We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Jumat, 18 April 2014

CLASS REVIEW 9



Konflik di Bumi Cendrawasih
Pagi ini terasa sangat sejuk, bahkan cenderung dingin. Angin berhembus damai, membuat pagi semakin dingin. Kumandang Adzan Subuh mengiringi goresan tinta pertama saya pada class review kali ini. Nomor-nomor yang mengikuti kata “class review” semakin bertambah, dari angka satu dan kini sudah sangat jauh ke angka sembilan. Ya, ini adalah class review ke sembilan. Ada informasi yang mengejutkan pada class review ke Sembilan ini. Informasi mengejutkan yang terjadi di Bumi Cendrawasih, Papua.

            Setelah pada pertemuan sebelumnya saya diminta membaca 26 paragraf pada artikel yang berjudul “Don’t Use your Data as a Pillow”, kini saatnya untuk membahas isi dari artikel tersebut. S. Eben Kirksey, penulis dari artikel ini mengalami pengalaman yang sangat menarik dan menantang untuknya, berawal hanya untuk meneliti El Nino yang terjadi di Papua ia berubah haluan untuk menelisik lebih jauh tentang pencentus kekerasan yang terjadi di Papua.
            Awalnya, Eben pergi ke Papua untuk meneliti kekeringan yang terjadi disana. Sayangnya, sesampainya Eben di Papua kekeringan sudah tidak lagi terjadi. Air surge turun dengan deras, membuat tak ada satupun orang yang bisa diwawancarai. Eben menjadi sungkan untuk meneliti kekeringan lagi.
            Eben menemukan hal yang lebih menarik yaitu ia melihat rakyat Papua yang ingin berpisah dari Indonesia. Latar belakangnya adalah banyaknya pembunuhan anggota oposisi oleh militer Indonesia. Salah satu kekejaman yang dilakukan militer Indonesia adalah menembak mati orang-orang oposisi dan menenggelamkannya ke laut.
Eben dipercaya oleh masyarakat Papua untuk bekerja sama, karena mereka menganggap bahwa Eben memiliki keahlian untuk membantu mereka menyelidiki tentang terror kekerasan yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia. Eben pun berharap bahwa penelitiannya itu dapat membantu Rakyat Papua untuk memeluk kemerdekaannya.
            Kerusuhan yang terjadi di Papua, khususnya di Wasior sudah memakan banyak korban. Korban-korban ini kebanyakan para milisi Papua yang pada saat itu hidupnya merasa sangat terancam. Eben dan kawannya, Denny sempat pergi ke Wasior untuk mencari tahu tentang adanya militer Indonesia yang diam-diam mendukung gerakan Papua merdeka. Mereka juga berniat untuk mewawancarai dukun di Wasior yang disebut sebut terlibat atas jatuhnya pesawat yang membawa pasukan militer Indonesia.
            Niat untuk mewawancarai dukun diurungkan, Eben lebih memilh untuk mewawancarai teman Denny yang bernama Telys Waropen seorang pakar HAM yang tinggal di Wasior dan tahu banyak tentang dukun yang ada disana. Sepertinya Eben sudah tidak tertarik akan penelitiannya tentang dukun itu. Eben berkali-kali merubah penelitiannya. Penelitian terakhir yang sudah ia yakini yaitu ia ingin meneliti tentang keterlibatan British Petroleum dalam kekerasan yang terjadi di Wasior, Papua.
            Saat Eben dan Denny meneliti hubungan antara British Petroleum dengan kerusuhan yang terjadi di Papua, British Petroleum membersihkan citra dirinya dengan mengubah nama menjadi Beyond Petroleum dengan menghabiakan uang 100 juta Euro. Setelah namanya berhasil dibersihkan, BP mulai mengeksploitasi lahan minyak dan gas di Papua yang diperkirakan memiliki keuntungan sebesar 198 milyar Dolar Amerika. Informasi ini tertulis pada keseluruhan paragraph 19.
Kabarnya, agen militer Indonesia memprovokasi kekerasan dalam upaya konvensional untuk menguntungkan "perlindungan" kontrak BP. Ternyata, BP memiliki strategi dalam bisnisnya yaitu community based security. BP juga merupakan mengucur dana untuk OPM dan militer double agent. Militer double agent ini merupakan para militer yang berkhianat pada bangsa Indonesia demi merauk sejumlah uang yang dijanjikan oleh BP.
 

Jadi sebenarnya, BP memanfatkan konflik antara OPM dan aparat keamanan Indonesia yang sudah terjadi sebelumnya yang dilatarbelakangi ingin merdekanya Papua. Pihak BP memanfaatkan situasi itu untuk membuat Papua tetap seperti itu sehingga perusahaan-perusahaan lain tidak berani untuk mendirikan perusahaannya di Papua. BP memberikan suntikan dana kepada OPM. Lebih mengejutkan lagi, ada beberapa oknum militer Indonesia yang mendukung OPM tetapi tetap berwajah manis bagi Indonesia dan mereka mendapat sejumlah uang dari pihak BP. Karena OPM dan militer Indonesia sudah bergabung maka polisi sangat terpojokkan dan meminta lagi kontrak perlindungan dari BP. Jadi BP tidak perlu khawatir akan ada pesaing bisnisnya akan datang ke Papua dan jalan ini mereka lakukan dengan tangan bersih sedangkan OPM, militer, dan polisi lah yang harus berdarah-darah.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic