Eben kirksey sangat beruntung. Ini dikarenakan tulisan mengenai West Papua
masih akan digarap oleh mahasiswa Bahasa Inggris IAIN Cirebon dan kemungkinan sampai
semester ini berakhirpun masih akan tetap bersahabat dengan Eben. Class review kali ini akan berbicara mengenai
dua poin besar. Poin pertama adalah
tafsir dari teks Eben yang berjudul “Don’t Use Your Data As a Pillow” per
paragraf. Ini bertujuan untuk dapat
mengambil pemahaman mengenai West Papua dan mendapat poin besar guna menulis
argumentative esai. Kedua adalah
pemetaan masalah yang ada di West Papua yang dituliskan menurut analisa penulis
class review ini.
Inilah saatnya membuka teks “Don’t Use
Your Data As a Pillow” dan membahas paragraf per paragraf. Paragraf pertama menjelaskan mengenai sebuah
pesta perpisahan yang dikelola oleh Deni Yomaki, seorang pekrja HAM untuk Eben
Kirksey. Pesta yang sederhana dan
menyediakan berbagai macam makanan khas Papua sebelum eben pulang dan memulai
menulis apa yang telah ia temukan di tanah Papua ini. Meskipun sederhana pesta ini merupakan sebuah
penghargaan kepada orang yang berjasa.
Ternyata alasan Eben pergi ke Papua
adalah bukan untuk meneliti West Papua dan conflict dengan Indonesia akan
tetapi meneliti kekeringan lah tujuan
pertamanya. Namun hujan sudah datang
ketika is sampai dan tidak ada masyarakat yang tertarik dengan obrolan masalah
kekeringan. Tahun saat Eben berada di
tanah Papua adalah tahun ketika Soeharto digulingkan oleh reformasi. Eben berpendapat bahwa mungkin kejadian
inilah yang memicu adanya inspirasi guna merdeka dan memisahkan diri dari
Indonesia seperti di Aceh, West Papua, dan Timor leste. Inilah yang dibahas pada paragraf dua.
Paragraf tiga mulai membahas tentang
kesadaran Eben yang mulai terbangun.
Eben menuliskan sebuah realita di Papua bahwa Papua tidak pernah
menginginkan reformasi akan tetapi merdekan lah yang mereka inginkan. Ini tercermin dari berbagai kejadian
mengenaskan yang di alami rakyat Papua.
Terdapat sebuah pembantaian massal oleh tentara Indonesia, seperti
menembak kepala pelajar dan ribuan yang lainnya pun dibantai dan ditenggelamkan
di laut. Sekitar 50.000 pasukan tentara
Indonesia berada di Papua. Satu tentara
untuk 24 orang Papua.
Paragraf empat menceritakan kunjungan
kedua dari Eben. Kunjungan kali ini
memiliki kisah yang berbeda dan informasi berbeda ditemukan oleh Eben. Informasi mengenai penyiksaan sudah tidaklah
aneh lagi. Namun ada satu hal yang
membuat Eben terkaget, yaitu adanya “dracula”.
Dracula yang dimaksudkan adalah tentara Indonesiaa yang secara rahasia
bahkan terang-terangan mendukung kemerdekaan Papua.
Pandangan orang Papua pada Eben adalah
dengan menganggapnya sebagai seorang sekutu.
Bahkan terdapat seorang aktivis HAM yang mendorongnya untuk membantu kebebasaan
Papua sehingga Papua mendapatkan kemerdekaannya. Ebenpun sadar dan mulai berfikir bagaimana
penelitiannya bermanfaat bagi Papua itu sendiri, yaitu dengan dapat membebaskan
Papua. Dengan kata lain rakyat Papua
berharap kepada penelitian Eben guna menggenggam kemerdekaan. Inilah kisah pada paragraf kelima
Kembali lagi kepada peristiwa pesta
perpisahan sebelumnya bahwa dalam pesta itu Denny mendoakan Eben, itulah inti
dari paragraf keenam ini. Doa tersebut
menyangkut kesehatan Eben dan doa agar Eben diberikan perlindungan dalam
perjalanan pulangnya. Percakapan dan
candaan dimulai oleh mereka berdua dalam pesta, tepatnya di sebuag ruang tamu
atau keluarga. Pada saat itulah Eben
bertemu dengan orang Komnas HAM yang bernama Waropen. Kemudian pada paragraf selanjutnya atau
ketujuh, sedikit tentang Waropen dituliskan.
Salah satunya yang menyebutkan Wasior sebagai asal dari Waropen
ini. Namun yang menjadi inti dari paragraf
ketujuh adalah beberapa minggu sebelum pesta di Wasior ini Eben dan Denny
berusaha menginvestigasi isu-isu tentang adanya tentara Indonesia yang
mendukung tentara Papau (mendukung kemerdekaan Papua).
Paragraf kedelapan menjelaskan betapa
sulitnya Eben dan Denny meneliti. Ini
dikarenakan peneliti asing seperti Eben selalu diawasi oleh pemerintah. Namun keadaan ini tidak menyurutkan niat Eben
untuk meneliti. Oleh karena itu ia
meneliti dan menginterview penduduk ketika malam datang atau bahkan pada tengah
malam. Karena pengawasan yang dilakukan
oleh pemerintah inilah yang membuat Eben dan Denny juga tidak mau ambil resiko
guna menemui seorang dukun di Wasior.
Informasi tentang dukun merupakan isi dari paragraf selanjutnya. Paragraf kesembilan itu menceritakan
ketertarikan eben kepada seorang dukun sihir yang dikatakan banyak orang telah
menyebabkan gempa bumi di pulau Jawa dan menjatuhkan pesawat tentara Indonesia.
Waropen mungkin dapat dikatakan sebagai
sebuah bumbu utama dalam penelitian Eben, khususnya mengenai perdukunan
itu. Ini dikarenakan skripsi dari
Waropen meneliti tentang perdukunan.
Jadi tidak perlu membuang energy dengan resiko yang besar meneliti dan
menginterview dukun, Karena ada Waropen yang dapat ditanya secara langsung oleh
Eben. Namun pada paragraf selanjutnya
menyebutkan bahwa tidaklah mudah mendapatkan informasi dari seorang
Waropen. Waropen bersikukuh untuk Eben
menuliskan namanya sebagai sumber dari penelitiannya. Sebagaimana apa yang menjadi komitmen dair
Eben mengenai narasumber sebuah penelitian, nama dari sumber tidak boleh
dicantumkan. Hal ini tidaklah bukan guna
melindungi keselamatan sumber. Akan
tetapi berbeda denagn Waropen yang menuntut Eben menuliskan namanya dala
penelitiannya.
Pada paragaraf ke-14 dan 15 ucapan
Waropen bagaikan sebuah sabetan pedang, begitu tajam namun dapat menyadarkan
Eben akan pentingnya peran dia di mata Waropen.
Waropen berkata bahwa jangan gunakan data-data yang Eben dapatkan hanya
untuk pelengkap belaka dan jangan gunakan data-data yang telah Eben dapatkan
hanya untuk sisi keprofesionalannya belaka.
Ini karena Papua butuh sosok seperti Eben yang dapat membantu Papua
meraih kemerdekaan melalui sebuah tulisan-tulisan. Pada akhirnya Eben pun menuruti perkataan
dari Waropem tersebut dan mulai menulis jurnal-jurnal juga artikel-artikel koran
mengenai konflik West Papua dan West Papua itu sendiri.
Paragraf ke-19 kembali menceritakan
betapa akrabnya Eben dan Denny Yomaki.
Keduanya berspekulasi bahwa sebuah perusahaan yang bernama British
Petroleum memiliki pengaruh terhadap konflik yang terjadi di West Papua. Selain itu Eben pula berspekulasi bahwa ada
tentara Indonesia yang mendukung tentaraa Papua dalam mendapatkan
kemerdakaan. Semuanya berhubungan,
dimulai dari kedua kelompok tentara tersebut dan perusahaan BP.
Pada paragraf selanjutnya Eben
mendapatkan kesempatan emas untuk menggali informasi lebih dalam. Ternyata memang benar ada tentara Indonesia
yang berbelot dan mendukung Papua merdeka.
Ini sangat dikuatkan dengan pengakuan langsung dari salah seorang
tentara Papua yang telah membunuh polisi Indonesia, tentara ini menyebutkan
bahwa aksi tersebut pula didukung oleh tentara Indonesia yang berbelot
tersebut. Dengan adanya interview ini
Eben sangat yakin akan adanya sebuah relasi rahasia antara BP dengan konflik di
Papua, khususnya di Wasior.
Dua minggu setelah adu argument dengan
Waropen mengenai penamaan sumber penelitian, Eben mendapatkan sebuah kesempatan
emas lagi. Eben bertemu dengan Rumbiak
dan mengajak Eben untuk bersamnya menuju England guna menemui Dr.Grote, kepala
keuangan BP. Maksud dari Rumbiak ini
adalah bukti lain bahwa rakyat Papua sungguh melihat Eben sebagai sekutu. Rumbiak berharap dengan ikutnya Eben, Eben
dapat menceritakan penemuan-penemuannya di Papua. Akhirnya kedua orang utusan
Papua ini dapat bertemu dengan Dr.Grote.
Terdapat satu pesan yang dapat Eben dapatkan. Secara yakin Eben berpendapat bahwa BP
membayar tentara Papua dan tentara Indonesia yang berbelot guna menciptakan
konflik. Konflik ini bertujuan agar
bisnis mereka tidak terganggu oleh perusahaan-perusahaan lain.
Sebagaimana diketahui oleh banyak orang
termasuk masyarakat dunia bahwa Indonesia merdeka pada 17 agustus 1945. Setelah dianalisa oleh grup kami, ternyata
terdapat hubungan dengan konflik Papua, mungkin itulah awal atau dasar dari
adanya konflik Papua. Kemerdekaan Indonesia
didapat dari tangan Jepang atau pada saat Jepang menjajah. Namun perlu diketahui bahwa tanah Papua masih
berada dalam genggaman Belanda ketika itu.
Papua adalah tanah kaya yang jika digali selama 100 tahun pun tidak akan
habis sumberdaya alam di dalamnya, oleh karena itu Belanda cemas dengan
kehadiran Jepang di Indonesia yang bisa kapan saja melakukan perebutan terhadap
tanah Papua. Dengan senjata yang lebih
lengkap dan canggih Jepang akan lebih kuat dari Indonesia. Akhirnya Belanda memakai cara licik untuk
menusir Jepang dari tanah Indonesia, yaitu dengan cara membantu Indonesia
merdeka. Kesempatan Indonesia
mendapatkan Papua lebih kecil ketimbang Jepang, karena senjata yang tidak
memadai. Dengan merdekanya Indonesia
dari Jepang, maka Belanda pun dapat tersenyum karena Papua akan tetap dalam
genggaman.
Dibalik kebahagiaan Indonesia dalam
menyambut kemerdekaan ada satu pihak yang merasa tersakiti. Papua merasa dikucilkan, merasa dianaktirikan
oleh ibu pertiwi. Ini dikarenakan
Indonesia menggelar kemerdekaan tanpa Papua, mengapa tidak merebut papua baru
kemudian merdeka? Pertanyaan yang normal
muncul dibenak masyarakat Papua. Kecemburuan
inilah yang mendasari adanya gerakan Papua merdeka. Lalu berdirilah OPM pada 28 Juli 1967,
meskipun sebenarnya pada 1 Mei 1963 Papua sudah bagian dari Indonesia, sakit
hati tersebut masih melekat dalam.
Pada akhirnya Belanda harus merelakan
Papua kembali pada pangkuan ibu pertiwi pada 1 Mei 1963. Amerika ada di balik itu semua, Amerika
membujuk atau dapat dikatakan memaksa Belanda untuk melepaskan Papua. Layaknya Belanda yang menolong Indonesia saat
kemerdekaan, Amerika pun memiliki rencana rahasia di balik bujukan juga paksaan
kepada Belanda tersebut. Pada tahun
1967, berdiri lah Freeport Indonesia di tanah Papua yang merupakan perusahaan
Amerika. Dengan keluarnya Belanda maka
saatnya Amerika yang mendominasi. Itu bukti
bahwa pihak asinglah yang memperkeruh suasana.
Analisa di atas didukung oleh keterangan
Eben Kirksey. Eben menuliskan bahwa
perusahaan-perusahaan besar di Papualah yang membayar tentara-tentara Papua
juga Indonesia untuk menciptakan konflik, seperti membunuh polisi Indonensia
atau sebagainya. Perusahaan seperti
British Petroleum melakukan itu. Tujuannya
adalah untuk menjaga bisnis mereka tetap berjalan dan untung. Analisa kelompok kami menyebuutkan bahwa
dengan banyaknya konflik di Papua akan menurunkan minat perusahaan asing
berbisnis di Papua, Karena segi keamanan tersebut. Jiak ada empat perusahaan besar, maka cukup
empat. Hasil dan untung akan lebih
sedikit ketika perusahaan banyak yang berdatangan, itulah alasan perusahaan
membayar tentara Papua dan Indonesia.
Selain itu pihak asinglah yang
memanaskan hubungan antara Indonesia dan Papua.
Merekalah yang mengadudomba, ini dilakukan agar Papua merdeka. Pertanyaannya adalah, siapa yang akan
memimpin Papua jika merdeka? Orang Papua?
Jawabannya adalah bukan, pihak asinglah yang akan memimpin. Ini menjadi bukti bahwa pihak asing yang
selalu membuat kekeruhan dan ini membangunkan kesadaran kita bahwa bagaimanapun
Papua haruslah Indonesia, karena ini semua hanya akal-akalan pihak asing
belaka. Dengan merdekanya Papua maka
pajak untuk Indonesia yang harus dibayarkan oleh perusahaan asing di Paua pun
akan hilang. Papua sebenarnya kau adalah
anak kesayangan Ibu pertiwi, namun semua serba sulit dengan adanya orang-orang
asing tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic