitiannya. 
            Kesimpulan dari paragraf ke-12 yaitu Eben mendapatkan pengecualian dari Universitasnya untuk menyembunyikan identitas para nara sumber yang telah ia wawancarai.  Namun, sebagai nara sumber, Waropen menginginkan identitasnya dicantumkan karena ia ingin diakui sebagai intelektual publik.
            Kesimpulan dari paragraf ke-13 yaitu sebuah sumber yang disembunyikan dapat menimbulkan kecurigaan pembaca.  Namun, para jurnalis dan editor memiliki hukum untuk menyembunyikan identitas nara sumber, guna melindungi diri dari gugatan pencemaran nama baik, karena ada beberapa hal tertentu yang tidak bisa dipublikasikan.
            Kesimpulan dari paragraf ke-14 yaitu Waropen merupakan salah satu sumber informasi penting dalam penelitian yang dilakukan oleh Eben.  Eben menawarkan beberapa saran untuk mencapai kebebasan di Papua.  Saran Eben tersebut sudah terpikirkan oleh Waropen.  Namun, Waropen tidak mempunyai cukup bukti.  Sedangkan sistem hukum sekarang segala sesuatunya harus berdasarkan bukti.  Waropen melihat Eben sebagai sekutu.  Tetapi disisi lain, Eben membutuhkan keterangan Waropen untuk penelitian dari Universitasnya.
            Kesimpulan dari paragraf ke-15 yaitu percakapan antara Waropen dan Eben mulai memanas dan mereka saling beradu argumen mengenai disembunyikannya identitas narasumber.  Bahkan Eben mulai menyinggung mengenai kasus HAM bahwa identitas korban dan saksi dalam kasus HAM pun pastinya harus dilindungi.  Waropen pun bersikeras sehingga mengatakan “Jangan menggunakan data kamu sebagai bantal dan pergi tidur ketika kamu kembali ke Amerika,” Waropen bersikeras.  “Jangan hanya menggunakan ini sebagai jembatan untuk peluang profesional kamu sendiri.”
Kesimpulan dari paragraf ke-16 yaitu Waropen menginginkan Eben untuk menjadi seorang ahli regional yang handal (seseorang yang mengetahui hal-hal yang pasti), dengan alasan banyak atropolog budaya terlalu berhati-hati dalam melakukan researchnya, jika researchnya tersebut berhungan dengan kekuasaan. Selain itu, ahli regional sering mengabaikan tuntutan akuntabilitas dari orang-orang yang mereka pelajari (narasumber), sehingga kritikan-kritikan ahli regional yang ditunjukkan kepada para penguasa tidak pernah mendapatkan respon yang serius, dan dianggap sebagai angin lalu.
Kesimpulan dari paragraf ke-17 yaitu Waropen meminta Eben untuk memikirkan kembali apa yang disebut sebagai “data” dalam atropology budaya. Karena baru-baru ini Charles Hale mendesak atropology untuk mengambil metodology positive serius dalam setiap research.
Kesimpulan dari paragraf ke-18 yaitu ketika Eben bertemu dengan Waropen, dia sudah menerbitkan sejumlah artikel koran tentang Papua Barat.  Waropen mendorong Eben untuk menunjukkan fakta dan tindakan nyata dalam tulisannya.  Konfrontasi Waropen membuat Eben berpikir bagaimana dia bisa mulai masuk untuk membawa pengetahuan dan penelitiannya tentang Papua Barat pada dunia.
            Kesimpulan dari paragraf ke-19 yaitu ketika Eben dan Denny pergi ke Wasior, Eben hendak meneliti tentang kekerasan yang terjadi di perusahaan BP.  BP sebelumnya bernama “British Petroleum” kemudian diubah menjadi “Beyond Petroleum”, baru saja mulai mengeksploitasi ladang gas alam di Papua Barat yang diperkirakan akan menghasilkan keuntungan dan hasil yang sangat besar.  Kabarnya, agen militer Indonesia memprovokasi kekerasan dalam upaya konvensional untuk menguntungkan “perlindungan” kontrak.
            Kesimpulan dari paragraf ke-20 yaitu Eben berhasil mewawancarai dua orang agen Papua. Salah satunya mengatakan bahwa dia mendapatkan dukungan logistik dan intelijen untuk membunuh para perwira polisi. Wawancara tersebut membuktikan rumor yang menghubungkan kekerasan yang terjadi di Wasior untuk proyek BP. Agen yang sama tersebut mengatakan bahwa seorang perwira militer aktif telah mencoba untuk membunuhnya karena ia tahu terlalu banyak. Dia meminta bantuan Eben untuk melarikan diri, namun Eben tidak bisa melakukan apapun untuk membantunya.
Kesimpulan dari paragraf ke-21 yaitu John Rumbiak, orang Papua pelindung HAM, meminta Eben untuk menghadiri sebuah pertemuan di markas London BP (British Petroleum) dengan Dr Byron Grote , Chief Financial Officer ( CFO ) dari raksasa minyak ini.  Dengan menghadiri pertemuan itu, sehingga Eben bisa mempresentasikan hasil penemuannya tentang kekerasan militer yang ada di Wasior.  Secara tidak langsung Eben telah dijadikan sebagai saksi dipertemuan itu.
       Kesimpulan dari paragraf ke-22 yaitu Eben bertemu dengan Rumbiak sebelum menghadiri pertemuan di kantor pusat.  Mereka bercerita tentang pengalaman atau perjalanan terakhir dengan menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris saat mengobrol.
            Kesimpulan dari paragraf ke-23 yaitu Eben merasa tersanjung dan terhormat karena bisa bertemu dengan orang-orang yang paling berkuasa di Eropa.
           Kesimpulan dari paragraf ke-24 yaitu Rumbiak keberatan jika diskusi tersebut tidak direkam.  Dia ingin apa yang terjadi saat pertemuan direkam untuk ditunjukan kepada rakyat Papua Barat.  Tetapi perwakilan BP menolak karena khawatir akan keamanan perusahaan mereka.  BP menolak untuk melakukan kekerasan.
        Kesimpulan dari paragraf ke-25 yaitu Dr. Grote menolak melakukan kekerasan untuk dapat mengeksplor wilayah di Papua.  Membuka masyarakat adalah cara yang baik.  Dia menjamin semua masyarakat akan tetap bekerja.  Dr. Grote tidak ingin perusahaan lain yang tidak punya kode etik mengembangkan ladang tersebut.  Eben terpukau dengan perkataan tersebut.
            Kesimpulan dari paragraf ke-26 yaitu Eben mempresentasikan penemuannya di Wasior.  Seorang anggota milisi Papua mengaku membunuh sekelompok polisi Indonesia atas bantuan dari militer Indonesia.

Berbicara mengenai Papua, sepertinya tidak akan pernah surut dari kekisruhan konflik di Pulau yang satu ini.  Jika melihat literatur ada banyak riset yang mencermati konflik di tanah papua. Ester Heidbuchel (2007) misalnya  mengkategorikan konflik papua dalam empat level; pertama adalah subjective level yakni perbedaan stereotip orang papua dengan indonesia, perbedaan ras,ketakutan disintegrasi versus ketakutan untuk dimusnahkan, ketidakpercayaan pemerintah terhadap warga papua  dan begitu pula sebaliknya; kedua adalah issue level yakni inkonsistensi kebijakan, pelanggaran HAM dan korupsi . ketiga adalah damand level, yakni integritas atau persatuan nasional versus tuntutan merdeka atau pelurusan sejarah. Keempat compromissie level, yakni otonomi khusus.
Konflik papua secara sederhana menururt Amich Alhumani dapat di lihat dari dua sisi, yakni sisi Ekonomi dan politik. Faktor utama yang bisa menjelaskan  sisi dimensi ekonomi adalah eksploitasi sumber daya alam (SDA) Papua yang  tidak di rasakan oleh warga setempat. Seperti yang kita ketahui bahwa propinsi Papua adalah propinsi yang kaya di Indonesia. Akan tetapi fakta menunjukan standar hidup penduduk asli masih dibawah rata-rata daerah lain. Kebijakan pemerintah pusat telah menghasilkan adanya kesenjangan kesejahteraan ekonomi  yang besar di antara penduduk Papua tidak puas dengan strategi pembangunan nasional yang disiapkan pemerintah pusat yang telah nyata bahwa ketidak sejajaran kesejahteraan.
Tidak ada respon yang memadai atas ketidakpuasan itu juga yang kemudian membawa masalah ke wilayah politik. Kekecewaan atas praktik marjinalisasi yang di lakukan pemerintah pusat akhirnya membuat  beberapa kelompok elit memperjuangkan  kemerdekaan.meski pemerintah sudah menerapkan Otonomi Khusus (Otsus) sejak tahuin 2001, beberapa elemen di Papua sudah tetap menyuarahkan pemisahan  diri dari Indonesia . selain melakukan konsolidasi di tingkat akar rumput, mereka juga menggalang dukungan Internasional dengan melakukan kampanye dalam sejumlah forum Internasional.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Sementara tim Papua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membagi sumber konflik Papua ke dalam empat isu Utama: Pertama, sejarah integrasi dan status identitas politik. Pada problem ini konflik papua di dasarkan pada adanya perbedaan cara pandang antara nasionalis Indonesia dan nasionalis Papua atas sejarah peralihan papua kekuasaan papua dari Belanda ke Indonesia. Nasionalis Indonesia memandang polemik penyerahan kekuasaan dan status politik Papua telah selesai dengan adanya PEPERA 1969 dan di terimanya  hasil penentuan tersebut  oleh majelis umum sidang PBB. Sementara, nasionalis Papua berpandangan PEPERA 1969  itu sendiri terjadi banyak kecurangan yang di lakukan oleh pemerintah Indonesia, kalah itu termasuk dalam 1.025 perwakilan warga.Terlebih nasionalis papua berpegang pada insiden 1 desmber 1961.
Kedua, problem kekerasan politik dan pelanggaran HAM. Lipi mencatat problem ini muncul  sebagai ekses dari pandangan dari keutuhan NKRI adalah  harga mati dan gagasan memisahkan diri  merupakan tindakan melawan  hukum yang di kemudian di identifikasikan secara militeristik sehingga upaya tersebut di artikan dengan menggunakan pendekatan keamanan sebagai solusi untuk mengakhiri perbedaan. Hasilnya rakyat Papua mengalami kekerasan politik dan terlanggar hak asasinya akibat pelaksanaan tugas memerangi organisasi Papua Merdeka (OPM). Negara seharusnya hadir sebagai institusi yang mensejahterahkan justru muncul sebagai sosok yang berwajah sangar.
Ketiga, adalah problem kegagalan pembangunan. Topik pembangunan di jadikan salah satu isu utama yang menjadi akar konflik di Papua  di karenahkan adanya ketimpangan yang terjadi. Gap ekonomi dan pembangunan, jika di bandingkan dengan daerah lain, lalu diskriminasi kebijakan pusat ke daerah dan eksploitasi besar-besaran yang di lakukan terhadap kekayaan alam Papua  adalah beberapa hal yang menjadikan  pemerintah gagal melakukan pembangunan di Papua. Ironisnya, data menunjukan pembangunan ekonomi justru lebih banyak di lakukan di erah sebelum  dari pada setelah pelaksanaan otsus.kondisi ini di perparah dengan adanya tingkat kecemburuan sosial yang tinggi antara penduduk asli  dan pendatang atas penguasaan sektor perekonomian.
Terakhir, persoalan marginalisasi orang papua dan inkonsistensi kebijakan otsus. Seperti juga telah di singgung Amich Alhumami,praktek marginalisaidapat jelas terlihat di Papua. Tim lipi menjelaskan marginalisasi dapat di lihat pada asprk demografi, sosial politik, sosial ekonomi dan sosial budaya, seringkali di identikan dengan kegiatan separatisme. Sedangkan dari bidang politik terutama di erah orde baru, orang  Papua tercatat beberapa kali menduduki jabatan gubernur.
British Petroleum
bp atau BP (dulunya "British Petroleum") adalah sebuah perusahaan minyak bumi bermarkas di London, dan salah satu 4 besar perusahaan minyak di seluruh dunia (bersama dengan Shell, ExxonMobil, dan Total).
Pada Desember 1998, BP bergabung dengan American Oil Company (Amoco), membentuk "BP Amoco". Namun, langkah ini dipandang umum sebagai sebuah pembelian Amoco oleh BP, hanya saja digambarkan secara resmi sebagai sebuah penggabungan karena alasan legal. Dan setelah setahun beroperasi bersama, mereka menggabungkan banyak operasi dan nama "Amoco" dilepas dari nama perusahaan. Divisi BP Solar telah menjadi pemimpin dalam produksi panel surya.  BP juga merupakan partner pemimpin dalam jalur pipa Baku-Tbilisi-Ceyhan yang kontroversial.
BP Indonesia merupakan perusahaan minyak dan gas bumi yang berkantor pusat di London, Kerajaan Inggris.  BP telah beroperasi di Indonesia lebih dari 35 tahun, kini menjadi salah satu investor terbesar di Indonesia, dengan investasi kumulatif lebih dari USD 5 Milyar. Akuisisi asset ARCO pada tahun 2000-an dan persetujuan dari Pemerintah Republik Indonesia pada Maret 2005 untuk memulai konstruksi LNG Tangguh, memperbesar secara signifikan posisi BP pada sektor energi di Indonesia. Saat ini BP Indonesia memiliki karyawan lebih dari 1.000 orang, yang sebagian besar berada di Jakarta dan Papua Barat.
Dalam kekisruhan konflik yang terjadi di Papua, semuanya bermula dari BP.  BP mampu memprovokasi antara OPM, TNI, dan Polisi.  Berbicara mengenai BP, pasti berhubungan dengan uang.  Ketiga kelompok tersebut semuanya berada dibawah perlindungan BP.  Dengan begitu, BP mampu mengadu domba ketiga kelompok tersebut.  TNI seolah-olah melakukan pembantaian dan polisi juga melakukan penyerangan.  Dengan begitu, OPM ingin memisahkan diri dari NKRI.
Perusahaan Multinasional
Pada tahun 1999, Freeport membuat kebijakan yang komprehensif mengenai masalah Sosial, Tenaga kerja dan HAM. Dua tahun kemudian, mereka membentuk Dana Abadi Kepemilikan Lahan Secara Sukarela (Voluntary Land Rights Trust Fund), dimana dikumpulkan untuk generasi penerus dari suku Amungme dan Kamoro yang berada dekat dengan lokasi proyek di Timika. Freeport memberikan dana awal sebesar US$2,5 juta pada Dana Abadi tersebut dan bertekad untuk melakukan pmebayaran sebesar US$500.000. Di tambah lagi, Dana satu persen Freeport memberikan kontribusi senilai US$11-18 juta per tahun (berasal dari 1 persen atas pendapatan bruto perusahaan di Papua) untuk pendidikan, kesehatan, usaha kecil dan pembangunan infrastruktur. Freeport juga merupakan anggota dari Inisiatif Pertambangan Global (Global Mining Initiatives), yang berusaha menekan pengaruh negatif terhadap sosial dan lingkungan akibat penggalian mineral.
Bekerja sama dengan BPMIGAS (Badan Pelaksana Migas), BP mengadakan pembangunan Projek Gas Alam Cair Tangguh, yang akan melibatkan penggalian di lokasi pertambangan Tangguh, memproses gas hingga menjadi LNG, dan mengirimkannya terutama ke pasar Asia Timur, termasuk Cina. British Gas bekerja sama dengan BP, mengirim gas ke proyek gas alam Tangguh menggunakan cadangan yang berasal dari kontrak pembagian produksi untuk lokasi tambang di Wiriagar, Berau dan Muturi. BP mempunyai komitmen untuk bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan dalam pengelolaan sumber daya. Mereka bekerja sama dengan pemerintah lokal dan partner lainnya untuk melaksanakan strategi dalam mendiversifikasikan pertumbuhan (seperti, investasi pada desa setempat). BP juga mengembangkan inovasi dalam kerjasama keamanan yang berbasiskan masyarakat.
INPEX adalah perusahaan milik Jepang yang melakukan eksport gas alam dan mengirimkan kepada pasar domestik Indonesia. Pada bulan November 1998, INPEX memperoleh 20 persen saham Papua Timur dan Blok Bagian Barat Arguni, dimana 80 persen sisanya milik BP. JAPEX, yang dimiliki oleh pemerintah Jepang, bekerja sama dengan BPMIGAS, regulator pemerintah untuk bidang sumber daya Petrolium, dan menguasai 60 persen dari blok Semirak di Papua. Marubeni Sagindo adalah perusahaan Jepang yang beroperasi di dalam sektor kehutanan.
Perusahaan multinasional lainnya yang aktif di Papua adalah Conoco Phillips dan Total Fina Elf, sama halnya dengan perusahaan Jepang, Korea, Australia dan perusahaan lainnya. Conoco telah beroperasi di Indonesia selama 33 tahun. Mereka mengoperasikan Blok B, Tobong, dan kontrak pembagian produksi Blok II bagian Utara Selatan Laut Natuna dan mempunyai minat pada bagian Selatan Sokang. Pada tahun 1998, Perusahaan pembangunan serta konstruksi milik Pertamina dan Sembawang mencapai kesepakatan untuk membuat perjanjian dengan dukungan Conoco menjual 325 juta kubik per hari untuk mengrimkan gas alam melalui pipa ke Singapura. Melalui kerjasama dengan BPMIGAS, Conoco membangun pertambangan minyak di pinggir pantai Belida dan pertambangan gas alam Bloc B di wilayah pedalaman. Perusahaan Total Indonesia (anak perusahaan dari Total Fina Elf), yang aktif beroperasi di Kalimantan, juga mempunyai minat di sektor energi Papua. Perusahaan Lamso Runtu Ltd yang menguasai blok Runtu yang meliputi bagian pantai Kuta, dimana telah digali lima tambang sejak 1990. Perusahaan Global Santa Fe mengoperasikan tambang minyak Klamono di Papua. Perusahaan Ramu Internasional mengoperasikan tambang minyak Rombebai. Perusahaan Nasional Minyak Korea (Korea National Oil Company, KNOC) adalah produser dari minyak dan gas. Mamberamo adalah perusahaan Australia yang beroperasi di sektor kehutanan Papua.
Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Pulau yang bernama Papua ini sepertinya tidak pernah surut dari kekisruhan berbagai konflik yang terjadi selama ini, baik itu dari segi etnik, struktur sosial, bahasa, kepercayaan/agama, tradisi, dan sebagainya.   Papua dengan keindahan dan kekayaan alamnya sehingga banyak perusahaan asing yang ingin menguasainya.  Walaupun Papua memiliki kekayaan alam yang begitu melimpah, tetapi masyarakat Papuanya sendiri tidak bisa menikmati kekayaan alamnya tersebut.  Oleh karena itu, problematika yang terjadi di Papua sepertinya menjadi polemik yang panjang selama ini. 

REFERENCES
Indonesia_Report_Bahasa.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic