Class
review 8
Setelah satu minggu lamanya kita
terbebas dari tugas writing, baik itu class review ataupun yang lainnya. Namun, tidak bias dipungkiri bahwa kegiatan
menulis dan mencari data yang dilakukan setiap minggunya itu membuat kita rindu
dengan kesibukan kita dalam menulis.
Hari ini tepatnya hari jum’at 05 april 2014, kita bertemu kembali
bersama Mr. Lala Bumela. Pada hari ini
kita menggantikan pertemuan kita yang seharusnya pada hari selasa, namun
dikarenakan beliau ada keperluan kita putuskan hari jum’at inilah sebagai
gantinya. Menulis itu tidaklah
mudah. Jangankan kita seorang pelajar,
yang mengajarnya pun akan lebih kesulitan lagi.
Mr. William berkata kepada Mr.Lala bahwa sanya mengajar ‘writing it’s
will real job’. Pastinya, karena seorang
pengajar writing harus lebih berkualitas tinggi, karena akam ,emjadi pekerjaan
yang nyata.
Dalam slidenya, apa yang telah
beliau lihat pada babak musim pertama ini sedikit kecewa, karena terlalu banyak
mahasiswanya melanggar aturan dalam mengajukan kertas, dan itu sngat membuat
beliau kecewa. Beliau juga mentoleris\r
kesalahan-kesalahan yang ada. Kenapa
‘writing it’s will real job’ karena memang untuk mempromosikan penulis
multibahasa (dan pembaca) adalah pekerjaan yang nyata. Kemudian bergerak di L1-L2 adalah continuum
yang nyata. Maksud dari continuum disini
adalah pergerakan dari bahasa pertama berajnak ke bahasa kedua.
Dibabak musim kedua ini beliau
sangat mengharapkan yaitu : sebuah npengalaman membaca konstan (ekstensif dan
intensive). Ekstensif disini adalah
membaca yang bersifat menjangkau secara luas.
Dengan membaca ekstensif, Anda tidak semata-mata mengetahui isi
teks saja, tetapi Anda juga akan menyerap pengetahuan yang lebih umum atau
luas. Demikianlah gambaran umum dari
membaca ekstensif. Melakukan diskusi
secara terus menerus dengan mitra terbaik.
Kita juga harus terus berdo’a dalam setiap detik, dalam mngerjakan semua
pkerjaan kita harus selalu disertai dengan do’a. kemudian sebuah pertemuan yang konstan
diluar kelas, selain didalam ruangan kita juga harus terus belajar dan
berdiskusi di luar ruangan atau kelas.
Fokus, Ketekunan, dan Komitmen adalah sebuah keharusan yang harus kita
jalani. Tidak hanya itu, sebuah TEAMWORK
merupakan sebuah keharusan, karena dengan adanya teamwork akan menjadikan
mahasiswa memiliki kemampuan yang merata.
Pertemuan
ke Sembilan ini kita membahas tentang artikel yang berjudul “don’t use your
data as a pillow”. Judul artikel tersebut
beserta isinya kita bahas dalam sebuah kelompok. Dimulai dari judul kita berdiskusi dengan
kelompok masing-masing, setiap pendapat orang itu berbeda-beda. Disini catatan kecil dari hasil diskusi
kelompok saya mengenai judul, yang kita bahas adalah maksud dari kata ‘data’
dan ‘pillow’.
1. Data
itu sebagai penunjang, jadi dianalogikan sebagai data.
2. Data
itu mengandung berbagai informasi, sednagkan pillow itu hanya untuk bersandar.
3. Data
itu sebagai sekumpulan aset.
4. Maksud
dari judul adalah jangan jadikan data itu sebagai sandaran.
5. Data
itu dadalah sekumpulan informasi yang kita dapat, sedangkan pillow hanya sebuah
sandaran.
Pada
akhirnya kelompok saya menyimpulkan bahwa maksud dari judul tersebut adalah
jangan jadikan data kita atau informasi yang kita dapatkan sebagai sandaran,
atau kita tidak boleh terus bersandar terhadap data. Kemudian beranjak kepada pembahasan paragraph
pertama, dan dimulai dari kalimat pertama yaitu;
1. Menandakan bahwa makanan tersebut sesuia
dengan pestanya, yaitu pesta perpisahan.
2. Dilihat
dari makanannya tidak berbau yang manis-manis, melainkan yang asin-asin dan
pahit.
3.
Setelah kita berdiskusi dengan
kelompok masing-masing, Mr.Lala meminta satu orang perwakilan dari setiap
kelompok untuk menjelaskan tentang apa yang telah didiskusikan dalam
kelompoknya. Ternyata setiap kelompok
itu mempunyai pendapat dan pandangan tentang judul dan isi teks tersebut.
Sebelum kita memulai diskusi, kita diberi beberapa pertanyaan seputar papua,
diantaranya :
1. Apa
itu papua dan dimana letaknya?
Pulau Papua atau
Guinea Baru (Bahasa Inggris: New Guinea) atau yang dulu disebut dengan Pulau
Irian adalah pulau terbesar kedua (setelah Tanah Hijau) di dunia yang terletak
di sebelah utara Australia. Pulau ini dibagi menjadi dua wilayah yang bagian
baratnya dikuasai oleh Indonesia dan bagian timurnya merupakan negara Papua
Nugini. Di pulau yang bentuknya menyerupai burung rajawali ini terletak gunung
tertinggi di Indonesia, yaitu Puncak Jaya (4.884 m).
2. Perbedaan
apa yang dapat kita lihat antara Papua dan Irian Jaya?
IRIAN artinya Ikut Republik
Indonesia Anti Nederland”. (Buku PEPERA 1969 terbitan tahun 1972, hal.
107-108). Kenapa anti Nederland karena pada waktu itu Belanja menjajah
Indonesia dan menguasai daerah minyak di wilayah Papua yaitu di bagian kepala
burung dan menjadikan penduduk asli pribumi sebagai buruh kasar pada perusahaan
minyak mereka maka orang Papua anti dengan Nederland.
Dan kata Papua memiliki banyak arti
salah satunya dalam Bahasa Tidore. Mengapa demikian karena Papua adalah wilayah
kekuasaan Kerajaan Tidore. Kata Papua terdiri dari dua kata yaitu PAPA dan UA.
Papa artinya Bapak dan ua artinya tidak, jadi Papua artinya tidak memiliki
Bapak, karena ketika itu Sultan Tidore melihat bahwa di tanah Papua ini tidak
memiliki pemimpin atau dengan kata lain orang Papua berdiri sama tinggi dan
duduk sama rendah oleh karena itu sultan Tidore memberi nama pulau ini dengan
nama Papua dan memberikan mereka seorang pemimpin. Dan menurut tokoh masyarakat
kata Papua menurut bahasa Papua sendiri artinya hitam dan keriting itu adalah
ciri khas orang Papua. Mungkin kita sering mendengar lagu yang dinyanyikan oleh
penyanyi kondang asal Papua EDO KONDOLOGIT “Hitam Kulitku Keriting Rambutku Aku
Papua” dan lagu itu melambangkan identitas orang Papua.
Kenapa dulunya Irian sekarang
menjadi Papua. Nama Irian menjadi Papua yaitu pada era Presiden Gusdur. Dan pada
waktu itu Gusdur melakukan perjalanan Dinas ke Papua yaitu di Jayapura dan
Orang Papua sendiri yang meminta ke Presiden Gusdur bahwa mereka ingin nama
Provinsinya diganti dengan nama Papua karena itu melambangkan Identitas mereka
dan sekarang adalah zaman reformasi kita tidak boleh lagi membenci Negara lain,
maka Gusdur menyetujui dan menggantikan nama Irian dengan Papua.
JAYAPURA--MIOL:
Provinsi Irian Jaya Barat (IJB) telah berubah nama menjadi Provinsi Papua
Barat. Perubahan nama tersebut telah dideklarikasikan Ketua DPR Provinsi IJB
Jimianus Ijie dan Gubernur IJB Abraham Oktovianus Ataruri di Manokwari, ibu kota
Provinsi IJB, Selasa (6/2).
"Perubahan nama IJB menjadi Papua Barat itu bertepatan dengan peringatan realisasi pemekaran Provinsi IJB pada 6 Februari 2005. Pemakaian nama Provinsi Papua Barat secara resmi digunakan pada Rabu, 7 Februari 2007," kata Ketua DPR Provinsi IJB Jimianus Ijie kepada Antara di Jayapura, Selasa (6/2). Menurut dia, penggunaan nama Provinsi Papua Barat itu merupakan keinginan masyarakat di Papua.
Papua
Masuk NKRI Melalui Kekuatan
Diplomasi Bukan
Aneksasi
JAYAPURA
[PAPOS] – Berdasarkan New York Agreement yang diserahkan kepada
Indonesia 1 Mei 1963, melalui kekuatan diplomasi internasional yang menjadikan Papua kembali pada
wilayah NKRI, bukan melalui proses
aneksasi.
Untuk
itulah pemerintah diharap memberikan ruang kepada Papua yang merupakan bagian wilayah
NKRI guna berjuang bersama dengan provinsi lain yang berada di luar Papua.
Frans Albert Joku, tokoh sejarah Papua, melalui release yang
diterima Redaksi Papua Pos, Senin (29/4) mengatakan, Papua bukan dianeksasi,
bukan berintegrasi dan diintegrasikan atau digabungkan dengan NKRI,
karena berintegrasi atau bergabung adalah proses masuk dari luar ke
dalam Indonesia.
Lanjut Frans, sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
berdasarkan azas uti prossidentis juris, Papua adalah bagian dari
Indonesia namun ditahan oleh Belanda untuk sementara waktu
dan diserahkan kepada Indonesia melalui proses Pepera. Jadi yang
tepat, Indonesia merebut kembali Papua/Irian melalui jalan diplomasi.
“Karena itu istilah yang tepat adalah Papua/Irian ‘diperoleh
kembali’ atau ‘masuk kembali’ Papua ke NKRI, bukan diintegrasikan,”
tegasnya.
Bila dicermati, konsekuensi logis dari azas uti
possidetis (batas wilayah negara bekas jajahan yang kemudian
merdeka, mengikuti batas wilayah sebelum negara tersebut merdeka)
dalam hukum internasional, jelas Yoku, yang telah diakui dan
dipraktekkan oleh berbagai negara, maka Papua merupakan bagian integral
dari wilayah kedaulatan Republik Indonesia sejak tanggal 17
Agustus 1945.
Di mana pada masa
kolonial Belanda, Papua Barat merupakan bagian dari wilayah Hindia
Belanda di bawah administrasi Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia.
Karena itu sebagaimana pulau-pulau lain di Nusantara, menurut
asaz uti possidetis juris tersebut, seharusnya Papua Barat otomatis
beralih status menjadi bagian wilayah Republik Indonesia sejak saat
Proklamasi 17 Agustus 1945.
Sejarah membuktikan bahwa Papua memang sudah di bawah NKRI
sejak kemerdekaan 17 Agustus maka dengan adanya 1 Mei 1963 merupakan langkah
strategis berdasar Perjanjian New York yang memperkuat kembalinya Papua
ke pangkuan ibu pertiwi. “Hanya orang-orang tertentu saja yang
belum bisa menerima ini semua ini dikarenakan tidak mengetahui
sejarah sesungguhnya dan saran saya bangsa Indonesia harus
banyak memberikan suatu bentuk-bentuk yang bisa diterima semua
warga Papua,” tuturnya.
Untuk
itulah, menjelang hari bersejarah tepatnya, 1 Mei setiap tahun, sudah
menjadi kebiasaan bagi masyarakat Papua dengan munculnya kembali semangat
kebangsaan. Sebuah semangat yang tumbuh dan lama berkembang bahkan
sebelum lahirnya Proklamasi 17 Agustus Republik Indonesia.
Ia mengemukakan, terdapat beberapa catatat sebagai refleksi
dinamika yang tumbuh dan berkembang di Tanah Papua, hadirnya para
nasionalis Indonesia di Tanah Papua telah muncul sebelum Proklamasi
seperti contoh, Nikolas Jouwe, Corenus Cray, Silas Papare. Yang masing-masing
telah mendirikan Komisi Indonesia Merdeka (KIM). Sementara Marthen Indey
dan JA Dimara juga tercatat sebagai penggerak perjuangan
Indonesia di Tanah Papua.
Sesungguhnya, perjuangan warga Papua makin bergelora sejak
dikumandangkan Proklamasi 17 Agustus 1945 namun saat itu masih sangat
terbatas karena beberapa tekanan dan larangan yang ketat dari
kolonial Belanda yang masih belum meninggalkan Tanah Papua sampai pada 1
Mei 1963.
Lanjut Joku, nilai politik dan nilai sejarah dalam
perjalanan 50 tahun kembalinya Papua ke pangkuan Republik Indonesia, memang
relatif dinamis tergantung datri sudut pandang masing-masing. Namun
yang tak terbantahkan adalah memang banyak kemajuan yang
dicapai Provinsi Papua sekarang ini.
Walaupun
kita tak bisa menutup mata atas fakta bahwa dalan waktu
50 tahun ini, belum semua orang Papua bisa merasakan kemajuan. Inilah
pekerjaan rumah yang harus di selesaikan bersama. “Ditanya kenapa
belum tercapai berarti ada hal-hal yang belum bisa diwujudkan
oleh pemerintah pusat kepada Papua baik dilihat dari nilai sejarah,
nilai kemanusiaan, maupun nilai-nilai pembangunan yang lain,” tukasnya.
Menurut Bung Karno, Papua Sudah Menjadi NKRI walaupun Tanpa PEPERA
Penyerahan Pengakuan Kemerdekaan Indonesia oleh Pemerintah
Belanda
Pada
bagian pertama sudah diuraikan bahwa salah satu pemicu munculnya sikap saling
curiga antara Papua dan Jakarta yakni adanya pemahaman yang berbeda tentang
SEJARAH INTEGRASI PAPUA ke dalam NKRI. Padahal sejarah integrasi dimaksud sudah SANGAT JELAS, tertulis, dan
terdokumentasikan secara resmi hingga ke badan dunia (PBB).
Dan
bahwa sikap saling curiga itu memang sengaja diciptakan dan dipelihara oleh
kelompok-kelompok kepentingan tertentu baik dari luar maupun dari dalam negeri
untuk melepaskan Papua dari NKRI.
Pada bagian kedua ini akan diuraikan beberapa prinsip
dasar yang melatari argumen penulis bahwa jauh sebelum Pepera 1969, Papua sudah
menjadi bagian yang sah dari NKRI.
1.
Azas Uti Possedetis Juris :
Azas
ini diakui dalam hukum internasional dan sudah dipraktikan secara luas di
berbagai negara. Azas ini pada intinya mengatur bahwa batas wilayah negara bekas jajahan
yang kemudian merdeka, mengikuti batas wilayah sebelum negara tersebut merdeka.
Konsekuensi
logisnya, Papua Barat (West Papua) otomatis beralih statusnya menjadi
bagian wilayah Republik Indonesia sejak saat proklamasi 17 Agustus 1945. Peta di bawah ini memperkuat argumen di atas :
Peta
pembagian wilayah jajahan atas Pulau Papua
Sejak
tahun
1866 Pulau Papua berada
dalam penjajahan 3 (tiga) negera Eropa,
yakni : Belanda, Inggris dan Jerman.
Bagian sebelah timur Pulau Papua
-yang oleh bangsa Eropa lebih dikenal dengan nama Papua New Guinea
dikuasai oleh Jerman dan Inggris. Setelah melalui Trustee PBB /Trust
Territory of new Guinea, kedua wilayah tersebut lalu dipercayakan kepada Australia dan
Administrasinya dijadikan satu dalam Territory of Papua New Guine.
Sedangkan bagian barat Pulau Papua -yang oleh bangsa
Eropa lebih dikenal dengan nama West Papua- dikuasai
oleh Belanda dan diberi nama Netherland New Guinea.
Penentuan tapal batas ketiga
wilayah kekuasaan itu (antara wilayah Jerman dan Belanda dan antara Jerman dan
Inggris di Pulau Papua) dikuatkan melalui Deklarasi Raja Prusia tanggal, 22 Mei
1885. Dengan deklarasi ini dan juga karena tidak ada klaim dari pihak lain maka
status Papua bagian barat sah sebagai milik Belanda dan tidak perlu menunggu
pengakuan dari siapapun.
Tanggal 17 Maret 1910 Belanda menetapkan
Hollandia (sekarang Jayapura) sebagai ibukota Nederland
Nieuw Guinea. Nama ibukota itu (Hollandia) diberikan oleh Kapten
Sachse. Kota pantai dengan
geografinya yang berteluk
itu sangat mirip dengan garis pantai utara negeri
Belanda. (Hollandia
dari kata Hol = lengkung atau teluk, dan Land = tanah). http://www.indotoplist.com
Pada tanggal 17
Agustus 1945,
Hindia Belanda memproklamasikan kemerdekaannya menjadi Negara
Indonesia. Indonesia pun menuntut semua wilayah bekas Hindia
Belanda sebagai wilayah KEDAULATAN-nya. Artinya, secara de jure,
(dengan mengacu pada azas Uti Possedetis Juris tesebut) sejak
17 Agustus 1945 wilayah bagian barat Pulau Papua (West Papua atau Nederland Nieuw Guinea)
resmi menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan
wilayah Negara Indonesia.
Namun dalam
pelaksanaannya (sebagaimana isi
pidato Bung Karno di atas), Belanda
belum rela melepas Irian Barat. Belanda ingin menjadikan Papua bagian barat
sebagai negara terpisah dengan alasan adanya perbedaan etnis. Keengganan
Belanda melepaskan Papua juga karena ada pusat pemerintahannya di Hollandia (Jayapura) yang topografinya
sangat mirip dengan pantai utara Belanda itu. Ketidak-ikhlasan Belanda melepaskan wilayah Papua inilah
yang kemudian membawa status politik wilayah Papua harus melalui perjalanan
panjang di berbagai fora, sepert Konferensi Meja Bundar tahun 1949, Perjanjian
New York (1962), Pepera (1969), dan finalisasinya dalam Sidang Majelis Umum PBB
tanggal 19 November 1969.
2.
Daftar Dekolonisasi :
Di
kalangan aktivis Papua saat ini berkembang sebuah argumen bahwa kekuasaan Hindia Belanda atas
Indonesia secara total berakhir dengan adanya invasi Perang Dunia ke-2 oleh Jepang.
Artinya Indonesia merupakan wilayah pendudukan Jepang yang tidak ada hubungan
apapun lagi dengan Kerajaan Nederland. Wilayah
Papua yang diduduki Jepang, dibebaskan pada tahun 1944 (setahun sebelum
Indonesia merdeka), kemudian dikembalikan
pengurusannya kepada Belanda (NICA)
oleh tentara sekutu, sehingga tidak ada alasan untuk
mengklaim wilayah West Papua
sebagai bagian wilayah Indonesia.
Argumen
itu seakan mendapat dukungan dengan keberadaan Program Dekolonisasi PBB
tahun 1946 yang disahkan dengan Resolusi Majelis Umum
PBB No. 66, tanggal 14 Desember 1946.
Resolusi itu memuat Daftar Dekolonisasi (Daftar Wilayah Jajahan
Yang Harus Dimerdekakan). Terdapat
72 (tujuh
puluh dua) wilayah koloni
yang oleh
Majelis Umum PBB dinyatakan sebagai ‘Non Self-Governing Territories’ atau wilayah tak berpemerintahan sendiri yang harus dimerdekakan, termasuk
Papua, Malaysia dan Timor Timur.
Argumen
di atas tentu saja sangat mudah dipatahkan dengan mengacu pada
bukti-bukti sejarah, antara lain :
a. Jika benar kekuasaan Belanda atas
Indonesia berakhir dengan adanya invasi Perang Dunia ke-2 oleh Jepang tahun 1942, lantas mengapa harus ada perundingan
Linggarjati di Kuningan, Jawa Barat tanggal 11-12 November 1946 serta Perjanjian Renville
tanggal 17 Januari 1948
di atas geladak kapal perang Amerika Serikat sebagai tempat netral, yang
berlabuh di Tanjung Priok,
Jakarta? Kedua perjanjian itu pada prinsipnya sama, yakni
penyerahan kekuasaan dari Belanda ke Republik Indonesia secara bertahap
(wilayah Sumatera dan sebagian Jawa). Jika kekuasaan Belanda sudah berakhir
tahun 1942, lantas dalam kapasitas apa Belanda hadir sebagai para pihak
dalam kedua-perundingan itu?
b. Ketika Konferensi Meja Bundar tengah berproses,
Kerajaan Belanda melakukan tindakan hukum yang sangat monumental. Yakni pada
tanggal 19 Pebruari 1952, Belanda memasukan Irian Barat sebagai wilayah
Kerajaannya dalam Undang-Undang Dasar mereka. Bagaimana dengan program Dekolonisasi PBB yang
memasukan West Papua sebagai ‘Non Self-Governing Territories’ atau wilayah tak berpemerintahan sendiri yang harus dimerdekakan?
Inkonsistensi sikap
Sikap-sikap inkonsisten Belanda inilah yang membuat Bung
Karno geram. Maka tak heran jika Bung Karno kemudian menggalang kekuatan dari
negara-negara Asia-Afrika, dan mengutus Jenderal AH. Nasution ke Moskwa pada
Desember 1960
untuk mengadakan
perjanjian jual-beli senjata dengan pemerintah Uni Soviet senilai 2,5 miliar dollar
dengan persyaratan pembayaran jangka panjang. Setahun kemudian, di alun-alun Utara Yogyakarta Bung
Karno mengumandangkan Operasi Trikora (19 Desember 1961).
Perjuangan Bung Karno ini membuahkan
hasil. 15 Agustus 1962 Indonesia-Belanda menandatangani New York
Agreement yang difasilitasi PBB. Sesuai persetujuan New York itu, Belanda
menyerahkan kekuasaan atas Irian Barat kepada PBB. Untuk maksud itu, dibentuklah
Badan Pemerintahan Sementara PBB (UNTEA).
Pengambil-alihan pemerintahan di Irian
barat oleh UNTEA ini tercatat dalam Resolusi Majelis Umum PBB No. 1752
tanggal 21 September 1962. Maka tanggal 1 Oktober 1962 secara resmi berlangsung
penyerahan kekuasaan dari Pemerintahan Belanda kepada UNTEA dibawah pimpinan
Administrator Jose Rolz Bennet yang
tidak lama kemudian diganti oleh Dr. Djalal Abdoh. Tanggal
31 Desember 1962 bendera Belanda diturunkan dari wilayah Papua Barat dan
sebagai gantinya dikibarkanlah bendera Indonesia berdampingan
dengan bendera PBB (UNTEA).
31
Desember 1962 bendera Belanda diturunkan, digantikan oleh Bendera Merah Putih
mendampingi bendera PBB (UNTEA)
Februari 1963 Sekretaris Jenderal
PBB ke Jakarta dan Jayapura untuk memperjelas bahwa PBB akan menjamin
kelancaran proses alih kekuasaan dari UNTEA kepada
Pemerintah Indonesia. Sekjen PBB kemudian mengirimkan utusan
untuk menerima pemerintahan di Irian Barat. Secara berangsur-angsur pegawai
bangsa Belanda meniggalkan Irian Barat, dimana hingga Maret 1963 praktis hampir
semua jabatan dalam pemerintahan UNTEA telah berada ditangan bangsa Indonesia,
kecuali jabatan-jabatan tertentu dan vital yang terus dipegang oleh petugas PBB
bangsa lain hingga pada akhir masa tugas UNTEA di Irian Barat, 1
Mei 1963.
Tiga hari kemudian, tepatnya 4 Mei 1963,
Bung Karno tiba di Papua. Dan di Kota Baru yang sebelumnya bernama Hollandia,
ibukota Nederland
Nieuw Guinea (sekarang Jayapura)
suara Bung Karno membahana ke seluruh Tanah Papua :
“…Dan apa yang dinamakan tanah air Indonesia? Yang dinamakna tanah air
Indonesia ialah segenap wilayah yang dulu dijajah oleh pihak Belanda, yang dulu
dinamakan Hindia Belanda, yang dulu dinamakan Nederlands Indië. Itulah
wilayah Republik Indonesia. Dengarkan benar kataku, itulah wilayah Republik
Indonesia. Itu berarti bahwa sejak 17 Agustus 1945 Irian Barat telah masuk
di dalam wilayah Republik Indonesia. Apa yang belum terjadi? Karena
penjajah Belanda di Irian Barat sesudah proklamasi itu masih berjalan terus,
maka Irian Barat belum kembali termasuk di dalam wilayah kekuasaan Republik
Indonesia. Sehingga kita punya perjuangan yang lalu ialah Saudara-Saudara
perhatikan benar-benar, bukan memasukan Irian Barat ke dalam wilayah
kekuasaan Republik Indonesia. Kesalahan ini masih kadang-kadang dibuat.
Orang masih berkata, berjuang memasukan Irian Barat kembali ke dalam wilayah
kekuasaan Republik Indonesia. Tidak!
Irian Barat sejak 17
Agustus 1945 sudah masuk dalam wilayah Republik Indonesia. Orang kadang-kadang
berkata, memasukan Irian Barat ke dalam wilayah Ibu Pertiwi. Salah! Tidak!
Irian Barat sejak daripada dulu sudah masuk ke dalam wilayah kekuasaan Republik
Indonesia…”
(Dikutip dari Pidato Bung Karno di Kota Baru,
Jayapura, tanggal 4 Mei 1963)
3.
Apa
itu trikora?
Operasi TRIKORA di cetuskan oleh Ir. Soekarno pada tanggal
19 Desember 1961 bertempat di alun-alun Utara yogyakarta. Trikora merupakan
sebuah operasi yang bertujuan untuk mengembalikan wilayah Papua bagian barat ke
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Trikora muncul karna adanya
kekecewaan dari pihak indonesia yang selalu gagal dalam perundingan dengan
Belanda untuk mengembalikan irian barat yang secara sepihak diklaim sebagai
salah satu provinsi kerajaan Belanda.
Sebelum di cetuskanya TRIKORA presiden sukarno pd thn 1960
memerintahkan jend. A.H. Nasution untuk mencari peralatan militer ke luar
negeri, negara yang pertama dikunjungi adalah Amerika, namun menolaknya, lalu
A.H. Nasution meminta bantuan pada uni sovyet dan berhasil mengadakan
perjanjian jual beli senjata dan peralatan tempur berupa : 41 Helikopter MI-4,
9 Helikopter MI-6, 30 pesawat jet MiG-15, 49 pesawat buru sergap MiG-17 ,10
pesawat buru sergap MiG-19, 20 pesawat pemburu supersonik MiG-21, 12 kapal
selam kelas Whiskey, puluhan korvet, dan 1 buah Kapal penjelajah kelas
Sverdlov, 22 pesawat pembom ringan Ilyushin Il-28, 14 pesawat pembom jarak jauh
TU-16, dan 12 pesawat TU-16 versi maritim ( lengkap dgn rudal AS-1 Kennel ), 26 pesawat angkut ringan jenis
IL-14 dan AQvia-14, 6 pesawat angkut berat jenis Antonov An-12 B dan 10 jenis
C-130 Hercules buatan amerika. Dengan berhasilnya mendatangkan peralatan
militer yang sebanyak itu, indonesia menjelma menjadi negara yang memiliki
angkatan udara terkuat di bumi bagian selatan.
Setelah dicetuskanya operasi TRIKORA, Ir.sukarno membentuk
komando MANDALA yang dikomandani oleh Mayjen. Suharto. Tugas dari komando
MANDALA adalah : merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi
militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia. Untuk
melakukan tugas tsb mayjen. Suharto menerapkan strategi Infiltrasi
(penyusupan), Eksploitasi, dan Konsolidasi.
Gelar operasi infiltrasi dilakukan secara bertahap melalui
jalur udara dengan menggunakan pesawat-pesawat angkut berat AURI (TNI AU),
sedangkan melalui jalur laut, ALRI (TNI AL) mengerahkan 3 kapal perang serta 2
Kapal selam. Pada tgl 15 januari 1962 terjadi insiden pertempuran dimana 3
kapal perang ALRI kepergok oleh kapal fregat belanda mengakibatkan tenggelamnya
KRI Macan Tutul serta menewaskan Komodor Yos Sudarso, peristiwa ini dikenal
dengan Pertempuran Laut Aru.
Setelah
menggelar tahap Infiltrasi yang berlangsung hingga thn 1962, ALRI kemudian
mempersiapkan Operasi Jayawijaya yang merupakan operasi amfibi terbesar dalam
sejarah operasi militer Indonesia. Lebih dari 100 kapal perang dan 16.000
prajurit disiapkan dalam operasi pendaratan tersebut. Operasi ini sebagai
pendukung dalam tahap Eksploitasi yang bertujuan untuk menyerang kekuatan
belanda secara terbuka, dalam tahap ini ALRI juga mengerahkan 12 kapal selam
serta kapal penjelajah KRI IRIAN, sedangkan AURI menerbangkan pesawat pembom TU-16
dilengkapi rudal AS 1-kennel yang siap menenggelamkan kapal induk Hr. Ms. Karel
Doorman milik belanda.
Melihat kekuatan militer indonesia yang sudah pada posisi
mengepung pulau papua, Amerika selaku sekutu belanda mengusulkan untuk
diadakanya perundingan dan mendesak belanda untuk segera menyerahkan papua
barat pada indonesia, pada tgl 15 agustus 1962 diadakan perundingan di markas
PBB di New York dan dikenal dengan PERJANJIAN NEW YORK yang isi pokoknya
adalah "Penyerahan wilayah Papua Barat pada PBB (UNTEA) untuk selanjutnya
diserahkan kepada pemerintah Indonesia yang sebelumnya harus diadakan proses
Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) yang diselenggarakan sebelum thn 1969".
Untuk menghormati isi Perjanjian tsb Presiden Sukarno pd tgl 18 agustus 1962
memerintahkan untuk menarik mundur semua pasukan dari papua.
PEPERA
diselenggarakan thn 1969, isi PEPERA berupa 2 pilihan yaitu :
- Tetap bergabung dengan Indonesia
- Memisahkan diri dari Indonesia
Dan hasilnya adalah Papua Barat tetap bergabung dengan
Indonesia. Dengan demikian Papua Barat menjadi Provinsi ke-26 RI dan
berganti nama menjadi IRIAN JAYA.
Organisasi
Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah sebuah organisasi yang
didirikan tahun 1965 dengan tujuan membantu dan melaksanakan penggulingan[1]
pemerintahan yang saat ini berdiri di provinsi Papua dan Papua Barat
di Indonesia,
sebelumnya bernama Irian Jaya, memisahkan diri dari
Indonesia, dan menolak pembangunan ekonomi dan modernitas. Organisasi
ini mendapatkan dana dari pemerintah Libya pimpinan Muammar
Gaddafi dan pelatihan dari grup gerilya New People's Army
beraliran Maois
yang ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh Departemen Keamanan
Nasional Amerika Serikat. Organisasi ini dianggap tidak sah di Indonesia.
Perjuangan meraih kemerdekaan di tingkat provinsi dapat dituduh sebagai
tindakan pengkhianatan terhadap negara. Sejak berdiri, OPM berusaha mengadakan
dialog diplomatik, mengibarkan bendera Bintang Kejora, dan melancarkan aksi
militan sebagai bagian dari konflik Papua. Para pendukungnya sering membawa-bawa bendera Bintang Kejora dan simbol persatuan
Papua lainnya, seperti lagu kebangsaan "Hai Tanahku Papua" dan
lambang nasional. Lambang nasional tersebut diadopsi sejak tahun 1961 sampai
pemerintahan Indonesia diaktifkan bulan Mei 1963 sesuai Perjanjian New York.
Itulah uraian
atau penjelasan tentang sejarah papua barat.
Kembali kepada judul teks yaitu “ don’t use your data as a pillow”. Yang dimaksud dengan data adalah Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi
penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. gunakan sebagai bahan
untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupun suatu konsep. Sedangkan informasi adalah Informasi Data bisa berujut suatu keadaan, gambar, suara,
huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita
merupakan hasil pengolahan dari sebuah model, formasi, organisasi, ataupun
suatu perubahan bentuk dari data yang memiliki nilai tertentu, dan bisa
digunakan untuk menambah pengetahuan bagi yang menerimanya. Dalam hal ini, data
bisa dianggap sebagai obyek dan informasi adalah suatu subyek yang bermanfaat
bagi penerimanya. Informasi juga bisa disebut sebagai hasil pengolahan ataupun pemrosesan
data. Sedangkan menurut Lehtonen, data
adalah tertulis, lisan, visual, atau combinasi dari semuanya.
Dari pertemuan kita kali ini, kita dapat simpulkan bahwa sekarang
ini kita akan lebih kepada seorang pembaca dan memahami dengan benar-banar maksud
dari teks yang kit abaca. Khususnya,
pada sekarang ini kita sedang membahas tentang sejarah papua barat. Informasi yang telah kita dapatkan bias
disebut dengan data, namun data itu jangan kita jadikan sebagai pillow atau
bantal. Yang dimana bantal itu sendiri
tidak semua orang menggunakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic