We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Kamis, 17 April 2014

Hiruk Pikuk Papua (class rev 9)


Apa kabar class review 9? Entah apa yang igin kutulis kali ini. Terlalu banyak yang harus dimasukkan dan aku bingung harus memulainya dari mana. Masih tentang Papua, tentu saja. Minggu ini meskipun waktu yang tersedia begitu panjang, namun tetap saja ada beberapa hari yang berlalu dengan sia-sia.  Banyak hal yang harus kupikirkan dalam penulisan class review ini. Kesimpangsiuran informasi juga membuatku tidak mudah focus. Sementara minggu selanjutnya sudah mesti mulai berkenalan dengan struktur dari argumentative essay dan juga menulis detail.
Kali ini saya lebih awal memotong basa-basi  yang kurang bermakna di class review ini. Berbicara mengenai tulisan yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow”, kita dapat menemukan berbagai macam masalah didalamnya. Tentunya problem yang sangat kompleks yang terjadi di Papua. Hal itu karena berbagai masalah yang terjadi disana melibatkan banyak pihak dan campur tangan pihak-pihak yang berkepentingan pribadi disana.  Masalah-masalah tersebut meliputi tiga kategori yakni:
1.      Nationalism = Kategori ini ditujukan pada OPM yang diklaim sebagai gerakan nasionalis untuk memerdekakan Papua dari wilayah Indonesia. Namun, benarkah tujuan mereka itu murni didasari rasa nasionalisme?
2.      Economic Gap = Ekonomi menjadi salah satu pemicu masalah di Papua. Beberapa pihak mungkin dengan sengaja menciptakan konflik demi kepentingan ekonomi mereka. Papua sendiri merupakan wilayah yang memiliki SDA yang menarik perhatian banyak mata. Namun sayangnya, perekonomian disana dikendalikan oleh tangan-tangan asing.
3.      Politic = Dari kesekian banyak masalah yang terjadi di Papua, tentu berkaitan erat dengan politik. Hal ittu karena, melalui politik mereka dapat mengendalikan daerah tersebut dengan kekuasaan.
Dari sekian banyak konflik yang terjadi di Papua, tentu ada pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Siapa saja pelaku atas kejadian tersebut, siapa yang dirugikan dan siapa yang diuntungkan. Untuk mengetahui hal-hal tersebut, ada baiknya kita lihat terlebih dahulu hasil diskusi yang saya lakukan bersama anggota kelompok lain mengenai masalah Papua. Berikut hasil diskusi dari artikel yang ditulis oleh S. Eben Kirksey yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow”:
Kesimpulan Paragraf 1 :
Dalam paragraph satu, Eben membahas tentang pesta perpisahan yang diadakan untuk kepulangannya. Pesta tersebut dikelola oleh seorang pejuang Hak Asasi Manusia yang bernama Denny Yomaki di Papua. Pesta tersebut diadakan beberapa hari sebelum kepulangan penulis untuk mulai menuliskan hasil penelitiannya. Penelitian penulis diakhiri di bulan Mei 2003. Selain itu, ia menemukan sesuatu yang berkaitan dengan penelitiannya di rumah Denny Yomaki. Penulis juga mencantumkan hidangan yang ada di pestanya, yakni makanan khas Papua. Secara tidak langsung penulis menunjukkan bahwa dirinya dianggap sebagai tamu istimewa di Papua.
Kesimpulan Paragraf 2 :
Paragraf dua berisi tentang tujuan penulis dalam kunjungannya ke Papua, yakni untuk meneliti kekeringan El-Nino yang melanda Papua. Namun ketika ia sampai di Papua, ternyata disana turun hujan. Maka, antusias untuk membicarakan hal itu menjadi kurang antusias. Tapi, penulis menemukan hal baru mengenai pergerakan kemerdekaan setelah runtuhnya kekuasaan presiden Soeharto.
Kesimpulan Paragraf 3 :
Dalam paragraph ini berisi tentang gerakan-gerakan kemerdekaan serta kekerasan yang dilakukan oleh Militer Indonesia dalam menumpas aktivis-aktivis tersebut. Kejadian tersebut menelan banyak korban dan dianggap sebagai genosida. Insiden tersebut juga menyebabkan militer atau keamanan di daerah konflik tersebut diperketat dengan memperbanyak pasukan penjagaan. Jumlah pasukan yang diluncurkan mematahkan rekor yang dipegang Irak pada bulan November 2007.
Kesimpulan Paragraf 4 :
Eben datang kembali ke Papua sebagai mahasiswa pascasarjana dari Oxford, California. Ia kembali kesana untuk menulis tentang adat dan kekhasan disana serta konflik dan keinginan untuk merdeka yang terjadi di Papua. Namun, Eben terkejut karena ternyata nenek moyangnya juga ikut andil dalam pergerakan kemerdekaan Papua tersebut. Itu artinya, gerakan kemerdekaan tersebut didukung oleh pihak Amerika Serikat. Selain itu, Eben juga mempelajari tentang terror “Dracula” yang terjadi disana.
Kesimpulan Paragraph 5 :
Banyak orang Papua mencari Eben dan menganggap bahwa Eben adalah sekutu yang akan membantu mereka dalam organisasi kemerdekaan tersebut. Ia ditarik kedalam sebuah organisasi kemerdekaan dan aktivis HAM mendorong Eben untuk meneliti tentang terror kampanye yang dilakukan oleh pasukan keamanan Indonesia. Didalam penelitian tersebut, Eben juga bisa meneliti tentang dimensi budaya kekerasan dan ia berpikir mungkin ia dapat membantu dalam upaya kemerdekaan tersebut.
Kesimpulan Paragraph 6 :
Paragraph keenam ini berisi tentang keramah-tamahan warga papua pada Eben. Dalam paragraph ini ia menyebutkan pertemuan pertamanya dengan seorang pejuang kemerdekaan yang juga sebagai anggota Konmas HAM. Ia adalah Telys Waropen yang juga diundang dalam pesta tersebut oleh Denny sebagai tuan rumah. Kemudian mereka mulai berbincang-bincang.
Kesimpulan Paragraph 7 :
Eben menjelaskan bahwa Waropen berasal dari sebuah daerah yang terlibat konflik dengan kepolisian Indonesia. Sebagian warga Papua menduga bahwa hal itu merupakan operasi penyisiran dan penumpasan yang dilakukan kepolisian Indonesia. Eben bersama Waropen dan Denny juga meneliti rumor yang beredar bahwa agen-agen militer Indonesia mendukung milisi papua secara diam-diam.
Kesimpulan Paragraph 8 :
Penelitian yang dilakukan Eben di Wasior dibawah pengawasan intens. Mereka hanya mewawancarai orang-orang yang berani mengambil resiko untuk diwawancarai oleh orang asing dengan system yang rumit demi melindungi keamanan identitas narasumber.
Kesimpulan Paragraph 9 :
Agenda penelitian Eben dijadwalkan untuk menemui seorang paranormal yang mengklaim pertanggungjawaban atas penyebab bencana alam di pulau jawa seperti gempa bumi dan menelan satu pesawat yang membawa pejabat tinggi papan atas. Namun, mereka tidak berani mengambil resiko untuk menemui paranormal tersebut.
Kesimpulan Paragraph 10 :
Beberapa minggu kemudian, Eben pergi ke pesta dan bertemu dengan Telys Waropen yang ternyata pernah meneliti dukun di Wasior untuk tesis sarjananya di universitas local. Dari sini Eben melihat Waropen sebagai sumber informasi yang kurang untuk penelitiannya dan dapat membantunya dalam penelitian tersebut.
Kesimpulan paragraph 11 :
Eben  merasa tertegun ketika ia mulai mewawancarai Waropen, karena ia menyatakan bahwa identitas atau sumber penelitian itu sangat penting untuk memperkuat papernya. Sedangkan ia telah melakukan wawancara lebih dari 350 dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan polisi papua, korban kekerasan, tahanan politik, pejuang gerilya, aktivis HAM dan ketua adat secara anonim atau tanpanama.
Kesimpulan Paragraph 12 :
Eben menyimpan identitas narasumber yang diwawancarai untuk penelitiannya merupakan saran dari rekan-rekannya dan mentornya. Hal ini dilakukan untuk menjaga keselamatan narasumber dari bahaya yang mungkin akan tercipta dari wawancara tersebut. Tapi hal itu tidak sependapat bagi Waropen yang ingin diakui dan dikenal sebagai seorang tokoh penting dalam upaya tersebut.
Kesimpulan Paragraph 13 :
Narasumber yang disembunyikan namanya oleh Eben dapat menimbulkan kecurigaan bagi pembaca. Selain itu, editor memiliki kewenangan untuk tidak mempublikasikan hal-hal yang dapat menimbulkan tuntutan atas pencemaran nama baik dan sebagainya. Ada hal-hal yang tidak dapat dicatat atau dibicarakan dalam khalayak umum.
Kesimpulan Paragraph 14 :
Eben berbagi pendapat dengan waropen tentang penelitiannya dan juga konflik yang terjadi di Papua. Waropen mengutarakan keinginannya untuk melihat anggota pasukan keamanan dituntut di Pengadilan Indonesia dan desa yang telah dihancurkan itu dibangun kembali. Waropen melihat Eben sebagai sekutu yang berpotensi, namun perlu dilantik lagi.
Kesimpulan Paragraf 15 :
Eben terlibat perdebatan sengit dengan Waroren tentang penelitiannya dan juga masalah HAM yang terjadi di Papua. Perdebatan tersebut berakhir dan mengevaluasi kasus dan Penelitian yang dilakukan Eben. Waropen juga bersikeras agar Eben tidak menyia-nyiakan data yang Eben dapat selama penelitiannya itu.
Kesimpulan Paragraf 16 :
Waropen memprovokasi penulis untuk menjadi seorang ahli regional yang handal. Seperti halnya Edward Said, seorang ahli orientalis (1979) dan Gayatri Spivak (1988). Banyak antropolog budaya mewaspadai mengenai penggunaan penelitian untuk berbicara tentang kekuasaan. Pengetahuan dan kekhawatiran orang-orang di posisi structural terpinggirkan kurang terwakili dalam pers. Hal itu karena pers dikuasai oleh politik dan kekuasaan.
Kesimpulan Paragraph 17 :
Waropen meminta Eben untuk memikirkan kembali mengenai masalah Papua tersebut. Ia mendorong Eben untuk menjadi penerjemah yang lebih baik lagi dalam kasus tersebut. Di paragraph ini juga tercantum pendapat Charles Hale (2006) bahwa dalam mengungkap kebenaran dan hanya menawarkan kritik budaya, sering kali membuat pembaca kecewa dengan hal tersebut. Jadi, secara detail suatu informasi itu harus dikuak.
Kesimpulan Paragraph 18 :
Eben telah mempublikasikan sejumlah artikel mengenai Papua barat di Koran ketika ia bertemu Waropen. Eben berpikir bagaimana caranya ia mengungkap data-data yang ia dapat dari penelitiannya mengenai Papua tersebut pada dunia. Hal itu karena ia didesak oleh Waropen yang memintanya untuk menunjukkan fakta-fakta mengenai kasus tersebut.
Kesimpulan Paragraph 19 :
Ketika Eben dan Denny hendak pergi ke Wasior, mereka mendengar rumor mengenai keterlibatan perusahan Inggris bernama “British Petroleum” yang diubah menjadi “Beyond Petroleum” dengan kekerasan yang terjadi disana.  BP baru saja membuka sebuah proyek gas yang menghasilkan keuntungan yang sangat besar yang diperkirakan lebih dari £198 triliyun (Vidal 2008). Kabarnya, provokasi yang dilakukan petugas militer merupakan pengalih perhatian untuk melindungi proyek tersebut. Dalam kasus ini, banyak pelaku yang memiliki kompleksitas status yang tidak sesuai dengan tugas mereka.
Kesimpulan Paragraph 20 :
Dalam paragraph ini, Eben berhasil mewawancarai dua orang agen yang terlibat dalam insiden tersebut. Eben merekam percakapan tersebut mengenai pengakuan bahwa mereka diperintahkan untuk membunuh para perwira kepolisian Indonesia. Mereka mengaku telah diberi perbekalan dalam misi tersebut. Melalui wawancara tersebut, hal itu membuktikan keterlibatan proyek BP dalam insiden tersebut. Sementara dua orang tersebut nyawanya terancam karena terlalu banyak mengetahui masalah tersebut dan meminta perlindungan pada Eben. Namun eben tidak dapat berbuat apa-apa.
Kesimpulan Paragraph 21 :
Pada akhir Mei 2003, Eben diminta untuk menghadiri pertemuan dengan BP oleh seorang pembela HAM yang bernama John Rumbiak. Pertemuan tersebut diadakan di kantor pusat BP di London yang akan dihadiri oleh Dr Byron Grote seorang CFO perusahaan tersebut. Pertemuan tersebut untuk membahas masalah yang terjadi di Papua yang melibatkan perusahaan BP.
Kesimpulan Paragraph 22 :
Eben bertemu dengan Rumbiak dalam perjalanan menuju kantor pusat BP. Mereka tersesat karena tidak naik taksi. Mereka kemudian saling bercerita sambil jalan-jalan mencari kantor BP. Mereka terlambat 20 menit di tempat tujuan.
Kesimpulan Paragraph 23 :
Setibanya di kantor tersebut, mereka dikawal untuk menghadiri pertemuan tersebut setelah sebelumnya diperiksa oleh petugas keamanan. Ternyata disana sudah ada CFO Byron Grote dan wakil presiden direktur senior bernama John O’Reilly. Mereka juga terlibat dengan insiden kekerasan serupa di Kolombia. Hal itu membuat nyali Eben menciut berhadapan dengan orang paling berkuasa di Eropa.
Kesimpulan Paragraph 24 :
Percakapan tersebut diminta untuk tidak direkam, sementara Rumbiak tanpa basa-basi mengutarakan pendapatnya mengenai proyek BP. Ia juga meminta agar BP memberikan kontrak keamanan pada pihaknya. Atau jika tidak, agen rahasia militer akan terus memprovokasi insiden kekerasan tersebut sampai pihak BP mengalah.
Kesimpulan Paragraph 25 :
Dr Grote menjawab pernyataan Rumbiak. Ia berpendapat bahwa kekerasan itu tidak baik dalam bisnis. Meskipun jika proyek perusahaan BP dibatalkan, akan ada perusahaan lain yang tidak memiliki kode etik akan mengembangkan proyek serupa. Pernyataan tersebut sebagai bujukan dari Grote mengenai masalah tersebut. Sementara Eben bertanya-tanya apakah proyek tersebut dapat menjadi kekuatan untuk mengesampingkan militer Indonesia di Papua Barat.
Kesimpulan Paragraph 26 :
Rumbiak meminta Eben untuk mempresentasikan hasil temuannya bersema Waropen di Wasior. Dengan hati-hati Eben mengungkap masalah yang terjadi di Papua sesuai dengan penelitiannya. Ia juga menjelaskan tentang konflik antara pihak-pihak keamanan yang terjadi di Papua.
Kesimpulan Akhir

Dari kesimpulan-kesimpulan paragraph tersebut, dapat kita ketahui dari sini bahwa perusahaan BP memiliki kendali yang cukup berpengaruh di Papua. Disisi lain, BP bekerjasama petugas militer untuk melindungi proyek mereka. Namun disisi lain, BP juga membiayai kelompok yang diperintahkan untuk membunuh petugas kepolisian. Dilihat dari peran BP di Papua, saya melihat BP sebagai dalang dari insiden tersebut dengan menggerakkan pihak-pihak bersangkutan terlibat konflik yang semuanya didukung oleh BP. Jadi, disini yang dirugikan adalah masyarakat Papua dan para pelaku yang terlibat dalam insiden tersebut karena telah dimanfaatkan oleh BP. Sementara BP hanya merasakan hasil dari upaya tersebut untuk melindungi proyeknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic