Class Review 9
Pada tanggal 8 April 2014, adalah pertemuan kesepuluh pada mata
kuliah writing and composition 4. Pada pertemuan kali ini mahasiswa diminta
untuk melanjutkan diskusi yang membahas tentang artikel S. Eben Kirksey, dan
Mr. Lala membahas kompleksitas masalah yang ada di Papua Barat. Mr. Lala
membagi kompleksitas tersebut dari segi Ekonomic, Politik dan Nasionalisme.
Menurut pendapat saya kompleksitas masalah yang terjadi di Papua
Barat adalah masalah Politik yang ditimbulkan oleh British Petroleum (BP). BP sengaja membayar TNI dan aparat keamanan
untuk kelancaran produksi British Petroleum. Pihak British Petroleum meminta
TNI membuat keonaran dengan kekerasan dan penembakan anggota polisi di Papua untuk
urusan politik yaitu agar perusahaan multinasional tidak datang ke papua. Ini
adalah contoh pelanggaran HAM yang ada di Papua:
- Tewasnya sekitar 16 orang akibat kelaparan pada saat berlangsungnya operasi-operasi militer yang dilakukan Kopassus dan Kostrad. Aksi militer itu adalah reaksi yang muncul atas penyerbuan gudang amunisi di Wamena pada bulan April 2003 yang menyebabkan dua tentara dan seorang Papua tewas. Kecurigaan merebak bahwa insiden itu sengaja diciptakan pihak militer untuk menciptakan kekacauan dan membenarkan langkah represi mereka;
- Pembunuhan terhadap sepuluh orang Papua pada bulan Oktober 2003 dengan para pelaku adalah anggota pasukan TNI. Termasuk di antara mereka yang tewas adalah komandan wilayah OPM, Yustinus Murib;
- Penangkapan empat puluh dua orang Papua pada bulan November 2003 atas keterlibatan mereka dalam pengibaran bendera. Aksi pengibaran bendera itu adalah bagian dari peringatan hari kemerdekaan versi gerakan pro-kemerdekaan. Laporan media massa mengatakan bahwa tujuh diantaranya akan dibawa ke pengadilan atas tuduhan pengkhianatan.
- Penahanan berkepanjangan-setelah melalui persidangan yang tidak adil-16 aktivis politik di kota dataran tinggi Wamena, termasuk di antaranya Pendeta Obeth Komba. Obeth Komba adalah pendeta lokal yang mewakili penduduk Wamena dalam Dewan Presidium Papua.
Alasan BP merekrut TNI yang diibaratkan tameng untuk menjaga kelancaran
produksi gas yaitu BP sudah mengetahui kekuasaan yang di miliki oleh TNI. Aparat
militer bisa bertindak semena-mena di wilayah tersebut tanpa hukuman dan BP pun
mengetahui TNI berperan besar dalam proses peningkatan kekerasan di Papua Barat
dan banjir darah di Aceh yang berkelanjutan dalam upaya mempertahankan
ketertiban dan meningkatkan kebijakan pengawasan keamanan di Jakarta.
Insiden-insiden kekerasan, dengan menjadikan gerakan separatis yang mengancam
integritas teritorial republik Indonesia sebagai kambing hitam, adalah langkah
yang sengaja diciptakan guna membangun opini publik mengenai peran penting
militer sebagai penjaga keutuhan integritas nasional.
Selain itu juga BP terkait dengan OPM dan mengapa alasan BP mendanai
OPM? Yaitu secara politik jika papua merdeka atau lepas dari Indonesia,
perusahaan BP akan menawarkan bantuan terhadap papua yang tergolong sebagai
wilayah yang tertinggal di Indonesia dan Papua masih banyak memerlukan perbaikan disegala bidang. BP
menawarkan bantuan tentu saja harus ada imbalannya yaitu BP diberikan akses
untuk mengeruk kekayaan alam yang ada di Papua.
Perusahaan multinasional yang ada di Indonesia sangat banyak contohnya :
British Petroleum (BP) adalah perusahan milik Inggris ini
beroperasi memproduksi minyak terbesar di dunia. Sistem keamanan berbasis
komunitas berpijak pada prinsip pelatihan dan penggunaan orang-orang Papua
lokal untuk menjalankan keamanan. Sejauh ini sekitar 100 orang dilibatkan dalam
pelatihan untuk memberikan kesan bahwa mereka adalah bagian dari pelaksanaan
proyek. Shields, perusahaan internasional yang bergerak dalam bidang keamanan,
telah dikontrak untuk melakukan pelatihan keamanan tersebut.
Inti dari strategi keamanan BP
dalam proyek Tangguh adalah upaya mencegah situasi buruk seperti terjadi di
pertambangan Freeport. Freeport telah membayar TNI untuk menjaga
operasi-operasi pertambangan yang menyebabkan munculnya berbagai kasus pembunuhan
ekstra-judisial, penyiksaan dan penghilangan paksa. Tetapi sistem keamanan BP
sama saja dengan Freeport karena BP membayar TNI untuk menjaga operasi
proyeknya dan kasus pembunuhan dan penyiksaan masih terjadi dan menurut artikel yang di
tulis oleh S. Eben Kirksey, pembunuhan
dan kekerasan yang terjadi yaitu terdapatnya campur tangan dari BP dan TNI Indonesia.
Selanjutnya Freeport adalah perusahaan tambang terbesar di
Indonesia. PT Freeport yang berdiri di Indonesia sejak tahun 1967 dan Freeport
beroperasi menambang, memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang
mengandung tembaga, emas, dan perak. Beroperasi di daerah dataran tinggi di Kabupaten
Mimika Provinsi Papua, Indonesia. Freeport telah menggali batuan yang
mengandung tembaga sebanyak lebih dari 200.000 ton setiap harinya. Hanya karena
terjadi bencana longsor di lubang penggalian pada bulan Oktober 2003 maka
tingkat produksi untuk sementara menurun. Tetapi Freeport memiliki Cadangan 2,52
Miliar ton bijih: 0,97% Tembaga 0,83 gram/ton emas 4,13 gram/ton perak.
Kemudian Royal Dutch Shell plc adalah sebuah perusahaan
energi utama, salah satu peringkat 4 atas perusahaan swasta minyak dan gas di
dunia (bersama dengan BP,
ExxonMobil,
dan Total.
Shell juga memiliki bisnis petrokimia yang cukup besar Shell Chemicals dan sektor
energi terbaharui mengembangkan tenaga angin
dan surya. Markas besar perusahaan ini berada di Den Haag,
Belanda
dengan markas besar legal di London, Britania Raya.
SCI mulai beroperasi di Indonesia sejak tahun 1928. Bidang bisnis SCI
antara lain perdagangan dalam produk petrokimia, gas & tenaga, penjelajahan
dan produksi (E&P) dan bisnis SPBU yang sekarang beroperasi di Karawaci.
Shell mulai mengoperasikan SPBU di Indonesia sejak 1 November
2005. SPBU pertamanya terletak di Lippo
Karawaci, Tangerang.
Alasan perusahaan multinasional berproduksi di Indonesia yaitu karena
indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dan di beberapa titik indonesia
terdapat kandungan minyak, batu bara, emas, perak dan lain-lain. Kemudian karena
Royal Dutch Shell dan Caltex mundur dari
industri minyak Australia, kini perusahaan minyak raksasa asal Inggris British
Petroleum akan menghentikan produksi di kilangnya yang terletak di Pulau Bulwer
di Brisbane, Australia, pada tahun 2015. Alasan dari perusahaan ini mundur
karena banyak kilang di kawasan Asia yang kualitas ekspor ongkos produksinya
rendah.
Ini adalah kesimpulan per-paragraf dari paragraf 1-26, sebagai hasil
dari reading club:
Paragraf 1 : Sebuah pesta oleh salah satu salah satu pekerja HAM
untuk penulis, untuk menandai akhir penelitiannya di Papua.
Paragraf 2 : Alasan penulis datang ke Papua. Namun pada akhirnya penulis tertarik dengan
hal lain yang terjadi di Papua.
Paragraf 3 : Penulis baru
dapat memahami mengapa banyak orang Papua yang ingin merdeka, bukannya sebuah
reformasi.
Paragraf 4 :
Paragraf 5 : Oleh penduduk Papua, penulis dianggap sebagai sekutu
yang sangat potensial sehingga banyak diantara orang Papua yang mencarinya
untuk dijadikan sekutu. Pada akhirnya
penulis juga merasa bahwa dirinya sudah terlibat jauh serta cukup memahami apa
yang sebenarnya terjadi di Papua.
Paragraf 6 : Kembali berbicara mengenai pesta perpisahannya, dimana
penulis dapat berkenalan dengan salah satu anggota KOMNAS HAM dari Papua, yang
bernama Telys Waropen. Pada paragraf ini
pula penulis mengungkapkan beberapa hal tentang Telys Waropen.
Paragraf 7 : Penulis menuliskan lebih tentang asal-usul daerah dari
Telys Waropen, yaitu sebuah daerah yang pernah dilanda konflik yaitu Wasior.
Paragraf 8 : Menceritakan tentang pengalaman penulis ketika
meneliti di Wasior.
Paragraf 9 : Menceritakan tentang keinginan dari penulis yang ingin
mewawancarai dukun yang berada di dekat gunung.
Paragraf 10 : Kembali lagi pada pesta perpisahannya. Penulis menganggap bahwa teman barunya
tersebut (Telys Waropen), merupakan sumber yang sangat penting yang dapat
memenuhi kekosongan dalam penelitian penulis.
Paragraf 11 : Penulis berpendapat untuk menyembunyikan narasumber,
namun Waropen berpendapat sebaliknya, Waropen berpendapat bahwa “tidakkah
sebuah data akan lebih kuat jika penulis mencantumkan nama dari sumber
tersebut.
Paragraf 12 : Penulis mendapatkan saran dari teman dan
pembimbingnya untuk menjaga kerahasiaan dari sumber-sumbernya, ini dilakukan
untuk mendapatkan pengecualian dari dewan lembaga review yang ada di
universitasnya. Penulis berpendapat
bahwa melakukan penelitian di Papua telah membawanya pada kesimpulan bahwa
menjaga menjaga narasumber tetap rahasia tidak hanya untuk melindungi mereka
(narasumber) dari omong kosong birokratis, tetapi juga untuk menghapus
identitas mereka sama sekali.
Paragraf 13 : Pandangan orang terhadap koran atau majalah yang
tidak mencantumkan nama dari narasumber.
Mencantumkan nama dari narasumber untuk menghindari penulis yang nakal
(tidak etis), dan mencegah penyebaran informasi yang salah.
Paragraf 14 : Penulis menunjukkan kepada Waropen bagaimana sebuah
wawasan dari budaya kritis dan paska teori strukteral yang mungkin dapat
menyegarkan pandangan pada konflik di wilayah Papua Barat.
Paragraf 15 : Ketika perbincangan dengan Waropen memanas, penulis
memberikan alasan mengapa dia tidak menuliskan nama dari narasumbernya. Penulis berkata “ sungguh ada kasus dalam HAM
yang telah dilaporkan dimana narasumber harus dilindungi.
Paragraf 16 : Disadari oleh penulis, bahwa saat dia
berbincang-bincang dengan Waropen penulis secara tidak langsung telah
diprovokasi oleh Waropen.
Paragraf 17 : Penulis ditanya dan didorong oleh Waropen untuk
menjadi penulis yang lebih baik dan lebih autoritatif dalam memahami cultural
anthropology.
Paragraf 18 : Penulis sudah mempublikasikan beberapa artikel
mengapa papua barat. Waropen mendorong penulis untuk bertindak bukan hanya
menulis dan mempublikasikan masalah, tetapi harus melakukan perubahan untuk
mengatasi fakta-fakta yang ada.
Paragraf 19 : Saat penulis dan Denny di Wasior mereka meneliti
rumor yang menghubungkan BP dengan kekerasan yang terjadi baru-baru ini.
Penulis di paragraph ini menebak siapa saja yang terlibat dalam kekerasan yang
terjadi.
Paragraf 20 : Penulis berhasil mewawancarai Papua double-agent
“perjuang kemerdekaan” dari wawancara tersebut penulis mengetahui dan berhasil
mengaitkan rumor kekerasan yang terjadi di Wasior dengan peroyek BP. Agen ganda merasa khawatir akan keselamatan
dirinya karena mengetahui terlalu banyak rahasia kerja sama antara militer dan
BP.
Paragraf 21 : Dua minggu setelah Waropen menuntut penulis, tepatnya
akhir mei 2003 Rumbiak meminta penulis untuk bergabung dengan pertemuan di
London sehingga penulis bisa menyajikan temuan-temuannya tentang kekerasan
milisi di Wasior
Paragraf 22 : Saat di London penulis bertemu dengan Rumbiak, mereka
tersesat saat menuju pertemuan dengan BP mereka terlambat 20 menit. Saat
diperjalanan mereka menceritakan perjalanan yang telah dilakukan.
Paragraf 23 : Paragraf ini menceritakan keadaan penulis saat
dipertemuan BP dengan CFO Byron Grote dan John O’Reilly yang menjadi senior
wakil president BP untuk Indonesia
Paragraf 24 : Paragraf ini menceritakan keadaan saat diskusi,
penulis menyajikan pesan yang jelas kepada Dr. Grote dan John O’reilly.
Paragraf 25 : Dr. Grote mengatakan kekerasan tidak baik untuk
bisnis dan yang baik adalah membangun kerjasama.
Paragraf 26 : Rumbiak meminta penulis untuk mempresentasikan
temuannya di Wasior. Penulis pun mengemukakan temuannya dengan jantung
berdebar-debar.
Ini adalah kesimpulan yang kami buat per orang di reading club :
Ini
lah Kesimpulan dari paragraf 1-26 yang di ambil dari kesepakatan antar
anggota reading club adalah:
Sebelum kami merangkum, disini kami terlebih dahulu akan
menyebutkan siapa saja atau pihak mana saja yang terkait.
11.
S. Eben Kirksey sang penulis artikel.
22.
Denny
Yomaki, a human rights worker .
33.
Telys
Waropen a member of Komnas HAM, the National Human
RightsCommission.
44.
Dr. Byron Grote, the Chief Financial Officer (CFO).
55.
John O’Reillywas BP’s Senior Vice President for Indonesia.
66.
Richard Gozney British Ambassador.
77.
John Rumbiak, a Papuan human rights defender.
88.
Polisi Indonesia.
99.
Militer Indonesia.
110.
Pejuang kemerdekaan ( OPM ).
111.
Agen ganda.
112.
BP ( British Petroleum ).
113.
Pemerintah Indonesia.
114.
Pemerintah Inggris.
115.
Pemerintah Amerika Serikat.
Penulis adalah seorang mahasiswa S2 yang datang ke Papua untuk
meneliti tentang musim kering yang pernah melanda Papua. Namun, sangat disayangkan ketika penulis
datang ke Papua kemarau di sana sudah berakhir.
Penulis tidak mungkin langsung pulang ke negri asalnya dengan tangan
kosong. Bisa jadi penulis memutuskan
untuk tetap tinggal di sana, hingga akhirnya penulis menemukan sebuah fakta
yang menarik yang terjadi di Papua.
Di Papua penulis
melakukan penelitian mengenai kekerasan yang terjadi di sana. Tentu tidak mudah untuk menyelidiki hal
tersebut, tanpa bantuan dari penduduk lokal.
Selama tinggal di sana selama kurang lebih lima tahun penulis telah
mewawancarai lebih dari 350 orang.
Selama penelitian tersebut penulis menemukan beberapa hal yang
membingungkan, seperti:
·
Adanya
pihak yang disatu sisi saling bertentangan, namun disisi lain ada rumor yang
mengatakan bahwa mereka saling kerjasama.
·
Keterkaitan
antara perusahaan multi-nasional yang ada di sana dengan pihak yang bertikai.
·
Tempat
terjadinya keributan yaitu Wasior.
Meskipun pada awalnya penulis merasa bingung, namun pada akhirnya
penulis dapat mengerti keterkaitan dari semuanya itu. Penulis berpendapat bahwa melakukan
penelitian di Papua telah membawanya pada kesimpulan bahwa menjaga narasumber
tetap rahasia tidak hanya untuk melindungi mereka (narasumber) dari omong
kosong birokratis, tetapi juga untuk menghapus identitas mereka sama sekali.
Setelah selesai melakukan penelitian di Papua, tiba saatnya bagi
penulis untuk mengungkapkan hasil temuannya tersebut. Ketika penulis mengungkapkan hasil
penelitiannya tersebut, penulis berkesempatan mengenal beberapa orang penting
dari British Petroleum (BP). Dalam
kesempatan ini penulis berniat untuk membantu Papua untuk terbebas dari
Indonesia, dalam kesempatan kali ini penulis pun membantu salah satu aktivis
HAM yang mengajaknya dalam rapat tersebut, John Rumbiak, namun ternyata salah
seorang dari petinggi BP mengatakan bahwa keributan yang terjadi di sana adalah
bukan lah skenario dari BP. Namun hal tersebut bertentangan dengan pernyataan yang
diungkapkan oleh salah satu narasumber (salah seorang militer) yang diinterview
penulis.
REFERENSI
http://km.itb.ac.id/site/kasus-freeport-bagaimana-nasib-papua/
Rabu 16 april 2014
http://www.shell.co.id/id/aboutshell/who-we-are/history/country.html Rabu 16 april 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Shell_%28perusahaan%29
Rabu 16 april 2014
http://www.downtoearth-indonesia.org/theme/bp-tangguh
Senin 14 april 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic