Class review 10
Para
laskar sejati berengkarnasi menjadi para gladiator sejati. Ini mungkin, dan
bisa jadi. Setelah semuanya melewati masa paceklik, setelah semuanya melewati
masa pelik, kita hampir mengalami degradasi dalam menulis. Kini sosok kokoh
yang selalu meluncurkan berbagai macam strategi kembali mengiringi, kembali
bersama Mr. Lala Bumela. Selasa, 22 April 2014 memulai lagi dengan strategi
awal, menulis. Ini adalah menulis dengan perspektif kita, menulis dengan
berbagai konsekuensi kita, yaitu menulis Argumentative Essay.
Kali
ini kita mempunyai suatu tantangan dalam menulis, beranjak dari Critical review
ke Argumentative Essay, ini seperti mendaki sebuah gunung. Kita akan menulusuri
kembali rimba-rimba yang tak tahu apa saja konsekuensi di dalamnya. Kita sering
terperangkap dalam kesalahan yang sama, dengan rute yang sama. Walaupun dengan peta, walaupun dengan
rambu-rambu, kita sering keluar dari aturan tersebut. Kini Argumentative Essay
akan membahas masalah Papua Barat, suatu masalah dari dulu yang belum pernah
tercerahkan. Tapi sebelum kita kuak masalahnya, kita lihat dahulu apa itu
Argumentative Essay.
Jika kita mengenal apa itu Argumentative Essay, pasti kenal
juga dengan relasinya, yaitu Exposition Essay. Exposition Essay digunakan untuk menjelaskan,
menafsirkan, menginformasikan, atau menggambarkan. Exposition
mempunyai 2 jenis, yaitu Analytical
Exposition dan Hortatory Exposition. Kedua jenis tersebut sangat berbeda,
perbedaan tersebut terletak dari Generic Structure-nya. Jika dilihat, Analytical Exposition mempunyai Generic
Structure :
1.
Thesis (biasanya mencakup gambaran argumen. Hal ini memperkenalkan topik dan menunjukkan posisi penulis.)
2. Argument (terdiri dari titik dan urutan
elaborasi. Jumlah poin mungkin berbeda, tetapi masing-masing harus didukung oleh diskusi dan bukti).
3.
Reiteration
/Pengulangan (menyatakan kembali posisi lebih kuat dalam
terang argumen yang disajikan).
Sedangkan Generic
structure Hortatory
Exposition, yang bersifat
membujuk, mempengaruhi:
1. Thesis
: Berisi
issue atau topic permasalahan yang diangkat sebagai pokok persoalan
2. Argument
:Serangkaian
alasan yang mendukung ide penulis.
3. Recommendation:
Berisi anjuran, nasihat atau apa
yang seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan menanggapi persoalan yang
diangkat.
Apa
yang membuat mereka berbeda satu sama lain adalah di akhir generic structurnya,
yaitu Analytical
Exposition dengan Reiteration dan Hortatory
Exposition dengan Recommendation. Jika dilihat generic structur Hortatory
sama dengan Argumentative, yaitu persuation
(adanya bujukan). Untuk lebih jauh lagi, Argumentative Essay adalah genre penulisan yang mengharuskan siswa
untuk menyelidiki topik; mengumpulkan, menghasilkan, dan mengevaluasi bukti;
dan membangun posisi pada topik secara ringkas.
Harap dicatat: Beberapa
kebingungan mungkin terjadi antara Argumentative Essay dan Expository Essay. Kedua genre serupa, tetapi Argumentative Essay berbeda dari Expository Essay dalam jumlah pra-menulis (penemuan)
dan penelitian yang terlibat. Argumentative
Essay umumnya ditugaskan sebagai tugas
akhir secara tertulis
tahun pertama
atau kursus komposisi maju dan melibatkan jangka waktu yang panjang, dan penelitian
rinci. Expository Essay melibatkan
penelitian yang kurang dan lebih pendek. Expository Essay sering
digunakan untuk latihan menulis di kelas atau tes, seperti GED atau GRE.
Dalam
buku “Genre in the Classroom: Multiple
Perspective (Ann M Johns:2001:227)”, Hyland (1990:69) menjelaskan bahwa
Argumentative Essay mempunyai 3 tahap: Thesis, Argument, and Conclusion. Dalam
setiap tahapan
(stages) ada sejumlah langkah(moves):
Menurut
Fitzpatrick (2005), Argumentative Essay tak hanya masalah memberikan informasi
kepada audience saja, tapi Argumentative Essay harus membujuk audience untuk mempertimbangkan sudut pandang kita, bahkan jika mereka mungkin tidak setuju dengan kita. Hal ini membutuhkan beberapa perawatan
dan keterampilan: Anda perlu menunjukkan rasa hormat karena menentang
sudut pandang, kita harus memilih kosa kata dengan
hati-hati, dan, di atas semua,
kita harus menulis dengan jelas dan logis.
Setelah kita mengenal sedikit tentang Argumentative
Essay, kita akan menganalisis sedikit permasalahan tentang Papua barat yang
akan dijadikan Argumentative Essay dengan menuliskan outline-nya. Syarat
Argumentative Essay adalah penelitian yang mendalam, jadi untuk kasusu ini kita
mendukung Papua lepas atau tetap menjadi bagian dari NKRI. Yang harus kita
lakukan adalah dengan cara menuliskan “Introduction (Thesis Statement,Define the
topic),Body (alasan), Conclusion (konsekuensi)”.
West
Papua should be united with NKRI
Introduction:
Thesis Statement:
West Papua should be
integrated with NKRI. Indonesia should be able
to unite the eastern part of
its territory on the verge of "divorce", because if West Papua separate from Indonesia, it will incur a loss between
them. West Papua became the
target of almost all countries in the world, because they
target is the natural resources. Meanwhile, if West Papua will separate, they
may not be able to repair all the system administration and to manage it well, such
as Education, Natural Resources,
Cultures (traditional house, language, art, etc.),
economy, and politics.
Indonesia will also incur a loss if West Papua separated,
it can be seen from
the history by uniting the power of West
Papua by Indonesia. Such as costs incurred to
perform various agreements, namely Act of free
choice (PEPERA), New
York Agreement, and TRIKORA operation. For
that, West Papua should still integrate
with NKRI.
Define the topic:
NKRI is a state form that
consists of many areas / islands which spread to the diversity
of customs, ethnic, cultures and beliefs
that have become
the nation's basic goal of an independent, sovereign, just and prosperous
united with the government
that protect all the people of
Indonesia and the entire country of Indonesia and general welfare,
the intellectual life of the nation,
and the establishment of world order.
West
Papua is a province of Indonesia in the western part of the island of New
Guinea.
Body:
There
are six reasons
to support West Papua should
be part of Indonesia, namely:
First,
Education
Second, The
natural resources
Third,
Economy
Fourth,
Politic
Fifth,
Culture
Sixth,
History.
Conclusion:
With some of the above
evidences, West Papua should still be part
of NKRI. If the
decision has been taken, then Indonesia must live
with the consequences, by way of:
1. Government
should care with life system in Papua,
such as Economy, education,
healthy, infrastructure development.
2.
The Government
should make laws
to investors, for taking of Natural Resources, Taxation, exploitation, and labor..
3.
Government
should see again the
costs incurred to bring West
Papua with a variety of agreements,
such as the Act of free choice (PEPERA),
New York Agreement, and TRIKORA operation.
The Government also should not distinguish Papua
with other Provinces, because Papua is
part of Indonesia.
4. Provide
special autonomy to Papua, Papua and
speed up development projects into a prosperous province
that has long canceled.
Melihat
hal ini, kita harus lebih kerja keras lagi untuk membaca dan menganalisis
ribuan kertas, mengenali perspektif berbagai penulis dan ini adalah pemburuan
yang luar biasa. Hal ini sesuai dengan apa yang ditulis di buku “The Cultural Analysis of Text (Mikko
Lehtonen:2000:148)”, Michel de Certeau mengatakan
bahwa membaca seperti melakukan perburuan, “Far
from being writers . . . readers are travellers; they move across land
belonging to someone else, like nomads poaching their way across the fields
they did not write, despoyling the wealth of Egypt to enjoy it themselves”. Kita
tahu bahwa kita sekarang menjadi intensive
reader, meneliti polemik Papua Barat seakan menjadi detective ulung yang
harus memecahkan sebuah kasus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic