Class
review 09
Selasa, 08 April 2014 tepatnya
dimana kita melakukan classroom discourse pada pelajaran writing 4 masih
bersama Mr. Lala Bumela. Pada pertemuan
sekarang ini, tepatnya pertemuan kesepuluh, kita masih bergelut dengan wacana
penelitian S. Eben Kirksey yang berjudul
“Don’t Use your Data As a Pillow”.
Masih bekerja sama bersama kelompoknya masing-masing. Berhubung kerja kelompok kita masih belum
mencapai target, sekarang kita melanjutkan pembahasan dari mulai paragraph
pertama sampai paragraph 26.
Dari setiap paragraph disini saya
hanya akan mengambil kesimpulan dari tip-tiap paragraph. Untuk paragraph yang pertama : pada paragraph
pertama ini, bias ddilihat dari kalimat pertama yaitu menjelaskan tentang pesta
kecil, namun di papua bias jadi pesta itu adalah sebuah pesta besar dan mewah,
karena kemungkinan orang-orang papua jarang mengadakan pesta. Pesta tersebut berlangsung atau dijadwalkan
beberapa hari sebelum Eben Kirksey mengakhiri kerja lapangannya, bias dikatakan
sebagai pesta duka untuk Eben karena akan pergi. Pesta tersebut diatur oleh Denny Yomaki,
pekerja HAM dan terjadi pada bulan Mei 2003.
Pada paragraph kedua, disini pada
kesimpulannya menjelaskan bahwa pada tahun 1998, Eben pertama kalinya datang ke
Papua Barat. Itu dimaksudkan untuk
melakukan penellitianbn tesis sarjana di New College Florida. Pada awwalnya Eben akan mempelajari
kekeringan El Nino, namun saat Eben dating karena hujan turun. Itu mengakibatkan Eben mengurungkan niatnya
berbicara tentang kekeringan. Pada saat
itu Papua Barat secara resmi dikenal sebagai Irian Jaya. Subyek pada hari itu tentang kebebasan
(merdeka). Suharto, penguasa lama
Indonesia baru saja digulingkan oleh gerakan reformasi. Pada saat itu merdeka adalah gerakan
inspirasi untuk kemerdekaan dari Indonesia di Aceh, Papua barat, dan Timor
timur, itulah seruan dari nasionalis Indonesia dalam perjuangan mereka untuk
bebas dari kolonialisme Belanda.
Paragraph ketiga dan keempat: disini
keinginan orang papua mengambil jalan kemerdekaan bukan reformasi. Mungkin agar tidak ada lagi pembantaian
militer Indonesia. Banyak cerita-cerita
yang mngejutkan, seperti cerita tentang penyiksaan, tentang peran pemerintah AS
dalam mendukung pendudukan militer, dan sekitar kainginan untuk merdeka. Kolaborasi merupakan strategi utama dari
gerakan politik adat di papua barat dari pada resistensi, seperti perusahaan
multi nasional dan koperasi militer rahasia Indonesia yang memberikan dukungan
kepada aktivis kemerdekaan papua.
Paragraph kelima, aktivis HAM mendorong
Eben untuk meneliti kampanye terror oleh pasukan keamanan Indonesia, dan Eben
berfikir bias membantu orang papua terbebas dari terror dalam rezim dengan
mempelajari dimensi kekerasan. Pada saat
pesta kepergian Eben, ternyata ditentang oleh orang papua. Maksudnya mereka tidak merelakannya pergi.
Paragraph keenam; disini
menceritakan suasana dipesta kepergian Eben bersama orang papua dirumah
Denny. Mereka menikmati makanan dan
sambil bersantai, serta saling bertukar lelucon di logat papua bahasa kreol
regional. Pada pesta itu Denny selaku
tuan rumah mengundang Telys Waropen, seorang anggota komnas HAM, seorang
penghasut muda diakhir 20an.
Paragraph ketujuh: berbicara tentang Wasior
dimana tempat polisi Indonesia baru-baru ini melakukan serangan berkelanjutan
pada dugaan separatis papua yang bernama “Operasi penyisiran dan
pemusnahan”. Waropen adalah berasal dari
wasior. Eben dan Denny telah mngunjungi
wasior , menyelidiki rumor bahwa agen-agen militer Indonesia diam-diam
mendukung milisi papua.
Paragrap lkedelapan, masih tentang
penelitian diwasior yang berlangsung dibawah pengawasan intens. Denny dan Eben menghubungi narasumber, yaitu
orang-orang yang sudah mengetahui resikonya yang kemungkinan terlihat peneliti
asing untuk mewawancarai kisah mereka.
Paragraph kesembilan, rencana untuk
mewawancarai dukun terkenal di pegunungan terdekat yang menklaim bertanggung
jawab untuk menyebabkan gempa bumi dipulau sentral Indonesia Jawa dan untuk
meneggak sebuah pesawat yang membawa petinggi militer Indonesia. Itu termasuk agenda penelitian ambisius Eben
dan Denny, namun gagal karena tidak menghubungi dukun.
Paragraph kesepuluh, dipesta Eben mengetahui
dan belajar bahwa Telys Waropen telah mempelajari dukun wasior untuk tesis
sarjana di universitas local. Dengan begitu
Eben bisa belajar tentang dukun tersebut untuk memenuhu penelitiannya, dan
waropen adalah sebagai sumber penting untuk Eben.
Paragraph kesebelas, Eben
mewawancarai Waropen, dan menjelaskan bahwa Eben akan tetap membuat anonim
sumber wawancaranya seperti sumber sebelumnya. Waropen mundur dan menanyakan
jenis penelitian dan identitas sumber penting yang ada dalam data Eben dan
Waropen menyarankan agar mengutip sumber-sumber yang terkait agar data menjadi
lebih kuat. Eben mengatakan pada saat ia akan pergi ke pesta ia telah
mewawancarai lebih dari 350 narasumber, dengan politisi papua, korban
kekerasan, tahanan politik, pejuang gerilya, aktifis HAM, dan pemimpinnya,
bahwa semua sumber wawanmcara ini telah di anonim.
Paragraph ke duabelas, Saran
dari rekan-rekan dan mentor Eben bahwa ia harus tetap membuat sumber-sumbernya
anonim (tanpa nama), terkecuali apabila Universitasnya meminta untuk
memunculkan sumber penting tersebut. Setelah melakukan penelitian di Papua
Barat Eben mengambil kesimpulan, bahwa menjaga sumber anonim bukan hanya sebuah
sarana untuk menghindari birokrasi. Dengan menjaga identitas sumber-sumber saya
yang telah di anonim, jelas saja orang papua seperti Waropen ingin mencantumkan
identitasnya sebagai sumber dari penelitian Eben, karena ia ingin diakui
sebagai orang intelektual dan terkenal. Ini membuat Eben mempertimbangkannya
karena ini menyangkut dengan profesionalitas, hukum dan kewajibannya dalam
pembuatan tesis ini.
paragraf ketiga belas, yaitu sebuah sumber yang disembunyikan dapat
menimbulkan kecurigaan pembaca. Namun, para jurnalis dan editor
memiliki hukum untuk menyembunyikan identitas nara sumber, guna melindungi diri
dari gugatan pencemaran nama baik, karena ada beberapa hal tertentu yang tidak
bisa dipublikasikan.
paragraf keempat belas, yaitu
Waropen merupakan salah satu sumber informasi penting dalam penelitian yang
dilakukan oleh Eben. Eben menawarkan beberapa saran untuk mencapai
kebebasan di Papua. Saran Eben tersebut sudah terpikirkan oleh
Waropen. Namun, Waropen tidak mempunyai cukup bukti. Sedangkan
sistem hukum sekarang segala sesuatunya harus berdasarkan bukti. Waropen
melihat Eben sebagai sekutu. Tetapi disisi lain, Eben membutuhkan
keterangan Waropen untuk penelitian dari Universitasnya.
paragraf kelima belas, yaitu
percakapan antara Waropen dan Eben mulai memanas dan mereka saling beradu
argumen mengenai disembunyikannya identitas narasumber. Bahkan Eben
mulai menyinggung mengenai kasus HAM bahwa identitas korban dan saksi dalam
kasus HAM pun pastinya harus dilindungi. Waropen pun bersikeras
sehingga mengatakan “Jangan menggunakan data kamu sebagai bantal dan pergi
tidur ketika kamu kembali ke Amerika,” Waropen bersikeras. “Jangan
hanya menggunakan ini sebagai jembatan untuk peluang profesional kamu sendiri.”
paragraf enam belas, yaitu Waropen menginginkan Eben untuk menjadi seorang ahli
regional yang handal (seseorang yang mengetahui hal-hal yang pasti), dengan
alasan banyak atropolog budaya terlalu berhati-hati dalam melakukan
researchnya, jika researchnya tersebut berhungan dengan kekuasaan. Selain itu,
ahli regional sering mengabaikan tuntutan akuntabilitas dari orang-orang yang
mereka pelajari (narasumber), sehingga kritikan-kritikan ahli regional yang
ditunjukkan kepada para penguasa tidak pernah mendapatkan respon yang serius,
dan dianggap sebagai angin lalu.
paragraf tujuh belas, yaitu Waropen meminta Eben untuk memikirkan
kembali apa yang disebut sebagai “data” dalam atropology budaya. Karena
baru-baru ini Charles Hale mendesak atropology untuk mengambil metodology
positive serius dalam setiap research.
paragraf delapan belas, yaitu ketika Eben bertemu dengan Waropen,
dia sudah menerbitkan sejumlah artikel koran tentang Papua Barat. Waropen
mendorong Eben untuk menunjukkan fakta dan tindakan nyata dalam
tulisannya. Konfrontasi Waropen membuat Eben berpikir bagaimana dia
bisa mulai masuk untuk membawa pengetahuan dan penelitiannya tentang Papua
Barat pada dunia.
paragraf sembilan belas, yaitu
ketika Eben dan Denny pergi ke Wasior, Eben hendak meneliti tentang kekerasan
yang terjadi di perusahaan BP. BP sebelumnya bernama “British
Petroleum” kemudian diubah menjadi “Beyond Petroleum”, baru saja mulai
mengeksploitasi ladang gas alam di Papua Barat yang diperkirakan akan
menghasilkan keuntungan dan hasil yang sangat besar. Kabarnya, agen
militer Indonesia memprovokasi kekerasan dalam upaya konvensional untuk
menguntungkan “perlindungan” kontrak.
Paragraf duapuluh, yaitu Eben
berhasil mewawancarai dua orang agen Papua. Salah satunya mengatakan bahwa dia
mendapatkan dukungan logistik dan intelijen untuk membunuh para perwira polisi.
Wawancara tersebut membuktikan rumor yang menghubungkan kekerasan yang terjadi
di Wasior untuk proyek BP. Agen yang sama tersebut mengatakan bahwa seorang
perwira militer aktif telah mencoba untuk membunuhnya karena ia tahu terlalu
banyak. Dia meminta bantuan Eben untuk melarikan diri, namun Eben tidak bisa
melakukan apapun untuk membantunya.
Paragraf duapuluh satu, yaitu John Rumbiak, orang Papua pelindung HAM,
meminta Eben untuk menghadiri sebuah pertemuan di markas London BP
(British Petroleum) dengan Dr Byron Grote , Chief Financial Officer ( CFO )
dari raksasa minyak ini. Dengan menghadiri pertemuan itu, sehingga Eben
bisa mempresentasikan hasil penemuannya tentang kekerasan militer yang ada di
Wasior. Secara tidak langsung Eben telah dijadikan sebagai saksi
dipertemuan itu.
paragraf duapuluh dua, yaitu Eben bertemu dengan Rumbiak sebelum menghadiri
pertemuan di kantor pusat. Mereka bercerita tentang pengalaman atau
perjalanan terakhir dengan menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris saat
mengobrol.
Paragraf duapuluh tiga, yaitu
Eben merasa tersanjung dan terhormat karena bisa bertemu dengan orang-orang
yang paling berkuasa di Eropa.
Paragraf duapuluh empat, yaitu Rumbiak keberatan jika diskusi tersebut tidak
direkam. Dia ingin apa yang terjadi saat pertemuan direkam untuk
ditunjukan kepada rakyat Papua Barat. Tetapi perwakilan BP menolak
karena khawatir akan keamanan perusahaan mereka. BP menolak untuk
melakukan kekerasan.
paragraf duapuluh lima, yaitu Dr. Grote menolak melakukan kekerasan untuk dapat
mengeksplor wilayah di Papua. Membuka masyarakat adalah cara yang
baik. Dia menjamin semua masyarakat akan tetap bekerja. Dr.
Grote tidak ingin perusahaan lain yang tidak punya kode etik mengembangkan
ladang tersebut. Eben terpukau dengan perkataan tersebut.
paragraf duapuluh enam, yaitu
Eben mempresentasikan penemuannya di Wasior. Seorang anggota milisi
Papua mengaku membunuh sekelompok polisi Indonesia atas bantuan dari militer
Indonesia.
Disini
BP membayar OPM dan POLRI bertujuan untuk memberikan senjata dan tujuan untuk
merdeka. POLRI tidak pernah mengetahui
mana yang pro dan kontra, dan POLRI dibayar oleh BP untuk keamanan. Maka dari itu militer indonesia, OPM, dan
POLRI mereka saling serang. BP mendukung
OPM agar bisa mengeruk kekayaan papua, prov yang paling besar dan kaya akan
kekayaan alam. OPM ingin keluar dari
indonesia, karena indonesia tidak memperdulikan papua. Moch. Hatta awalnya tidak setuju dengan
keinginan papua untuk keluar, tapi Soekarno tetap ingin papua itu berada di
indonesia karena papua bekas jajahan belanda.
Awalnya
Amerika tidak mau melepas papua menjadi bagian NKRI, tapi akhirnya setuju
karena takut indonesia meminta bantuan Uni Soviet. Yang harus dituntut dalam masalah ini adalah
militir indonesia yang pro-OPM, karena secara tidak langsung menyuplai senjata
untuk OPM. Adanya konmflik ditujukan
agar tidak ada perusahaan lain masuk papua.
Eben
: warga Amerika kuliah SI di New College of Florida, S2 di pascasarjana Oxpord
Inggris, S3 diCalifornia (sedang meneliti thesis papua).
Waropen
: aktivis HAM yang berasal dari papua. Dracula
: BP inggris. Denny seorang activis
HAM. Rumbiak adalah orang papua yang
tinggal di inggris perannya mengantar Eben ke kantor BP bertemu Dr. Grote dan O’reilly.
Pada
kesimpulannya, Don’t Use Your Data As A pillow maksudnya jangan jadikan datanya
hanya untuk penelitian agar lulus S3 saja, tetapi harus lebih bertindak. Itu semua diambil berdasarkan teks yang
berisi tentang penelitiannya Eben di papua barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic