We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Minggu, 06 April 2014

CLASS REVIEW 8


Bacalah!
“If you don't have time to read, you don't have the time to write. Simple as that”
Setengah perjalan semester ini sudah terlewati, mata kuliah academic writing bersisa setengah jalan lagi. Setengah perjalanan yang tersisa ini akan melibatkan petualangan dan pertarungan sengit antara kami para mahasiswa mata kuliah ini, teks, alat tulis, dan kertas. Sisa pertemuan untuk kurang lebih delapan pertemuan ke depan memiliki tantangan yang begitu membuat bulu kuduk berdiri. Tarikan dan hembusan nafas sedikit terasa memanjang saat tantangan ini sudah di depan mata.

Bapak Lala Bumela mengatakan kepada kami bahwa tugas berat kami setelah menulis critical review adalah untuk membaca, membaca, dan membaca. Tentu membaca bagi beliau bukan hanya sekedar tahu isi dari bacaan itu, tetapi juga menelisik lebih jauh dan lebih dalam isi dari bacaan yang dibaca. Kami sangat dituntut untuk menjadi pembaca yang memiliki dua pengalaman, extensive dan intensive experience.
Ada tiga kata yang tegas digarisbawahi oleh Bapak Lala yang harus kami, mahasiswa miliki. Tiga keharusan itu adalah kefokusan, sebuah komitmen, dan daya banting kita. Sedikit saja ada yang terlewat atau kehilangan titik focus, akan sulit untuk menemukan titik focus itu kembali. Kami diminta untuk senantiasa mempertahankan titik focus kami. Sebenarnya, tanpa diminta pun memang itulah tugas kami. Dari awal kita sudah membuat komitmen, dengan penuh kesadaran kita harus mematuhi komitmen itu. Yang paling sulit untuk dipertahankan dari tiga kata yang tegas dikatakan oleh Bapak Lala Bumela, yaitu daya banting. Kita harus mendesain diri kita ini lulus oleh uji tahan banting.
Seperti yang tertulis pada paragraph kedua bahwa tugas berat kami di sisa perjalanan ini adalah membaca. Kami diminta untuk membuat sebuah club membaca yang beranggotakan lima orang. Kami dibebaskan memilih anggota club kami sendiri, demi kenyamanan bekerja kami. Issue besar yang terpampang untuk hari itu dan kurang lebih akan bertahan sampai dua minggu ke depan adalah tentang “PAPUA BARAT”.
Tugas setiap club membaca adalah menganalisis setiap kalimat yang tertulis pada artikel “Don’t Use Your Data as a Pillow” dan kami harus menulis setiap detail yang disampaikan oleh teman satu club membaca kami ini.anggota club mambaca saya adalah Sandi Pramuji, Siti Hurriyah, Siti Roki’ah, dan Wiwi Rif’atul Qodriyah. Kami diberi waktu selama duapuluh menit untuk memecahkan misteri yang ada pada “Don’t Use Your Data as a Pillow” ini. Sebelum kami memulai berdiskusi tentang artikel ini, Bapak Lala member sebuah sajian awal berupa Trivia Quiz untuk kami.
Soal-soal trivia quiz ini adalah sebagai berikut: 
}  What is West Papua? And where is it located?
}  What differences can you spot between PAPUA and IRIAN JAYA?
}  In what year the land called Papua integrated into NKRI?
}  What is Trikora?
}  What are the roles of Soekarno in the integration of Papua into NKRI?
}  What did the Dutch colonial do in Papua?
}  What are the roles of US-UN and our neighbouring countries in the Papua conflicts?
}  What is Organisasi Papua Merdeka (OPM) and who finances them?
}  Will you personally support Papua to become a newly seperated country? Why?

Berikut adalah jawaban-jawaban yang saya dapat dari Trivia Quiz ini. Jawaban dari pertanyaan di atas saya buat saling berkaitan antara jawaban soal satu sapai terakhir dalam paragraph yang padu. Papua Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia Provinsi Papua Barat terletak antara 0 – 4 derajat Lintang Selatan dan 124 – 132 derajat Bujur Timur, tepat dibawah garis katulistiwa dengan ketinggian 0 – 100 meter dari permukaan laut. Luas wilayah Provinsi Papua Barat sebesar 126.093 kilometer persegi. Batas Utara: Laut Pasifik, Batas Barat: Laut Seram Provinsi Maluku, Batas Selatan: Laut Banda Provinsi Maluku, Batas Timur: Provinsi Papua. Nama provinsi ini sebelumnya adalah Irian Jaya Barat yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007 tanggal 18 April 2007, nama provinsi ini diubah menjadi Papua Barat. Papua Barat dan Papua merupakan provinsi yang memperoleh status otonomi khusus.
Secara administratif, Provinsi Papua Barat terdiri dari delapan kabupaten dan satu kotamadya, yaitu Kabupaten Fak-fak, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Teluk Wondama, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Manokwari, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Sorong, Kabupaten Raja Ampat, dan Kotamadya Sorong. Terdiri dari 124 Kecamatan, 48 Kelurahan, dan 1173 Kampung. Pada tahun 1990 jumlah penduduk di Provinsi Papua Barat tercatat sebanyak 385.509 jiwa, sedangkan pada tahun 2000 tercatat 571.107 jiwa, dan tahun 2007 telah mencapai 722.981 jiwa.
Penduduk Provinsi Papua Barat memeluk agama yang berbeda-beda, namun kerukunan hidup beragama dapat terjaga dengan baik, hal ini terlihat dari tumbuhnya fasilitas peribadatan bagi semua pemeluk agama dan bertambahnya rohaniawan dari masing-masing agama. Data Tahun 2006 menunjukkan bahwa prosentase terbesar pemeluk agama adalah Kristen Protestan (50,70%), kemudian Islam (41,27%), Kristen Katolik (7,70%), Hindu (0,12%), Budha (0,08%) dan Konghucu (0,01%). Pada Provinsi Papua Barat terdapat Kabupaten yang mendapat julukan Kota Injil yaitu Kabupaten Manokwari dimana pertama kali Injil datang ke Tanah Papua di Pulau Mansinam yang merupakan wilayah Kabupaten Manokwari.
Tak banyak orang tahu, bahwa kata ‘Papua’ tidak disukai oleh penduduk asli bumi Cendrawasih tersebut. Mereka lebih suka menyebut negeri mereka dengan nama Nuu Waar. Nuu Waar adalah dua kata bahasa Irarutu di kerajaan Tota Kaimana, yakni Nuu Eva. Nuu bermakna sinar, pancaran atau cahaya. Sementara Waar dari kata Eva, yang makna pertama adalah ‘mengaku’ atau diterjemahan dengan makna lebih dalam yang artinya ‘menyimpan rahasia’. Dari bahasa Onim (Patipi) Nuu juga adalah cahaya. Waar artinya perut besar yang keluar dari perut Ibu. Maka nama Nuu Waar artinya negeri yang mengaku menyimpan atau memikul rahasia.
Nama Nuu Waar nama yang berkembang dengan siar islam sejak kehadiraan Samudera Pasai, Raden Fatah pada abad 13 M, Aru Palaka sampai Sultan Tidore pada abad 15 M dengan wilayah Kesultanan dan kekuasaan melalui perdagangan sampai ke Nuu Waar. Pergantikan nama Nuu Waar menjadi Papua dan Irian terjadi sejak 1214 masehi. Kata Papua’ itu sendiri diambil dari beberapa bahasa daerah di Nuu Waar, yang maknanya hitam, keriting, bodoh, jahiliah, jahat, perampok, pemeras, pemerkosa, bahkan lebih sadis dimaknai sebagai suka makan orang.
Makna negatif itulah yang membuat suku asli tidak suka pada kata ‘Papua’. Namun oleh bangsa Portugis kata itu terus dikembangkan, sehingga membentuk opini. Upaya tersebut juga bagian dari politik memecah belah warga setempat. Setelah bangsa Portugis tidak lagi menjajah, nama Papua terus dipopulerkan oleh Belanda.
Pada Desember 1961 Presiden Soekarno melakukan operasi trikora. Operasi Trikora (Tri Komando Rakyat) adalah konflik selama dua tahun yang dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan wilayah Papua bagian barat. Pada tanggal 19 Desember 1961, Soekarno mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta. Soekarno juga membentuk Komando Mandala. Mayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai panglima. Tugas komando ini adalah merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia.
Frans, seorang tokoh sejarah dari Papua mengatakan bahwa sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 berdasarkan azas  uti prossidentis juris, Azas ini diakui dalam hukum internasional dan sudah dipraktikan secara luas di berbagai negara. Azas ini pada intinya mengatur bahwa batas wilayah negara bekas jajahan yang kemudian merdeka, mengikuti batas wilayah sebelum negara tersebut merdeka. Konsekuensi logisnya, Papua Barat (West Papua) otomatis beralih statusnya menjadi bagian wilayah Republik Indonesia sejak saat proklamasi 17 Agustus 1945. Peta di bawah ini memperkuat argumen di atas :

Papua adalah bagian  dari Indonesia namun ditahan oleh  Belanda  untuk sementara  waktu dan diserahkan kepada Indonesia  melalui proses Pepera. Namun, Penentuan Pendapat Rakyat (PAPERA) adalah cacat hukum, yang tentu tidak sesuai dengan fakta sejarah. Perwakilan orang Papua Asli saat itu hanya sampai di Jakarta dan tidak dihadirkan di New York. Tapi orang Indonesia dari Jakarta yang melakukan Perjanjian PEPERA atas nama perwakilan orang asli Papua.
Sejarah membuktikan bahwa Papua memang sudah di bawah NKRI sejak kemerdekaan 17 Agustus maka dengan adanya 1 Mei 1963 merupakan langkah strategis berdasar  Perjanjian New York yang memperkuat kembalinya Papua ke pangkuan ibu pertiwi.
Dengan demikian, status persoalan Papua bukan harga mati atau sudah final masuk bagian NKRI. Jadi   yang tepat, Indonesia merebut kembali Papua/Irian melalui  jalan diplomasi. “Karena  itu istilah yang  tepat adalah Papua/Irian ‘diperoleh kembali’ atau ‘masuk kembali’ Papua  ke NKRI, bukan diintegrasikan,” tegasnya.
Dulunya, Wilayah Papua atau Irian Jaya menjadi bagian Hindia Belanda Timur sejak tahun 1828 yang kemudian dikenal dengan nama Irian Barat. Wilayah ini tetap dijajah Belanda setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945 dan pengakuan kedaulatan penuh oleh Belanda 1949. Alasan Belanda untuk mempertahankan Papua adalah bahwa pada saat itu Belanda sedang mengadakan eksplorasi / penelitian sumber daya alam di Irian dan berhasil menemukan fakta bahwa di Irian Barat terdapat tambang emas dan uranium terbesar di dunia.
Dalam pembebasan papua banyak Negara tetangga yang ikut berperan dalam pembebasannya, tetapi banak tujuan-tujuan yanag terselubung dalam peran mereka contohnya saja Amerika. Akar Masalah Integrasi Papua tahun 1962 yang merupakan rekayasa kepentingan Amerika dan Indonesia tanpa mekanisme, one man one vote (satu orang satu suara). PT Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc, masuk tahun 1967, sebelum status Papua resmi masuk Indonesia di dewan PBB tahun 1979.
Indonesia menempuh jalur diplomasi secara regional dengan mencari dukungan dari negara-negara Asia Afrika. Konferensi Asia Afrika yang diadakan di Indonesia tahun 1955 dan dihadiri oleh 29 negara-negara di kawasan Asia Afrika, secara bulat mendukung upaya bangsa Indonesia untuk memperoleh kembali Irian sebagai wilayah yang sah dari RI.
Di papus, ada organisasi yang dinamakan OPM. OPM tidak mengurusi persoalan agama demikian juga dengan isu rasisme yang sempit, siapapun anda, darimanapun asal, apapun keyakinan, anda punya hak dan dilindungi negara untuk menjalani kehidupan di Tanah Papua sesuai dengan perundang undangan negara yang nantinya berlaku.
OPM murni memperjuangan harkat dan martabat teritorial Bangsa Papua Barat dari Sorong sampai Merauke berdasarkan Fakta Hukum, Fakta Sejarah yang mana Papua di korbankan dengan skeme sebagai berikut : Otak intelektualnya adalah America untuk Freeport menanda tangani Kontrak secara ilegal dengan Indonesia tahun1967 sebelum Pepera 1969.
Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang sekarang secara gencar mengembangkan manuver internasionalnya lewat Free West Papua Campaign, kiranya perlu dicermati secara intensif dan penuh kewaspadaan. Betapa tidak. Pada 28 April 2013 lalu, kantor perwakilan OPM di Oxford, Inggris secara resmi dibuka. Tak pelak lagi, hal ini mengindikasikan semakin kuatnya tren ke arah internasionalisasi isu Papua tidak saja di Amerika Serikat, melainkan juga di Inggris, Australia dan Belanda.
Bayangkan, pembukaan kantor perwakilan OPM di Inggris dihadiri oleh Walikota Oxford Mohammaed Niaz Abbasi, anggota Parlemen Inggris,Andrew Smith, dan mantan Walikota Oxford, Elise Benjamin. Bagaimanapun juga hal ini secara terang-benderang menggambarkan adanya dukungan nyata dari berbagai elemen strategis Inggris baik di pemerintahan, parlemen dan tentu saja Lembaga Swadaya Masyarakat.
Bila ditanya apakah saya setuju atau tidak bila Papua ingin memisahkan diri dari Indonesia, saya akan menjawab setuju. Saya berani berkata seperti ini karena saya tidak dapat melakukan apa-apa untuk membela Papua bila orang-orang di tahta teratas sendiri seakan menganaktirikan Papua. Pemimpin kita dahulu terlihat sangat terburu-buru untuk melakukan perjanjian dengan Amerika yang memberikan ijin penambangan demi membeli senjata untuk melawan Belanda. Menurut salah satu sumber Indonesia hanya mendapatkan 1% dari hasil pertambangan dan Amerika mendapatkan 99% sampai 2041
Setelah membahas tentang Trivia Quiz, kini saatny amembahas hasil diskusi club membaca kami tentang artikel “Don’t Use Your Data as a Pillow”. Pada diskusi kali ini kami hanya sempat membahas tentang judul dari artikel ini saja. Kami menggarisbawahi dua kata yang nantinya akan didiskusikan lebih dalam, yaitu kata Data dan Pillow.
Menurut Sandi Pramuji, Data merupakan sumber informasi dan Pillow adalah Bantal, sandaran, dan pedoman untuk mengungkap sesuatu. Sandi berkesimpulan bahwa judul ini mengatakan bahwa jangan menggunakan data mentah yang telah dimanipulasi oleh penulis yang memiliki ideology tertentu sebagai sandaran dalam mengungkap sesuatu, khususnya sejarah.
Siti Roki’ah berpendapan bahwa data merupakan sumber dan ia mengatakan bahwa pillow adalah sandaran. Siti Roki’ah berpendapat bahwa tidak semua data bisa dijadikan sandaran. Penggunaan data bergantung pada pembacanya. Pembaca harus menjadi qualified reader dan critical reader.
Wiwi Rif’atul Qodriyah berkata lain tentang ini. Menurutnya, data merupakan sekumpulan informasi tentang suatu hal yang belum tentu kebenarannya. Pillow menurut Wiwi adalah referensi, sandaran, dan pegangan. Wiwi mengatakan bahwa belum tentu semua data itu benar, kita harus bisa menyeleksi data yang akan dijadikan sandaran.
Menurut rekan satu club saya satu lagi yaitu Siti Hurriyah, data merupakan informasi dan pillow adalah landasan. Hampir sama dengan yang lain, ia berkata bahwa jangan pernah menggunakan data yang belum valid sebagai sebuah landasan.
Empat pendapat rekan satu club saya sudah tertuliskan. Saya sendiri berpendapat bahwa data adalah informasi dan pillow itu sandaran. Menurut saya satu informasi itu jangan asal ssaja dijadikan sebuah sandaran, harus ada informasi pendukung lainnya. Kita harus mencari ceruk-ceruk baru lagi untuk menjadikannya sebuah sandaran
Dapat disimpulkan pada class review kali ini baahwa Papua Barat, yang merupakan isu besar kami memperlihatkan bahwa untuk membaca memerlukan extensive experience. Class review kali ini memiliki beban panggul sangat berat karena kami dituntut untuk mencari ceruk baru yang sangat banyak. Sekali lagi ditekankan bahwa kita harus menjadi seorang qualified reader.

References :

Retrieved April 06, 2014 from  http://pembebasan-papua.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic