Peeling in Depth the History of Papua
Waktu bergulir tanpa ku sadari dan
selalu memutari duniaku. Waktu istirahat
telah selesai, dan sekarang saya lalui hari-hari saya dengan bergeluput di
dunia yang berbeda yaitu “dunia dalam kertas.”
Ketika tugas telah menghampiriku kembali, aku pun merasa waktu akan
kupergunakan dengan sebaik-baiknya.
Seminggu yang lalu, telah merefresh otak, memanjakan diri, dan
menenangkan hati. Bayangan semu yang
kian menghampiriku, kini bayangan itu menjadi nyata. Tapi dengan adanya tugas, saya pun beruntung
karena saya bisa menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.
Awan putih yang kian menertawakanku
saat aku sedang berdiri tegak ditengah-tengah dunia. Mereka pun melihat saya dengan senyuman, itu
semua membuat saya semakin yakin dan berpikir positif bahwa saya pasti
bisa. Mereka semakin memperhatikan
langkah-langkahku saat aku berjalan dijalan yang penuh dengan lubang. Tetapi di ujung jalan berlubang itu terdapat
tempat yang sangat indah dimana bukan sembarang orang yang bisa mencapai
ketempat itu. Apakah aku bisa
melewatinya? Itu adalah sebuah
perjuanganku dalam melewati sebuah rintangan.
Bulan purnama yang menghiasi langit,
membuat ku terkesima melihatnya.
Disitulah saya memulai bergeluput dalam dunia yang berbeda yaitu “dunia
dalam kertas”. Dunia dalam kertas
sangatlah penting. Karena dalam dunia
dalam kertas itu terdapat banyak pengetahuan.
Pengetahuan itu bisa kita gali dengan hal positif. Saya pun selalu bersahabat dengan dunia dalam
kertas. Dengan semangat yang berkobar
dan daya tahan tubuh yang tahan banting, saya memulai mengerjakan tugas writing
yang dalam pembahasannya sangat dalam dan lebih menjalur kearah history. Kenapa kita perlu mempelajari history? Karena sejarah adalah kejadian pada masa
lampau, sekarang, dan masa yang akan datang.
Dalam pembahasan kali ini akan membahas tentang “west papua”.
Saya
akan membahas slide Mr Lala trelebih dahulu.
What I saw
in the first half of the season
·
Aku pasti habis dalam arti yang
sangat literal, tetapi
Tampaknya ada kemajuan di dekatnya
Tampaknya ada kemajuan di dekatnya
·
Sulit untuk melihat karya-karya
berkualitas tinggi konstan yang dihasilkan oleh mahasiswa saya
·
Bila ada (terlalu) banyak siswa
melanggar aturan dalam pengajuan kertas, saya benar-benar kecewa
·
Saya tidak mentolerir kesalahan /
kesalahan / kebodohan kecil!
·
Mempromosikan penulis multibahasa
(dan pembaca) adalah pekerjaan yang nyata!
Bergerak di L1-L2 kontinum adalah perjalanan yang nyata!
Bergerak di L1-L2 kontinum adalah perjalanan yang nyata!
What I expect in the second half of the season
·
Apa yang saya harapkan di paruh
kedua musim ini
·
Kerangka kerja yang lebih baik
dari kata suci "SIKAP"
Pembacaan konstan pengalaman (ekstensif dan intensif)
·
Sebuah diskusi terus-menerus
dengan mitra terbaik
·
Sebuah doa konstan setiap detik!
·
Sebuah pertemuan yang konstan di
luar kelas
·
FOKUS konstan adalah suatu
keharusan!
·
KOMITMEN konstan adalah suatu
keharusan!
·
Sebuah KETEKUNAN konstan adalah
suatu keharusan!
·
Sebuah KERJASAMA dan KERJASAMA adalah suatu keharusan!
Inilah kerjasam kelompok saya dalam
kelas yaitu tentang “Don’t Use Your Data as a pillow” penelitinya bernama “S.
Eben Kirksey”.
Tina:
Data adalah sekumpulan informasi. Pillow
adalah sebagai alas kapuk, alas tidur, alas duduk dan sandaran punggung yang di
isi oleh kapuk dan di jahit dengan karung .
Jadi,
data itu harus di ungkap kebenarannya dan di sulam bagaikan bantal tapi jangan berfungsi hanya sebagai
alas saja melainkan harus terus selalu di asah agar aksennya dan kontennya
lebih menarik minat baca lainnya dan data tersebut harus di pastikan
kebenarannya. Jika kita ingin menjadi
penulis yang handal maka carilah aksen yang unik dan konten yang menarik tetapi
argument si penulis harus bisa di buktikan kebenarannya dan argument tersebut
harus kuat.
Fatma:
Data adalah fondasi sumber informasi yang menjadi pedoman seorang penulis dalam
mencari ceruk ceruk baru dalam menulis kita harus memunculkan ceruk-ceruk baru
dan membongkar tembok di belakang yang artinya seorang penulis itu harus bisa
mengungkap sesuatu yang orang lain tidak bisa menebaknya. Pillow adalah suatu
yang di gunakan untuk tidur tapi seseorang pun bisa tidur jika tidak memakai
bantal. Jadi pillow di sini yaitu jika
kita tidak sudah mendapat sebuah informasi, kita harus mencari sumber sumber baru
yang bisa memperkuat dan menyambungkan pendapat kita. Jadi, pillow sebagai alas kita dalam mencari
sebuah informasi.
Rosita: Bantal tidak
hanya untuk alas tidur, berarti itu hanya di simpan saja maksudnya data atau
ilmu itu harus di kembangkan, di baca, di fahami hanya untuk alas tidur. Selain itu kita juga bisa mengambil
sumber-sumber lain.
Iik:
Data sebagai acuan penting dari penulisan kita.
Dalam pacuan agar mengeratkan argument kita dan bisa mengambil pendapat
orang lain.
Dalam paragraph pertama kalimat pertama, saya
meyimpulkan bahwa pesta kecil tersebut diartikan sebagai fondasi Eben untuk
meneliti Papua Brat. Sedangkan semua
makanan itu adalah poin-poin terpenting ataupun referensi, bisa dikatakan juga
sebagai bum-bumbu karena seorang penulis bagaikan seorang chef. Harus bisa memperbanyak bumbu-bumbu dan
mempunyai resep jitu yang semua orang tidak bisa memilikinya. Begitu pula dengan seorang penulis, harus
mempunyai bahan-bahan yang banyak dalam menulis dan bahan tersebut bisa
menguatkan argument penulis. Seorang
penulis juga harus bisa menerobos pintu belakang, artinya harus mengungkap
fakta yang membuat pembaca tidak pernah bayangkan. Ini sebuah pertanyaan yang akan saya bahas
pada pembahasan kali ini.
·
Apa Papua
Barat? Dan
di mana lokasinya?
·
Perbedaan apa
yang dapat Anda melihat
antara PAPUA dan IRIAN JAYA?
·
Pada tahun
berapa tanah
yang disebut Papua diintegrasikan
ke dalam NKRI?
·
Apa Trikora?
·
Apa
peran Soekarno
dalam integrasi Papua ke
dalam NKRI?
·
Apa kolonial
Belanda dilakukan di
Papua?
·
Apa
peran dari
AS-PBB dan
negara-negara
tetangga kita dalam
konflik Papua?
·
Apakah Organisasi
Papua Merdeka
(OPM) dan
siapa yang membiayai
mereka?
·
Anda
secara pribadi
akan mendukung Papua menjadi negara
yang baru dipisahkan?
Mengapa?
Papua adalah sebuah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau
Papua atau bagian paling timur West
New Guinea (Irian Jaya). Belahan timurnya merupakan negara Papua
Nugini atau East New Guinea.
Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah Papua bagian barat, namun sejak tahun 2003 dibagi menjadi dua provinsi di mana bagian timur
tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat.
Papua Barat (sebelumnya Irian Jaya Barat
disingkat Irjabar) adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian barat Pulau Papua. Ibukotanya
adalah Manokwari. Nama provinsi
ini sebelumnya adalah Irian Jaya Barat yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007 tanggal 18 April 2007, nama provinsi ini diubah
menjadi Papua Barat. Papua Barat dan Papua merupakan provinsi yang memperoleh status otonomi khusus.
Wilayah
provinsi ini mencakup kawasan kepala burung pulau Papua dan kepulauan-kepulauan
di sekelilingnya. Di sebelah utara, provinsi ini dibatasi oleh Samudra Pasifik, bagian barat berbatasan dengan provinsi Maluku
Utara dan provinsi Maluku, bagian timur dibatasi oleh Teluk Cenderawasih, selatan dengan Laut Seram dan tenggara berbatasan dengan provinsi Papua. Batas Papua Barat hampir sama dengan batas Afdeling
("bagian") West Nieuw-Guinea ("Guinea Baru Barat")
di masa Hindia
Belanda.
Orang Papua
meminta nama Irian diganti dengan Papua karena sudah di plesetin oleh
pemerintah Orba. Dosa rezim Orba terhadap orang Irian Barat selama lebih dari 30 tahun itu
selain pembantaian, pemerkosaan, pembakaran rumah tinggal dan rumah ibadah, dan
berbagai kejahatan fisik lainnya itu masih termasuk juga kejahatan rohani yaitu
pengrusakan nilai-nilai kebudayaan dan penyebaran disinformasi dan ignoransi.
Apakah Irian Barat
termasuk wilayah Indonesia ?
Jawabannya adalah ya!
Karena apabila ditinjau dari segi politis,
bahwa berdasarkan perjanjian international 1896 yang diperjuangkan oleh Prof.
Van Vollen Houven (pakar hukum adat Indonesia) di sepakati bahwa ”Indonesia”
adalah bekas Hindia Belanda. Sedangkan Irian Barat walaupun dikatakan oleh
Belanda secara kesukuan berbeda dengan bangsa Indonesia, tetapi secara sah
merupakan wilayah Hindia Belanda.
Apabila ditinjau dari segi antropologi, bahwa
bangsa Indonesia yang asli adalah Homo Wajakensis dan Homo Soloensis yang
mempunyai ciri-ciri: kulit hitam, rambut keriting (ras austromelanesoid)
yang merupakan ciri ciri suku bangsa Aborigin (Australia) dan ras negroid
(Papua).
Apabila ditinjau dari segi sejarah , bahwa Konferensi Meja Bundar
yang dilakukan untuk mengatur penyerahan kedaulatan Indonesia diwarnai dengan
usaha licik Belanda yang ingin terus mempertahankan Irian Barat (New Guinea)
dengan alasan kesukuan. Akhirnya KMB memutuskan penyelesaian Irian Barat akan
ditentukan dalam masa satu tahun setelah penyerahan kedaulatan melalui
perundingan antara RIS dengan Kerajaan Belanda.
Benarkah alasan Belanda mempertahankan Irian Barat karena masalah
kesukuan ?Ternyata bukan !
Alasan sebenarnya adalah bahwa pada saat itu Belanda sedang mengadakan
eksplorasi / penelitian sumber daya alam di Irian dan berhasil menemukan
fakta bahwa di Irian Barat terdapat tambang emas dan uranium terbesar di
dunia (sekarang dinamakan Freeport yang merupakan perusahaan asing milik Belanda
) yang tidak akan habis di gali selama 100 tahun.
|
Belanda tetap mempertahankan Irian Barat sebagai jajahannya, dan memasukan
wilayah Irian Barat ke dalam Konstitusi nya pada tanggal 19 Pebruari 1952.
Dengan demikian Belanda sendiri telah melanggar isi Round Table Conference
yang telah disepakati dengan RIS.
Tri Komando
Rakyat (TRIKORA)
Dalam pidatonya ”Membangun Dunia Kembali” di forum PBB
tanggal 30 September 1960, Presiden Soekarno berujar, ”......Kami telah
mengadakan perundingan-perundingan bilateral......harapan lenyap, kesadaran
hilang, bahkan toleransi pu n mencapai batasnya. Semuanya itu telah habis dan
Belanda tidak memberikan alternatif lainnya, kecuali memperkeras sikap kami.”
Tindakan konfrontasi politik dan ekonomi yang
dilancarkan Indonesia ternyata belum mampu memaksa Belanda untuk menyerahkan
Irian Barat. Pada bulan April 1961 Belanda membentuk Dewan Papua, bahkan dalam
Sidang umum PBB September 1961, Belanda mengumumkan berdirinya Negara Papua.
Untuk mempertegas keberadaan Negara Papua, Belanda mendatangkan kapal induk
”Karel Doorman” ke Irian Barat.
Terdesak oleh
persiapan perang Indonesia itu, Belanda dalam sidang Majelis Umum PBB XVI tahun
1961 mengajukan usulan dekolonisasi di Irian Barat, yang dikenal dengan
”Rencana Luns”.
Menanggapi rencana
licik Belanda tersebut, pada tanggal 19 Desember 1961 bertempat di Yogyakarta,
Presiden Soekarno mengumumkan TRIKORA dalam rapat raksasa di alun alun utara
Yogyakarta, yang isinya :
1. Gagalkan berdirinya negara Boneka Papua bentukan Belanda
2. Kibarkan sang Merah Putih di irtian Jaya tanah air
Indonesia
3. Bersiap melaksanakan mobilisasi umum
Peran
Soekarno dalam Integrasi atau Membela Papua
Konflik
Papua adalah konflik di Provinsi Papua
di Indonesia, diawali pada tahun 1961,
muncul keinginan Belanda untuk membentuk negara Papua Barat terlepas dari Indonesia. Langkah Belanda ini dilawan Presiden Soekarno
dengan mendekatkan diri pada negara komunis terutama Uni Soviet. Sikap Soekarno
ini membuat takut Belanda dan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy. Sebab
jika itu dibiarkan maka Indonesia sangat mungkin menjadi negara komunis
terbesar di Asia Tenggara. Ketakutan itu lalu membuat Belanda mengambil sikap
untuk menyerahkan masalah Papua ke PBB. Dari dan melalui PBB, Belanda mengambil
sikap untuk keluar dari papua dan tidak jadi mengambil, merebut, dan menjajah
Papua lalu Papua diserahkan " kembali " ke Indonesia dengan syarat
memberi kesempatan pada rakyat Papua untuk menentukan sikap sendiri atau
referendum (Penentuan Pendapat Rakyat/PERPERA). Lewat PERPERA tahun 1969, rakyat Papua memilih
" tetap " dalam lingkungan Republik Indonesia.
Organisasi Papua Merdeka (OPM)
adalah sebuah organisasi adat didirikan pada tahun 1965 untuk mempromosikan
penentuan nasib sendiri dan pemisahan diri Papua dari Republik
Indonesia. Gerakan ini dilarang di Indonesia, dan
mengibarkan Bendera
Bintang Kejora dan berbicara dalam mendukung tujuan OPM adalah dilarang
kegiatan di Indonesia, yang dapat dikenakan biaya dari "Makar"
(pengkhianatan). Sejak awal berdirinya OPM telah
mencoba dialog diplomatik, melakukan upacara bendera (ilegal menurut hukum
Indonesia), dan tindakan militan dilakukan sebagai bagian dari Konflik
Papua. Pendukung secara rutin menampilkan Bendera
Bintang Kejora dan simbol
lainnya. Kesatuan
Papua yang telah diadopsi pada periode 1961 sampai pemerintahan
Indonesia dimulai pada bulan Mei 1963 dengan Perjanjian
New York. Badan
Intelijen Negara (BIN) mulai menelusuri meningkatnya eskalasi konflik di Papua
dalam beberapa waktu terakhir. Lembaga telik sandi itu akan menelusuri dugaan
masuknya dana dari pihak asing dalam pembiayaan berbagai aksi kekerasan yang
menewaskan belasan warga tersebut.
Para
pendukung organisasi menuduh orang-orang Papua tidak memiliki hubungan etnis,
budaya atau geografis dengan Indonesia, bahwa mereka adalah orang-orang
kolonial di bawah Resolusi
PBB 1541 dan bahwa mereka
berhak ketentuan Resolusi
PBB 1514. Menurut pendukung
OPM, pemerintah Indonesia di Papua adalah pendudukan militer. Pemerintah
Indonesia menyatakan bahwa wilayah tersebut memilih untuk dimasukkan ke dalam
Republik Indonesia dengan referendum yang dikenal sebagai Tindakan
Pemilihan Bebas pada tahun 1969. Pernyataan ini ditolak oleh para
pendukung organisasi yang menuduh Tindakan Pemilihan Bebas tidak sukarela dan
tidak mewakili populasi.
Peran dari AS-PBB dan negara-negara tetangga kita dalam konflik Papua
Perserikatan
Bangsa-Bangsa atau biasa disingkat PBB (bahasa
Inggris: United Nations atau disingkat UN)
adalah sebuah organisasi internasional yang anggotanya hampir seluruh negara di dunia. Lembaga ini
dibentuk untuk memfasilitasi dalam hukum internasional, keamanan internasional, pengembangan ekonomi,
perlindungan sosial, hak
asasi dan pencapaian perdamaian dunia. Perserikatan
Bangsa-bangsa didirikan di San Francisco pada 24 Oktober
1945 setelah Konferensi Dumbarton Oaks di Washington,
DC, namun Sidang Umum yang pertama - dihadiri wakil dari 51
negara - baru berlangsung pada 10 Januari 1946 (di Church House, London). Dari 1919 hingga 1946, terdapat sebuah
organisasi yang mirip, bernama Liga Bangsa-Bangsa, yang bisa dianggap sebagai
pendahulu PBB.
Sejak
didirikan pada tahun 1945 hingga 2011, sudah ada 193 negara yang bergabung
menjadi anggota PBB, termasuk
semua negara yang menyatakan kemerdekaannya masing-masing dan diakui
kedaulatannya secara internasional, kecuali Vatikan.[3] Selain
negara anggota, beberapa organisasi internasional dan organisasi antar-negara
mendapat tempat sebagai pengamat permanen yang mempunyai kantor di Markas Besar
PBB, dan ada juga yang hanya berstatus sebagai pengamat. Palestina dan
Vatikan adalah
negara bukan anggota (non-member states) dan termasuk pengamat permanen
(Tahta Suci mempunyai wakil permanen di PBB, sedangkan Palestina mempunyai
kantor permanen di PBB).
Sekretaris Jenderal PBB saat ini adalah Ban Ki-moon
asal Korea
Selatan yang menjabat sejak 1 Januari 2007 , menggantikan Sekretaris Jendral terdahulu, yaitu Kofi Annan
dari Ghana.
Organisasi ini memiliki enam organ utama: Majelis Umum (majelis
musyawarah utama), Dewan Keamanan (untuk
memutuskan resolusi tertentu untuk perdamaian dan keamanan), Dewan Ekonomi dan
Sosial (untuk membantu dalam mempromosikan kerjasama ekonomi, sosial
internasional dan pembangunan), Sekretariat (untuk
menyediakan studi, informasi dan fasilitas yang diperlukan oleh PBB), Mahkamah Internasional (organ peradilan
primer), Dewan Perwalian (yang
saat ini tidak aktif).
Instansi Sistem PBB lainnya yang menonjol
termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Program Pangan Dunia (WFP) dan Dana Anak-anak Perserikatan
Bangsa-Bangsa (UNICEF). Tokoh masyrakat PBB yang paling terkenal mungkin
adalah Sekretaris Jenderal PBB, saat ini Ban Ki-moon
dari Korea
Selatan, yang mengambil jabatan itu pada tahun 2007, menggantikan Kofi Annan.
Organisasi ini didanai dari sumbangan yang ditaksir dan sukarela dari
negara-negara anggotanya, dan memiliki enam bahasa resmi: Arab, Tionghoa,
Inggris,
Perancis,
Rusia,
dan Spanyol.
Sejarah Papua
Masuk NKRI Sudah Benar
Sejarah masuknya Irian Barat
(Papua) ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah benar
sehingga tidak perlu dipertanyakan dan diutak-atik lagi. Hal tersebut
diungkapkan Tokoh Pejuang Papua, Ramses Ohee di Jayapura, menanggapi sejumlah
kalangan yang masih mempersoalkan sejarah masuknya Papua ke dalam wilayah
Indonesia yang telah ditetapkan melalui Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada
1969 silam. Ramses menegaskan, ada pihak-pihak yang sengaja membelokkan sejarah Papua
untuk memelihara konflik di Tanah Papua.
“Sejarah
masuknya Papua ke dalam NKRI sudah benar, hanya saja dibelokkan sejumlah warga
tertentu yang kebanyakan generasi muda,” ujarnya. Lebih lanjut
dijelaskannya, fakta sejarah menunjukkan keinginan rakyat Papua bergabung
dengan Indonesia sudah muncul sejak pelaksanaan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. “Sayangnya,
masih ada yang beranggapan bahwa Sumpah Pemuda tidak dihadiri pemuda Papua. Ini
keliru, karena justru sebaliknya, para pemuda Papua hadir dan berikrar bersama
pemuda dari daerah lainnya. Ayah saya, Poreu Ohee adalah salah satu pemuda
Papua yang hadir pada saat itu,” ujar Ramses.
Adapun mengenai
pihak-pihak yang memutarbalikkan sejarah dan masih menyangkal kenyataan
integrasi Papua ke dalam NKRI, Ramses tidak menyalahkan mereka karena minimnya
pemahaman atas hal tersebut.
Menurutnya, hal yang perlu disadari adalah bahwa keberadaan negara
merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga seharusnya disyukuri dengan
memberikan kontribusi positif bagi pembangunan di Papua.
Berdasarkan
catatan sejarah, pada 1 Oktober 1962 pemerintah Belanda di Irian Barat
menyerahkan wilayah ini kepada Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melalui United
Nations Temporary Executive Authority (UNTEA) hingga 1 Mei 1963. Setelah
tanggal tersebut, bendera Belanda diturunkan dan diganti bendera Merah Putih
dan bendera PBB. Selanjutnya, PBB merancang suatu kesepakatan yang dikenal dengan “New York
Agreement” untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat Irian Barat melakukan
jajak pendapat melalui Pepera pada 1969 yang diwakili 175 orang sebagai utusan
dari delapan kabupaten pada masa itu.
Hasil Pepera menunjukkan rakyat Irian Barat setuju untuk bersatu dengan
pemerintah Indonesia.
Nicolaas Jouwe Tidak ada satu hakim di dunia ini yang bisa mengalahkan
Indonesia tentang masalah integrasi Papua ke dalam NKRI. Indonesia benar soal
Papua namun PBB saja yang main kotor,” ujar Nicholas.
Berita terbaru tentang “SBY
Setuju Papua Merdeka Pasca Pilpres 2014?”
Herman Dogopia, belum lahir ketika seluruh
wilayah Papua dan Papua Barat dijajah Belanda hingga t1963. Tetapi dari
ceritera orangtua dan kakeknya, Belanda bukanlah bangsa penjajah bagi rakyat
Papua,
Mengapa?
Karena Belanda, dalam memperlakukan rakyat Papua selalu melakukan pendekatan
dengan cara kasih dan persaudaraan. Belanda, di dalam
membangun Irian Barat - nama seluruh Papua ketika itu, melakukan dengan
perencanaan jelas. Setiap kota memiliki peruntukan. Ada kota pendidikan, kota
dagang, kota wisata, kota budaya, dan kota pemerintahan. Dan
yang mengesankan, ratusan tahun Belanda menjajah Papua. selama itu tak satu pun
peluru yang mereka gunakan untuk membunuh rakyat Papua. Pelanggaran HAM oleh
Belanda hanyalah karena penjajah itu tidak mempersiapkan atau mengizinkan
wilayah itu menjadi negara merdeka.
Pelanggaran
HAM memang belum menjadi sebuah istilah populer di era Belanda. Namun
menghadapi rakyat Papua yang melakukan pelanggaran hukum yang ditetapkan
pemerintah Belanda, selalu diselesaikan melalui hukum. Konkritnya
walaupun ada rakyat yang melakukan pelanggaran, seberat apapun kategori
pelanggarannya, solusi hukum tidak dengan eksekusi mati. Ketika
Herman masih berbentuk seorang anak "ingusan" baru mulai belajar
abjad dan bahasa Indonesia, ia mengalami periode – yang orangtua dan kakeknya
melakukan perlawanan terhadap pemerintah Indonesia.
Pada 1969,
ketika Papua baru enam tahun kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, sejumlah
laki-laki rakyat Papua masuk ke hutan. Mereka tidak puas dan mempertanyakan
manfaat dari Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat) yang dibentuk oleh PBB dan
hasilnya menguntungkan Indonesia. Menghadapi
'pemberontakan' itu, TNI yang dipimpin Brigjen Sarwo Eddhie Wibowo (kini
almarhum), menerjunkan pasukan TNI ke sejumlah tempat yang menentang Pepera.
Yang mengesankan sehingga tak bisa dilupakan Herman Dogopio, anak
buah almarhum Sarwo Eddhie itu, tidak pernah bertindak kasar apalagi membunuh
sekalipun yang mereka temui orang Papua yang membenci Indonesia.
Keadaannya
sangat berbeda dengan situasi saat ini. Tak ada lagi pendekatan seperti yang
dilakukan oleh Belanda maupun pasukan anak buah Sarwo Eddhie. Jenderal almarhum
ini, merupakan mertua dari Presiden RI periode 2004-2014. Perubahan
180 derajat tersebut, kini semakin membuat rakyat Papua ingin cepat-cepat lepas
dari NKRI. Selama 50 tahun rakyat Papua menjadi
bagian dari jutaan penduduk Indonesia, sudah tak terhitung nyawa anak Papua
yang melayang akibat pembunuhan oleh eksekutor Indonesia yang nota bene merupakan
bangsanya sendiri.
Anak bangsa dibunuh oleh bangsa
sendiri.
"Hampir
tak satu persoalan yang tidak diselesaikan dengan cara kekerasan, termasuk
pembunuhan. Sehinga menjadi pertanyaan di kalangan kami, apa arti kemerdekaan
dalam bingkai NKRI", keluh Herman Dogopia, anggota Kaukus Papua. Perbincangan dipicu oleh adanya
perkembangan politik terbaru yang kental dengan keinginan memisahkan Papua dari
NKRI.
OPM
(Organisasi Papua Merdeka) pertengahan April lalu mendapat izin dari pemerintah
kota Oxford di Inggeris untuk memiliki perwakilannya di kota tersebut.
Pembukaan kantor perwakilan itu secara de facto merupakan pengakuan Inggris
atas OPM. Menurut Herman, Kaukus Papua langsung
mersepons dan mengundang pejabat terkait untuk membahas masa depan Papua dalam
bingkai NKRI. Tetapi hasil pembicaraan atau diskusi dengan Kaukus Papua, tidak
sama dengan penerapannya di lapangan . Herman, ataupun para
anggota Kaukus, yakin sekalipun secara diplomatis Inggeris selalu menyatakan
tetap mengakui kedaulatan Indonesia atas Papua. Tetapi, menurut dia Inggris
bahkan negara manapun yang memahami perlakuan Indonesia atas rakyat Papua akan
selalu berpihak kepada gerakan anti Indonesia. Herman yang sehari-hari bekerja di Jakarta bahkan sudah menjadi
anggota salah satu partai peserta Pemilu 2014 tanpa ragu menegaskan dengan
agresifitas OPM, kemerdekaan Papua, terpisah dari NKRI tinggal soal waktu.
Kemerdekaan itu sudah ditunggu sebab pada hakekatnya seluruh rakyat Papua saat
ini sudah menjadi pendukung OPM.
Sejujurnya,
tutur Herman Dogopio, gerakan apapun yang dilakukan pentolan OPM saat ini dan
ke depan, akan selalu didukung secara oleh semua rakyat Papua. Banyak yang
diam-diam, tetapi seperti pepatah tua, diam itu emas (silent is golden).
Begitulah sejatinya sikap masyarakat Papua dewasa ini. "Saya
berani bertaruh, sekalipun dia pejabat, mendapatkan perlakuan istimewa dari
pemerintah Jakarta, tetapi darah dan jantung mereka sudah berubah menjadi
anggota atau pendukung OPM", katanya. Alasannya sangat
sederhana. Pemerintah Indonesia yang mengendalikan Papua secara remote dari
Jakarta, tidak pernah mau melakukan dialog sehingga tidak paham atas keadaan
sebenarnya. Ia selalu terkenang
dengan almarhum Gus Dur. Presiden ke-4 RI itu, bersedia membuka dialog dengan pemimpin
OPM, termasuk merubah nama daerah itu dari Irian Jaya menjadi Papua.
Pertanyaan
yang membayangi masyarakat Papua, mengapa dengan GAM (di Aceh) pemerintah
bersedia membuka dialog, tapi dengan OPM, tidak bersedia? Herman
mengakui eskalasi atas keinginan untuk merdeka sempat meredup. Tapi kemudian
membara lagi setelah pemimpin OPM, Theys Eluay dibunuh atau terbunuh. Pada 11
Nopember 2001 ia ditemukan tewas di dalam mobilnya yang berada di luar kota
Jayapura. Keinginan
menjadi merdeka, semakin membara terutama dipicu oleh pernyataan Presiden SBY
tahun lalu.
Menurut
Herman, sudah menjadi rahasia umum di masyarakat Papua bahwa Presiden SBY tidak
mau berdialog lagi dengan rakyat Papua. Entah apa alasannya tapi yang pasti SBY
sendiri sudah menyatakan setuju Papua merdeka. Syaratnya:
nanti setelah SBY tidak lagi menjadi Presiden RI pemerintahannya.
"Kalian boleh merdeka, asalkan jangan di era pemerintahan
saya", kata Herman mengutip pernyataan Presiden SBY ketika bertemu dengan
para pemimpin agama dari Papua, 11 Desember 2011. Pernyataan
yang tidak disampaikan kepada media itu kemudian secara berantai diceritakan
oleh para pemimpin gereja Papua yang menemui SBY di Cikeas di ujung tahun 2011
tersebut. Pernyataan Presiden SBY cukup
mengejutkan sekalipun ada di antara tokoh Papua masih bertanya-tanya, apakah
SBY tidak sedang salah ucap.
Herman juga
termasuk yang mempertanyakan kebijakan Presiden SBY yang membentuk UP4B (Unit
Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat) yang dipimpin pensiunan jenderal
Bambang Darmono (bukan Darsono - red). "Apa tugas dan
tujuannya kalau UP4B tidak diberikan dana operasi dan personel yang
memadai?" bertanya Herman. Herman juga heran, mengapa pemimpin
UP4B tetap diam seribu bahasa? Apakah unit kerja itu memang dibentuk hanya
untuk menampung sahabat Presiden SBY agar punya status dan kegiatan?
Dengan fakta di atas - sebagai anggota Kaukus Papua, Herman
berkesimpulan bahwa persoalan Papua dalam NKRI saat ini memang sengaja
dibiarkan oleh rezim Yudhoyono. Ia masih bisa tersenyum sekalipun dengan
senyum kecut, sebab berbagai masalah yang dibiarkan oleh rezim saat ini,
ternyata bukan hanya persoalan Papua.
Papua adalah
Negara yang kaya akan sumber daya alamnya yaitu tambang emas, yang telah
diprediksi bahwa jika digali selama 100 tahaun tidak akan habis. Maka dari itu Belanda menjajah Papua karena Belanda sedang mengadakan eksplorasi / penelitian sumber daya alam di Irian
dan belanda pun akan membentuk Negara Papua Barat terlepas dari Indonesia. Kejadian
itu dilawan Presiden Soekarno dengan
mendekatkan diri pada negara komunis terutama Uni Soviet. Belandapun ketakutan dan menyerahkan masalah ini
pada PBB. Belanda mengambil sikap untuk tidak
menjajah Papua lalu Papua diserahkan " kembali " ke Indonesia dengan
syarat memberi kesempatan pada rakyat Papua untuk menentukan sikap sendiri atau
referendum (Penentuan Pendapat Rakyat/PERPERA). sejarah
masuknya Papua ke dalam wilayah Indonesia yang telah ditetapkan melalui
Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada 1969 silam. Papua bergabung
dengan Indonesia sudah muncul sejak pelaksanaan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic