We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Kamis, 17 April 2014

Harapan Besar Untuk Sang Mutiara Hitam


Class Review 9

            Ada satu saat di mana waktu terasa sangat lambat, yaitu saat kita menunggu. Rasanya menyebalkan jika kita menunggu sesuatu yang sangat kita nantikan. Namun cobalah rasakan perbedaannya ketika kita disibukan dengan sesuatu. Untuk hal yang satu ini, saya punya pandangan lain. Sesuatu hal yang membuat kita sibuk, jika kita tanggapi dengan santai dan bahagia, maka perputaran waktu menuju hal itu akan terasa wajar dan normal. Namun jika kita menanggapinya dengan rasa tidak suka dan galau, maka ia akan terasa cepat datangnya.          Begitupun dengan tugas-tugas mata kuliah writing ini. Tak terasa malam ini sudah dekat dengan hari kamis sehingga malam ini merupakan malam pertempuran bagi saya dan tugas. Laptop, buku, pulpen, kopi, cemilan, dan tidak lupa mengisi kuota modem merupakan alat tempur saya siapkan dimalam ini.
            Pada minggu lalu, pembahasan masih mengenai seputar konflik di Papua. Salah satu pemicu konflik tersebut dikarenakan adanya nasionalisme Papua yang telah tertanam di dalam diri rakyat Papua selama puluhan tahun. Rasa nasionalisme tersebutlah yang mendorong rakyat Papua membenci adanya penjajahan terhadap mereka, baik yang dilakukan Belanda maupun Indonesia. Nasionalisme Papua yang mulai ditanamkan oleh Belanda ketika didirikan sekolah pamong praja di Holandia, tertanam serta tersosialisasikan dari generasi ke generasi. Ketika Belanda dan Indonesia bukanlah pihak yang diharapkan, rakyat Papua melihat keduanya sebagai bangsa yang hendak menguasai Papua. Pemikiran ini yang menyebabkan gerakan anti-Indonesia sangat kuat dan mudah meluas di Papua. Kebijakan represif pada masa Orde Baru tidak mampu memadamkan nasionalisme ini, namun justru memperkuatnya.
            OPM dan sejenisnya adalah sebagai  salah satu penyebab konflik tersebut. Tujuan mereka adalah menimbulkan kesan bagi pemerintah pusat dan daerah serta pihak internasional bahwa Papua selalu tidak aman karena adanya OPM, ini jelas-jelas bertujuan menggagalkan ide dan keinginan luhur orang asli Papua untuk berdialog atau berdiskusi dengan pemerintah Indonesia dalam waktu dekat.
            Selain itu, banyaknya peristiwa kekerasan dan konflik yang ada di Papua menandakan bahwa institusi kepolisian yang ada di Tanah Papua beserta jajaran Polres-nya di seluruh tanah papua seringkali tidak mampu mengungkapkan kasus-kasus kekerasan bersenjata yang terjadi di Papua tersebut. Di tambah lagi polisi di daerah ini susah sekali mendapatkan barang bukti yang bisa menjadi petunjuk penting dalam mengungkapkan sebab dan siapa pelaku dari setiap kasus tersebut.
            Selain karena nasionalisme, konflik di Papua dipicu karena masalah ekonomi. Persoalan ekonomi di Papua terkait erat dengan masalah kemiskinan, disparitas ekonomi dan pembangunan antara daerah Papua dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Dibidang pengelolaan SDA Papua, kebijakan pemerintah dinilai lebih berpihak pada pebisnis/pemodal besar ketimbang pada masyarakat Papua. Akibatnya dalam kepentingan bisnis asing, masyarakat Papua sering kali terabaikan, misalnya dalam pengambilan keputusan menyangkut atas kepemilikan tanah adat, mereka tidak dilibatkan dalam proses dan kontrak bisnis yang dilakukan, padahal mereka adalah pemilik tanah adat di Papua. Sebaliknya, pemerintah (pusat) dan pengusaha memberi label pada orang Papua sebagai primitif dan tradisional (tidak modern). Akibatnya orang Papua justru dianggap sebagai beban pemerintah.
            Pada teks “Don’t Use Your Data as a Pillow”, pembahasan utamanya adalah mengenai permasalahan BP (British Petroleum). BP memiliki perwakilan di lebih dari 100 negara, BP berawal dari seorang William Knox D’Arcy, yang telah lama menginvestasikan waktu, uang dan tenaga kerja dengan keyakinan bahwa deposit minyak berharga dapat di temukan di Iran. Selama enam dasawarsa pertama, fokus utama perusahaan terletak pada cadangan minyak di Timur Tengah. Tapi setelah itu hingga akhir 1960-an, fokus perhatian bergeser ke arah Inggris dan selanjutnya ke daerah lain di dunia.
            BP mencetak keberhasilan pertama di perairan Inggris, ketika pada tahun 1965 ditemukan ladang gas West Sole, yang dikelola dua tahun kemudian. Pencarian untuk minyak menyebar lebih jauh ke utara, dan pada tahun 1970 BP menemukan Forties field-ladang minyak komersial pertama yang ditemukan di wilayah Inggris. Sementara itu di Alaska, BP memperoleh imbalan atas usaha eksplorasi sepuluh tahun, ketika pada tahun 1969 mengumumkan penemuan minyak utama di Prudheoe Bay di Slope Utara. Saat ini BP Oil dan Gas memproduksi minyak dan gas dibeberapa negara diantaranya Abu Dhabi, Australia, Kolombia, Norwegia dan Papua New Guinea.
            BP sekarang adalah sebuah perusahaan internasional yang memiliki kekuatan utama eksplorasi dan produksi minyak dan gas, refining, pemasaran dan pasokan bahan bakar minyak, dan pembuatan dan pemasaran bahan kimia. BP juga membangun dan mengembangkan pembangkit tenaga gas dan pembangkit listrik tenaga surya.
            BP merupakan salah satu perusahaan energi terbesar di dunia dengan omzet $175 milyar dan beroperasi di lebih dari 100 negara dengan bisnis yang stabil di Eropa, Amerika, Asia dan Afrika, serta mempekerjakan 110.000 tenaga kerja di seluruh dunia.
            Selain BP, terdapat perusahan minyak bumi  yang memiliki kualitas bagus, yaitu Shell (Royal Dutch Shell). Shell merupakann perusahaan paling besar kedua di dunia. Shell merupakann perusahaan yang terintegrasi secara vertikal sertaa aktif di tiap-tiap bidang industri minyak sertaa gas, termasuk eksplorasi sertaa produksi , penyulingan , distribusi sertaa pemasaran , petrokimia , pembangkit listrik sertaa perdagangan sertaa juga mempunyai kegiatan besar seperti energi terbarukan termasuk di biofuel , hidrogen , tenaga surya sertaa tenaga angin . Perusahaan ini beroperasi di lebih dari 90 negara yang menghasilkan produksi minyak sekitar 3,1 juta barel perhari sertaa mempunyai 44 ribu stasiun layanan diseluruh dunia. Tahun 2011 pendapatan Royal Dutch Shell dengan besar 378,152 juta dollar dengan laba 20,127 juta dollar dan mempunyai 101.000 karyawan.
             Presiden Direktur Shell Indonesia, Darwin Silalahi, menceritakan sebuah sejarah penting perusahaan Shell yang kini bermarkas di Eropa itu. Menurut Darwin, keberadaan Shell tak bisa dilepaskan dari Indonesia. Darwin mengatakan tak semua orang tahu bahwa perusahaan multinasional Shell pada awalnya melakukan bisnisnya di Indonesia tepatnya di area perkebunan Telaga Said, Deli, Sumatera Utara, di masa Indonesia masih jajahan Belanda. Adalah seorang mandor perkebunan Hindia Belanda, Aeliko Jans Zijklert, pada tahun 1880 menemukan cairan hitam di perkebunan tersebut. Sampel cairan tersebut lalu dikirim Zijklert ke Batavia untuk diteliti. Setelah mengetahui cairan hitam itu adalah minyak bumi, ia pun memutuskan berhenti menjadi mandor dan kembali ke negeri asalnya, Belanda. "Ia menawarkan idenya kepada orang Belanda yang ahli dalam bidang pengeboran untuk diajak memulai bisnis migas," tutur Darwin.
            Satu tahun setelah pulang ke Belanda, Zijklert datang ke Deli untuk melakukan pengeboran minyak bumi. Namun pengeboran pertama ternyata tidak berhasil karena sumber minyak bumi dalam sumur yang dibor ternyata kering. Dia pun tidak putus asa, lalu melakukan pengeboran di Telaga Said 2 dan akhirnya berhasil. “Itu penemuan minyak pertama di Indonesia. Itu juga yang memulai berdirinya industri migas yang kini dinamakan Shell,” kata Darwin. Meski perusahaan ini beroperasi pertama kali di Indonesia, seiring perjalan waktu perusahaan ini sudah berevolusi menjadi perusahaan migas terbesar di dunia. Tidak hanya bidang minyak bumi namun juga perusahaan ini merambah pada LNG bahkan menjadi pelopor kemajuan inovasi pengolahan gas bumi menjadi energi.
            BP dan Shell merupakan perusahaan multinasional. Perusahaan multinasional atau PMN adalah perusahaan yang berusaha di banyak negara; perusahaan ini biasanya sangat besar. Perusahaan seperti ini memiliki kantor-kantor, pabrik atau kantor cabang di banyak negara. Mereka biasanya memiliki sebuah kantor pusat di mana mereka mengkoordinasi manajemen global. Berikut merupakan perusahaan multinasional:
  • Acer Inc.
  • Adidas
  • Allianz
  • AOL
  • Apple Computer
  • ASUS
  • AT&T
  • BMW
  • Bombardier
  • British Petroleum
  • Chevron Corporation
  • Coca-Cola
  • Dell
  • Enron
  • Exxon
  • Fiat
  • Fonterra
  • Freeport
  • General Electric
  • General Motors
  • Google
  • Grup Volkswagen
  • Halliburton
  • Hearst Corporation
  • Heckler & Koch
  • Honda
  • HSBC
  • Hutchison Whampoa Limited
  • Hyundai
  • IBM
  • Intel Corporation
  • Jardine Matheson
  • KFC
  • Kyocera
  • LG Electronics
  • McDonald's
  • Mercedes Benz
  • Microsoft
  • Monsanto
  • Nestlé
  • Newmont Mining Corporation
  • Nike, Inc.
  • Nintendo
  • Nissan
  • Nokia
  • NTT
  • Nortel Networks
  • Opel
  • Parmalat
  • Pepsi
  • Petrobras
  • Philips
  • Prentice Hall
  • Prudential plc
  • Puma
  • Shell
  • 3M
  • Schlumberger
  • Sony
  • Steyr Mannlicher
  • Swire Group
  • The Walt Disney Company
  • Toshiba
  • Total S.A.
  • Toyota
  • Wal-Mart Stores, Inc.
  • Yahoo!
Inilah hasil diskusi kelompok mengenai teks “Don’t Use Your Data as a Pillow” paragraf 1-26
Paragraf 1: Sebuah pesta yang ditujukan untuk Eben yang dipersembahkan atas selesainya research yang dia lakukan.
Paragraf 2: Ketika Eben hendak melakukan penelitian el nino di Papua, ternyata pada saat itu Papua sedang turun hujan. Sehingga hal itu mengurangi antusiasme Eben untuk meneliti el nino. Eben justru merasa bingung karena pada saat itu disana sedang maraknya gerakan reformasi setelah lengsernya presiden Soeharto.
Paragraf 3: Setelah Eben menyaksikan serangkaian pembantaian yang dilakukan oleh militer Indonesia terhadap Papua, Eben mengerti kenapa Papua menolak untuk bereformasi.
Paragraf 4: Eben melakukan perjalanan ulang ke Papua untuk melakukan research tentang adat khas Papua. Fakta yang mencengangkan adalah ketika Eben menemukan bukti bahwa nenek moyangnya pernah membodohi/menjajah Papua. Hal tersebut membuat Eben berfikir ulang untuk melanjutkan researchnya.
Paragraf 5: Orang-orang Papua mengira Eben merupakan sekutunya. Tapi disisi lain, Eben justru tertarik untuk membantu orang-orang orang-orang Papua mendapatkan kebebasannya.
Paragraf 6: Waropen (anggota komnas HAM) diundang oleh Denny ke pestanya. Kemudian dia berbincang dengan Eben. Perbincangan tersebut mengingatkan Eben pada kejadian dimana dia pertama kali datang ke Papua yang mana pada saat itu sedang maraknya gerakan reformasi di Indonesia.
Paragraf 7: Eben dan Denny mengunjungi Wasior untuk menginvestigasi rumor bahwa agen-agen militer Indonesia diam-diam mendukung misi Papua untuk merdeka.
Paragraf 8: Eben dan Denny melakukan penelitian di Wasior secara rahasia yang menyembunyikan identitas narasumber.
Paragraf 9: Eben dan Denny tidak ingin mengambil resiko untuk mewawancarai seorang dukun yang telah diagendakan sebelumnya, karena sejak dari awal kedatangannya dia diawasi oleh orang-orang Papua yang menganggap dia adalah sekutu.
Paragraf 10: Eben berfikir bahwa Waropen bisa menjadi narasumber penting untuk melengkapi/membantu penelitiannya mengenai dukun yang belum berhasil ia wawancarai.
Paragraf 11: Eben mewawancarai Waropen dengan menyembunyikan identitas Waropen sebagai narasumber. Waropen balik bertanya kepada Eben, kenapa menyembunyikan identitas narasumber? Padahal hal tersebut bisa menguatkan hasil penelitiannya.
Paragraf 12: Eben mendapatkan keringanan dari pihak kampus untuk menyembunyikan atau tidak mencantumkan identitas narasumber yang ia wawancarai. Tetapi Waropen ingin namanya dicantumkan sebagai narasumber karena ia ingin diakui sebagai intelektual publik.
Paragraf 13: Sumber yang disembunyikan bisa menimbulkan kecurigaan para pembaca. Tetapi para jurnalis dan editor juga memiliki hukum untuk menyembunyikan identitas narasumber guna melindungi diri dari gugatan pencemaran nama baik (narasumber), terdapat beberapa hal tertentu yang tidak bisa dipublikasikan.
Paragraf 14: Waropen merupakan salah satu sumber data penting dalam penelitian yang dilakukan Eben. Eben menyarankan beberapa saran untuk mencapai kebebasan di Papua. Saran tersebut sudah terfikirkan oleh Waropen, namun Waropen tidak mempunyai bukti, sedangkan sistem hukum zaman sekarang segala sesuatunya harus disertai bukti.
Paragraf 15: Percakapan mereka memanas. Mereka saling beradu argumen mengenai perlu atau tidaknya disembunyikannya identitas narasumber. Bahkan Eben mulai menyinggung Waropen mengenai kasus HAM bahwa identitas korban dan saksi dalam kasus HAMpun pastinya ada yang dilindungi. Waropen bersikeras dan berkata “jangan menggunakan data anda sebagai bantal dan pergi tidur ketika anda kembali ke Amerika.” “jangan hanya menggunakan penelitian ini sebagai jembatan untuk peluang profesional anda sendiri.”
Paragraf 16: Waropen menginginkan Eben untuk menjadi seorang ahli regional yang handal dengan alasan banyak antropolog budaya terlalu berhati-hati dalam melakukan researchnya jika researchnya itu berhubungan dengan kekuasaan. Selain itu ahli regional sering mengabaikan tuntutan akuntabilitas dari orang-orang yang menjadi narasumber mereka. Sehingga kritikan-kritikannya tidak mendapatkan respon serius dari para penguasa.
Paragraf 17: Waropen meminta Eben untuk memikirkan kembali apa yang disebut sebagai “data” dalam antropologi budaya. Karena baru-baru ini Charles Hale mendesak antropolog untuk mengambil metodologi positif serius dalam setiap research.
Paragraf 18: Waropen menantang Eben untuk melakukan tindakan nyata. Itu membuat Eben berfikir bagaimana bisa ia melakukan itu, tidak hanya sekedar menuliskan pengetahuannya kedalam tulisan tetapi juga membawa pengetahuannya tentang Papua Barat ke kursi kekuasaan global.
Paragraf 19: Ketika Eben dan Denny pergi ke Wasior, Eben hendak meneliti tentang kekerasan yang terjadi diperusahaan BP (British Petroleum), yang baru saja mulai mengeksploitasi ladang gas Papua Barat yang diperkirakan akan menghasilkan keuntungan dan hasil yang sangat besar. Kabarnya, agen militer Indonesia memprovokasi kekerasan dalam upaya konvensional untuk menguntungkan perlindungan kontrak.
Paragraf 20: Eben berhasil mewawancarai dua orang agen Papua, salah satunya mengatakan bahwa dia mendapat dukungan logistik dan inteljen untuk membunuh para perwira polisi. Wawancara tersebut membuktikan rumor yang menghubungkan kekerasan yang terjadi di Wasior untuk proyek BP. Agen yang sama mengatakan bahwa seorang perwira militer aktif telah mencoba untuk membunuhnya karena ia mengetahui terlalu banyak mengenai kasus tersebut. Dia meminta bantuan Eben untuk melarikan diri, namun Eben tidak bisa melakukan apapun untuk membantunya.
Paragraf 21: Pada akhir Mei 2003, John Rumbiak, pembela hak asasi manusia Papua, meminta Eben untuk menghadiri pertemuan di markas London BP (British Petroleum) dengan Dr Byron Grote, Chief Financial Officer ( CFO ) dari raksasa minyak ini. BP pelatihan yang disebut pertemuan "community-based security" force - sekelompok penjaga keamanan Papua yang akan meminimalkan kebutuhan untuk bekerja sama dengan pasukan keamanan Indonesia . Rumbiak telah mengamankan pertemuan untuk berbicara tentang bagaimana kebijakan keamanan BP yang mempengaruhi iklim HAM di Papua Barat. Rumbiak meminta Eben untuk bergabung dengan pertemuan sehingga Eben bisa menyajikan temuan-temuan Eben tentang kekerasan milisi di Wasior. Secara tidak langsung Eben telah dijadikan sebagai saksi dipertemuan itu.
Paragraf 22: Eben bertemu dengan Rumbiak sebelum menghadiri pertemuan di kantor pusat. Mereka bercerita tentang pengalaman atau perjalanan terakhir dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris saat mengobrol.
Paragraf 23: Eben merasa tersanjung dan terhormat karena bisa bertemu dengan orang-orang yang paling berkuasa di Eropa.
Paragraf 24: Rumbiak keberatan jika diskusi tidak direkam. Rumbiak ingin apa yang terjadi saat meeting direkam untuk ditunjukan kepada rakyat Papua Barat. Tetapi perwakilan BP menolak karena khawatir akan keamanan perusahaan mereka. BP menolak untuk melakukan kekerasan.
Paragraf 25: Dr. Grote menolak melakukan kekerasan untuk dapat mengeksplor wilayah di papua, membuka masyarakat adalah cara yang baik. dia menjamin semua masyarakat akan tetap bekerja. Dr. Grote tidak ingin perusahaan lain yang tidak punya kode etik mengembangan ladang tersebut. Eben terpukau dengan perkataan tersebut.
Paragraf 26: Eben mempresentasikan penemuannya di Wasior. Sorang anggota milisi Papua mengaku membunuh sekelompok polisi Indonesia atas bantuan dari militer Indonesia. Polisi Indonesia vs TNI?
            Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemicu adanya konflik di Papua dikarenakan faktor nasionalisme seperti gerakan operasi Papua Merdeka (OPM), ekonomi dan politik. Begitupun dengan perusahaan BP yang memicu adanya pertikaian di Papua dengan cara mengadu domba antara OPM, Polisi, dan Militer Indonesia. Selama kesenjangan itu terjadi, maka akan semakin banyak konflik yang akan tetap membakar masyarakat di Papua. Apapun kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak akan benar-benar memadamkan konflik yang terjadi. Justru sebaliknya, menurut kami masyarakat akan menilai kebijakan yang dilakukan pemerintah tersebut adalah sebagai akal-akalan mereka saja. Untuk itu, diharap sebaiknya hal ini mendorong pemerintah maupun pihak-pihak yang terkait lainnya untuk mengupayakan solusi yang komprehensif dengan melakukan pembangunan secara intensif dan berkesinambungan di tanah Papua tersebut, kondisi ini bisa dijaga oleh pemerintah setempat dan pemangku kepentingan dengan cara bersinergi atau berkomunikasi dengan cukup baik.

Referensi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic