We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Jumat, 18 April 2014

Class Review 9: Papua, Sebenarnya Kau Adalah Anak Kesayangan Ibu Pertiwi

Eben kirksey sangat beruntung.  Ini dikarenakan tulisan mengenai West Papua masih akan digarap oleh mahasiswa Bahasa Inggris IAIN Cirebon dan kemungkinan sampai semester ini berakhirpun masih akan tetap bersahabat dengan Eben.  Class review kali ini akan berbicara mengenai dua poin besar.  Poin pertama adalah tafsir dari teks Eben yang berjudul “Don’t Use Your Data As a Pillow” per paragraf.  Ini bertujuan untuk dapat mengambil pemahaman mengenai West Papua dan mendapat poin besar guna menulis argumentative esai.  Kedua adalah pemetaan masalah yang ada di West Papua yang dituliskan menurut analisa penulis class review ini.
Inilah saatnya membuka teks “Don’t Use Your Data As a Pillow” dan membahas paragraf per paragraf.  Paragraf pertama menjelaskan mengenai sebuah pesta perpisahan yang dikelola oleh Deni Yomaki, seorang pekrja HAM untuk Eben Kirksey.  Pesta yang sederhana dan menyediakan berbagai macam makanan khas Papua sebelum eben pulang dan memulai menulis apa yang telah ia temukan di tanah Papua ini.  Meskipun sederhana pesta ini merupakan sebuah penghargaan kepada orang yang berjasa.
Ternyata alasan Eben pergi ke Papua adalah bukan untuk meneliti West Papua dan conflict dengan Indonesia akan tetapi meneliti kekeringan  lah tujuan pertamanya.  Namun hujan sudah datang ketika is sampai dan tidak ada masyarakat yang tertarik dengan obrolan masalah kekeringan.  Tahun saat Eben berada di tanah Papua adalah tahun ketika Soeharto digulingkan oleh reformasi.  Eben berpendapat bahwa mungkin kejadian inilah yang memicu adanya inspirasi guna merdeka dan memisahkan diri dari Indonesia seperti di Aceh, West Papua, dan Timor leste.  Inilah yang dibahas pada paragraf dua.
Paragraf tiga mulai membahas tentang kesadaran Eben yang mulai terbangun.  Eben menuliskan sebuah realita di Papua bahwa Papua tidak pernah menginginkan reformasi akan tetapi merdekan lah yang mereka inginkan.  Ini tercermin dari berbagai kejadian mengenaskan yang di alami rakyat Papua.  Terdapat sebuah pembantaian massal oleh tentara Indonesia, seperti menembak kepala pelajar dan ribuan yang lainnya pun dibantai dan ditenggelamkan di laut.  Sekitar 50.000 pasukan tentara Indonesia berada di Papua.  Satu tentara untuk 24 orang Papua.
Paragraf empat menceritakan kunjungan kedua dari Eben.  Kunjungan kali ini memiliki kisah yang berbeda dan informasi berbeda ditemukan oleh Eben.  Informasi mengenai penyiksaan sudah tidaklah aneh lagi.  Namun ada satu hal yang membuat Eben terkaget, yaitu adanya “dracula”.  Dracula yang dimaksudkan adalah tentara Indonesiaa yang secara rahasia bahkan terang-terangan mendukung kemerdekaan Papua.
Pandangan orang Papua pada Eben adalah dengan menganggapnya sebagai seorang sekutu.  Bahkan terdapat seorang aktivis HAM yang mendorongnya untuk membantu kebebasaan Papua sehingga Papua mendapatkan kemerdekaannya.  Ebenpun sadar dan mulai berfikir bagaimana penelitiannya bermanfaat bagi Papua itu sendiri, yaitu dengan dapat membebaskan Papua.  Dengan kata lain rakyat Papua berharap kepada penelitian Eben guna menggenggam kemerdekaan.  Inilah kisah pada paragraf kelima
Kembali lagi kepada peristiwa pesta perpisahan sebelumnya bahwa dalam pesta itu Denny mendoakan Eben, itulah inti dari paragraf keenam ini.  Doa tersebut menyangkut kesehatan Eben dan doa agar Eben diberikan perlindungan dalam perjalanan pulangnya.  Percakapan dan candaan dimulai oleh mereka berdua dalam pesta, tepatnya di sebuag ruang tamu atau keluarga.  Pada saat itulah Eben bertemu dengan orang Komnas HAM yang bernama Waropen.  Kemudian pada paragraf selanjutnya atau ketujuh, sedikit tentang Waropen dituliskan.  Salah satunya yang menyebutkan Wasior sebagai asal dari Waropen ini.  Namun yang menjadi inti dari paragraf ketujuh adalah beberapa minggu sebelum pesta di Wasior ini Eben dan Denny berusaha menginvestigasi isu-isu tentang adanya tentara Indonesia yang mendukung tentara Papau (mendukung kemerdekaan Papua).
Paragraf kedelapan menjelaskan betapa sulitnya Eben dan Denny meneliti.  Ini dikarenakan peneliti asing seperti Eben selalu diawasi oleh pemerintah.  Namun keadaan ini tidak menyurutkan niat Eben untuk meneliti.  Oleh karena itu ia meneliti dan menginterview penduduk ketika malam datang atau bahkan pada tengah malam.  Karena pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah inilah yang membuat Eben dan Denny juga tidak mau ambil resiko guna menemui seorang dukun di Wasior.  Informasi tentang dukun merupakan isi dari paragraf selanjutnya.  Paragraf kesembilan itu menceritakan ketertarikan eben kepada seorang dukun sihir yang dikatakan banyak orang telah menyebabkan gempa bumi di pulau Jawa dan menjatuhkan pesawat tentara Indonesia.
Waropen mungkin dapat dikatakan sebagai sebuah bumbu utama dalam penelitian Eben, khususnya mengenai perdukunan itu.  Ini dikarenakan skripsi dari Waropen meneliti tentang perdukunan.  Jadi tidak perlu membuang energy dengan resiko yang besar meneliti dan menginterview dukun, Karena ada Waropen yang dapat ditanya secara langsung oleh Eben.  Namun pada paragraf selanjutnya menyebutkan bahwa tidaklah mudah mendapatkan informasi dari seorang Waropen.  Waropen bersikukuh untuk Eben menuliskan namanya sebagai sumber dari penelitiannya.  Sebagaimana apa yang menjadi komitmen dair Eben mengenai narasumber sebuah penelitian, nama dari sumber tidak boleh dicantumkan.  Hal ini tidaklah bukan guna melindungi keselamatan sumber.  Akan tetapi berbeda denagn Waropen yang menuntut Eben menuliskan namanya dala penelitiannya.
Pada paragaraf ke-14 dan 15 ucapan Waropen bagaikan sebuah sabetan pedang, begitu tajam namun dapat menyadarkan Eben akan pentingnya peran dia di mata Waropen.  Waropen berkata bahwa jangan gunakan data-data yang Eben dapatkan hanya untuk pelengkap belaka dan jangan gunakan data-data yang telah Eben dapatkan hanya untuk sisi keprofesionalannya belaka.  Ini karena Papua butuh sosok seperti Eben yang dapat membantu Papua meraih kemerdekaan melalui sebuah tulisan-tulisan.  Pada akhirnya Eben pun menuruti perkataan dari Waropem tersebut dan mulai menulis jurnal-jurnal juga artikel-artikel koran mengenai konflik West Papua dan West Papua itu sendiri. 
Paragraf ke-19 kembali menceritakan betapa akrabnya Eben dan Denny Yomaki.  Keduanya berspekulasi bahwa sebuah perusahaan yang bernama British Petroleum memiliki pengaruh terhadap konflik yang terjadi di West Papua.  Selain itu Eben pula berspekulasi bahwa ada tentara Indonesia yang mendukung tentaraa Papua dalam mendapatkan kemerdakaan.  Semuanya berhubungan, dimulai dari kedua kelompok tentara tersebut dan perusahaan BP.
Pada paragraf selanjutnya Eben mendapatkan kesempatan emas untuk menggali informasi lebih dalam.  Ternyata memang benar ada tentara Indonesia yang berbelot dan mendukung Papua merdeka.  Ini sangat dikuatkan dengan pengakuan langsung dari salah seorang tentara Papua yang telah membunuh polisi Indonesia, tentara ini menyebutkan bahwa aksi tersebut pula didukung oleh tentara Indonesia yang berbelot tersebut.  Dengan adanya interview ini Eben sangat yakin akan adanya sebuah relasi rahasia antara BP dengan konflik di Papua, khususnya di Wasior.
Dua minggu setelah adu argument dengan Waropen mengenai penamaan sumber penelitian, Eben mendapatkan sebuah kesempatan emas lagi.  Eben bertemu dengan Rumbiak dan mengajak Eben untuk bersamnya menuju England guna menemui Dr.Grote, kepala keuangan BP.  Maksud dari Rumbiak ini adalah bukti lain bahwa rakyat Papua sungguh melihat Eben sebagai sekutu.  Rumbiak berharap dengan ikutnya Eben, Eben dapat menceritakan penemuan-penemuannya di Papua. Akhirnya kedua orang utusan Papua ini dapat bertemu dengan Dr.Grote.  Terdapat satu pesan yang dapat Eben dapatkan.  Secara yakin Eben berpendapat bahwa BP membayar tentara Papua dan tentara Indonesia yang berbelot guna menciptakan konflik.  Konflik ini bertujuan agar bisnis mereka tidak terganggu oleh perusahaan-perusahaan lain.
Sebagaimana diketahui oleh banyak orang termasuk masyarakat dunia bahwa Indonesia merdeka pada 17 agustus 1945.  Setelah dianalisa oleh grup kami, ternyata terdapat hubungan dengan konflik Papua, mungkin itulah awal atau dasar dari adanya konflik Papua.  Kemerdekaan Indonesia didapat dari tangan Jepang atau pada saat Jepang menjajah.  Namun perlu diketahui bahwa tanah Papua masih berada dalam genggaman Belanda ketika itu.  Papua adalah tanah kaya yang jika digali selama 100 tahun pun tidak akan habis sumberdaya alam di dalamnya, oleh karena itu Belanda cemas dengan kehadiran Jepang di Indonesia yang bisa kapan saja melakukan perebutan terhadap tanah Papua.  Dengan senjata yang lebih lengkap dan canggih Jepang akan lebih kuat dari Indonesia.  Akhirnya Belanda memakai cara licik untuk menusir Jepang dari tanah Indonesia, yaitu dengan cara membantu Indonesia merdeka.  Kesempatan Indonesia mendapatkan Papua lebih kecil ketimbang Jepang, karena senjata yang tidak memadai.  Dengan merdekanya Indonesia dari Jepang, maka Belanda pun dapat tersenyum karena Papua akan tetap dalam genggaman.
Dibalik kebahagiaan Indonesia dalam menyambut kemerdekaan ada satu pihak yang merasa tersakiti.  Papua merasa dikucilkan, merasa dianaktirikan oleh ibu pertiwi.  Ini dikarenakan Indonesia menggelar kemerdekaan tanpa Papua, mengapa tidak merebut papua baru kemudian merdeka?  Pertanyaan yang normal muncul dibenak masyarakat Papua.  Kecemburuan inilah yang mendasari adanya gerakan Papua merdeka.  Lalu berdirilah OPM pada 28 Juli 1967, meskipun sebenarnya pada 1 Mei 1963 Papua sudah bagian dari Indonesia, sakit hati tersebut masih melekat dalam.
Pada akhirnya Belanda harus merelakan Papua kembali pada pangkuan ibu pertiwi pada 1 Mei 1963.  Amerika ada di balik itu semua, Amerika membujuk atau dapat dikatakan memaksa Belanda untuk melepaskan Papua.  Layaknya Belanda yang menolong Indonesia saat kemerdekaan, Amerika pun memiliki rencana rahasia di balik bujukan juga paksaan kepada Belanda tersebut.  Pada tahun 1967, berdiri lah Freeport Indonesia di tanah Papua yang merupakan perusahaan Amerika.  Dengan keluarnya Belanda maka saatnya Amerika yang mendominasi.  Itu bukti bahwa pihak asinglah yang memperkeruh suasana.
Analisa di atas didukung oleh keterangan Eben Kirksey.  Eben menuliskan bahwa perusahaan-perusahaan besar di Papualah yang membayar tentara-tentara Papua juga Indonesia untuk menciptakan konflik, seperti membunuh polisi Indonensia atau sebagainya.  Perusahaan seperti British Petroleum melakukan itu.  Tujuannya adalah untuk menjaga bisnis mereka tetap berjalan dan untung.  Analisa kelompok kami menyebuutkan bahwa dengan banyaknya konflik di Papua akan menurunkan minat perusahaan asing berbisnis di Papua, Karena segi keamanan tersebut.  Jiak ada empat perusahaan besar, maka cukup empat.  Hasil dan untung akan lebih sedikit ketika perusahaan banyak yang berdatangan, itulah alasan perusahaan membayar tentara Papua dan Indonesia.
Selain itu pihak asinglah yang memanaskan hubungan antara Indonesia dan Papua.  Merekalah yang mengadudomba, ini dilakukan agar Papua merdeka.  Pertanyaannya adalah, siapa yang akan memimpin Papua jika merdeka? Orang Papua?  Jawabannya adalah bukan, pihak asinglah yang akan memimpin.  Ini menjadi bukti bahwa pihak asing yang selalu membuat kekeruhan dan ini membangunkan kesadaran kita bahwa bagaimanapun Papua haruslah Indonesia, karena ini semua hanya akal-akalan pihak asing belaka.  Dengan merdekanya Papua maka pajak untuk Indonesia yang harus dibayarkan oleh perusahaan asing di Paua pun akan hilang.  Papua sebenarnya kau adalah anak kesayangan Ibu pertiwi, namun semua serba sulit dengan adanya orang-orang asing tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic