Apa
kabar class review 9? Entah apa yang igin kutulis kali ini. Terlalu banyak yang
harus dimasukkan dan aku bingung harus memulainya dari mana. Masih tentang
Papua, tentu saja. Minggu ini meskipun waktu yang tersedia begitu panjang,
namun tetap saja ada beberapa hari yang berlalu dengan sia-sia. Banyak hal yang harus kupikirkan dalam
penulisan class review ini. Kesimpangsiuran informasi juga membuatku tidak
mudah focus. Sementara minggu selanjutnya sudah mesti mulai berkenalan dengan
struktur dari argumentative essay dan juga menulis detail.
Kali
ini saya lebih awal memotong basa-basi
yang kurang bermakna di class review ini. Berbicara mengenai tulisan
yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow”, kita dapat menemukan berbagai
macam masalah didalamnya. Tentunya problem yang sangat kompleks yang terjadi di
Papua. Hal itu karena berbagai masalah yang terjadi disana melibatkan banyak
pihak dan campur tangan pihak-pihak yang berkepentingan pribadi disana. Masalah-masalah tersebut meliputi tiga
kategori yakni:
1. Nationalism
= Kategori ini ditujukan pada OPM yang diklaim sebagai gerakan nasionalis untuk
memerdekakan Papua dari wilayah Indonesia. Namun, benarkah tujuan mereka itu
murni didasari rasa nasionalisme?
2. Economic
Gap = Ekonomi menjadi salah satu pemicu masalah di Papua. Beberapa pihak
mungkin dengan sengaja menciptakan konflik demi kepentingan ekonomi mereka.
Papua sendiri merupakan wilayah yang memiliki SDA yang menarik perhatian banyak
mata. Namun sayangnya, perekonomian disana dikendalikan oleh tangan-tangan
asing.
3. Politic
= Dari kesekian banyak masalah yang terjadi di Papua, tentu berkaitan erat
dengan politik. Hal ittu karena, melalui politik mereka dapat mengendalikan
daerah tersebut dengan kekuasaan.
Dari sekian banyak konflik yang terjadi
di Papua, tentu ada pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Siapa saja pelaku
atas kejadian tersebut, siapa yang dirugikan dan siapa yang diuntungkan. Untuk
mengetahui hal-hal tersebut, ada baiknya kita lihat terlebih dahulu hasil
diskusi yang saya lakukan bersama anggota kelompok lain mengenai masalah Papua.
Berikut hasil diskusi dari artikel yang ditulis oleh S. Eben Kirksey yang
berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow”:
Kesimpulan Paragraf 1 :
Dalam paragraph satu, Eben membahas
tentang pesta perpisahan yang diadakan untuk kepulangannya. Pesta tersebut
dikelola oleh seorang pejuang Hak Asasi Manusia yang bernama Denny Yomaki di
Papua. Pesta tersebut diadakan beberapa hari sebelum kepulangan penulis untuk
mulai menuliskan hasil penelitiannya. Penelitian penulis diakhiri di bulan Mei
2003. Selain itu, ia menemukan sesuatu yang berkaitan dengan penelitiannya di
rumah Denny Yomaki. Penulis juga mencantumkan hidangan yang ada di pestanya,
yakni makanan khas Papua. Secara tidak langsung penulis menunjukkan bahwa
dirinya dianggap sebagai tamu istimewa di Papua.
Kesimpulan Paragraf 2 :
Paragraf dua berisi tentang tujuan
penulis dalam kunjungannya ke Papua, yakni untuk meneliti kekeringan El-Nino
yang melanda Papua. Namun ketika ia sampai di Papua, ternyata disana turun
hujan. Maka, antusias untuk membicarakan hal itu menjadi kurang antusias. Tapi,
penulis menemukan hal baru mengenai pergerakan kemerdekaan setelah runtuhnya
kekuasaan presiden Soeharto.
Kesimpulan Paragraf 3 :
Dalam paragraph ini berisi tentang
gerakan-gerakan kemerdekaan serta kekerasan yang dilakukan oleh Militer
Indonesia dalam menumpas aktivis-aktivis tersebut. Kejadian tersebut menelan
banyak korban dan dianggap sebagai genosida. Insiden tersebut juga menyebabkan
militer atau keamanan di daerah konflik tersebut diperketat dengan memperbanyak
pasukan penjagaan. Jumlah pasukan yang diluncurkan mematahkan rekor yang
dipegang Irak pada bulan November 2007.
Kesimpulan Paragraf 4 :
Eben datang kembali ke Papua sebagai
mahasiswa pascasarjana dari Oxford, California. Ia kembali kesana untuk menulis
tentang adat dan kekhasan disana serta konflik dan keinginan untuk merdeka yang
terjadi di Papua. Namun, Eben terkejut karena ternyata nenek moyangnya juga
ikut andil dalam pergerakan kemerdekaan Papua tersebut. Itu artinya, gerakan
kemerdekaan tersebut didukung oleh pihak Amerika Serikat. Selain itu, Eben juga
mempelajari tentang terror “Dracula” yang terjadi disana.
Kesimpulan Paragraph 5 :
Banyak orang Papua mencari Eben dan
menganggap bahwa Eben adalah sekutu yang akan membantu mereka dalam organisasi
kemerdekaan tersebut. Ia ditarik kedalam sebuah organisasi kemerdekaan dan
aktivis HAM mendorong Eben untuk meneliti tentang terror kampanye yang
dilakukan oleh pasukan keamanan Indonesia. Didalam penelitian tersebut, Eben
juga bisa meneliti tentang dimensi budaya kekerasan dan ia berpikir mungkin ia
dapat membantu dalam upaya kemerdekaan tersebut.
Kesimpulan Paragraph 6 :
Paragraph keenam ini berisi tentang
keramah-tamahan warga papua pada Eben. Dalam paragraph ini ia menyebutkan
pertemuan pertamanya dengan seorang pejuang kemerdekaan yang juga sebagai
anggota Konmas HAM. Ia adalah Telys Waropen yang juga diundang dalam pesta
tersebut oleh Denny sebagai tuan rumah. Kemudian mereka mulai
berbincang-bincang.
Kesimpulan Paragraph 7 :
Eben menjelaskan bahwa Waropen berasal
dari sebuah daerah yang terlibat konflik dengan kepolisian Indonesia. Sebagian
warga Papua menduga bahwa hal itu merupakan operasi penyisiran dan penumpasan
yang dilakukan kepolisian Indonesia. Eben bersama Waropen dan Denny juga
meneliti rumor yang beredar bahwa agen-agen militer Indonesia mendukung milisi
papua secara diam-diam.
Kesimpulan Paragraph 8 :
Penelitian yang dilakukan Eben di Wasior
dibawah pengawasan intens. Mereka hanya mewawancarai orang-orang yang berani
mengambil resiko untuk diwawancarai oleh orang asing dengan system yang rumit
demi melindungi keamanan identitas narasumber.
Kesimpulan Paragraph 9 :
Agenda penelitian Eben dijadwalkan untuk
menemui seorang paranormal yang mengklaim pertanggungjawaban atas penyebab
bencana alam di pulau jawa seperti gempa bumi dan menelan satu pesawat yang
membawa pejabat tinggi papan atas. Namun, mereka tidak berani mengambil resiko
untuk menemui paranormal tersebut.
Kesimpulan Paragraph 10 :
Beberapa minggu kemudian, Eben pergi ke
pesta dan bertemu dengan Telys Waropen yang ternyata pernah meneliti dukun di
Wasior untuk tesis sarjananya di universitas local. Dari sini Eben melihat
Waropen sebagai sumber informasi yang kurang untuk penelitiannya dan dapat
membantunya dalam penelitian tersebut.
Kesimpulan paragraph 11 :
Eben
merasa tertegun ketika ia mulai mewawancarai Waropen, karena ia
menyatakan bahwa identitas atau sumber penelitian itu sangat penting untuk
memperkuat papernya. Sedangkan ia telah melakukan wawancara lebih dari 350 dengan
menggunakan bahasa Indonesia dengan polisi papua, korban kekerasan, tahanan
politik, pejuang gerilya, aktivis HAM dan ketua adat secara anonim atau
tanpanama.
Kesimpulan Paragraph 12 :
Eben menyimpan identitas narasumber yang
diwawancarai untuk penelitiannya merupakan saran dari rekan-rekannya dan
mentornya. Hal ini dilakukan untuk menjaga keselamatan narasumber dari bahaya
yang mungkin akan tercipta dari wawancara tersebut. Tapi hal itu tidak
sependapat bagi Waropen yang ingin diakui dan dikenal sebagai seorang tokoh
penting dalam upaya tersebut.
Kesimpulan Paragraph 13 :
Narasumber yang disembunyikan namanya
oleh Eben dapat menimbulkan kecurigaan bagi pembaca. Selain itu, editor
memiliki kewenangan untuk tidak mempublikasikan hal-hal yang dapat menimbulkan
tuntutan atas pencemaran nama baik dan sebagainya. Ada hal-hal yang tidak dapat
dicatat atau dibicarakan dalam khalayak umum.
Kesimpulan Paragraph 14 :
Eben berbagi pendapat dengan waropen
tentang penelitiannya dan juga konflik yang terjadi di Papua. Waropen
mengutarakan keinginannya untuk melihat anggota pasukan keamanan dituntut di
Pengadilan Indonesia dan desa yang telah dihancurkan itu dibangun kembali.
Waropen melihat Eben sebagai sekutu yang berpotensi, namun perlu dilantik lagi.
Kesimpulan Paragraf 15 :
Eben terlibat perdebatan sengit dengan
Waroren tentang penelitiannya dan juga masalah HAM yang terjadi di Papua. Perdebatan
tersebut berakhir dan mengevaluasi kasus dan Penelitian yang dilakukan Eben.
Waropen juga bersikeras agar Eben tidak menyia-nyiakan data yang Eben dapat
selama penelitiannya itu.
Kesimpulan Paragraf 16 :
Waropen memprovokasi penulis untuk
menjadi seorang ahli regional yang handal. Seperti halnya Edward Said, seorang
ahli orientalis (1979) dan Gayatri Spivak (1988). Banyak antropolog budaya
mewaspadai mengenai penggunaan penelitian untuk berbicara tentang kekuasaan.
Pengetahuan dan kekhawatiran orang-orang di posisi structural terpinggirkan
kurang terwakili dalam pers. Hal itu karena pers dikuasai oleh politik dan
kekuasaan.
Kesimpulan Paragraph 17 :
Waropen meminta Eben untuk memikirkan
kembali mengenai masalah Papua tersebut. Ia mendorong Eben untuk menjadi
penerjemah yang lebih baik lagi dalam kasus tersebut. Di paragraph ini juga
tercantum pendapat Charles Hale (2006) bahwa dalam mengungkap kebenaran dan
hanya menawarkan kritik budaya, sering kali membuat pembaca kecewa dengan hal
tersebut. Jadi, secara detail suatu informasi itu harus dikuak.
Kesimpulan Paragraph 18 :
Eben telah mempublikasikan sejumlah
artikel mengenai Papua barat di Koran ketika ia bertemu Waropen. Eben berpikir
bagaimana caranya ia mengungkap data-data yang ia dapat dari penelitiannya
mengenai Papua tersebut pada dunia. Hal itu karena ia didesak oleh Waropen yang
memintanya untuk menunjukkan fakta-fakta mengenai kasus tersebut.
Kesimpulan Paragraph 19 :
Ketika Eben dan Denny hendak pergi ke
Wasior, mereka mendengar rumor mengenai keterlibatan perusahan Inggris bernama
“British Petroleum” yang diubah menjadi “Beyond Petroleum” dengan kekerasan
yang terjadi disana. BP baru saja
membuka sebuah proyek gas yang menghasilkan keuntungan yang sangat besar yang
diperkirakan lebih dari £198 triliyun (Vidal 2008). Kabarnya, provokasi yang
dilakukan petugas militer merupakan pengalih perhatian untuk melindungi proyek
tersebut. Dalam kasus ini, banyak pelaku yang memiliki kompleksitas status yang
tidak sesuai dengan tugas mereka.
Kesimpulan Paragraph 20 :
Dalam paragraph ini, Eben berhasil
mewawancarai dua orang agen yang terlibat dalam insiden tersebut. Eben merekam
percakapan tersebut mengenai pengakuan bahwa mereka diperintahkan untuk
membunuh para perwira kepolisian Indonesia. Mereka mengaku telah diberi
perbekalan dalam misi tersebut. Melalui wawancara tersebut, hal itu membuktikan
keterlibatan proyek BP dalam insiden tersebut. Sementara dua orang tersebut
nyawanya terancam karena terlalu banyak mengetahui masalah tersebut dan meminta
perlindungan pada Eben. Namun eben tidak dapat berbuat apa-apa.
Kesimpulan Paragraph 21 :
Pada akhir Mei 2003, Eben diminta untuk
menghadiri pertemuan dengan BP oleh seorang pembela HAM yang bernama John
Rumbiak. Pertemuan tersebut diadakan di kantor pusat BP di London yang akan
dihadiri oleh Dr Byron Grote seorang CFO perusahaan tersebut. Pertemuan tersebut
untuk membahas masalah yang terjadi di Papua yang melibatkan perusahaan BP.
Kesimpulan Paragraph 22 :
Eben bertemu dengan Rumbiak dalam
perjalanan menuju kantor pusat BP. Mereka tersesat karena tidak naik taksi.
Mereka kemudian saling bercerita sambil jalan-jalan mencari kantor BP. Mereka
terlambat 20 menit di tempat tujuan.
Kesimpulan Paragraph 23 :
Setibanya di kantor tersebut, mereka
dikawal untuk menghadiri pertemuan tersebut setelah sebelumnya diperiksa oleh
petugas keamanan. Ternyata disana sudah ada CFO Byron Grote dan wakil presiden
direktur senior bernama John O’Reilly. Mereka juga terlibat dengan insiden
kekerasan serupa di Kolombia. Hal itu membuat nyali Eben menciut berhadapan
dengan orang paling berkuasa di Eropa.
Kesimpulan Paragraph 24 :
Percakapan tersebut diminta untuk tidak
direkam, sementara Rumbiak tanpa basa-basi mengutarakan pendapatnya mengenai
proyek BP. Ia juga meminta agar BP memberikan kontrak keamanan pada pihaknya.
Atau jika tidak, agen rahasia militer akan terus memprovokasi insiden kekerasan
tersebut sampai pihak BP mengalah.
Kesimpulan Paragraph 25 :
Dr Grote menjawab pernyataan Rumbiak. Ia
berpendapat bahwa kekerasan itu tidak baik dalam bisnis. Meskipun jika proyek
perusahaan BP dibatalkan, akan ada perusahaan lain yang tidak memiliki kode
etik akan mengembangkan proyek serupa. Pernyataan tersebut sebagai bujukan dari
Grote mengenai masalah tersebut. Sementara Eben bertanya-tanya apakah proyek
tersebut dapat menjadi kekuatan untuk mengesampingkan militer Indonesia di
Papua Barat.
Kesimpulan Paragraph 26 :
Rumbiak meminta Eben untuk
mempresentasikan hasil temuannya bersema Waropen di Wasior. Dengan hati-hati
Eben mengungkap masalah yang terjadi di Papua sesuai dengan penelitiannya. Ia
juga menjelaskan tentang konflik antara pihak-pihak keamanan yang terjadi di
Papua.
Kesimpulan Akhir
Dari kesimpulan-kesimpulan paragraph
tersebut, dapat kita ketahui dari sini bahwa perusahaan BP memiliki kendali
yang cukup berpengaruh di Papua. Disisi lain, BP bekerjasama petugas militer
untuk melindungi proyek mereka. Namun disisi lain, BP juga membiayai kelompok
yang diperintahkan untuk membunuh petugas kepolisian. Dilihat dari peran BP di
Papua, saya melihat BP sebagai dalang dari insiden tersebut dengan menggerakkan
pihak-pihak bersangkutan terlibat konflik yang semuanya didukung oleh BP. Jadi,
disini yang dirugikan adalah masyarakat Papua dan para pelaku yang terlibat
dalam insiden tersebut karena telah dimanfaatkan oleh BP. Sementara BP hanya
merasakan hasil dari upaya tersebut untuk melindungi proyeknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic