CLASS REVIEW KE = 8
PAPUA ADALAH
HARTA KARUN BAGI INDONESIA
Ketika matahari
mulai menjamah senja
Satu persatu
burung camar pergi meninggalkan pantai
Di atas sebuah
batu aku duduk tanpa bicara
Kulihat pasir
pasir di tepi pantai terdiam mendengar bisikan ombak
Pemandangan yang
menawan
Kurasakan hidup
terasa indah
Karena langit
mulai merah
Hari mulai gelap
Perlahan lahan
aku berdiri
Pemandangan sore
itu membuat pikiranku terasa segar kembali
Akupun kembali
pulang
Di setiap langkah
aku berucap syukur
Bisa menikmati
kehidupan yang indah
Meskipun
kesibukan selalu mendesak jiwa dan ragaku
Masa
lahirnya Reformasi
Reformasi dapat diartikan sebagai pembaharuan
ajaran agama Nasrani. Dalam bahasa Inggris disebut “Reformation”. Pembaharuan
ini dipelopori oleh Martin Luther, lahir
di kota Eisleben, Jerman pada tanggal 10 Nopember
1483. Menempuh pendidikan hingga di perguruan tinggi, pernah belajar
hukum tetapi tidak pernah menyelesaikan pendidikan formal, melainkan memilih
jurusan pendeta. Pada tahun 1512, Martin Luther meraih gelar Doktor dalam Teologi di
Universitas Wittenberg, Jerman. Atau dapat diartikan sebagai Reformasi
merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara
konstitusional. Artinya, adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik,
ekonomi, hukum, sosial, dan budaya yang lebih baik, demokratis berdasarkan
prinsip kebebasan, persamaan, dan persaudaraan. Gerakan reformasi lahir sebagai
jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi kehidupan. Krisis politik,
ekonomi, hukum, dan krisis sosial merupakan faktorfaktor yang mendorong
lahirnya gerakan reformasi. Bahkan, krisis kepercayaan telah menjadi salah satu
indikator yang menentukan. Reformasi dipandang sebagai gerakan yang tidak boleh
ditawar- tawar lagi dan karena itu, hampir seluruh rakyat Indonesia mendukung
sepenuhnya gerakan reformasi tersebut.
Dengan semangat reformasi, rakyat Indonesia
menghendaki adanya pergantian kepemimpinan nasional sebagai langkah awal menuju
terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. Pergantian kepemimpinan nasional
diharapkan dapat memperbaiki kehidupan politik, ekonomi, hukum, sosial, dan
budaya. Indoenesia harus dipimpin oleh orang yang memiliki kepedulian terhadap
kesulitan dan penderitaan rakyat.
TERBUNUHNYA AKTIVIS UNIRVESITAS
Tebunuhnya para mahasiswa pada tanggal 12 Mei 1988 seakan menjadi pasokan amunisi bagi
gerakan massa untuk menwujudakan pasokan amunisi bagi gerakan massa untuk
mewujudkan reformasi sehingga setelah terbunuhnya para mahasiswa di berbagi
penjuru Indonesia mengorbankan gerakan massa pada harian barnas edisi 13 Mei 1998 pada halaman 1 “6 MAHASISWA TEWAS” Ditembus peluru saat unjukrasa di trisakti. Aksi demonstrasi mahasiswa di Jakarta, selasa
(12/Mei) yang menuntut segara dilakukan informasi membawa korban. Enam mahasiswa trisakti tertembus peluru. Meraka yang tewas adalah Mahasiswa fakultas
teknik. “Elang mulia lesmana, Hartato, Hafidin Royani, serta mahasiswa
fakultas Ekonomi Hendriawan, vero, dan Alan”.
Para korban jiwa mahasiswa tersebut dalam suatu demonstrasi
untuk mewujudkan reformasi. Pembunuhan oleh mahasiswa oleh aparat keamanan
menjadi symbol kebengisan pengesua yang tidak mau mendengarkan aspirasi
mahasiswa yang diwujudkan reformasi Indonesia dan pada saat itu keaadan di ibu
kota menjadi mencekam dan diwarnai oleh amuk masa .
(Nugroho Trisnu Brata 2006: 88) Beberapa
peristiwa perubahan social politik di beberapa tempat juga berawal dari kasus “
pembunuhan politik”. Lepasnya
propinsi timor-timor dari Indonesia juga dipicu dan memperoleh “pasokan amunisi
untuk meledakan“ tuntutan lepas merdeka menjadi Negara sendiri, setelah terjadi
pembunuhan massa demonstran di kuburan santa cruz di dili oleh militer.
KEADAAN MENCEKAM JAKARTA DAN SURAKARTA
Setelah terbunuhnya 6 Mahasiswa keadaan Jakarta
sebagai ibu kota Negara menjadi mencekam. Amok
masa dalam hal ini adalah prilaku massa yang brutal anarkis dan membabi buta, merusak, mebakar, menjarah, dan membunuh secara
kolektif oleh sejumlah massa. Para massa
melakukan prilaku brutal dan anarkis itu disebabkan karena didalam dirinya
terdapat tekanan tekenan jiwa baik yang berasal dari luar maupun dari dalam yang
kemudian melakukan pelepasan tekanan jiwa tadi kedalam prilaku secara membabi
buta merusak, membakar, menjarah dan membunuh akibat kebrutalan para massa
keadaan di ibu kota menjadi mencekam diantaranya yaitu took took dirusak dan
mobil mobil di bakar akibat kerusuhan tersebut jalan jalan di ibukota menjadi lumpuh
dan puluhan mobil terbakar serta puluhan lainya rusak. Kejadian yang terjadi di Jakarta ini merupakan
tragedy yang sangat memilakukan banyak korban korban yang berjatuhan akibat
terjebak gedung yang telah di bakar. Dengan
brutal para massa melakukan peruskan pembakaran dan penjarahan dalam hal ini
Negara adikuasa, AS, juga melakukan tekanan terhadap pemerintah Indonesia agar
menghentikan kekerasan terhadap rakyatnya.
Para demonstran selama dua hari di Jakarta pada
tanggal 13 Mei 1998 atau sehari setelah
tragedy tewasnya 6 Mahasiswa trisakti dan pada tanggal 14 Mei 1998. Dan pada harian kedaulatan rakyat edisi jumat 15 Mei 1998 memberitakan “KERUSUHAN DI JAKARTA MELUAS. Aksi pembakaran melanda solo. Kerusuhan di solo dan sekitar. Kamis (14/Mei)
memuncak dan diwarnai berbagi aksi pembakaran pusat perdagangan, pos polisi, pusat perbelanjaan, kantor kantor
perbankan dan kendaraan bermotor. Kawasan perumahan elit seperti di perumahan
solo baru juga menjadi sasaran. Sampai
semalam situasi disolo semakin mencekam karena diseluruh kota listrik padam.
Kerusuhan di solo berawal pada pukul 14.00 di awali
dari masa yang mengikuti unjuk rasa di seputar kampus UMS pabelan. Masa
kemudian bergerak secara terpisah ke arah timur dan barat dengan melancarkan
serangan mengunakan batu.
Mula mula sasaran amukan masa yaitu show room mobil
timor di wilayah kleco. Setelah puas menghancurkan show room, massa kemudian
bergerak kembali ke arh timur dan menghancurkan dealer sepeda motor Yamaha. Di
tempat tersebut 25 motor di keluarkan dan di tumpuk di tengah jalan, lalu di
bakar ramai ramai.
Dari pantauan KR di lapangan, bangunan yang habis
menjadi sasaran amukan massa antara lain wisma lippo, Bank tamara, bank BII
purwosari, BCA purwosari, Mathari purwosari dan super ekonomi. Sasaran lainya yaitu pertokoan di bilangan
secoyundan, puluhan pertokoan di jalan Slamet Riyad. Kemudian massa mengalihkan
sasran pembakaran pada kawasan elit di solo baru. Gedunng bioskop termegah
Atrium 21 di komplek solo baru tidak luput dari aksi pembakaran, termasuk rumah
mewah milik “orang penting“ di Jakarta.
Sejak pecahnya kerusuhan di kota solo itu, kegiatan
perekonomian lumpuh total. Seluruh toko perkantoran dan warung warung kecil
serentak tutup. Aparat keamanan dari
polri yang gagal mencegah amukan massa juga di tarik dari pos posnya dan di
kumpulkan di Mapolwil, Polres, Polsek dan kantor satlantas”.
Ternyata di kota solo yang sebagai salah satu pusat
kebudayaan msyarakat jawa yang adiluhung, klasik dan halus tidak mampu mencegah
prilaku masyrakat bertindak brital dan melakukan amok massa menurut Nugroho. Trisnu B, GN Foster dan BG
Anderson (1986; 115)
termasuk penyakit budaya khusus yang menjadi bagian dari penyakit jiwa.
Penyakit budaya khusus ini bias diketahui dari para misionaris periode awal
yang dihubungkan dengan kelompok kelompok ras dan etnis yang khusus.
Para demonstarn menuntut pelakssanan reformasi
Indonesia. Dengan kejadian kerusuhan pada tanggal 13-14
Mei 1998 dan kerusuhan yang ada di Surakarta pada tanggal 14-15 Mei 1998 para aparat keamanan meningkatkan
kesiagaan khususnya menghadapi para masa demonstran yang ada diseluruh
Indonesia yang akan digelar pada tanggal 20 Mei
1998. Bagi masa depan gerakan massa mewujudkan reformasi sendiri,
berbagai kerusuhan dan anarki yang telah terjadi bisa mengancam dan mengagalkan
cita cita reformasi. Gerakan yang
berkembang sekarang ini tidak lain alat politik yang secara tersembunyi
menyuarakan kepentingan politik elit yang terlempar dari posisi-posisi
startegis. Maka
pesan - pesan politik sebagai strategi
menembus jalan buntu dilakukan secara tidak manusiawi, terkadang dengan korban
manusia. Disini kita dapat melihat kekejian tentang politik di tanah air.
Gerakan terus menerus secara frontal, bahkan memicu kerusuhan, di satu sisi
para aktiviss semakin tidak jelas sehingga kerusuhan menjadi tujuan
demonstrasi. Radikalisasi
massa di solo dan Jakarta tidak bias dikendalikan oleh para aktivis gerakan
massa mewujudkan reformasi. Akan tetapi gerakan massa reformasi juga di
untungkan oleh adanya amok massa yang berupa penjarahan, pembakaran dan
perampokan arena amok massa menjadi tekanan kepada penguasa. Presiden Suharto mundur karena adanya tekanan dari amok massa yang
untuk mlengserkan ke pemerintahannya.
MUNCULNYA GERAKAN REFORMASI
Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu
menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam
keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, tujuan lahirnya
gerakan reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan perikehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok
merupakan faktor atau penyebab utama lahirnya gerakan reformasi. Namun,
persoalan itu tidak muncul secara tiba - tiba. Banyak faktor yang mempengaruhinya, terutama
ketidakadilan dalam kehidupan politik, ekonomi, dan hukum. Pemerintahan Orde
Baru yang dipimpin Presiden Suharto selama 32 tahun,
ternyata tidak konsisten dan konsekuen dalam melaksanakan cita-cita Orde Baru. Pada awal kelahirannya tahun 1966, Orde Baru bertekad untuk menata kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Namun dalam pelaksanaannya, pemerintahan Orde Baru banyak melakukan
penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang
tertuang dalam UUD 1945 yang sangat merugikan rakyat kecil. Bahkan, Pancasila
dan UUD 1945 hanya dijadikan legitimasi untuk mempertahankan kekuasaan.
Penyimpangan-penyimpangan itu melahirkan krisis multidimensional yang menjadi
penyebab umum lahirnya gerakan reformasi, seperti berikut ini:
a. Krisis Politik
Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai kebijakan
politik pemerintahan Orde Baru. Berbagai kebijakan politik yang dikeluarkan
pemerintahan Orde Baru selalu dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan
demokrasi Pancasila. Namun yang sebenarnya terjadi adalah dalam rangka
mempertahankan kekuasaan Presiden Suharto
dan kroni-kroninya. Artinya, demokrasi yang dilaksanakan pemerintahan Orde Baru
bukan demokrasi yang semestinya, melainkan demokrasi rekayasa. Dengan demikian,
yang terjadi bukan demokrasi yang berarti dari, oleh, dan untuk rakyat,
melainkan demokrasi yang berarti dari, oleh, dan untuk penguasa. Pada masa Orde
Baru, kehidupan politik sangat represif, yaitu adanya tekanan yang kuat dari
pemerintah terhadap pihak oposisi atau orang-orang yang berpikir kritis.
Ciri-ciri kehidupan politik yang represif, di antaranya:
1.
Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah dituduh sebagai
tindakan subversif (menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia).
2.
Pelaksanaan Lima Paket UU Politik yang melahirkan demokrasi semu atau demokrasi
rekayasa.
3.
Terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela dan masyarakat
tidak memiliki kebebasan untuk mengontrolnya.
4.
Pelaksanaan Dwi Fungsi ABRI yang memasung kebebasan setiap warga negara (sipil)
untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan.
5.
Terciptanya masa kekuasaan presiden yang tak terbatas. Meskipun Suharto dipilih
menjadi presiden melalui Sidang Umum MPR, tetapipemilihan itu merupakan hasil
rekayasa dan tidak demokratis.
b.
Krisis Hukum
Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde
Baru tidak terbatas pada bidang politik. Dalam bidang hukumpun, pemerintah
melakukan intervensi. Artinya, kekuasaan peradilan harus dilaksanakan untuk
melayani kepentingan para penguasa dan bukan untuk melayani masyarakat dengan
penuh keadilan. Bahkan, hukum sering dijadikan alat pembenaran para penguasa.
Kenyataan itu bertentangan dengan ketentuan pasa 24 UUD 1945 yanf menyatakan
bahwa‘kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan
pemerintah (eksekutif).
b. Krisis Ekonomi
Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia
Tenggara sejak Juli 1996 mempengaruhi
perkembangan perekonomian Indonesia. Ternyata, ekonomi Indonesia tidak mampu
menghadapi krisis global yang melanda dunia. Krisis ekonomi Indonesia diawali
dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Pada
tanggal 1 Agustus 1997, nilai tukar
rupiah turun dari Rp 2,575.00 menjadi Rp 2,603.00 per dollar Amerika Serikat.
Pada bulan Desember 1997, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
turun menjadi Rp 5,000.00 per dollar. Bahkan, pada bulan Maret 1998, nilai
tukar rupiah terus melemah dan mencapai titik terendah, yaitu Rp 16,000.00 per
dollar Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tidak dapat dipisahkan dari
berbagai kondisi, seperti: Hutang luar negeri
Indonesia yang sangat besar menjadi penyebab terjadinya krisis ekonomi.
Meskipun, hutang itu bukan sepenuhnya hutang negara, tetapi sangat besar
pengaruhnya terhadap upaya-upaya untuk mengatasi krisis ekonomi.
d. Krisis Sosial
Krisis politik, hukum, dan ekonomi merupakan
penyebab terjadinya krisis sosial. Pelaksanaan politik yang represif dan tidak
demokratis menyebabkan terjadinya konflik politik maupun konflik antar etnis
dan agama. Semua
itu berakhir pada meletusnya berbagai kerusuhan di beberapa daerah. Ketimpangan
perekonomian Indonesia memberikan sumbangan terbesar terhadap krisis sosial.
Pengangguran, persediaan sembako yang terbatas, tingginya harga-harga sembako,
rendahnya daya beli masyarakat merupakan faktor-faktor yang rentan terhadap krisis
sosial.
e. Krisis Kepercayaan
Krisis multidimensional yang melanda bangsa
Indonesia telah mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Suharto. Ketidakmampuan pemerintah dalam
membangun kehidupan politik yang demokratis, menegakkan pelaksanaan hukum dan
sistem peradilan, dan pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berpihak kepada
rakyat banyak telah melahirkan krisis kepercayaan. Kronologi Peristiwa
Reformasi Secara garis besar, kronologi gerakan reformasi dapat dipaparkan
sebagai berikut:
1. Sidang
Umum MPR (Maret 1998) memilih Suharto dan B.J. Habibie sebagai Presiden dan
Wakil Presiden RI untuk masa jabatan 1998-2003.
Presiden Suharto membentuk dan melantik Kabinet Pembangunan VII.
2. Pada
bulan Mei 1998, para mahasiswa dari
berbagai daerah mulai bergerak menggelar demonstrasi dan aksi keprihatinan yang
menuntut penurunan harga barang-barang kebutuhan (sembako), penghapusan KKN,
dan mundurnya Suharto dari kursi kepresidenan.
3.
Pada tanggal 12 Mei 1998, dalam aksi
unjuk rasa mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta telah terjadi bentrokan
dengan aparat keamanan yang menyebabkan empat orang mahasiswa (Elang Mulia Lesmana, Hery Hartanto, Hafidhin A. Royan,
dan Hendriawan Sie) tertembak hingga tewas dan puluhan mahasiswa
lainnya mengalami luka-luka. Kematian empat mahasiswa tersebut mengobarkan
semangat para mahasiswa dan kalangan kampus untuk menggelar demonstrasi secara
besar-besaran.
4. Pada
tanggal 13-14 Mei 1998, di Jakarta dan
sekitarnya terjadi kerusuhan massal dan penjarahan sehingga kegiatan masyarakat
mengalami kelumpuhan. Dalam peristiwa itu, puluhan toko dibakar dan isinya
dijarah, bahkan ratusan orang mati terbakar.
5. Pada
tanggal 19 Mei 1998, para mahasiswa dari
berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya menduduki DPR dan MPR Pada
saat yang bersamaan, tidak kurang dari satu juta manusia berkumpul di alunalun
utara Keraton Yogyakarta untuk menghadiri pisowanan agung, guna mendengarkan
maklumat dari Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Sri Paku Alam VII.
6. Pada
tanggal 19 Mei 1998, Harmoko sebagai
pimpinan MPR/DPR mengeluarkan pernyataan berisi ‘anjuran agar Presiden Suharto
mengundurkan diri.
7. Pada
tanggal 20 Mei 1998, Presiden Suharto
mengundang tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat untuk dimintai
pertimbangan dalam rangka membentuk Dewan Reformasi yang akan diketuai oleh
Presiden Soeharto.
8. Pada
tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 di
Istana Negara, Presiden Suharto
meletakkan jabatannya sebagai Presiden RI di hadapan Ketua dan beberapa anggota
Mahkamah Agung. Berdasarkan pasal 8 UUD 1945, kemudian Suharto menyerahkan
jabatannya kepada Wakil Presiden B.J. Habibie sebagai Presiden RI. Pada waktu
itu juga B.J. Habibie dilantik
menjadi Presiden RI oleh Ketua MA.
Beberapa sebab lahirnya gerakan reformasi adalah krisis moneter, ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya,
dan kepercayaan terhadap pemerintahan Presiden Suharto. Nilai tukar rupiah terus merosot. Para investor
banyak yang menarik investasinya. Inflasi mencapai titik tertinggi dan
pertumbuhan ekonomi mencapai titik terendah selama pemerintahan Orde Baru. Kehidupan politik hanya kepentingan para penguasa. Hukum dan lembaga peradilan tidak dapat menjalankan
fungsi dan perannya. Pengangguran dan kemiskinan terus meningkat. Nilai-nilai
budaya bangsa yang luhur tidak dapat dilaksanakan secara konsisten dan
konsekuen. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara telah sampai pada
titik yang paling kritis. Oleh karena itu, krisis kehidupan masyarakat
Indonesia sering disebut sebagai krisis multidimensional. Demonstrasi bertambah
gencar dilaksanakan oleh para mahasiswa, terutama setelah pemerintah
mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4 Mei 1998. Agenda reformasi yang menjadi tuntutan
para mahasiswa mencakup beberapa tuntutan, seperti:
Ø
Adili Soeharto dan kroni-kroninya
Ø
Laksanakan Amandemen UUD1945
Ø
Penghapusan
Dwi fungsi ABRI
Ø
Pelaksanaan Otonomi daerah seluas-luasnya
Ø
Tegakkan Supermasi Hukum
Ø
Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN
Setelah peristiwa penembakan mahasiswa Universitas
Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998, seluruh
lapisan masyarakat Indonesia berduka dan marah. Akibatnya, tragedi ini diikuti
dengan peristiwa anarkis di Ibu kota dan di beberapa kota lainnya pada tanggal 13— 14 Mei 1998, yang menimbulkan banyak korban
baik jiwa maupun material. Semua peristiwa tersebut makin meyakinkan mahasiswa
untuk menguatkan tuntutan pengunduran Soeharto dari kursi kepresidenan. Pilihan
aksi yang kemudian dipilih oleh kebanyakan kelompok massa mahasiswa untuk
mendorong turunnya Soeharto mengerucut pada aksi pendudukan gedung DPR/MPR.
Pendudukan Gedung DPR/MPR RI adalah peristiwa monumental dalam proses
pelengseran Soeharto dari tampuk kekuasaan Presiden dan tuntutan reformasi.
Dalam peristiwa ini, ribuan mahasiswa dari berbagai kampus bergabung menduduki
gedung DPR/MPR untuk mendesak Soeharto untuk mundur.
Tri Komando Rakyat (Trikora)
Dalam rangka mempersiapkan kekuatan militer untuk
merebut Irian barat, Pemerintah Republik Indonesia mencari bantuan senjata
keoada luar negeri. Pada mulanya pemberlian senjata diharapkan berasal dari
Negara-negara Barat terutama pada Negara Amerika Serikat. Namun harapan itu
tidak terwujud. Kemudian Pemerintah mengalihkan pembelian senjata kepada
Negara-negara komunis dibawah pimpinan Uni Sovyet. Pada bulan desember 1960,
Msi Indonesia dibawah pimpinna Menteri Keamanan Nasional /KASAD A.H Nasution
pergi ke Moskow. Misi ini berhasil mengadakan perjanjian pembelian senjata.
Setelah itu menyusul misi kedua tahun 1961 dan misi ketiga.
Belanda mulai menyadari bahwa jika Irian Barat tidak
diserahkan secara damai kepada Indonesia, maka Indonesia akan berusaha
membebaskannya secara militer (operasi militer). Ada tanggal 19 desember
Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah dalam rangka perjuangan
pembebasan Irian Barat yang dikenal dengan nama Tri Komando Rakyat (Trikora).
Isi Trikora itu adalah sebagai berikut :
1. Gagalkan pembentukan Negara papua
bikinan Belanda Kolonial
2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian
Barat Tanah Air Indonesia
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum
untuk mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air Indonesia.
Realisasi
pertama dari Trikora adalah pembentukan Komando Operasi Militer yang diberi
nama Komando Mandala Pembebasan Irian Barat. Komando Mandala dibentuk pada
tanggal 2 Januari 1962 dengan komandannya Mayjen Soeharto.
Dengan berbekal tekad dan semangat untuk membebaskan Irian Barat dari
cengkraman colonial Belanda,
Komando Mandala melakukan tugas-tugas sebagai berikut :
1. Merencanakan, mempersiapkan
dan menyelenggarakan operasi-oprasi militer dengan tujuan pengembalian wilayah
propinsi Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Negara Republik Indonesia.
2. Mengembangkan situasi di
wilayah Propinsi Irian Barat sesuai dengan taraf perjuangan diplomasi dan dalam
waktu yang singkat agar wilayah Irian Barat dapat diciptakan secara de facto
wilayah-wilayah yang bebas atau diddukkan unsure-unsur kekuasaan pemerintah
daerah Republik Indonesia.
Dengan tugas yang cukup berat itu, Komando Mandala
merencanakan tiga fase dalam pembebasan Irian Barat. Ketiga fase itu adalah
fase infiltrasi, fase eksploitas dann fase konsolidasi.
Dalam tahap ini pula, Telah gugur putra terbaik Indonesia yakni Deputi 1 Kasal Komodor
Yos Sudarso dan Kapten Wiratno sebagai Komandan Kapal Macan Tutul. Mereka gugur beserta tenggelamnya kapal yang mereka
tumpangi karena pertempuran di Laut Aru pada tanggal 15 Januari 1962.
Koflik di Irian Barat ini akhirnya diselesaikan dengan
jalan diplomasi dengan ditandai oleh Penandatanganan persetujuan antara Pemerintah
R bserta Kerajaan Belanda mengenai Irian Barat di Markas Besar PBB pada tanggal
15 Agustus 1962 yang dikenal dengan nama Persetujuan New York
TRIKORA : Operasi
Pembebasan Irian Barat
Operasi TRIKORA di cetuskan oleh
Ir. Soekarno pada tanggal 19 Desember 1961 bertempat di alun-alun Utara yogyakarta. Trikora merupakan
sebuah operasi yang bertujuan untuk mengembalikan wilayah Papua bagian barat ke
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Trikora muncul karna adanya
kekecewaan dari pihak indonesia yang selalu gagal dalam perundingan dengan
Belanda untuk mengembalikan irian barat yang secara sepihak diklaim sebagai
salah satu provinsi kerajaan Belanda.
Sebelum di
cetuskanya TRIKORA presiden sukarno pd thn 1960 memerintahkan
jend. A.H. Nasution untuk mencari
peralatan militer ke luar negeri, negara yang pertama dikunjungi adalah
Amerika, namun menolaknya, lalu A.H. Nasution meminta bantuan pada uni sovyet
dan berhasil mengadakan perjanjian jual beli senjata dan peralatan tempur
berupa : 41 Helikopter MI-4, 9 Helikopter MI-6, 30 pesawat jet MiG-15, 49 pesawat
buru sergap MiG-17 ,10 pesawat buru sergap MiG-19, 20 pesawat pemburu
supersonik MiG-21, 12 kapal selam kelas Whiskey, puluhan korvet, dan 1 buah
Kapal penjelajah kelas Sverdlov, 22 pesawat pembom ringan Ilyushin Il-28, 14
pesawat pembom jarak jauh TU-16, dan 12 pesawat TU-16 versi maritim ( lengkap
dgn rudal AS-1
Kennel ), 26 pesawat angkut ringan jenis IL-14 dan AQvia-14, 6 pesawat
angkut berat jenis Antonov An-12 B dan 10 jenis C-130 Hercules buatan amerika.
Dengan berhasilnya mendatangkan peralatan militer yang sebanyak itu, indonesia
menjelma menjadi negara yang memiliki angkatan udara terkuat di bumi bagian
selatan.
Setelah
dicetuskanya operasi TRIKORA, Ir. Sukarno membentuk komando MANDALA yang dikomandani
oleh Mayjen. Suharto. Tugas dari komando MANDALA adalah : merencanakan,
mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua
bagian barat dengan Indonesia. Untuk melakukan tugas tsb mayjen. Suharto
menerapkan strategi Infiltrasi (penyusupan), Eksploitasi, dan Konsolidasi.
Gelar operasi
infiltrasi dilakukan secara bertahap melalui jalur udara dengan menggunakan
pesawat-pesawat angkut berat AURI (TNI AU), sedangkan melalui jalur laut, ALRI
(TNI AL) mengerahkan 3 kapal perang serta 2 Kapal selam. Pada tgl 15 januari 1962 terjadi
insiden pertempuran dimana 3 kapal perang ALRI kepergok oleh kapal fregat belanda
mengakibatkan tenggelamnya KRI Macan Tutul serta menewaskan Komodor Yos Sudarso, peristiwa ini
dikenal dengan Pertempuran Laut Aru.
Setelah menggelar tahap Infiltrasi yang berlangsung hingga thn
1962, ALRI kemudian mempersiapkan Operasi Jayawijaya yang merupakan operasi
amfibi terbesar dalam sejarah operasi militer Indonesia. Lebih dari 100 kapal
perang dan 16.000 prajurit disiapkan dalam operasi pendaratan tersebut. Operasi
ini sebagai pendukung dalam tahap Eksploitasi yang bertujuan untuk menyerang
kekuatan belanda secara terbuka, dalam tahap ini ALRI juga mengerahkan 12 kapal
selam serta kapal penjelajah KRI IRIAN,
sedangkan AURI menerbangkan pesawat pembom TU-16 dilengkapi rudal AS 1-kennel
yang siap menenggelamkan kapal induk Hr. Ms. Karel Doorman milik belanda.

KRI IRIAN (Kapal penjelajah kelas Sverdlov)

Pesawat pembom jarak jauh TU-16
Melihat kekuatan militer indonesia yang sudah pada posisi
mengepung pulau papua, Amerika selaku sekutu belanda mengusulkan untuk
diadakanya perundingan dan mendesak belanda untuk segera menyerahkan papua
barat pada indonesia, pada tgl 15 agustus 1962 diadakan perundingan di markas PBB di New York dan dikenal
dengan PERJANJIAN NEW YORK yang isi pokoknya adalah "Penyerahan
wilayah Papua Barat pada PBB (UNTEA) untuk selanjutnya diserahkan kepada
pemerintah Indonesia yang sebelumnya harus diadakan proses Penentuan Pendapat
Rakyat (PEPERA) yang diselenggarakan sebelum thn 1969". Untuk menghormati isi Perjanjian
tsb Presiden Sukarno pd tgl 18 agustus 1962 memerintahkan untuk menarik mundur semua pasukan dari papua.
PEPERA diselenggarakan thn 1969, isi PEPERA berupa 2 pilihan
yaitu :
v Tetap bergabung dengan Indonesia
v Memisahkan diri dari Indonesia
Dan hasilnya adalah Papua Barat tetap bergabung
dengan Indonesia. Dengan demikian Papua Barat menjadi Provinsi ke-26 RI dan
berganti nama menjadi IRIAN
JAYA.
DARI TRIKORA
SAMPAI SUPERSEMAR
IRIAN,
IRIAN, IRIAAAANNN…….
Itulah bait pertama lagu yang diajarkan kepada para
pelajar pada awal tahun 60-an dalam rangka kampanye perebutan Irian Barat. Lagunya
amat menarik sehingga sebagi pelajar kami terbawa pada retorika vokalnya. Gerakan Trikomando Rakyat (TRIKORA) untuk mengembalikan Irian Barat kepangkuan Ibu Pertiwi
saat itu nampaknya sudah menjadi bagian hidup sehari-hari bangsa Indonesia.
Disekolah, dikantor, ditempat-tempat umum topik pembicaran orang lebih sering
kepada soal TRIKORA ini.
Emosi masa Setiap saat selalu bangkit, muncul berupa
ketidak senangan kepada bangsa Belanda. Apalagi semangat anti Belanda tidak
pernah putus sejak pengambil alihan perusahaan milik Belanda pada tahun-tahun
sebelumnya. Kegandrungan masyarakat ini tentu saja terutama karena dipicu
pidato-pidato Presiden soekarno. Sejak tahun limapuluhan, Bung Karno memang
tidak pernah melupakan untuk menyelipkan soal Irian Barat dalam pidatonya.
Dengan perkataan lain telah terjadi etape politik memusuhi Belanda babak kedua
setelah masa Revolusi Perang
Kemerdekaan 1945-1949. Itulah
suasana gejolak politik 60-an yang terjadi. Dalam suasana ini, tanpa disadari
masyarakat, dua kekuatan politik mulai berebut pengaruh dan bersaing
habis-habisan, yaitu Angkatan Darat dan PKI. Persaingan ini baru berahir nanti
saat meletusnya peristiwa G30S pada tahun 1965. Tapi dalam soal TRIKORA, keduanya melihat kalau kampanye
perebutan Irian Barat akan menuai pembangunan kekuatan politik masing-masing
secara nyata. Pada bulan Juli 1962 anggota BTI (organisasi tani dibawah PKI) berjumlah
5,7 juta orang, anggota SOBSI 3,3 juta orang, Gerwani 1,5 juta orang. Jumlah
anggota PKI yang tercatat pada ahir tahun 1962 telah mencapai lebih dari 2 juta
orang. Jumlah kaum intelek anggota PKI, LEKRA telah mencapai 100.000 orang pada
medio tahun 1963. Semua ini telah menempatkan PKI sebagai partai komunia
terbesar diluar negara komunis. Bagi T.N.I, kampanye untuk merebut Irian Barat
dari tangan Belanda adalah kesempatan terbaik untuk membangun kekuatan
militernya.
Hal ini sejalan dengan usaha memancing simpati Rusia
sebagi blok sovyet yang sedang perang dingin dengan blok Amerika. Bantuan hibah
(grant) atau pinjaman ringan merupakan masa paling mewah bagi pembangunan
kekuatan militer Indonesia. Ketika tidak satupun negara Asia Tenggara yang memiliki
pesawat pembom jarak menengah, kita suda punya squadron Elyusin dengan semua
perangkat penunjangnya. Kekuatan udara pesawat tempur AURI tiba-tiba melompat
dari pesawat propeler tua kepada pancargas modern, seperti Mig 15, 17 dan
terahir 21. Tidak lupa untuk pertama kali kita juga diperkenalkan dengan sistim
radar canggih dan peluru kendali dari darat keudara. Demikian pula kekuatan
laut kita saat itu tidak bisa dibilang kecil. Kita memiliki sejumlah kapal
perang besar, kapal selam, kapal cepat torpedo, penyapu ranjau, amtrack, tank
amfibi dan masih banyak lagi. Tapi semua itu yang paling mewah adalah angkatan
darat. Sejumlah perwira tinggi yang diketuai Jenderal AH. Nasution, telah mendapat undangan untuk berkunjung ke Rusia untuk
diperkenalkan pada kekuatan militer pakta warsawa. Angkatan darat dengan
kekuatan infantrinya akan ditunjang oleh kekuatan arteleri dan kavaleri tingkat
dunia. Senjata pasukan yang dimiliki mulai dari senjata ringan Kalasnikof (AK
47), Bren AK, pistol Tokaref, sampai peluncur granat yang belum pernah kita
miliki sebelumnya. Demikian juga telah diadakan pelatihan militer bagi personil
ketiga angkatan di negara-negara blok sovyet dan kunjungan konsultan militer
Rusia juga bagi ketiga angkatan. Semua kenyataan ini rupanya sukar dipahami
secara arief oleh para pejabat Pemerintahan. Seyogyanya persiapan perang ini
juga diimbangi dengan penkondisian sosial, politik dan ekonomi secara baik
pula. Namun hal itu tidak segampang membalik tangan. Kondisi ekonomi nasional
sedang merosot. Indonesia justru sedang menghadapi hiper-inflasi yang permanen
(sekitar 100 % pertahun) mulai tahun 1961 sampai tahun 1964. Padahal dilihat
dari sudut pandang dunia luar dalam negeri kita sedang hanyut pada keadaan
radikalisme politik. Bagi kepentingan Amerika, hal ini rupanya bukan main-main.
Melihat pihak militer yang amat tergantung pada blok Sovyet, dan pembangunan
politik dalam negeri yang dikuasai PKI. Maka tidak ada pilihan lain. Amerika
menekan Belanda untuk menyerahkan Irian Barat. Sebagai negara kecil Belanda
yang saat itu dipimpin Perdana menteri de Quai tidak punya pilihan lain. Pada
bulan Februari 1962,
Presiden Kennedy mengutus
adiknya Jaksa Agung
Robert Kennedy untuk
bertindak sebagai penengah. Meskipun perundingan berjalan tidak terlalu mulus,
pada tanggal 15 Agustus 1962,
Belanda sepakat menyerahkan wilayah Irian
Barat pada tanggal 1 Oktober 1962 kepada suatu pemerintahan sementara PBB yang selanjutnya
akan menyerahkan kepada pihak Indonesia tanggal 1 Mei 1963. Dan seperti
tertulis dalam sejarah, setelah melalui PEPERA, Irian Barat
yang kini bernama PAPUA itu kembali kepangkuan Ibu Pertiwi. Tapi dibalik itu
meskipun Soekarno telah mencapai cita-citanya, dalam negeri Indonesia bagai
api dalam sekam. Pihak militer melihat PKI sebagai musuh, sebaliknya PKI
melihat tentara sebagai seteru. Ketegangan berhasil diatasi Soekarno dengan
membangun musuh imajiner baru yang namanya Neo Imperialisme, Neo Kolonialisme dan Neo Kapitalisme. Yang bentuk nyatanya digambarkan sedang bercokol tidak
jauh dari Indonesia, yaitu apa yang disebutnya negara boneka Malaysia. Malaysia
dan Singapura telah dimerdekakan Inggris sejak tahun 1957, tapi ada
ganjalan Soekarno mengenai hal tersebut. Bukan saja karena merasa satu rumpun,
tapi sesungguhnya cita-cita Indonesia Raya itu tak pernah padam.
Pada suatu hari ketika kembali dari Dalat (tanggal 13 Agustus 1945), setelah menghadap Marsekal Terauchi, dikota Taiping
(Malaya Utara), Soekarno dan
Hatta bertemu
dengan sejumlah pemuda perwakilan rakyat Malaya. Ketuanya bernama Ibrahim Yakub,
dan atas nama rakyat Malaya, mereka menginginkan bergabung dengan Republik
Indonesia saat Proklamasi 17 Agustus 1945, Soekarno menjanjikannya. Belakngan demikian juga rakyat
Kalimantan Utara pernah menyampaikan petisi yang sama ingin bergabung dengan Indonesia.
Bagi Indonesia juga tidak terlalu bersih karena keerap campur tangan dalam
negari Indonesia. Misalnya berkaitan dengan gerakan PRRI-Permesta, Malasia
merupakan tempat transit kaum pemberontak. Mungkin saja ada dalam pikiran
Soekarno saat itu, kalau peralatan militer yang menggunung yang tidak sempat
dipakai saat Irian Barat, bisa dipergunakan untuk konfrontasi dengan Malasia.
Tapi mimpi itu rupanya sukar diwujudkan, karena didalam negeri keadaan politik
sudah kadung bagaikan hamil tua. Persaingan politik dua kubu PKI dan Angkatan
darat tidak bisa menanti untuk didamaikan lagi. Tidak tahu bagaimana
kejadiannya secara pasti karena sampai sekarangpun orang masih banyak
menyebutnya sebagai misteri. 7 orang jenderal Angkatan darat kedapatan diculik
dan dibunuh. Seperti apa yang disampaikan oleh yang empunya cerita…..PKI lah
yang dianggap biang keladinya. Maka sejak tanggal 12 Maret 1966, stelah
menerima SP 11 Maret (SUPERSEMAR) dari Soekarno,
Jenderal Soeharto Men. Pangad pengganti Jenderal Yani (salah satu korban G30S) mengadakan pembersihan nasional dari anasir PKI dan
onderbownya.
OK, sebelum menuju k
PAPUA, kita bahas apa yang sudah di diskusikan di kelas!!!
Tina:
Data
adalah sekumpulan informasi
Pillow
adalah sebagai alas kapuk, alas tidur, alas duduk dan sandaran punggung yang di
isi oleh kapuk dan di jahit dengan karung .
Jadi,
data itu harus di ungkap kebenarannya dan di sulam bagaikan bantal tapi jangan berfungsi hanya sebagai
alas saja melainkan harus terus selalu di asah agar aksennya dan kontennya
lebih menarik minat baca lainnya dan data tersebut harus di pastikan
kebenarannya. Jika kita ingin menjadi
penulis yang handal maka carilah aksen yang unik dan konten yang menarik tetapi
argument si penulis harus bisa di buktikan kebenarannya dan argument tersebut
harus kuat.
Fatma:
Data
adalah fondasi sumber informasi yang menjadi pedoman seorang penulis dalam
mencari ceruk ceruk baru dalam menulis kita harus memunculkan ceruk-ceruk baru
dan membongkar tembok di belakang yang artinya seorang penulis itu harus bisa
mengungkap sesuatu yang orang lain tidak bisa menebaknya.
Pillow
adalah suatu yang di gunakan untuk tidur tapi seseorang pun bisa tidur jika
tidak memakai bantal. Jadi pillow di
sini yaitu jika kita tidak sudah mendapat sebuah informasi, kita harus mencari
sumber sumber baru yang bisa memperkuat dan menyambungkan pendapat kita. Jadi, pillow sebagai alas kita dalam mencari
sebuah informasi.
Rosita:
DATA:
Pusat informasi
Bantal
tidak hanya untuk alas tidur, berarti itu hanya di simpan saja maksudnya data
atau ilmu itu harus di kembangkan, di baca, di pahami dan tidak hanya untuk
alas tidur. Selain itu kita juga bisa
mengambil sumber-sumber lain untuk mendapatkan informasi.
Jadi,
jika mempunyai informasi ya harus di ungkap, tidak hanya untuk di simpan.
Iik :
Data
sebagai acuan penting dari penulisan kita.
Dalam pacuan agar mengeratkan argument kita dan bisa mengambil pendapat
orang lain.
Victoria, 1 Juli 1971
Atas nama rakyat dan pemerintah Papua Barat, Seth
Jafet Rumkorem (Brigadir-Jenderal)
3 Desember 1974.
Dalam upacara pembacaan
proklamasi itu, Rumkorem
didampingi oleh Jakob Prai
sebagai Ketua Senat (Dewan Perwakilan Rakyat), Dorinus
Maury sebagai Menteri Kesehatan, Philemon Tablamilena Jarisetou
Jufuway sebagai Kepala Staf Tentara Pembebasan Nasional (TEPENAL), dan Louis Wajoi
sebagai Komandan (Panglima) TEPENAL Republik Papua
Barat.
Era Setelah Proklamasi
Kemerdekaan 1 Juli 1971
Setelah proklamasi kemerdekaan
ini terjadilah perpecahan di dalam tubuh OPM,
khususnya antara Seth Jafet Roemkorem
dengan Hendrik Jacob Prai yang berakibat perpecahan basis
atau markas pertahanan mereka. Organisasi perjuangan sayap militer juga
terpecah menjadi Tentara Pembebasan Nasional (TPN) di bawah komando Seth
Jafeth Roemkorem yang sering dijuluki sebagai kubu
Markas Victoria (disingkat Marvic) dengan Tentara Pembebasan Nasional (TPN);
dan Kubu Pembela Kebenaran (atau disingkat Markas Pemka) pimpinan Hendrick
Jacob Prai dengan Tentara Pembebasan Nasional (TEPENAL).
TEPENAL kemudian membentuk
beberapa Panglima Daerah dan bentukan KODAP (Komando Daerah Pertahanan) dan
sampai saat ini masih eksis di rimbaraya New Guinea, yaitu antara lain KODAP
III Nemangkawi untuk wilayah Kabupaten Fak-Fak (Panglima Kelly Kwalik), KODAP
II untuk kabupaten Jayawijaya (Panglima Mathias
Wenda), KODAP V wilayah Papua
Selatan (Panglima Bernardus Mawen); dan KODAP IV Paniai (Panglima
Tadius Yogi).
Para panglima bentukan Jacob
Hendrik Prai ini masih beroperasi sampai hari
ini, sementara turunan dari Markas Victoria terbagi menjadi beberapa kubu
seperti Hans Richard Joweni (di wilayah Sarmi) dan Melkias
Awom
(di Biak). Markas Victoria kemudian dikendalikan oleh Brig. Jend TPN Hans
Bomay bersama Letnan Jenderal TPN Lukas Tabuni,
bersama Rev. Jend. Mandin Maah Jikwa dan Chief Jend. Obarek B. Yikwa, yang
telah meninggal dunia, dan diteruskan oleh General Tiben Pagawak, Lego Yikwa
dan Danny Kogoya. Kini (2014) Lego
Yikwa dan Danny Kogoya telah meninggal dunia.
Sebelum penyerahan tongkat
komando kepada General Mathias Wenda
basis Markas Victoria (TPN) pimpinan Seth Jafet Roemkorem
telah kosong karena friksi dan perang saudara antara kubu PEMKA dengan kubu
Victoria. Capt. Mathias Wenda
sebagai Komandan Operasi di era kepemimpinan Jacob Prai
diperintahkan untuk mengamankan situasi lapangan, khususnya pucuk pimpinan
komando Papua Merdeka yang mendua
sehingga terjadi peperangan hebat antara kedua kubu di wilayah perbatasan West Papua - Papua New Guinea, tepatnya di kampung Wutung.
Penangkapan dan Pengasingan
Pimpinan OPM oleh Pemerintah Papua New Guinea
Menanggapi pertikaian di dalam
tubuh perjuangan Papua Merdeka
yang tidak sehat, maka pemerintah Papua
New Guinea melangsungkan Operasi Penangkapan para kunci pecah-belah dalam tubuh
perjuangan Papua Merdeka.
Hasilnya Jacob Prai, Seth Roemkorem dan Otto
Ondawame ditangkap dan dijebloskan ke
penjara Bomana, Papua New Guinea,
disusul beberapa komandan lapangan mereka seperti Alex Derey dan Geradus Tom
(Komandan Mata Satu). Seth Roemkorem dan dua komandan lapangan ini minta suaka
dan diterima menetap di Negeri Belanda. Sementara sang Komandan PEMKA Jacob
Prai dan sekretarisnya Otto Ondawame
memintakan suaka dan diterima oleh Pemerintah Sosialis Swedia waktu itu, dan
sampai hari ini keduanya berkewarga-negaraan Swedia.
Skenario pemerintah PNG waktu itu
kedua kubu diberi Surat Undangan secara terpisah tetapi pada waktu bersamaan.
Isu Surat menyatakan perlu ada pertemuan antara pimpinan OPM dan pimpinan PNG untuk membicarakan
bantuan PNG untuk Papua Merdeka.
Untuk itu mereka diundang datang ke Kota untuk pembicaraan lebih lanjut. Karena undangan dimaksud ditandatangani oleh
pejabat resmi dengan kop surat yang resmi, maka tanpa diketahui baik Prai
maupun Ondowame dan Roemkorem datang ke kota pada waktu bersamaan. Mereka
kemudian ditangkap pada waktu bersamaan, dan dipenjarakan di penjara Bomana Papua New Guinea secara bersama-sama
sambil menunggu mereka minta suaka. Menyusul
mereka juga ditangkap panglima lain, yaitu Alexander Derey
dan Geradus
Tom
(sering dipanggil Komandan Mata Satu). Keduanya
kini berkewarga-negaraan Belanda dan aktiv berbicara atas nama OPM di pertemuan - pertemuan informal
di antara orang Papua. Sementara terjadi operasi sapu bersih di
antara pejuang Papua Merdeka
sendiri juga hadir Ottow Ondawame,
seorang pemuda dari Fakultas Hukum Universitas Cenderawasih dan Leo Wakerkwa
dari Program Studi Bahasa Inggris FKIP Universitas Cenderawasih. Kedua pemuda membantu Panglima PEMKA Jacob
Prai.
Laurentz Dloga dan Tentara
Revolusi West Papua
Di antara mereka juga hadir seorang
tokoh perjuangan Papua Merdeka
yang telah melakukan banyak pekerjaan yang cukup berarti bagi kemerdekaan West Papua, yaitu Laurentz
Dloga (Logo). Kehadiran dia
memungkinkan terbentukan Tentara Revolusi West
Papua, dan telah menjalin kerjasama dengan Negara-negara yang sudah
merdeka, terutama Papua New
Guinea. Menteri perhubungan dan juga
perdana Menteri Papua New Guinea
waktu itu Iambeki Okuk (seorang Kepala Suku dari
pegunungan Papua Timur, tepatnya
Provinsi Goroka). Keduanya dibantu oleh Gabriel
Ramoy dan Powes Parkop yang
waktu itu ialah mahasiswa.
NKRI bekerja extra keras dan
mereka berhasil menghabisi nyawa dari Iambeki Okuk
di Australia, membunuh Laurentz Dloga di Markas Victoria (oleh pasukannya
sendiri) dan membenjarakan Powes Parkop
(saat ini -2014- menjadi Gubernur DKI Port Moresby) dan Gabriel Ramoy (saat ini
-2014- anggota parlemen di Provinsi Sandaun).
Ada yang menganggap penangkapan
ini sebagai keberhasilan operasi intelijen NKRI, akan tetapi menurut PMNews peristiwa ini murni sebagai tanggapan
PNG terhadap realitas friksi dan faksi yang ada di dalam perjuangan Papua Merdeka. Buktinya selang beberapa
pekan setelah penangkapan mereka, maka Laurentz Dloga dan Mathias Wenda dipanggil dan diarahkan
oleh pemerintah Papua New Guinea
untuk merapihkan barisan pertahanan dan meneruskan perjuangan bangsa Papua di pulau New Guinea.
Papua
New Guinea shares the island of New Guinea, world's second largest, with two
Indonesian provinces (Photo credit: Wikipedia)
Pucuk
Komando Jatuh ke Tangan Gen. TEPENAL Mathias Wenda
Tongkat
Komando TEPENAL diserahkan oleh Jacob Prai
kepada Matius Tabu (karena Jacob Prai ditangkap
oleh polisi PNG waktu itu). Kemudian Matisu Tabu juga ditangkap oleh NKRI.
Beberapa hari menjelang penangkapannya tongkat Komando diserahkan kepada
BrigGend. TEPENAL Mathias Wenda.
Sebelum
penyerahan tongkat komando telah diakukan penaikan pangkat dalam masa darurat
untuk Gen. Mathias Wenda dari
Brig.Gend menjadi General TEPENAL Mathias
Wenda. Masa ini tongkat komando Revolusi West Papua ada dalam kondisi genting karena pertikaian di
dalam tubuh Organisasi Papua
Merdeka dan operasi dari pemerintah PNG serta operasi pengejaran dan
penangkapan oleh ABRI NKRI.
Setelah
tongkat Komando jatuh ke tangan Gen. TEPENAL Mathias
Wenda, maka dilakukan rapat-rapat tingkat Perwira antara kubu Pemka
dengan kubu Viktoria, yang akhirnya menghasilkan kesepakatan untuk
menggabungkan kedua faksi ke dalam satu kubu bernama Tentara Pembebasan
Nasional - Organisasi Papua
Merdeka (TPN/OPM).
Sejak masa inilah nama TPN/OPM mulai santer dipakai. Sedangkan
sebelumnya nama TEPENAL dan TPN dipakai secara terpisah, tidak digabungkan
dengan penggunaan nama OPM.
General Mathias Wenda sebagai seorang Kepala Suku Besar dari Suku
Walak di Lembah Baliem, maka perbedaan dan pembedaan antara organisasi
perjuangan Papua Merdeka sayap
militer dan sayap politik menjadi kabur. General Wenda menjalankan kepemimpinan
ala Panglima Perang dalam suku-suku di pegunungan Tengah Papua.
Setelah puluhan tahun lamanya,
dengan kemunculan pemuda dari Tanah Papua
seperti Jonah Penggu (sering memanggil dirinya bermarga: Wenda) Amunggut Tabi
dan disusul Benny Wenda,
maka terjadi upaya-upaya pembenahan lebih lanjut. Diupayakan berkali-kali untuk
harmonisasai dan konsolidasi hubungan kubu Pemka dan Victoria, tetapi
usaha-usaha di rimba New Guinea tidak begitu sukses. Yang berhasil dan nampak
ada hasilnya ialah pembentukan WPPRO (West
Papua Peoples Representative Office) oleh Andy Ayamiseba (OPM Victoria) dan Otto
Ondawame (OPM Pemka).
Kedua tokoh OPM (Ayamiseba dan Ondawame)
terus membangun komunikasi dengan para gerilyawan di rimba New Guinea. Hasilnya
para penglima dari kubu Pemka dan Viktoria berhasil menjumpai kedua pemimpin di
Vanuatu mulai tahun 2003
sampai 2007 secara berturut-turut datang dan
pergi secara bergantian. Dalam pada itu dibentuk-lah organisasi baru bernama WPNCL (West Papua National Coalition for Liberation) di mana para
tokoh OPM kubu Victoria (Rex
Rumakiek dan Andy Ayamiseba)
dan OPM kubu PEMKA (Amungut
Tabi, Benny Wenda dan Otto Ondawame) membangun
komunikasi konstruktiv untuk menghapus dan menyembuhkan luka-luka tidak
diharapkan yang pernah muncul dalam sejarah perjuangan Papua Merdeka.
Akhirnya terbukti, Jend. TPN
Hans Richard Joweni diangkat sebagai Ketua WPNCL dan Dr.
John Otto Ondawame
sebagai Sekretaris Jenderal. Perbedaan Pemka-Viktoria ternyata lebih berarti
dan lebih berpengaruh di era kepemimpinan Prai-Roemkorem. Setelah Roemkorem
meninggal dunia dan diteruskan oleh Ayamiseba, Rumakiek, dan Joweni serta
Prai menjadi pensiun dari kegiatan politik Papua Merdeka dan diteruskan oleh Ondawame,
Amunggut Tabi dan Benny Wenda tanpa
ada bayangan atau pengaruh sedikitpun dari perpecahan yang pernah terjadi.
Perpecahan dan perang saudara
yang pernah terjadi kini menjali sejarah pahit, tetapi tidak berpengaruh begitu
besar terhadap generasi muda pejuang Papua
Merdeka. Walaupun begitu para lawan politik dan musuh kebenaran tidak pernah
tinggal diam.
Telah banyak kali NKRI berupaya
menangkap dan memenjarakan dan juga membunuh khususnya Panglima Mathias Wenda, tetapi General Wenda
dengan ketangkasannya telah meloloskan diri dari maut. Beberapa kali pernah
dipenjarakan di Papua New Guinea
dan diadili di sana, dengan tuduhan melakukan kegiatan illegal di Negara PNG.
Akan tetapi dengan Hukum Adat sebagai seorang Kepala Suku ia berhasil membela
diri, memupuskan harapan dan doa NKRI untuk merepatriasi Gen. Wenda ke
Indonesia untuk dijatuhi hukum sesuai hukum colonial NKRI.
OK, kita kupas NKRI!!!
Forkorus: Papua Dianeksasi ke NKRI

SENTANI-Sejarah mencatat bahwa
pada tanggal 1 Mei tahun 1963 Papua yang
kalah itu dikenal dengan nama Provinsi Irian Barat resmi berintegrasi ke Negara
Kesatuan Republik Indonesi (NKRI) masuk dalam provinsi ke 26. Dan hal sejarah
ini terus diperingati dari tahun ke tahun oleh setiap generasi anak bangsa,
termasuk juga yang akan dilakukan pada Minggu 1 Mei besok.
Namun bagi Ketua Dewan Adat Papua Forkorus
Yaboisembut S.Pd sejarah tersebut harus diklarifikasi khususnya bagi
anak bangsa Papua, karena masuknya Papua ke Indonesia bukan berintegrasi tetapi
dianeksasi (penggabungan politik secara paksa) oleh Indonesia melalui operasi
Trikora dengan penuh intimidasi. Oleh sebab itu Forkorus
menegaskan jika bangsa Indonesia memperingati 1 Mei
sebagai hari berintegrasinya Papua ke NKRI maka pihaknya dan masyarakat Papua
memperingatinya sebagai hari Aneksasi Papua ke NKRI. “Bagi kami orang Papua 1 Mei itu bukan hari berintegrasi Papua ke NKRI
tapi kami memperingatinya sebagainya dengan hari Aneksasi bangsa Papua oleh
Indonesia pada tahun 1963,” ujar Forkorus.
Dan untuk memperingatinya Forkorus
mengatakan mungkin tidak dilakukan seremonial yang muluk-muluk tetapi Forkorus
menghimbau kepada semua ‘bangsa Papua’ untuk bisa mengheningkan cipta sejenak
sambil berdoa kepada Tuhan terhadap nasib dan perjuangan Bangsa Papua
selanjutnya untuk menuntut hak-hak politiknya agar diluruskan kembali sebagai
sebuah bangsa yang bebas untuk menentukan nasibnya sendiri.
“Tidak ada seremonial peringatan HUT Aneksasi yang muluk-muluk tapi saya
himbau kepada semua bangsa Papua untuk merenung sebentar dan berdoa kepada
Tuhan memohon campur tangannya guna eksistensi perjuangan bangsa Papua, untuk
mengembalikan hak-hak Politinya,” ujar Forkorus.
Disinggung terkait sepak terjang DAP terkait perjuangan hak-hak Politik
bangsa Papua Forkorus mengatakan bahwa perjuangan tetap berjalan dan saat ini
sedang dilakukan gerakan-gerakan diluar Negeri oleh National Parlemen West
Papau dan Internationa Parlemen West Papua, yang direncanakan bakal ada sebuah
agenda penting yang akan dilakukan oleh kedua organsiasi perjuangan bangsa
Papua itu di luar Negeri.
Kesimpulan
Reformasi merupakan gerakan moral untuk menjawab
ketidak puasan dan keprihatinan atas kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan
social. Reformasi bertujuan untuk menata kembali kehidupan berma-sayarakat,
berbangsa, dan bernegara yang lebih baik berdasarkan nilai-nilai luhur
Pancasila. Dengan demikian, hakikat gerakan reformasi bukan untuk menjatuhkan
pemerintahan orde baru, apalagi untuk menurunkan Suharto dari kursi kepresidenan
Namun, karena pemerintahan orde baru pimpinan Suharto dipandang tidak mampu
mengatasi persoalan bangsa dan negara, maka Suharto diminta untuk mengundurkan secara legawa dan
ikhlas demi perbaikan kehidupan bangsa dan Negara Indonesia yang akan dating.
Reformasi yang tidak terkontrol akan kehilangan arah, dan bahkan cenderung
menyimpang dari norma-norma hukum. Dengan demikian, cita-cita reformasi yang
telah banyak sekali menimbulkan korban, baik jiwa maupun harta akan gagal. Untuk itu, kita sebagi pelajar Indonesia harus
dan wajib penjaga kelangsungan reformasi agar berjalan sesuai dengan harapan
para pahlawan reformasi yang gugur.
Anda secara pribadi akan
mendukung Papua menjadi negara yang baru dipisahkan ? Mengapa ?
Menurut saya jika pemerintah
mempertahankan papua, tentu nasionalisme sebagai alasanya. Namun itu tidak di ikuti dengan kepedulian
yang realistik, contohnya seperti perhatian akan masyarkatnya seperti
memberikan kehidupan yang layak bagi mereka, pendidikan, fasilitas. Itu
adalah nasionalisme yang utuh yang di berikan pemerintah kepada papua sebagai
dedikasi bangsa kepada isinya. Namun nyatanya
tidaklah seperti
itu. Nyatanya, mereka masih di sulitkan
dalam menjalani hidup, jangankan berkembang, untuk bertahan hidup pun sulit,
ditambah lagi dengan adanya konflik antara oposisi dan non oposisi yang
menjadikan papua sebagai daerah yang jauh dari kata aman. Mereka menyerukan ingin lepas dari NKRI,
tetapi pemerintah menarik mereka untuk tetap berkebangsaan satu yaitu Indonesia. Namun setelahnya, mereka bersatu kembali
tidaklah lagi terlihat rasa peduli mereka terhadap papua, agresif di saat ada
yang mau memisahkan diri tetapi pasif di saat semuanya kembali stabil. Bahkan mereka seakan terlupakan, semakin
tenggelam ke dasar keputusasaan. Belum
lagi di tambah berita freeport yang
semakin menyedihkan dari waktu ke waktu, para koboi amerika semakin gesit
memacu kuda - kuda pengeruk gunung emas esberg, dan hanya kertas laporan 1%
saja, yang bahkan bukanlah sebuah bentuk terima kasih. Namun ini adalah sebuah penghinaan. Sudah
cukup bagi mereka penderitaan ini, jika
pemerintah ingin mempertahankan papua, maka
beri mereka bukti (fasilitas, pendidikan, kesehatan), jika di pertertahankan hanya untuk
dilupakan, menurut
saya lebih baik biarkan mereka keluar dari NKRI.
Satu
lagi, memang benar kata Mr. Lala: Jika kita akan pergi k Malaysia dengan tidak
membawa pasport, di bandara sudak di tolak dan penerbangan pun GAGAL. Jangankan ke Malaysia, masuk account Facebook
saja, jika tidak ada pasport nya, itu tidak akan masuk atau tidak berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic