8th
Class Review
Satu minggu berlibur dari kegiatan
menulis telah kudapatkan pada minggu yang lalu. Kini hari – hari itu telah
usai, tiada lagi hari libur untuk menulis dan membaca. Sekarang waktunya tidak
lagi untuk bermalas – malasan dan bersantai – santai lagi setelah Mata Kuliah
Writing kembali dengan ciri khas tugasnya, tentunya…menulis. Setelah kunikmati
liburan itu, saatnya kembali untuk mengerjakan tugas, lagi dan lagi. Di malam
yang sunyi, kuambil buku dari dalam tasku, kemudian kubuka lembaran demi
lembaran mencari catatan yang kutulis dikelas pada tanggal 04 April 2014. Setelah
itu, memori otakku mulai berusaha untuk kembali mengingat mengenai perkataan,
kegiatan yang telah kulakukan dalam kelas Writing. Mr. Lala Bumela mengatakan
bahwa kelas PBI – C ini telah menunjukkan kemajuannya, meskipun Mr. Lala Bumela
tidak menyebutkan nama anggota kelas yang telah membuat kemajuan dalam menulis,
setidaknya kelas kami kini telah mendapat perubahan, dan itu dapat menjadi
motivasi tersendiri untuk semakin meningkatkan prestasi dalam menulis. Namun memang
tidak pungkiri juga bahwa ada sedikit kekecewaan dengan hasilnya, akan tetapi
kami masih punya secercah harapan untuk memperbaikinya dengan meningkatkan
kegiatan membaca dan harus lebih kritis lagi dalam hal membaca. Kebanyakan
mahasiswa mengalami gagal dalam proses membaca, karena kurangnya pengalaman
membaca oleh karena itu Mr. Lala Bumela menugaskan kami dalam dua minggu
kedepan untuk banyak – banyak membaca.
Dalam membaca kita harus memunculkan
konstitusi yang tinggi, karena banyak hal yang bisa diperoleh dari membaca dan
akan sangat bermanfaat apabila membudayakannya. Namun untuk menjadikan kegiatan
membaca sebagai bagian dari budaya bangsa Indonesia sampai hari ini bukanlah
perkara yang mudah. Dari budaya membaca maka bukan tidak mungkin, akan
melangkah lagi kepada budaya menulis. Budaya menulis, merupakan budaya dari
tingkat lanjutan setelah terbentuk budaya membaca itu sendiri.
Membaca
merupakan kebiasaan yang paling kecil, namun berawal dari kegiatan membaca
itulah hal – hal besar mampu untuk diciptakan. Apabila terdapat kesalahan
ataupun kelalaian kecil dalam proses membaca maka akan mengakibatkan hal yang
fatal, atau bisa terjadi kesalah pahaman dalam membaca. Oleh karena itu untuk
sekarang Mr. Lala Bumela sedang menekankan kami untuk banyak – banyak membaca. Seperti
tugas yang hendak dilaksanakan pada minggu sekarang, Mr. Lala Bumela menugaskan
kami untuk membaca sebuah artikel yang ditulis oleh S. Eben Kirksey dengan
judul “Don’t Use Your Data as a Pillow”. Artikel tersebut dituliskan dalam
bahasa Inggris, oleh karenanya kita sebagai pembaca membutuhkan pemahaman pada
L2 (second language). Ketika mempelajari sebuah bahasa kita harus memiliki
sense yang kuat dalam bahasa ibu kita (L1 atau first language), dan dalam
mempelajarinya harus continue dari L1 ke L2, sehingga kita bisa memahaminya dan
menjadi multilingual reader dan writer. Artikel tersebut lagi lagi berhubungan
dengan sejarah, namun bukan sejarah Columbus atau dunia luar, kali ini artikel
tersebut membahas mengenai masalah atau konflik dalam bangsa sendiri yaitu
mengenai Papua. Pembahasan (diskusi) yang dilakukan oleh kami didalam kelas meliputi
beberapa hal mengenai Papua yang tampilkan dalam slide yaitu sebagai berikut:
1. What is West Papua? And where is it located?
2. What differences can you spot between PAPUA and IRIAN
JAYA?
3. In what year the land called Papua integrated into NKRI?
4. What is Trikora?
5. What are the roles of Soekarno in the integration of
Papua into NKRI?
6. What did the Dutch colonial do in Papua?
7. What are the roles of US-UN and our neighbouring
countries in the Papua conflicts?
8. What is Organisasi Papua Merdeka (OPM) and who finances
them?
9. Will you personally support
Papua to become a newly seperated country? Why?
Namun,
dari pembahasan diatas hanya beberapa nomor saja hanya 2 nomor yang mampu kita
diskusikan dalam kelas, karena waktu yang disediakan cukup terbatas. Dalam diskusi
tersebut hidup karena beruntungnya beberapa dari kami ada yang mengetahui
tentang Papua dan menjelaskannya.
Papua Barat merupakan
wilayah yang terletak dibagian barat pulau Papua. Sedangkan Pulau Papua itu
sendiri dibagi menjadi dua provinsi yaitu Provinsi Papua Nugini dan Papua
Barat. Meskipun terletak dalam satu pulau, Papua Nugini tidak termasuk wilayah
Indonesia. Pada awalnya nama dari Papua adalah Irian Jaya Barat, yang kemudian diganti
menjadi Irian Jaya oleh Soeharto. Kemudian barulah diganti lagi menjadi Papua
berdasarkan UU No. 21 Tahun 2001 yang mengamanatkan penggantian nama tersebut menjadi
Papua. Dalam diskusi yang dijalankan bersama anggota kelompok mengenai Papua sangatlah
rumit. Ketika Indonesia merdeka pada tanggal 1945, Indonesia pun menuntut semua
wilayah bekas jajahan Belanda sebagai wilayah Indonesia. Namun, Belanda
menolaknya karena ingin menjadikan Papua bagian barat bukan sebagai wilayah
Indonesia karena terdapatnya perbedaan
etnis yang sangat mencolok. Memang, Papua bukan saja hanya jauh dari letak
sejarah geografis yang berada di paling timur Indonesia, namun juga Papua jauh secara kultural (kebudayaan). Sampai
akhirnya permasalahan tersebut menjadi berlarut – larut. Namun pada tahun 1969
terjadi penyatuan wilayah Indonesia dengan Papua karena perjanjian antara Indonesia
dengan Belanda. Namun bagi sebagian rakyat Papua tidak mengakui hal tersebut
dan beranggapan bahwa hal tersebut adalah hanya penyerahan penjajahan dari
penjajah yang satu ke yang lainnya. Oleh karena itu dibentuklah OPM (Organisasi
Papua Merdeka) pada tahun 1965 untuk membentuk Negara sendiri karena penduduk
asli Papua bagian barat merasa bahwa mereka juga tidak memiliki hubungan
sejarah dengan bagian Indonesia ataupun Negara – Negara yang lainnya. Lantas apakah
mungkin hal tersebut merupakan bagian dari “INDONESIASIASI”? karena Indonesia
seperti mengajak rakyat Papua untuk menerima sejarah Indonesia sebagai
sejarahnya juga, bukankah jika begitu merupakan suatu proses pemaksaan sejarah?
Selain itu juga pernah dilakukan ‘’pepera’’ (penentuan pendapat rakyat) yang
menjadikan momen yang crusial. Namun upaya tersebut seperti menjadi salah satu
manipulasi agar Papua tetap menjadi bagian dari NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia). Namun, entah sejarah ini benar – benar membuat dilemma pembaca,
antara mana yang benar atau tidak, oleh karena itu, kita harus banyak – banyak membaca
data – data yang lain tidak hanya dari berdasarkan satu sumber data saja. Disitulah
pentingnya kita untuk berliterasi, literasi adalah kegiatan sosial
dengan karakter. Hal ini dapat digambarkan sebagai praktik di mana orang
menarik dalam situasi membaca yang berbeda. Orang-orang memiliki berbagai jenis
keterampilan membaca, yang mereka memanfaatkan dengan cara yang berbeda di
berbagai wilayah kehidupan. Namun, segala bentuk keaksaraan mencakup kemampuan
untuk mengendalikan sistem yang berbeda dari simbol-simbol di mana realitas
diwakili kepada pembaca. Ketika kita membicarakan tentang literasi, maka
dihubungkan pula dengan “teks” dan “konteks”. Dalam hal teks maka berhubungan
dengan sejarah, karena teks akan bisa membuat sejarah tersendiri ketika teks
tersebut ditemukan dan diungkapkan ke khalayak umum, sedangkan konteks akan
berhubungan dengan ideologi karena sebuah ideology itu mengungkapkan sebuah isi
atau makna yang dapat diambil ketika kita membaca yang akan menentukan perilaku
atau ideologi kita. Dengan begitu kita hanya akan merespon kata – kata yang
telibat.
Setelah
diskusi mengenai Papua tersebut, dilanjutkan kembali dengan membahas judul yang
terdapat dalam artikel tersebut yaitu “Don’t Use Your Data as a Pillow”. Dari judul
tersebut terdapat dua kata yang perlu digarisbawahi dan dibahas dengan kelompok
yaitu “Data” dan “Pillow”.
Namun
setelah diskusi dalam kelompok benar – benar telah selesai, barulah kami
mengetahui mengenai “data” dan “pillow” karena setelah diskusi selesai Mr. Lala
Bumela kemudian membahas mengenai kedua hal tersebut. Mr. Lala Bumela
mengatakan bahwa data adalah sebuah informasi. Namun informasi tersebut
meski kita periksa kevalidasiannya. Sedangkan pengertian informasi yaitu hasil dari sebuah penelitian dari sebuah pencarian atau sebuah proses perubahan atau bisa
dikatakan bahwa informasi merupakan proses dari sebuah data. Dengan kata
lain, data merupakan sesuatu hal yang belum tentu mempunyai “meaning”
tersendiri untuk pembacanya dan tetap memerlukan untuk adanya suatu pencarian
lagi dan lagi. Data itu sendiri banyak wujudnya, bisa berupa tulisan atau
tertulis, lisan, visual, ataupun kombinasi antara kesemuanya. Mereka adalah bagian penting dari sejarah kita bersama, pembuatan
kita dan masyarakat kita
(Lehtonen).
Sedangkan
“pillow” itu sendiri bersifat optional, dengan kata lain jika kita tidak
menggunakannya pun tidak akan menjadi masalah dan terkadang juga dipakai hanya
sesekali saja dan hanya sebagai ornament belaka. Sedangkan berdasarkan hasil
dari diskusi yang telah kami lakukan ternyata sangat berbeda dengan yang
diucapkan Mr. Lala Bumela. Dapat dilihat bahwa “pillow” itu sendiri bisa
dilihat dari sisi – sisi yang berbeda tergantung dari sisi mana kita
melihatnya.
KESIMPULAN :
Informasi yaitu hasil dari proses pencarian data yang
telah dilakukan atau dikatakan bahwa data tersebut telah memiliki “meaning”. Kemudian
informasi tersebut akan bisa membuka segala sesuatu yang belum kita ketahui. Jadi
data tersebut jangan digunakan sebagai sandaran informasi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic