We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Senin, 21 April 2014

[masih] di Papua Barat

Class review 09

            Selasa, 08 April 2014 tepatnya dimana kita melakukan classroom discourse pada pelajaran writing 4 masih bersama Mr. Lala Bumela.  Pada pertemuan sekarang ini, tepatnya pertemuan kesepuluh, kita masih bergelut dengan wacana penelitian S. Eben Kirksey yang berjudul  “Don’t Use your Data As a Pillow”.  Masih bekerja sama bersama kelompoknya masing-masing.  Berhubung kerja kelompok kita masih belum mencapai target, sekarang kita melanjutkan pembahasan dari mulai paragraph pertama sampai paragraph 26.
            Dari setiap paragraph disini saya hanya akan mengambil kesimpulan dari tip-tiap paragraph.  Untuk paragraph yang pertama : pada paragraph pertama ini, bias ddilihat dari kalimat pertama yaitu menjelaskan tentang pesta kecil, namun di papua bias jadi pesta itu adalah sebuah pesta besar dan mewah, karena kemungkinan orang-orang papua jarang mengadakan pesta.  Pesta tersebut berlangsung atau dijadwalkan beberapa hari sebelum Eben Kirksey mengakhiri kerja lapangannya, bias dikatakan sebagai pesta duka untuk Eben karena akan pergi.  Pesta tersebut diatur oleh Denny Yomaki, pekerja HAM dan terjadi pada bulan Mei 2003.
            Pada paragraph kedua, disini pada kesimpulannya menjelaskan bahwa pada tahun 1998, Eben pertama kalinya datang ke Papua Barat.  Itu dimaksudkan untuk melakukan penellitianbn tesis sarjana di New College Florida.  Pada awwalnya Eben akan mempelajari kekeringan El Nino, namun saat Eben dating karena hujan turun.  Itu mengakibatkan Eben mengurungkan niatnya berbicara tentang kekeringan.  Pada saat itu Papua Barat secara resmi dikenal sebagai Irian Jaya.  Subyek pada hari itu tentang kebebasan (merdeka).  Suharto, penguasa lama Indonesia baru saja digulingkan oleh gerakan reformasi.  Pada saat itu merdeka adalah gerakan inspirasi untuk kemerdekaan dari Indonesia di Aceh, Papua barat, dan Timor timur, itulah seruan dari nasionalis Indonesia dalam perjuangan mereka untuk bebas dari kolonialisme Belanda.
            Paragraph ketiga dan keempat: disini keinginan orang papua mengambil jalan kemerdekaan bukan reformasi.  Mungkin agar tidak ada lagi pembantaian militer Indonesia.  Banyak cerita-cerita yang mngejutkan, seperti cerita tentang penyiksaan, tentang peran pemerintah AS dalam mendukung pendudukan militer, dan sekitar kainginan untuk merdeka.  Kolaborasi merupakan strategi utama dari gerakan politik adat di papua barat dari pada resistensi, seperti perusahaan multi nasional dan koperasi militer rahasia Indonesia yang memberikan dukungan kepada aktivis kemerdekaan papua.
            Paragraph kelima, aktivis HAM mendorong Eben untuk meneliti kampanye terror oleh pasukan keamanan Indonesia, dan Eben berfikir bias membantu orang papua terbebas dari terror dalam rezim dengan mempelajari dimensi kekerasan.  Pada saat pesta kepergian Eben, ternyata ditentang oleh orang papua.  Maksudnya mereka tidak merelakannya pergi.
            Paragraph keenam; disini menceritakan suasana dipesta kepergian Eben bersama orang papua dirumah Denny.  Mereka menikmati makanan dan sambil bersantai, serta saling bertukar lelucon di logat papua bahasa kreol regional.  Pada pesta itu Denny selaku tuan rumah mengundang Telys Waropen, seorang anggota komnas HAM, seorang penghasut muda diakhir 20an.
             Paragraph ketujuh: berbicara tentang Wasior dimana tempat polisi Indonesia baru-baru ini melakukan serangan berkelanjutan pada dugaan separatis papua yang bernama “Operasi penyisiran dan pemusnahan”.  Waropen adalah berasal dari wasior.  Eben dan Denny telah mngunjungi wasior , menyelidiki rumor bahwa agen-agen militer Indonesia diam-diam mendukung milisi papua.
            Paragrap lkedelapan, masih tentang penelitian diwasior yang berlangsung dibawah pengawasan intens.  Denny dan Eben menghubungi narasumber, yaitu orang-orang yang sudah mengetahui resikonya yang kemungkinan terlihat peneliti asing untuk mewawancarai kisah mereka.
            Paragraph kesembilan, rencana untuk mewawancarai dukun terkenal di pegunungan terdekat yang menklaim bertanggung jawab untuk menyebabkan gempa bumi dipulau sentral Indonesia Jawa dan untuk meneggak sebuah pesawat yang membawa petinggi militer Indonesia.  Itu termasuk agenda penelitian ambisius Eben dan Denny, namun gagal karena tidak menghubungi dukun.
            Paragraph kesepuluh, dipesta Eben mengetahui dan belajar bahwa Telys Waropen telah mempelajari dukun wasior untuk tesis sarjana di universitas local.  Dengan begitu Eben bisa belajar tentang dukun tersebut untuk memenuhu penelitiannya, dan waropen adalah sebagai sumber penting untuk Eben.
Paragraph kesebelas,  Eben mewawancarai Waropen, dan menjelaskan bahwa Eben akan tetap membuat anonim sumber wawancaranya seperti sumber sebelumnya. Waropen mundur dan menanyakan jenis penelitian dan identitas sumber penting yang ada dalam data Eben dan Waropen menyarankan agar mengutip sumber-sumber yang terkait agar data menjadi lebih kuat. Eben mengatakan pada saat ia akan pergi ke pesta ia telah mewawancarai lebih dari 350 narasumber, dengan politisi papua, korban kekerasan, tahanan politik, pejuang gerilya, aktifis HAM, dan pemimpinnya, bahwa semua sumber wawanmcara ini telah di anonim.
Paragraph ke duabelas,  Saran dari rekan-rekan dan mentor Eben bahwa ia harus tetap membuat sumber-sumbernya anonim (tanpa nama), terkecuali apabila Universitasnya meminta untuk memunculkan sumber penting tersebut. Setelah melakukan penelitian di Papua Barat Eben mengambil kesimpulan, bahwa menjaga sumber anonim bukan hanya sebuah sarana untuk menghindari birokrasi. Dengan menjaga identitas sumber-sumber saya yang telah di anonim, jelas saja orang papua seperti Waropen ingin mencantumkan identitasnya sebagai sumber dari penelitian Eben, karena ia ingin diakui sebagai orang intelektual dan terkenal. Ini membuat Eben mempertimbangkannya karena ini menyangkut dengan profesionalitas, hukum dan kewajibannya dalam pembuatan tesis ini.

paragraf ketiga belas, yaitu sebuah sumber yang disembunyikan dapat menimbulkan kecurigaan pembaca.  Namun, para jurnalis dan editor memiliki hukum untuk menyembunyikan identitas nara sumber, guna melindungi diri dari gugatan pencemaran nama baik, karena ada beberapa hal tertentu yang tidak bisa dipublikasikan.
            paragraf keempat belas, yaitu Waropen merupakan salah satu sumber informasi penting dalam penelitian yang dilakukan oleh Eben.  Eben menawarkan beberapa saran untuk mencapai kebebasan di Papua.  Saran Eben tersebut sudah terpikirkan oleh Waropen.  Namun, Waropen tidak mempunyai cukup bukti.  Sedangkan sistem hukum sekarang segala sesuatunya harus berdasarkan bukti.  Waropen melihat Eben sebagai sekutu.  Tetapi disisi lain, Eben membutuhkan keterangan Waropen untuk penelitian dari Universitasnya.
            paragraf kelima belas, yaitu percakapan antara Waropen dan Eben mulai memanas dan mereka saling beradu argumen mengenai disembunyikannya identitas narasumber.  Bahkan Eben mulai menyinggung mengenai kasus HAM bahwa identitas korban dan saksi dalam kasus HAM pun pastinya harus dilindungi.  Waropen pun bersikeras sehingga mengatakan “Jangan menggunakan data kamu sebagai bantal dan pergi tidur ketika kamu kembali ke Amerika,” Waropen bersikeras.  “Jangan hanya menggunakan ini sebagai jembatan untuk peluang profesional kamu sendiri.”
paragraf enam belas, yaitu Waropen menginginkan Eben untuk menjadi seorang ahli regional yang handal (seseorang yang mengetahui hal-hal yang pasti), dengan alasan banyak atropolog budaya terlalu berhati-hati dalam melakukan researchnya, jika researchnya tersebut berhungan dengan kekuasaan. Selain itu, ahli regional sering mengabaikan tuntutan akuntabilitas dari orang-orang yang mereka pelajari (narasumber), sehingga kritikan-kritikan ahli regional yang ditunjukkan kepada para penguasa tidak pernah mendapatkan respon yang serius, dan dianggap sebagai angin lalu.
paragraf tujuh belas, yaitu Waropen meminta Eben untuk memikirkan kembali apa yang disebut sebagai “data” dalam atropology budaya. Karena baru-baru ini Charles Hale mendesak atropology untuk mengambil metodology positive serius dalam setiap research.
paragraf delapan belas, yaitu ketika Eben bertemu dengan Waropen, dia sudah menerbitkan sejumlah artikel koran tentang Papua Barat.  Waropen mendorong Eben untuk menunjukkan fakta dan tindakan nyata dalam tulisannya.  Konfrontasi Waropen membuat Eben berpikir bagaimana dia bisa mulai masuk untuk membawa pengetahuan dan penelitiannya tentang Papua Barat pada dunia.
            paragraf sembilan belas, yaitu ketika Eben dan Denny pergi ke Wasior, Eben hendak meneliti tentang kekerasan yang terjadi di perusahaan BP.  BP sebelumnya bernama “British Petroleum” kemudian diubah menjadi “Beyond Petroleum”, baru saja mulai mengeksploitasi ladang gas alam di Papua Barat yang diperkirakan akan menghasilkan keuntungan dan hasil yang sangat besar.  Kabarnya, agen militer Indonesia memprovokasi kekerasan dalam upaya konvensional untuk menguntungkan “perlindungan” kontrak.
            Paragraf duapuluh, yaitu Eben berhasil mewawancarai dua orang agen Papua. Salah satunya mengatakan bahwa dia mendapatkan dukungan logistik dan intelijen untuk membunuh para perwira polisi. Wawancara tersebut membuktikan rumor yang menghubungkan kekerasan yang terjadi di Wasior untuk proyek BP. Agen yang sama tersebut mengatakan bahwa seorang perwira militer aktif telah mencoba untuk membunuhnya karena ia tahu terlalu banyak. Dia meminta bantuan Eben untuk melarikan diri, namun Eben tidak bisa melakukan apapun untuk membantunya.
Paragraf duapuluh satuyaitu John Rumbiak, orang Papua pelindung HAM, meminta Eben untuk menghadiri sebuah pertemuan di markas London BP (British Petroleum) dengan Dr Byron Grote , Chief Financial Officer ( CFO ) dari raksasa minyak ini. Dengan menghadiri pertemuan itu, sehingga Eben bisa mempresentasikan hasil penemuannya tentang kekerasan militer yang ada di Wasior.  Secara tidak langsung Eben telah dijadikan sebagai saksi dipertemuan itu.
paragraf duapuluh dua, yaitu Eben bertemu dengan Rumbiak sebelum menghadiri pertemuan di kantor pusat.  Mereka bercerita tentang pengalaman atau perjalanan terakhir dengan menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris saat mengobrol.
            Paragraf duapuluh tiga, yaitu Eben merasa tersanjung dan terhormat karena bisa bertemu dengan orang-orang yang paling berkuasa di Eropa.
Paragraf duapuluh empat, yaitu Rumbiak keberatan jika diskusi tersebut tidak direkam.  Dia ingin apa yang terjadi saat pertemuan direkam untuk ditunjukan kepada rakyat Papua Barat.  Tetapi perwakilan BP menolak karena khawatir akan keamanan perusahaan mereka.  BP menolak untuk melakukan kekerasan.
paragraf duapuluh lima, yaitu Dr. Grote menolak melakukan kekerasan untuk dapat mengeksplor wilayah di Papua.  Membuka masyarakat adalah cara yang baik.  Dia menjamin semua masyarakat akan tetap bekerja.  Dr. Grote tidak ingin perusahaan lain yang tidak punya kode etik mengembangkan ladang tersebut.  Eben terpukau dengan perkataan tersebut.
            paragraf duapuluh enam,  yaitu Eben mempresentasikan penemuannya di Wasior.  Seorang anggota milisi Papua mengaku membunuh sekelompok polisi Indonesia atas bantuan dari militer Indonesia.
            Disini BP membayar OPM dan POLRI bertujuan untuk memberikan senjata dan tujuan untuk merdeka.  POLRI tidak pernah mengetahui mana yang pro dan kontra, dan POLRI dibayar oleh BP untuk keamanan.  Maka dari itu militer indonesia, OPM, dan POLRI mereka saling serang.  BP mendukung OPM agar bisa mengeruk kekayaan papua, prov yang paling besar dan kaya akan kekayaan alam.  OPM ingin keluar dari indonesia, karena indonesia tidak memperdulikan papua.  Moch. Hatta awalnya tidak setuju dengan keinginan papua untuk keluar, tapi Soekarno tetap ingin papua itu berada di indonesia karena papua bekas jajahan belanda.
            Awalnya Amerika tidak mau melepas papua menjadi bagian NKRI, tapi akhirnya setuju karena takut indonesia meminta bantuan Uni Soviet.  Yang harus dituntut dalam masalah ini adalah militir indonesia yang pro-OPM, karena secara tidak langsung menyuplai senjata untuk OPM.  Adanya konmflik ditujukan agar tidak ada perusahaan lain masuk papua.
            Eben : warga Amerika kuliah SI di New College of Florida, S2 di pascasarjana Oxpord Inggris, S3 diCalifornia (sedang meneliti thesis papua).
            Waropen : aktivis HAM yang berasal dari papua.  Dracula : BP inggris.  Denny seorang activis HAM.  Rumbiak adalah orang papua yang tinggal di inggris perannya mengantar Eben ke kantor BP bertemu Dr. Grote dan O’reilly.

            Pada kesimpulannya, Don’t Use Your Data As A pillow maksudnya jangan jadikan datanya hanya untuk penelitian agar lulus S3 saja, tetapi harus lebih bertindak.  Itu semua diambil berdasarkan teks yang berisi tentang penelitiannya Eben di papua barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic