We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Kamis, 17 April 2014

Class Review 9



Teamwork like A Glue Iron
Berat sama dipikul ringan sama dijinjing.  Itulah komitmen kelompok saya dalam melakukan sebuah diskusi.  Didalam pembahasan minggu ini hal yang paling di utamakan yaitu “teamwork” dalam sebuah teamwork harus saling membantu dan saling member pendapat.  Kita mengusahakan selalu bersama, agar pola piker kita berkembang dan persahabatan kita pun semakin erat.  Dalam sebuah kehidupan, tidak ada manusia yang hidup secara individu.  Semua orang pasti membutuhkan teman dan dalam melakukan sesuatu pun pasti memerlukan seorang untuk membantunya.  Begitu pula dengan kita, kita pasti membutuhkan bantuan dari lain.
Langit diangkasa yang begitu luas dan indah pun memerlukan bintang, bulan, pelangi, satelit untuk menghiasinya dan untuk menemaninya.  Awan nan redup, itu pertanda akan tibanya hujan dan setelah hujan pasti adanya pelangi.  Semua itu saling berhubungan dan erat kaitannya.  Begitu pula dalam sebuah teamwork, kita bisa memberikan pendapat satu sama lainnya.  Saling melengkapi satu sama lain dan saling menhargai.
Andai kayu sekeras besi pasti dalam persahabatanpun tidak mudah retak.  Malam yang semakin sunyi, detik-detik pun telah berganti, saya pun memulai aktivitas saya yaitu menulis class review yang ke Sembilan.  Dalam pembahasan ini akan lebih dalam tentang papua tetapi harus mencakup semuanya.  Dalam sebuah teks yang berjudul “Don’t use your data as a pillow”, kelompok kita harus lebih memahami dan memperdalam ateks tersebut.
“Demi Persatuan Nasional dan Pembangunan”
John Rumbiak
Di Papua Barat akhir-akhir ini diberitakan terjadi berbagai kekerasan negara yang berakhir dengan pelanggaran hak asasi manusia sebagai respon terhadap berbagai aksi yang dilakukan rakyat Papua Barat untuk menuntut PAPUA BARAT MERDEKA. Aksi-aksi tersebut sebagai protes terhadap pelanggaran terhadap hak menentukan nasib sendiri yang melibatkan masyarakat internasional. Suatu sikap yang menurut rakyat dapat mengakhiri penindasan di tanah Papua serta tindakan untuk menyelamatkan bangsa Papua dari suatu proses pemusnahan.  Mulai dari kasus ‘Biak Berdarah Juli 1998’, ‘Insiden Merauke Oktober 1999’, ‘Timika Berdarah Desember 1999’, ‘Insiden Nabire  Februari/Maret 2000’, sampai dengan ‘Peristiwa Wayati Fakfak Maret 2000’ serta ‘Insiden Sorong Agustus 2000’ (dan tentu saja masih akan terjadi peristiwa-peristiwa berdarah serupa  di waktu-waktu ke depan jikalau situasi ini tidak berubah). Puluhan orang telah dibunuh, ratusan ditahan secara sewenang-wenang dan disiksa serta belasan lainnya dinyatakan hilang. Itu semua bukan ceritra baru. Pengalaman selama 38 tahun (1963 – 2000) integrasi dengan Republik Indonesia dengan berbagai operasi militer yang dilakukan telah berakhir dengan ribuan orang Papua dibantai, ditangkap dan dipenjara secara sewenang-wenang dan disiksa, perempuan-perempuan diperkosa. Semua ‘Crime Against Humanity in West Papua’ itu dibuat demi Persatuan Nasional dan Pembangunan. 
Kebijakan apapun yang diambil oleh suatu pemerintah di manapun di dunia ini terhadap suatu kelompok masyarakat yang dikuasai tidak terlepas dari PERSEPSI yang ada pada si penguasa. Persepsi itu terbangun dari latar belakang kebudayaan, sejarah dan keinginan-keinginan juga  kekhawatiran-kekhawatiran bagaimana kelompok masayarakat yang ditargetkan itu mesti diatur. Frantz Fannon, Seorang psikiater asal Caribia yang kemudian mendukung perjuangan kemerdekaan rakyat Aljazair  dari penjajah Perancis berpendapat bahwa penjajahan didukung oleh teori-teori kebudayaan yang rasialis. Kaum penjajah beranggapan bahwa kelompok masyarakat yang dijajah tidak berkebudayaan atau kebudayaannya rendah dan oleh karena itu berbagai kebijakan dilakukan untuk memperadabkan sekaligus menaklukkan kelompok masyarakat tersebut.
Dalam kaitan masalah Crime Against Humanity in West Papua tidak bisa dilihat lepas dari suatu PERSEPSI PEMERINTAH INDONESIA terhadap rakyat dan tanah Papua Barat. Pemerintah Indonesia memandang Papua Barat adalah wilayah integral dari Indonesia yang telah direbut dengan darah melalui Komando Trikora di bawah pimpinan Jenderal Soeharto, mantan presiden RI yang otoriter. Papua Barat juga dilihat sebagai wilayah yang kaya akan sumber daya alam, dapur masa depan Indonesia. Dalam suatu ceramah di Aula Universitas Cenderawasih di Jayapura tahun 1983 Ali Murtopo, mantan menteri Penerangan pada waktu itu mengatakan: “Irian Jaya adalah dapur masa depan Indonesia”. Tetapi Pa pua Barat juga dipandang sebagai wilayah di mana berlangsung apa yang oleh Jakarta disebut sebagai ‘Gerakan Separatis’ yang dapat membahayakan persatuan bangsa. Penduduk asli, bangsa Papua, di wilayah ini dipandang sebagai ‘primitif’ dan terbelakang sehingga mereka mesti diperadabkan.
Persepsi pemerintah tersebut  mendasari lahirnya dua kebijakan utama dalam menangani Papua Barat, yaitu militerisme dan kebijakan-kebijakan pembangunan (transmigrasi, keluarga berencana, turisme, pertambangan, pertanian, dll). Semua itu dilakukan demi persatuan nasional dan pembangunan. Kebijakan-kebijakan ini selanjutnya “melegalkan” terjadinya ‘Crime Against Humanity in West Papua dewasa ini. 
Perang terhadap Orang Papua dan Implikasinya: Jiwa yang Patah
Sejak integrasi Papua Barat ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1963 “perang” pun digelar melawan bangsa Papua. Gerakan Papua merdeka (OPM) menjadi alasan bagi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) – sekarang TNI pisah dari POLRI, untuk melancarkan operasi-operasi militer di berbagai wilayah di Papua Barat. Secara garis besar akan digambarkan beberapa peristiwa besar yang telah berakibat terhadap terjadinya ‘Crime Against Humanity in West Papua’:
Periode 1963 – 1969
Masa transisi di mana sesudah kedaulatan Papua Barat, berdasarkan New York Agreement 15 Agustus 1962, dilimpahkan dari Pemerintah Belanda ke Pemerintah Indonesia dan persiapan menuju ke apa yang disebut “Act of Free Choice” pada tahun 1969. Pada masa ini pemerintah dan angkatan bersenjata Republik Indonesia memasukkan ribuan aparat keamanan dan petugas-petugas pemerintah untuk memastikan bahwa rakyat Papua Barat menjadi bagian integral dari Republik Indonesia bilamana ‘Act of Free Choice’ terjadi. Rakyat diintimidasi, terjadinya penangkapan dan penahanan di luar hukum, pembunuhan-pembunuhan. Akibatnya hanya 1025 saja dari total 800.000 rakyat Papua waktu itu  yang ditentukan oleh Pemerintah Indonesia untuk secara terpaksa memilih menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Periode 1970 – 1984
Perlawanan rakyat Papua yang memprotes  hasil  ‘Act of Free Choice’ dalam bentuk berdirinya ‘Organisasi Papua Merdeka’ (OPM) menjastifikasi berlangsungnya operasi-operasi militer di wilayah-wilayah yang diidentifikasi sebagai kantong-kantong gerakan OPM. Ribuan pasukan militer diturunkan di wilayah-wilayah tersebut, kebebasan rakyat dipasung dan pembantaian terhadap rakyat pun digelar. Operasi-operasi militer tersebut antara lain: Kasus Biak (1970/1980); Kasus Wamena (1977) dan Kasus Jayapura (1970/1980). Kasus 1984 di mana Arnold C. Ap dan Eduard Mofu, dua seniman Papua dibunuh dan 12 000  penduduk kemudian mengungsi ke Papua New Guinea.
Periode 1985 – 1995
Operasi militer untuk menumpas OPM terus dilancarkan aparat keamanan, terutama di kawasan pegunungan tengah Papua Barat. Dari semua peristiwa yang terjadi ‘Kasus Timika 1994/1995’ yang melibatkan PT. Freeport Indonesia yang dilaporkan Keuskupan Gereja Katolik Jayapura di mana 16 orang dibunuh, 4 orang hilang dan puluhan lainnya ditahan dan disiksa serta 5 perempuan ditahan dan diperkosa.
Periode 1996 – 1998
Operasi militer menumpas OPM pimpinan Kelly Kwalik yang menyandera para ilmuwan barat di wilayah Mapnduma, Pegunungan Tengah Papua Barat dalam jangka waktu 1996 – 1998. Menurut ELS-HAM Papua Barat (Mei 1998) Drama penyanderaan ini menjadi alasan bagi pihak militer Indonesia untuk kemudian melanarkan operasi militer baik pada masa penyanderaan, operasi pembebasan sandera dan pasca pembebasan sandera di mana sekitar 35 penduduk sipil dibunuh, 13 perempuan diperkosa, 166 rumah penduduk dan 13 gereja (Gereja Kemah Injil Indonesia) dibakar musnah.
Periode 1998 – 2000
Sejak tumbangnya Presiden Suharto pada bulan Mei 1998 berbagai tindak kekerasan dilakukan oleh aparat keamanan terhadap rakyat Papua Barat yang melakukan hak kebebasan berekspresi dengan berdemonstrasi dan mengibarkan bendera Papua Barat (Bintang Fajar) di berbagai kota di Papua Barat.
Berbagai  ‘Crime Against Humanity in West Papua’ tersebut mempunyai implikasi baik psikologis, social, budaya and ekonomi terhadap diri bangsa Papua. Mereka mengalami Jiwa yang Patah (hilang percaya diri, frustrasi, apatis, mengendapkan dendam dan  kebencian yang mendalam terhadap pihak yang membuat mereka menderita). Secara social rakyat terpecah belah dan saling tidak percaya satu sama lain. Suatu kenyataan yang, selain berbagai factor lainnya, juga melatar-belakangi mengapa rakyat Papua dewasa ini menuntut untuk melepaskan diri dari Negara Kesatun Republik Indonesia sebagai bangsa yang merdeka.

Kesimpulan
Masalah ‘Crime Against Humanity in West Papua’ pada dasarnya terjadi karena ada suatu persepsi nasional yang bersifat rasis, eksklusif dan penuh kecurigaan terhadap keberadaan orang Papua.  Persatuan nasional dan pembangunan telah menjadi dalih yang sangat kuat untuk lahirnya militerisme di Papua Barat yang telah menyebabkan terjadinya ‘Crime Against Humanity’.  Semua ‘Crime Against Humanity in West Papua’ telah menyebabkan terjadinya rakyat Papua yang mengalami ‘A Broken Soul’.
Pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia mesti membebaskan diri dari pandangan rasis, eksklusif dan curiga terhadap orang Papua. Orang Papua mesti diakui sebagai suatu kelompok masyarakat yang secara ras berbe da dengan bangsa Indonesia lainnya serta mesti diterima sejajar dengan yang lainnya.
Pendekatan militer di Papua Barat mesti segera diakhiri karena telah menyebabkan terjadinya berbagai ‘Crime Against Humanity’ dan jikalau terus dipertahankan untuk menangani masalah Papua Barat dewasa ini justru akan menimbulkan masalah-masalah baru yang rumit dan sulit untuk diselesaikan.
Pemerintah Indonesia mesti memiliki kemauan politik yang sungguh-sungguh dan didukung oleh semua pihak untuk mempertanggungjawabkan berbagai ‘Crime Against Humanity’ dengan membawa keadilan remedy kepada rakyat Papua Barat, Rekonsiliasi dan Perdamaian. Justice ini penting untuk memulihkan secara psikologis penderitaan korban atau keluarga korban selama bertahun-tahaun mengalami penderitaan, tetapi juga sebagai proses law enforcement, menanamkan kultur supremasi hokum di atas segala kepentingan.
Proses rehabilitasi, terutama healing proscess melalui berbagai bentuk kegiatan untuk membebaskan rakyat secara psikologis dari beban trauma, dendam dan kebencian yang diendapkan dari pengalaman buruk yang dialami.
BP (dulunya "British Petroleum") adalah sebuah perusahaan minyak bumi bermarkas di London, dan salah satu 4 besar perusahaan minyak di seluruh dunia (bersama dengan Shell, ExxonMobil, dan Total).
Pada Desember 1998, BP bergabung dengan American Oil Company (Amoco), membentuk "BP Amoco". Namun, langkah ini dipandang umum sebagai sebuah pembelian Amoco oleh BP, hanya saja digambarkan secara resmi sebagai sebuah penggabungan karena alasan legal. Dan setelah setahun beroperasi bersama, mereka menggabungkan banyak operasi dan nama "Amoco" dilepas dari nama perusahaan. Divisi BP Solar telah menjadi pemimpin dalam produksi panel surya.  BP juga merupakan partner pemimpin dalam jalur pipa Baku-Tbilisi-Ceyhan yang kontroversial.
Pada 20 April 2010 Horizon Deepwater meledak, mengakibatkan 11 orang meninggal, dan menyebabkan tumpahan minyak yang mengkontaminasi daerah yang luas dari lingkungan laut Amerika Serikat dan terus memiliki dampak serius pada kehidupan liar, industri perikanan lokal, dan pariwisata daerah. Pemerintah AS menyebut BP sebagai pihak yang bertanggung jawab atas insiden ini.
Royal Dutch Shell plc adalah sebuah perusahaan energi utama, salah satu peringkat 4 atas perusahaan swasta minyak dan gas di dunia (bersama dengan BP, ExxonMobil, dan Total. Shell juga memiliki bisnis petrokimia yang cukup besar Shell Chemicals dan sektor energi terbaharui mengembangkan tenaga angin dan surya. Markas besar perusahaan ini berada di Den Haag, Belanda dengan markas besar legal di London, Britania Raya.
Inilah hasil diskusi kelompok saya tentang teks yang berjudul “Don’t use your data as a pillow” peneliti S. Eben Kirksey.
1.    Dalam paragraph pertama pesta kecil itu adalah sebuah pondasi yang mana untuk sebuah penelitian dan sebuah pancingan agar warga Papua merasa dihargai.  Tetapi menurut Eben sendiri itu hanyalah sebuah pesta yang biasa saja.  Namun, Denny  Yomaki mengajukan OPM agar ditanda tangani oleh PBB.  Namun semua itu melewati beberapa proses diantaranya KMB.  Pada bulan mei terdapat sebuah peristiwa penting contohnys adalah reformasi dan trikora.  Yang dimaksud  peristiwa mei menjadikan target Eben ketika melakukan sebuah penelitian.  Eben mengharapkan sebuah pesta kecil itu sebagai pesta kecil itu Papua masuk dalam perangkapnya dan mengharapkan pesta tersebut berjalan lancar.  SEbenarnya Eben bertujuan datang ke Denny  agar Denny  buka mulut tentang rahasia Papua karena Denny  lahyang memegang/mengorganisir hak asasi di Papua.  Target untuk penelitian Eben sudah ada di Denny .  Denny  adalah sebagai juru kunci untuk penelitian Eben dan tantanganya itu sudah ada didepan mata.  Maksudnya tantangan disini ialah dengan cara apa agar Denny  mau buka mulut tentang rahasia Papua.
     Pada kesimpulanya paragraph pertama tentang penelitian Eben yang bergantung pada Denny  yang mempunyai rahasia besar tentang Papua Barat serta Eben harus mendekati Denny  agar Denny  bisa buka mulut terhadap Eben agar sebuah penelitian Eben berjalan dengan lancar.
2.    Kalimat pertama yaitu mengenai kedatangan Eben pada tahun 1993 di Papua barat untuk sebuah penelitian. Kalimat kedua yaitu Eben mempunyai niat untuk mempelajari El-Nino. Ketiga yaitu pada saat itu Eben di datangi hujan ( perang atau penjajahan). Ke empat yaitu di situ Eben merasa kekurangan untuk berbicara tentang El-nino. Kalimat kelima yaitu di Papua itu banyak kekurangannya yaitu contohnya mayoritas  orang-orang Papua itu primitive.  Sehingga Eben tidak bergairah untuk membicarakan penelitiannya.  Kalimat ke enema yaitu pada masa soeharto pergerakan itu tidak maju, kemudian pada saat soeharto lengser banyak pergerakan-pergerakan baru yang muncul yaitu organisasi Papua merdeka (OPM). Ke delapan yaitu Papua menjadi perebutan antara belanda dan NKRI.  Jadi, Papua itu dalam masa dilemma untuk memilih belanda atau NKRI. Ke Sembilan yaitu Papua tidak jauh seperti Aceh, Timur-timor, yang tidak di akui oleh Indonesia salah satunya Papua yang menjadi penelitiannya Eben.  Ke 10 Eben pada awalnya merasa bingung karena membahas tentang Aceh, atau pun Timur-timor.  Eben bingung dan berkata, “kenapa Papua, Aceh, Timur-timor ingin keluar dari NKRI dan ingin mandiri?”
3.    Kalimat pertama yaitu mengenai pada saat itu anak bangsa di bunuh oleh bangsanya sendiri, itulah yang menyebabkan Papua ingin memisahkan diri dari NKRI.  Kalimat ke tiga yaitu sebuah militer dari Papua mempunyai dendam dan membuat senjata sebnayak 50.000  kalimat ke empat yaitu pada waktu Eben mulai melakukan penelitiannya, hujan pun tiba.  kalimat ke lima yaitu terdapat 157 buah kapal untuk perang dalam sebuah pergerakan.   Kalimat ke enam yaitu Eben memperdalam sebuah penelitian karena tertarik untuk mengupas tuntas tentang Papua Barat.  Kalimat ke tujuh yaitu mengenai Eben sering mendengar dari cerita pemerintah Amerika yang mendukung kemiliteran Papua dan aspirasi orang Papua yang menginginkan mandiri tanpa NKRI.  Kalimat ke delapan yaitu mengenai Eben di buat kaget sehingga ia tak bisa berkata apa-apa.  Kalimat ke sembilan yaitu mengenai pencabutan bendera merah putih kemudian di ganti dengan bendera bintang kejora.  Kalimat ke 10 yaitu mengenai Eben memperdalam penelitiannya.  Kalimat ke 11 yaitu tentang adu domba yang bertujuan untuk Papua menjadi wilayah yang mandiri dan tidak masuk menjadi NKRI.  Kalimat ke 12 yaitu mata-mata Indonesia itu telah mendukung sebuah kemandirian kepada Papua.  Kalimat ke 13 yaitu mengenai  orang Papua yang mengira bahwa Eben adalah sekutunya NKRI.  Kalimat ke 14 yaitu mengenai gambaran Papua  yang tidak membutuhkan bantuan siapa pun , hal demikian telah di gambarkan oleh Eben.  Kalimat ke 15 yaitu ketika Eben meneliti tentang Papua yang menyuruhnya agar melakukan kampanye (Genosida).  Kalimat ke 16 yaitu mengenai Eben yang merasa bahwa dirinyalah yang berjasa dalam memerdekakan Papua.  Kalimat ke 17 yaitu tentang penelitian Eben dibandingkan dengan kisah nyata yang telah di ceritakan oleh Denny  Yomaki. 
4.    Setelah Eben lulus dari California santa Cruz kemudian melanjutkan seluruh penelitiannya di Papua Barat kemudian datanya di rekayasa. Eben berkata,” Jika seluruh dunia biasa dengan data yang sudah aku manipulasi itu akan terbiasa oleh kebohonganku”.  Satu peristiwa menghasilkan beberapa peristiwa berantai kemudian mata-mata agen militer Indonesia menyetujui bahwa Papua yang ingin mandiri.  Peristiwa yang di duga karena penelitian di Papua sangat keras.  Kemudian peristiwa tersebut membuat Eben merasa tertarik karena Papua mengetahui bahwa Papua sangat hebat.  Nah, saya mengetahui anak bangsa di panah oleh militer Indonesia.
5.    Banyak orang papua mencari Eben karena Eben di sangka telah bersekutu dengan rakyat belanda. Eben itu di gambarkan kedalam peristiwa tersebut.  Denny  Yomaki menganjurkan Eben untuk meneliti tentang anak bangsa yang di bunuh oleh bangsanya sendiri.  Dengan mempelajari dimensi budaya dari kekerasan Eben berfikir bahwa lebih baik bisa menolong orang papua yang akan keluar dari NKRI pada penelitian Eben di tandingnya.
6.    Tiga hal dari yang di katakan oleh Denny  yaitu satu pendoa kristen(baptis) memberikan ucapan terimakasih untuk kesehatan dan keinginan Eben untuk mengadakan perjalanan.  Kemudian Denny  Yomaki dan Eben itu membahas tentang papua / penelitiannya di kamar tamunya Denny .  Mereka membahas suatu hasil pembicaraan / solusi.  Denny  dan Eben menukar idenya artinya yaitu mereka saling bertukar fikiran.  Kemudian Eben mulai berbincang –bincang dengan Telyswaroepen (anggota dari komnasHAM).  Waropen di undang oleh Denny  untuk menyelenggarakannya.  Usia waroepen sama dengan usianya Eben.
7.    Eben dan Denny  itu menyelidiki keberadaan atau kejadian yang ada di papua bahwasannya di papua terjadi sesuatu yaitu agen militer dan memulainya itu dari daerah wasior.
8.    Denny  dan Eben mewawancarai orang-orang yang menginginkan resiko yang lebih berat.  Mewawancarai peneliti asing agar buka mulut tentang papua.  Denny  dan Eben ketika mewawancarai jangan memberi tahu ke siapa pun bahwa Denny  dan Eben telah mewawancarainya.
9.    Jadwal untuk mewawancarai itu adalah mewawancarai seorang dukun sihir (drakula) lalu beberapa sihir ini mengakui bahwa peristiwa itu ( anak bangsa di bunuh oleh bangsanya sendiri) dukun sihir yang bertanggung jawab.  Pada bulan Mei, papua adalah di bawah pengawasan dukun sihir tersebut.  Kemudian Denny  dan Eben tidak beresiko untuk mewawancarai dukun sihir tersebut.  Tetapi yang beresiko suatu ketika mereka mewawancarai orang asing.
10.     Pada penelitian Eben, Eben belajar kepada TelysWaroepen (KOMNASHAM) dan Eben pun mempelajari dukun sihir yang berada di wasior tersebut sebagai suatu disertasinya.  Jadi, Eben sedang mengumpulkan sebuah data deny yomaki.
11.      Sumber data tidak masalah yang penting sumbernya terpercaya dan kuat. Karena, pada waktu Eben melakukan 550 wawancara dengan orang Papua dalam bahasa Indonesia dan perasaan Eben ingin memusnahkan peristiwa-peristiwa (sejarah yang ada di Papua).
12.      Masih tentang data atau penelitian Eben, disini mulai ada OPM karena warga Papua selain ingin merdeka, warga papua pun ingin terbebas.
13.     Eben dalam penelitiannya sesuai yang ada pada lapangan (fakta), tetapi penasihat Eben dari universitasnya menyuruh Eben agar sumbernya itu dihilangkan agar mencapai kebebasan.  Dalam penelitiannya di Papua Barat Eben member kesimpulan bahwa dia setuju, kalau sumbernya tanpa judul karena untuk menghindari birokratis
14.     Terdapat konflik di papua barat yaitu papua ingin merdeka dengan cara memisahkan diri.
15.     Masyarakat papua percaya dengan adanya dukun sihir. Eben adalah termasuk orang yang sangat teliti dalam penelitiannya.  Dari hasil penelitiannya itu Eben mengatakan bahwa data yang dia dapat harus di ungkap secara tuntas ketika Eben kembali ke amerika karena ini adalah kesempatan yang profesional yang di tunggu – tunggu oleh pembaca.  Eben sangat bertanggung jawab dan serius dalam penelitiannya.
16.     Waroepen ingin mengetahui kenapa Eben meneliti papua dan tujuan Eben meneliti tentang papua.  Waroepen menantang Eben, karena waroepen merasa curiga kepada Eben “apa tujuan Eben memperdalam penelitian di papua sedangkan Eben memanipulasi datanya dalam penelitian Eben.  Eben pun berkata dalam hatinya “penelitian tersebut harus di terjemahkan dan dapat di baca oleh semua orang secara logis.
17.     Waroepen menantang kembali ke Eben tentang fakta yang lebih relevan.  Lalu Eben yang menantang waroepen untuk menjelaskan peristiwa pembantaian / genosida yang terjadi di papua.  Waroepen hanya menerima penelitiannya Eben bukan sebuah fakta, sehingga waroepen pun penasaran dengan semuanya.
18.     BP (british petroleum) adalah sebuah perusahaan minyak bumi bermarkas di london dan salah satu perusahaan minyak terbesar di seluruh dunia ( bersama dengan shell, exondiobil dan total) pada Desember 1998, BP bergabung dengan american oil company (amoco) membentuk “BP amoco”.  Namun, langkah ini dipandang umum sebagai sebuah pembelian amoco oleh BP.  Hanya saja di gambarkan secara resmi sebagai penggabungan karena alasannya yaitu “legal” dan setelah setahun beroperasi bersama, mereka menggabungkan banyak operasi dan nama “amoco” di lepas dari nama perusahan.  Divisi BP solar telah menjadi pemimpin dalam produksi panel surya.  BP itu seperti memonopoli perdagangan, sehingga menghasilkan banyak keuntungan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di papua.  BP memberikan taktik jitu yang berkesan menolong papua.  Kenapa Eben tidak menjelaskan tentag BP padahal BP sangat penting untuk di ketahui / di telusuri?  Karena Eben berasal dari amerika dan BP pun berasal dari amerika.  Jadi, Eben tidak ingin nama amerika tercoreng buruk.
19.     Papua di wasior, Eben mengamankan hasil penelitiannya dengan menggandakan orang papua.  Artinya adalah memalsukan data yaitu data yang di rekayasa itu adalah sebagai peluru untuk membunuh indonesia.  Eben pun mendukung intelegensi militer indonesia yang membunuh anak  bangsanya sendiri.  Satu militer dari indonesia mengetahui bahwa penelitiannya Eben sudah sangat jauh dan dalam. Eben pun mau di bunuh oleh satu militer indonesia tersebut.  Militer meminta/ mengancam Eben untuk memberhentikan penelitian, tetapi Eben menolak.
20.     Data yang sebenarnya tentang papua itu hanya untuk di simpan bagaikan bantal, Eben malah membuat duplikat data tentang papua.  Eben tidak lebih dari seorang pecundang yang memanipulasi fakta peristiwa papua yang sebenarnya Eben sudah mengetahui dengan penelitiannya tetapi Eben malah merekayasa data tersebut untuk publik.  Rumbiak meminta Eben untuk mengadakan rapat untuk melihat kekerasan di wasior.  Eben secara lembut memberikan kasih sayang kepada warga papua .  karena papua itulah yang tetap menjadi target bahan penelitiannya.
21.     Eben menghadiri markas besarnya yaitu BP.
22.     Dr. Grote adalah salah satu dari anggota konferensi meja bundar(KMB) yang mana dia meminta percakapannya di rahasiakan karena dia menganggap bahwa masyarakat papua itu primitif.  Ketika kontrofersi kemiliteran dari BP membunuh seorang aktivis, yang menganggap bahwa aktifis sebuah penghalang untuk BP tetap maju.  Sehingga, tanpa berpikir panjang kontrefersi kemiliteran tersebut membunuh seorang aktifis.  Peristiwa tersebut membuat tantangan bagi Eben.  Ini membuat Eben berpikir akan maju untuk penelitiannya atau mundur.  Sedangkan di depan mata banyak tantangan yang besar dan banyak darah yang bergelimpangan.  Sedangkan jika mundur, sangat disayangkan karena penelitiannya sudah di tengah jalan.
23.     Rumbiak berkata agen rahasia pada militer indonesia ditentukan melakukan kekerasan sehingga masyrakata papua mempunyai rasa iba.  Sehingga papua pun memberikan kontrak sebuah jaminan keamanan agar masyarakat papua berpikir, papua menjadi aman.  Padahal keamanan itu hanya sebuah mata-mata untuk mengetahui keadaan di papua.
24.     Dr. Grote mengatakan kekerasan itu sangat buruk untuk bisnis.  Masyarakat papua itu lebih baiknya menciptakan alam lingkungan dengan baik atau lemah lembut.  Sehingga mengahsilkan bisnis yang pesat dan maju.  Bekerja di papua barat itu adalah sebuah tantangan yang sangat besar, maksudnya sesuatu yang hanya mau mengambil resiko.  Pekerja yang ada di papua nyawanya ada di militer.  Jika kita membatalkan proyek perusahaan tersebut, itu akan menimbulkan kode etik yang tidak baik.  Dr Grote berpikir bahwa proyek tersebut akan berpengaruh pada indonesia.
25.    Rumbiak meminta penerbitnya Eben dilakukan di Wasior dan disitu Eben mencoba menceritakan hasil penelitiannya ke Warga Papua dan kemudian security merasakan ketakutan dalam hidupnya.  Eben mempunyai data tentang pembunuhan polisi, lalu polisi itu akan dipergunakan untuk insiden tetapi alasan itu palsu untuk operasi peluncuran isolasi atau basmi.  Artinya BP menginginkan bahwa polisi di Papua percaya tentang adanya BP untuk sebuah perlindungan masyarakat Papua.  Kemudian BP bisa menegakan misinya di Papua.
BP mulai di survey oleh presiden Naib dengan duta besar Britania Richard Gozney dan dilindungi oleh polisi dan militer dari BP.
25.  Gelas Ronde tersebut diibaratkan bagaikan data tersebut adalah suatu hal yang ditipudayakan dan dimanipulasikan dan ditantang oleh O’Really (yang melakukan konferensi dengan Dr.  Growth).  Eben itu tidak menyangka datanya dibaca dan digambarkan oleh O’really karena O’really adalah orang yang tidak mudah dibohongi.  (O’really salah satu militer NKRI).
Jadi, Dalam kaitan masalah Crime Against Humanity in West Papua tidak bisa dilihat lepas dari suatu PERSEPSI PEMERINTAH INDONESIA terhadap rakyat dan tanah Papua Barat. Pemerintah Indonesia memandang Papua Barat adalah wilayah integral dari Indonesia.  Dan mencakup teamwork, itu sangat penting karena kita bisa menghargai pendapat satu sama lain dan kita pun bisa memperdalam pengetahuan kita dengan cara sharing.  Teamwork adalah suatu kerja kelompok yang membutuhkan kekompakan yang sangat dalam dan mengeluarkan pendapat sesuai dengan wawasan kita masing-masing.  Dengan diadakannya teamwork, pekerjaan kita pun semakin ringan.  Seperti pepatah mengatakan, “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic