Teamwork like A Glue Iron
Berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Itulah komitmen kelompok saya dalam melakukan
sebuah diskusi. Didalam pembahasan
minggu ini hal yang paling di utamakan yaitu “teamwork” dalam sebuah teamwork
harus saling membantu dan saling member pendapat. Kita mengusahakan selalu bersama, agar pola
piker kita berkembang dan persahabatan kita pun semakin erat. Dalam sebuah kehidupan, tidak ada manusia
yang hidup secara individu. Semua orang
pasti membutuhkan teman dan dalam melakukan sesuatu pun pasti memerlukan
seorang untuk membantunya. Begitu pula
dengan kita, kita pasti membutuhkan bantuan dari lain.
Langit diangkasa yang begitu luas dan indah pun
memerlukan bintang, bulan, pelangi, satelit untuk menghiasinya dan untuk
menemaninya. Awan nan redup, itu
pertanda akan tibanya hujan dan setelah hujan pasti adanya pelangi. Semua itu saling berhubungan dan erat
kaitannya. Begitu pula dalam sebuah
teamwork, kita bisa memberikan pendapat satu sama lainnya. Saling melengkapi satu sama lain dan saling
menhargai.
Andai kayu sekeras besi pasti dalam persahabatanpun
tidak mudah retak. Malam yang semakin
sunyi, detik-detik pun telah berganti, saya pun memulai aktivitas saya yaitu
menulis class review yang ke Sembilan.
Dalam pembahasan ini akan lebih dalam tentang papua tetapi harus
mencakup semuanya. Dalam sebuah teks
yang berjudul “Don’t use your data as a pillow”, kelompok kita harus lebih
memahami dan memperdalam ateks tersebut.
“Demi Persatuan
Nasional dan Pembangunan”
John Rumbiak
Di Papua Barat
akhir-akhir ini diberitakan terjadi berbagai kekerasan negara yang berakhir
dengan pelanggaran hak asasi manusia sebagai respon terhadap berbagai aksi yang
dilakukan rakyat Papua Barat untuk menuntut PAPUA BARAT MERDEKA. Aksi-aksi
tersebut sebagai protes terhadap pelanggaran terhadap hak menentukan nasib
sendiri yang melibatkan masyarakat internasional. Suatu sikap yang menurut
rakyat dapat mengakhiri penindasan di tanah Papua serta tindakan untuk
menyelamatkan bangsa Papua dari suatu proses pemusnahan. Mulai dari kasus
‘Biak Berdarah Juli 1998’, ‘Insiden Merauke Oktober 1999’, ‘Timika Berdarah
Desember 1999’, ‘Insiden Nabire Februari/Maret 2000’, sampai dengan
‘Peristiwa Wayati Fakfak Maret 2000’ serta ‘Insiden Sorong Agustus 2000’ (dan
tentu saja masih akan terjadi peristiwa-peristiwa berdarah serupa di
waktu-waktu ke depan jikalau situasi ini tidak berubah). Puluhan orang telah
dibunuh, ratusan ditahan secara sewenang-wenang dan disiksa serta belasan
lainnya dinyatakan hilang. Itu semua bukan ceritra baru. Pengalaman selama 38
tahun (1963 – 2000) integrasi dengan Republik Indonesia dengan berbagai operasi
militer yang dilakukan telah berakhir dengan ribuan orang Papua dibantai,
ditangkap dan dipenjara secara sewenang-wenang dan disiksa, perempuan-perempuan
diperkosa. Semua ‘Crime Against Humanity in West Papua’ itu dibuat demi
Persatuan Nasional dan Pembangunan.
Kebijakan
apapun yang diambil oleh suatu pemerintah di manapun di dunia ini terhadap
suatu kelompok masyarakat yang dikuasai tidak terlepas dari PERSEPSI yang ada
pada si penguasa. Persepsi itu terbangun dari latar belakang kebudayaan,
sejarah dan keinginan-keinginan juga kekhawatiran-kekhawatiran bagaimana
kelompok masayarakat yang ditargetkan itu mesti diatur. Frantz Fannon, Seorang
psikiater asal Caribia yang kemudian mendukung perjuangan kemerdekaan rakyat
Aljazair dari penjajah Perancis berpendapat bahwa penjajahan didukung
oleh teori-teori kebudayaan yang rasialis. Kaum penjajah beranggapan bahwa
kelompok masyarakat yang dijajah tidak berkebudayaan atau kebudayaannya rendah
dan oleh karena itu berbagai kebijakan dilakukan untuk memperadabkan sekaligus
menaklukkan kelompok masyarakat tersebut.
Dalam kaitan
masalah Crime Against Humanity in West Papua tidak bisa dilihat lepas dari
suatu PERSEPSI PEMERINTAH INDONESIA terhadap rakyat dan tanah Papua Barat.
Pemerintah Indonesia memandang Papua Barat adalah wilayah integral dari
Indonesia yang telah direbut dengan darah melalui Komando Trikora di bawah
pimpinan Jenderal Soeharto, mantan presiden RI yang otoriter. Papua Barat juga
dilihat sebagai wilayah yang kaya akan sumber daya alam, dapur masa depan
Indonesia. Dalam suatu ceramah di Aula Universitas Cenderawasih di Jayapura
tahun 1983 Ali Murtopo, mantan menteri Penerangan pada waktu itu mengatakan:
“Irian Jaya adalah dapur masa depan Indonesia”. Tetapi Pa pua Barat juga
dipandang sebagai wilayah di mana berlangsung apa yang oleh Jakarta disebut
sebagai ‘Gerakan Separatis’ yang dapat membahayakan persatuan bangsa. Penduduk
asli, bangsa Papua, di wilayah ini dipandang sebagai ‘primitif’ dan terbelakang
sehingga mereka mesti diperadabkan.
Persepsi
pemerintah tersebut mendasari lahirnya dua kebijakan utama dalam
menangani Papua Barat, yaitu militerisme dan kebijakan-kebijakan pembangunan
(transmigrasi, keluarga berencana, turisme, pertambangan, pertanian, dll).
Semua itu dilakukan demi persatuan nasional dan pembangunan.
Kebijakan-kebijakan ini selanjutnya “melegalkan” terjadinya ‘Crime Against
Humanity in West Papua dewasa ini.
Perang terhadap
Orang Papua dan Implikasinya: Jiwa yang Patah
Sejak integrasi
Papua Barat ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1963
“perang” pun digelar melawan bangsa Papua. Gerakan Papua merdeka (OPM) menjadi
alasan bagi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) – sekarang TNI pisah
dari POLRI, untuk melancarkan operasi-operasi militer di berbagai wilayah di
Papua Barat. Secara garis besar akan digambarkan beberapa peristiwa besar yang
telah berakibat terhadap terjadinya ‘Crime Against Humanity in West Papua’:
Periode 1963 –
1969
Masa transisi
di mana sesudah kedaulatan Papua Barat, berdasarkan New York Agreement 15
Agustus 1962, dilimpahkan dari Pemerintah Belanda ke Pemerintah Indonesia dan
persiapan menuju ke apa yang disebut “Act of Free Choice” pada tahun 1969. Pada
masa ini pemerintah dan angkatan bersenjata Republik Indonesia memasukkan
ribuan aparat keamanan dan petugas-petugas pemerintah untuk memastikan bahwa
rakyat Papua Barat menjadi bagian integral dari Republik Indonesia bilamana
‘Act of Free Choice’ terjadi. Rakyat diintimidasi, terjadinya penangkapan dan
penahanan di luar hukum, pembunuhan-pembunuhan. Akibatnya hanya 1025 saja dari
total 800.000 rakyat Papua waktu itu yang ditentukan oleh Pemerintah
Indonesia untuk secara terpaksa memilih menjadi bagian dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Periode 1970 –
1984
Perlawanan
rakyat Papua yang memprotes hasil ‘Act of Free Choice’ dalam bentuk
berdirinya ‘Organisasi Papua Merdeka’ (OPM) menjastifikasi berlangsungnya
operasi-operasi militer di wilayah-wilayah yang diidentifikasi sebagai
kantong-kantong gerakan OPM. Ribuan pasukan militer diturunkan di
wilayah-wilayah tersebut, kebebasan rakyat dipasung dan pembantaian terhadap
rakyat pun digelar. Operasi-operasi militer tersebut antara lain: Kasus Biak
(1970/1980); Kasus Wamena (1977) dan Kasus Jayapura (1970/1980). Kasus 1984 di
mana Arnold C. Ap dan Eduard Mofu, dua seniman Papua dibunuh dan 12 000
penduduk kemudian mengungsi ke Papua New Guinea.
Periode 1985 –
1995
Operasi militer
untuk menumpas OPM terus dilancarkan aparat keamanan, terutama di kawasan
pegunungan tengah Papua Barat. Dari semua peristiwa yang terjadi ‘Kasus Timika
1994/1995’ yang melibatkan PT. Freeport Indonesia yang dilaporkan Keuskupan
Gereja Katolik Jayapura di mana 16 orang dibunuh, 4 orang hilang dan puluhan
lainnya ditahan dan disiksa serta 5 perempuan ditahan dan diperkosa.
Periode 1996 –
1998
Operasi militer
menumpas OPM pimpinan Kelly Kwalik yang menyandera para ilmuwan barat di
wilayah Mapnduma, Pegunungan Tengah Papua Barat dalam jangka waktu 1996 – 1998.
Menurut ELS-HAM Papua Barat (Mei 1998) Drama penyanderaan ini menjadi alasan
bagi pihak militer Indonesia untuk kemudian melanarkan operasi militer baik
pada masa penyanderaan, operasi pembebasan sandera dan pasca pembebasan sandera
di mana sekitar 35 penduduk sipil dibunuh, 13 perempuan diperkosa, 166 rumah
penduduk dan 13 gereja (Gereja Kemah Injil Indonesia) dibakar musnah.
Periode 1998 –
2000
Sejak
tumbangnya Presiden Suharto pada bulan Mei 1998 berbagai tindak kekerasan
dilakukan oleh aparat keamanan terhadap rakyat Papua Barat yang melakukan hak
kebebasan berekspresi dengan berdemonstrasi dan mengibarkan bendera Papua Barat
(Bintang Fajar) di berbagai kota di Papua Barat.
Berbagai
‘Crime Against Humanity in West Papua’ tersebut mempunyai implikasi baik
psikologis, social, budaya and ekonomi terhadap diri bangsa Papua. Mereka
mengalami Jiwa yang Patah (hilang percaya diri, frustrasi, apatis, mengendapkan
dendam dan kebencian yang mendalam terhadap pihak yang membuat mereka
menderita). Secara social rakyat terpecah belah dan saling tidak percaya satu
sama lain. Suatu kenyataan yang, selain berbagai factor lainnya, juga
melatar-belakangi mengapa rakyat Papua dewasa ini menuntut untuk melepaskan diri
dari Negara Kesatun Republik Indonesia sebagai bangsa yang merdeka.
Kesimpulan
Masalah ‘Crime
Against Humanity in West Papua’ pada dasarnya terjadi karena ada suatu persepsi
nasional yang bersifat rasis, eksklusif dan penuh kecurigaan terhadap keberadaan
orang Papua. Persatuan nasional dan pembangunan telah menjadi dalih yang
sangat kuat untuk lahirnya militerisme di Papua Barat yang telah menyebabkan
terjadinya ‘Crime Against Humanity’. Semua ‘Crime Against Humanity in
West Papua’ telah menyebabkan terjadinya rakyat Papua yang mengalami ‘A Broken
Soul’.
Pemerintah dan
seluruh rakyat Indonesia mesti membebaskan diri dari pandangan rasis, eksklusif
dan curiga terhadap orang Papua. Orang Papua mesti diakui sebagai suatu
kelompok masyarakat yang secara ras berbe da dengan bangsa Indonesia lainnya
serta mesti diterima sejajar dengan yang lainnya.
Pendekatan
militer di Papua Barat mesti segera diakhiri karena telah menyebabkan
terjadinya berbagai ‘Crime Against Humanity’ dan jikalau terus dipertahankan
untuk menangani masalah Papua Barat dewasa ini justru akan menimbulkan
masalah-masalah baru yang rumit dan sulit untuk diselesaikan.
Pemerintah
Indonesia mesti memiliki kemauan politik yang sungguh-sungguh dan didukung oleh
semua pihak untuk mempertanggungjawabkan berbagai ‘Crime Against Humanity’
dengan membawa keadilan remedy kepada rakyat Papua Barat, Rekonsiliasi dan
Perdamaian. Justice ini penting untuk memulihkan secara psikologis penderitaan
korban atau keluarga korban selama bertahun-tahaun mengalami penderitaan,
tetapi juga sebagai proses law enforcement, menanamkan kultur supremasi hokum
di atas segala kepentingan.
Proses rehabilitasi, terutama
healing proscess melalui berbagai bentuk kegiatan untuk membebaskan rakyat
secara psikologis dari beban trauma, dendam dan kebencian yang diendapkan dari
pengalaman buruk yang dialami.
BP (dulunya "British Petroleum") adalah
sebuah perusahaan minyak
bumi bermarkas di London, dan salah satu 4 besar perusahaan minyak di seluruh dunia (bersama dengan
Shell, ExxonMobil, dan Total).
Pada Desember 1998, BP bergabung dengan American Oil Company (Amoco), membentuk "BP Amoco". Namun, langkah ini dipandang umum
sebagai sebuah pembelian Amoco oleh BP, hanya saja digambarkan secara resmi
sebagai sebuah penggabungan karena alasan legal. Dan setelah setahun beroperasi
bersama, mereka menggabungkan banyak operasi dan nama "Amoco" dilepas
dari nama perusahaan. Divisi BP Solar telah menjadi pemimpin dalam produksi panel surya. BP juga
merupakan partner pemimpin dalam jalur pipa
Baku-Tbilisi-Ceyhan yang kontroversial.
Pada 20 April 2010 Horizon Deepwater meledak, mengakibatkan 11 orang
meninggal, dan menyebabkan tumpahan minyak yang mengkontaminasi daerah yang luas dari lingkungan laut Amerika Serikat dan terus memiliki dampak serius pada kehidupan liar, industri perikanan
lokal, dan pariwisata daerah. Pemerintah AS menyebut BP sebagai pihak yang
bertanggung jawab atas insiden ini.
Royal Dutch Shell plc adalah sebuah perusahaan energi utama, salah satu peringkat 4 atas perusahaan swasta minyak dan gas
di dunia (bersama dengan BP, ExxonMobil, dan Total. Shell juga memiliki bisnis petrokimia yang cukup besar Shell
Chemicals dan sektor energi terbaharui mengembangkan tenaga angin dan surya. Markas besar perusahaan ini berada
di Den Haag, Belanda dengan markas besar legal di London, Britania
Raya.
Inilah hasil
diskusi kelompok saya tentang teks yang berjudul “Don’t use your data as a
pillow” peneliti S. Eben Kirksey.
1. Dalam
paragraph pertama pesta kecil itu adalah sebuah pondasi yang mana untuk sebuah
penelitian dan sebuah pancingan agar warga Papua merasa dihargai. Tetapi menurut Eben sendiri itu hanyalah
sebuah pesta yang biasa saja. Namun, Denny Yomaki mengajukan OPM agar ditanda tangani
oleh PBB. Namun semua itu melewati
beberapa proses diantaranya KMB. Pada
bulan mei terdapat sebuah peristiwa penting contohnys adalah reformasi dan
trikora. Yang dimaksud peristiwa mei menjadikan target Eben ketika
melakukan sebuah penelitian. Eben
mengharapkan sebuah pesta kecil itu sebagai pesta kecil itu Papua masuk dalam
perangkapnya dan mengharapkan pesta tersebut berjalan lancar. SEbenarnya Eben bertujuan datang ke Denny agar Denny buka mulut tentang rahasia Papua karena Denny lahyang memegang/mengorganisir hak asasi di Papua. Target untuk penelitian Eben sudah ada di Denny
. Denny adalah sebagai juru kunci untuk penelitian Eben
dan tantanganya itu sudah ada didepan mata.
Maksudnya tantangan disini ialah dengan cara apa agar Denny mau buka mulut tentang rahasia Papua.
Pada
kesimpulanya paragraph pertama tentang penelitian Eben yang bergantung pada
Denny yang mempunyai rahasia besar
tentang Papua Barat serta Eben harus mendekati Denny agar Denny
bisa buka mulut terhadap Eben agar sebuah penelitian Eben berjalan
dengan lancar.
2. Kalimat
pertama yaitu mengenai kedatangan Eben pada tahun 1993 di Papua barat untuk
sebuah penelitian. Kalimat kedua yaitu Eben mempunyai niat untuk mempelajari
El-Nino. Ketiga yaitu pada saat itu Eben di datangi hujan ( perang atau
penjajahan). Ke empat yaitu di situ Eben merasa kekurangan untuk berbicara
tentang El-nino. Kalimat kelima yaitu di Papua itu banyak kekurangannya yaitu
contohnya mayoritas orang-orang Papua
itu primitive. Sehingga Eben tidak
bergairah untuk membicarakan penelitiannya.
Kalimat ke enema yaitu pada masa soeharto pergerakan itu tidak maju,
kemudian pada saat soeharto lengser banyak pergerakan-pergerakan baru yang
muncul yaitu organisasi Papua merdeka (OPM). Ke delapan yaitu Papua menjadi
perebutan antara belanda dan NKRI. Jadi,
Papua itu dalam masa dilemma untuk memilih belanda atau NKRI. Ke Sembilan yaitu
Papua tidak jauh seperti Aceh, Timur-timor, yang tidak di akui oleh Indonesia
salah satunya Papua yang menjadi penelitiannya Eben. Ke 10 Eben pada awalnya merasa bingung karena
membahas tentang Aceh, atau pun Timur-timor.
Eben bingung dan berkata, “kenapa Papua, Aceh, Timur-timor ingin keluar
dari NKRI dan ingin mandiri?”
3. Kalimat
pertama yaitu mengenai pada saat itu anak bangsa di bunuh oleh bangsanya
sendiri, itulah yang menyebabkan Papua ingin memisahkan diri dari NKRI. Kalimat ke tiga yaitu sebuah militer dari Papua
mempunyai dendam dan membuat senjata sebnayak 50.000 kalimat ke empat yaitu pada waktu Eben mulai
melakukan penelitiannya, hujan pun tiba. kalimat ke lima yaitu terdapat 157 buah kapal
untuk perang dalam sebuah pergerakan.
Kalimat ke enam yaitu Eben memperdalam sebuah penelitian karena tertarik
untuk mengupas tuntas tentang Papua Barat.
Kalimat ke tujuh yaitu mengenai Eben sering mendengar dari cerita
pemerintah Amerika yang mendukung kemiliteran Papua dan aspirasi orang Papua
yang menginginkan mandiri tanpa NKRI.
Kalimat ke delapan yaitu mengenai Eben di buat kaget sehingga ia tak
bisa berkata apa-apa. Kalimat ke
sembilan yaitu mengenai pencabutan bendera merah putih kemudian di ganti dengan
bendera bintang kejora. Kalimat ke 10
yaitu mengenai Eben memperdalam penelitiannya.
Kalimat ke 11 yaitu tentang adu domba yang bertujuan untuk Papua menjadi
wilayah yang mandiri dan tidak masuk menjadi NKRI. Kalimat ke 12 yaitu mata-mata Indonesia itu
telah mendukung sebuah kemandirian kepada Papua. Kalimat ke 13 yaitu mengenai orang Papua yang mengira bahwa Eben adalah
sekutunya NKRI. Kalimat ke 14 yaitu
mengenai gambaran Papua yang tidak
membutuhkan bantuan siapa pun , hal demikian telah di gambarkan oleh Eben. Kalimat ke 15 yaitu ketika Eben meneliti
tentang Papua yang menyuruhnya agar melakukan kampanye (Genosida). Kalimat ke 16 yaitu mengenai Eben yang merasa
bahwa dirinyalah yang berjasa dalam memerdekakan Papua. Kalimat ke 17 yaitu tentang penelitian Eben
dibandingkan dengan kisah nyata yang telah di ceritakan oleh Denny Yomaki.
4. Setelah
Eben lulus dari California santa Cruz kemudian melanjutkan seluruh
penelitiannya di Papua Barat kemudian datanya di rekayasa. Eben berkata,” Jika
seluruh dunia biasa dengan data yang sudah aku manipulasi itu akan terbiasa
oleh kebohonganku”. Satu peristiwa menghasilkan
beberapa peristiwa berantai kemudian mata-mata agen militer Indonesia
menyetujui bahwa Papua yang ingin mandiri.
Peristiwa yang di duga karena penelitian di Papua sangat keras. Kemudian peristiwa tersebut membuat Eben
merasa tertarik karena Papua mengetahui bahwa Papua sangat hebat. Nah, saya mengetahui anak bangsa di panah
oleh militer Indonesia.
5. Banyak orang papua mencari Eben karena Eben di sangka
telah bersekutu dengan rakyat belanda. Eben itu di gambarkan kedalam peristiwa
tersebut. Denny Yomaki menganjurkan Eben untuk meneliti
tentang anak bangsa yang di bunuh oleh bangsanya sendiri. Dengan mempelajari dimensi budaya dari
kekerasan Eben berfikir bahwa lebih baik bisa menolong orang papua yang akan keluar
dari NKRI pada penelitian Eben di tandingnya.
6. Tiga hal dari yang di katakan oleh Denny yaitu satu pendoa kristen(baptis) memberikan
ucapan terimakasih untuk kesehatan dan keinginan Eben untuk mengadakan
perjalanan. Kemudian Denny Yomaki dan Eben itu membahas tentang papua /
penelitiannya di kamar tamunya Denny .
Mereka membahas suatu hasil pembicaraan / solusi. Denny
dan Eben menukar idenya artinya yaitu mereka saling bertukar
fikiran. Kemudian Eben mulai berbincang
–bincang dengan Telyswaroepen (anggota dari komnasHAM). Waropen di undang oleh Denny untuk menyelenggarakannya. Usia waroepen sama dengan usianya Eben.
7. Eben dan Denny itu
menyelidiki keberadaan atau kejadian yang ada di papua bahwasannya di papua
terjadi sesuatu yaitu agen militer dan memulainya itu dari daerah wasior.
8. Denny dan Eben
mewawancarai orang-orang yang menginginkan resiko yang lebih berat. Mewawancarai peneliti asing agar buka mulut
tentang papua. Denny dan Eben ketika mewawancarai jangan memberi
tahu ke siapa pun bahwa Denny dan Eben
telah mewawancarainya.
9. Jadwal untuk mewawancarai itu adalah mewawancarai seorang
dukun sihir (drakula) lalu beberapa sihir ini mengakui bahwa peristiwa itu (
anak bangsa di bunuh oleh bangsanya sendiri) dukun sihir yang bertanggung
jawab.
Pada bulan Mei, papua adalah di bawah pengawasan dukun sihir
tersebut. Kemudian Denny dan Eben tidak beresiko untuk mewawancarai
dukun sihir tersebut. Tetapi yang
beresiko suatu
ketika mereka mewawancarai orang asing.
10. Pada penelitian Eben, Eben belajar kepada TelysWaroepen
(KOMNASHAM) dan Eben pun mempelajari dukun sihir yang berada di wasior tersebut
sebagai suatu disertasinya. Jadi, Eben
sedang mengumpulkan sebuah data deny yomaki.
11. Sumber data tidak masalah yang penting
sumbernya terpercaya dan kuat. Karena, pada waktu Eben melakukan 550 wawancara
dengan orang Papua dalam bahasa Indonesia dan perasaan Eben ingin memusnahkan
peristiwa-peristiwa (sejarah yang ada di Papua).
12. Masih tentang data atau penelitian Eben,
disini mulai ada OPM karena warga Papua selain ingin merdeka, warga papua pun ingin
terbebas.
13. Eben
dalam penelitiannya sesuai yang ada pada lapangan (fakta), tetapi penasihat Eben
dari universitasnya menyuruh Eben agar sumbernya itu dihilangkan agar mencapai kebebasan.
Dalam penelitiannya di Papua Barat Eben member
kesimpulan bahwa dia setuju, kalau sumbernya tanpa judul karena untuk menghindari
birokratis
14. Terdapat konflik di papua barat yaitu papua ingin merdeka
dengan cara memisahkan diri.
15.
Masyarakat papua
percaya dengan adanya dukun sihir. Eben adalah termasuk orang yang sangat
teliti dalam penelitiannya. Dari hasil
penelitiannya itu Eben mengatakan bahwa data yang dia dapat harus di ungkap
secara tuntas ketika Eben kembali ke amerika karena ini adalah kesempatan yang
profesional yang di tunggu – tunggu oleh pembaca. Eben sangat bertanggung jawab dan serius
dalam penelitiannya.
16.
Waroepen ingin
mengetahui kenapa Eben meneliti papua dan tujuan Eben meneliti tentang
papua. Waroepen menantang Eben, karena
waroepen merasa curiga kepada Eben “apa tujuan Eben memperdalam penelitian di papua sedangkan
Eben memanipulasi datanya dalam penelitian Eben. Eben pun berkata dalam hatinya “penelitian
tersebut harus di terjemahkan dan dapat di baca oleh semua orang secara logis.
17.
Waroepen menantang
kembali ke Eben tentang fakta yang lebih relevan. Lalu Eben yang menantang waroepen untuk menjelaskan
peristiwa pembantaian / genosida yang terjadi di papua. Waroepen hanya menerima penelitiannya Eben
bukan sebuah fakta, sehingga waroepen pun penasaran dengan semuanya.
18.
BP (british
petroleum) adalah sebuah perusahaan minyak bumi bermarkas di london dan salah
satu perusahaan minyak terbesar di seluruh dunia ( bersama dengan shell,
exondiobil dan total) pada Desember 1998, BP bergabung dengan american oil
company (amoco) membentuk “BP amoco”.
Namun, langkah ini dipandang umum sebagai sebuah pembelian amoco oleh
BP. Hanya saja di gambarkan secara resmi
sebagai penggabungan karena alasannya yaitu “legal” dan setelah setahun
beroperasi bersama, mereka menggabungkan banyak operasi dan nama “amoco” di lepas dari nama
perusahan. Divisi BP solar telah menjadi
pemimpin dalam produksi panel surya. BP
itu seperti memonopoli perdagangan, sehingga menghasilkan banyak keuntungan
memanfaatkan sumber daya alam yang ada di papua. BP memberikan taktik jitu yang berkesan
menolong papua. Kenapa Eben tidak menjelaskan
tentag BP padahal BP sangat penting untuk di ketahui / di telusuri? Karena Eben berasal dari amerika dan BP pun
berasal dari amerika. Jadi, Eben tidak
ingin nama amerika tercoreng buruk.
19.
Papua di wasior,
Eben mengamankan hasil penelitiannya dengan menggandakan orang papua. Artinya adalah memalsukan data yaitu data
yang di rekayasa itu adalah sebagai peluru untuk membunuh indonesia. Eben pun mendukung intelegensi militer indonesia
yang membunuh anak bangsanya
sendiri. Satu militer dari indonesia mengetahui
bahwa penelitiannya Eben sudah sangat jauh dan dalam. Eben pun mau di bunuh
oleh satu militer indonesia tersebut.
Militer meminta/ mengancam Eben untuk memberhentikan penelitian, tetapi
Eben menolak.
20.
Data yang sebenarnya tentang papua itu hanya untuk di simpan bagaikan
bantal, Eben malah membuat duplikat data tentang papua. Eben tidak lebih dari seorang pecundang yang
memanipulasi fakta peristiwa papua yang sebenarnya Eben sudah mengetahui dengan penelitiannya
tetapi Eben malah merekayasa data tersebut untuk publik. Rumbiak meminta Eben untuk mengadakan rapat
untuk melihat kekerasan di wasior. Eben
secara lembut memberikan kasih sayang kepada warga papua . karena papua itulah yang tetap menjadi target
bahan penelitiannya.
21.
Eben menghadiri
markas besarnya yaitu BP.
22.
Dr. Grote adalah
salah satu dari anggota konferensi meja bundar(KMB) yang mana dia meminta
percakapannya di rahasiakan karena dia menganggap bahwa masyarakat papua itu
primitif. Ketika kontrofersi kemiliteran
dari BP membunuh seorang aktivis, yang menganggap bahwa aktifis sebuah
penghalang untuk BP tetap maju.
Sehingga, tanpa berpikir panjang kontrefersi kemiliteran tersebut
membunuh seorang aktifis. Peristiwa
tersebut membuat tantangan bagi Eben.
Ini membuat Eben berpikir akan maju untuk penelitiannya atau
mundur. Sedangkan di depan mata banyak
tantangan yang besar dan banyak darah yang bergelimpangan. Sedangkan jika mundur, sangat disayangkan
karena penelitiannya sudah di tengah jalan.
23. Rumbiak berkata agen rahasia pada militer indonesia
ditentukan melakukan kekerasan sehingga masyrakata papua mempunyai rasa
iba. Sehingga papua pun memberikan
kontrak sebuah jaminan keamanan agar masyarakat papua berpikir, papua menjadi
aman. Padahal keamanan itu hanya sebuah
mata-mata untuk mengetahui keadaan di papua.
24. Dr. Grote mengatakan kekerasan itu sangat buruk untuk
bisnis. Masyarakat papua itu lebih
baiknya menciptakan alam lingkungan dengan baik atau lemah lembut. Sehingga mengahsilkan bisnis yang pesat dan
maju. Bekerja di papua barat itu adalah sebuah tantangan yang sangat
besar, maksudnya sesuatu yang hanya mau mengambil resiko. Pekerja yang ada di papua nyawanya ada di
militer. Jika kita membatalkan proyek
perusahaan tersebut, itu akan menimbulkan kode etik yang tidak baik. Dr Grote berpikir bahwa proyek tersebut akan
berpengaruh pada indonesia.
25. Rumbiak
meminta penerbitnya Eben dilakukan di Wasior dan disitu Eben mencoba
menceritakan hasil penelitiannya ke Warga Papua dan kemudian security merasakan
ketakutan dalam hidupnya. Eben mempunyai
data tentang pembunuhan polisi, lalu polisi itu akan dipergunakan untuk insiden
tetapi alasan itu palsu untuk operasi peluncuran isolasi atau basmi. Artinya BP menginginkan bahwa polisi di Papua
percaya tentang adanya BP untuk sebuah perlindungan masyarakat Papua. Kemudian BP bisa menegakan misinya di Papua.
BP mulai di survey oleh presiden
Naib dengan duta besar Britania Richard Gozney dan dilindungi oleh polisi dan
militer dari BP.
25. Gelas
Ronde tersebut diibaratkan bagaikan data tersebut adalah suatu hal yang
ditipudayakan dan dimanipulasikan dan ditantang oleh O’Really (yang melakukan
konferensi dengan Dr. Growth). Eben itu tidak menyangka datanya dibaca dan
digambarkan oleh O’really karena O’really adalah orang yang tidak mudah
dibohongi. (O’really salah satu militer
NKRI).
Jadi, Dalam kaitan
masalah Crime Against Humanity in West Papua tidak bisa dilihat lepas dari
suatu PERSEPSI PEMERINTAH INDONESIA terhadap rakyat dan tanah Papua Barat.
Pemerintah Indonesia memandang Papua Barat adalah wilayah integral dari
Indonesia. Dan mencakup teamwork,
itu sangat penting karena kita bisa menghargai pendapat satu sama lain dan kita
pun bisa memperdalam pengetahuan kita dengan cara sharing. Teamwork adalah suatu kerja kelompok yang membutuhkan
kekompakan yang sangat dalam dan mengeluarkan pendapat sesuai dengan wawasan kita
masing-masing. Dengan diadakannya teamwork,
pekerjaan kita pun semakin ringan. Seperti
pepatah mengatakan, “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic