We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Sabtu, 19 April 2014

9th Class review



Menguak Siapa Dalangnya
The only thing worth writing

about is the conflict in the human heart.
-William Faulkner- 

Hidup ini  memang tdak selalu berjalan mulus karena hidup penuh dengan masalah. Masalah yang terjadi bersumber pada keinginan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Masalah-masalah yang timbul akan terus menjadikan hidup ini semakin rumit. Complicated.
            Sebuah masalah timbul terhadap para lakon dan dibuat oleh lakon itu sendiri atau lakon-lakon yang lain. Masalah yang timbul dapat bersifat vertikal ataupun horizontal. Selama lakon-lakon yang mempunyai masalah mempunyai kedudukan yang sejajar maka masalah tersebut akan terus berjalan secara horizontal yang terjadi diantara para lakon. Namun dengan masalah yang bersifat vertikal biasanya didalangi oleh salah satu lakon. Dia mempunyai kedudukan yang lebih tinggi diantara lakon yang lain.
            Hal yang sama juga terjadi pada konflik yang terjadi di Papua Barat. konflik-konflik yang secara runtut dan rumit ini dijelaskan oleh S. Eben Kirksey dalam artikelnya yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow.” Dimana artikel ini pertama di bahas dalam kelas kami pada tanggal 8 April 2014 bersama Mr. Lala Bumela, M.Pd tentunya.
Eben Kirsey pada saat itu ialah mahasiswa yang sedang menulis tesis dan mencari data di Papua Barat. Kedatanganya yang pertama kali yaitu untuk menyelesaikan tesisya mengnai masalah el nino yang terjadi disana. Namun sayangnya ketika dia datang ternyata hujan turun, dan tidak ada warga yang mau dan dapat menyajikan data mengenai el nino. Ternyata selain masalah kekeringan ada konflik sosial yang terjadi disana.
            Konflik sosial yang terjadi disana terjadi akibat warga Papua Barat ingin memisahkan diri dari NKRI. Selain itu mereka juga membentuk organisasi separatis yaitu Organisasi Papua Merdeka (OPM). Konflik yang terjadi pada awalya dilatarbelakangi oleh pelanggaran HAM, yaitu opersi isolate (oprasi penyisiran OPM yang dilakukan oleh polisi).
Setelah lulus dari kuliahnya Eben kembali lagi ke Papua karena tertarik dengan konflik sosial yang ternyata sudah dikenal oleh seluruh dunia. Konflik-konflik tentang pembunuhan terhadap warga Papua Barat serta adu tembak diantara tim keamanan, Militer Indonesia-polisi. Hal ini terjadi Karena ada sebagian militer Indonesia yang diam-diam berpihak pada OPM.
            Masyarakat Papua percaya terhdapa Eben bahwa dia dapat membantu mereka. Eben pun berharap penelitian yang dia lakukan dapta membantu masyarakat Papua. Kemudian pada pesta perpisahan yang diadakan oleh Denny, Eben bertemu dengan Waropen. Salah seorang pakar HAM dari komisi nasional HAM.  Waropen berasal dari wasior dimana sebelumnya Eben dan Denny pernah datang kesana.
            Eben dan Denny pergi ke Wasior guna mencari informasi. Namun sayangnya cukup sulit untuk mendapatkan informasi dari wilayah tersebut karena wawancara terus diintai dan diawasi oleh militer Indonesia. hal ini terjadi karena di wasior-lah terjadi operasi isolat.
            Observasi yang dilakukan Eben pada awalnya adalah tentang antropologi dan budaya di Papua. Setelah mendapatkan data, kemudian ada beberapa masukan dari Waropen untuk menyebutkan identitas sumber. Karena memang dalam mencari informasi Eben tidak menyebutkan sumbernya. Kemudian pada akhirnya Eben ditantang oleh waropen untuk meneliti lebih dalam lagi. Disini sebenarnya Eben ditantang untuk meneliti tentang konflik-konflik sosial yang sebenarnya, yaitu tentang kaitannya OPM dan aparat keamanan.
            Disinilah pada intinya. Dalam konflik-konflik sosial yang terjadi di Papua barat, konflik tidak hanya berkaitan dengan OPM, polisi, serta militer indonesia. ada campur tangan satu-satunya perusahaan inggris terbesar di Papua dalam konflik sosial yang terjadi. British Proteleum (BP) menjadi dalang dari semua ini.

       
           Semua orang tahu dan bahkan dibeberkan melalui media massa bahwa pada awalnya konflik terjadi antara OPM, dan aparat keamanan. Namun ternyata BP mempunyai tujuan yang tersembunyi dibalik konflik-konflik sosial yang terjadi di Papua Barat, dimana justru perusahaannya berdiri. BP membantu OPM melalui pembiayaan atas operasinya. Hal ini secara langsung dapat diketahuii bahwa BP membantu OPM dalam menciptakan konflik-konflik sosial.
            Lantas kemudian bagaimana kaitannya BP dengan aparat keamanan. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tidak semua militer Indonesia menentang OPM. Sebagin dari mereka ada yang mendukung OPM. Padahal sebenarnya tugas mereka sama dengan polisi yaitu menyisir OPM. Bahkan pada saat OPM hendak menyerang polisi, salah satu perwira militerlah yang mengintruksikan serta mereka membantu perbekalannya. Dari sini terlihat bahwa sebagian militer Indonesia berperan ganda atau double-agent.
            Lantas apa motif militer melakukan peran ganda. Lagi-lagi hal ini dilatar belakangi oleh BP. BP benar-benar mengharapkan adanya konflik yang besar di tanah Papua, tempat mereka mendirikan usaha. Mereka membiayai militer indonesia yang double-agen sehingga timbullah perpecahan antar aparat keamanan Indonesia dalam menangani OPM. Kerjasama yang dibangun BP antar ketiganya berbau finansial.
            Lantas bagaimana nasib polisi dalam misinya menyisir organisasi separatis dan menghadapi militer yang double-agent tersebut. Lebih kompleks lagi ternyata polisi juga meminta bantuan kepada BP. Selain urusan finansial mereka juga menginginkan keamanan dalam menjalankan tugas mereka menyisir OPM.
            Petanyaan yang sentral mulai terkuak lantas apa tujuan BP membantu ketiganya. Alasan yang paling mendasar telah dirundingkan dalam pertemuan dengan skema “community basic security” yang diadakan di London. Peserta yang hadir tidak tanggung-tanggung. Jajaran petinggi Eropa hadir dalam pertemuan tersebut. Selain itu beberapa diantaranya ialah  Eben, Rumbiak sebagai seorang pembela HAM di Papua, Dr. Grote serta O’Reilly sebagai presiden BP di Indonesia.
            Dr. Grote melarang Eben maupun rumbiak merekam apa yang terjadi dan dibicarakan dalam pertemuan tersebut. Dia berdalih bahwa pertemuan ini sangat rahasia. Namun ternyata Rumbiak keukeuh ingin merekamnya. Alasannya bahwa ia ingin masyarakat Papua tahu apa yang mereka bicarakan pada saat pertemuan.
            Dalam pertemuan itu mulai ditemukannya benang-benang merah. Rumbiak mulai berbicara bahwa BP melanggar janjinya bahwa akan menggaji pasukan militer sebagai imbalan melindungi BP. Rumbiak juga menuntut ada kontrak perlindungan agar tidak ada pelanggaran HAM yang dilakukan oleh tentara kepada BP.
            Dr. Grote juga menambahkan bahwa kekerasan tidak baik untk sebuah bisnis. Namun ternyata OPM dan pasukan militer sendiri yang menginginkan kerjasama. Dengan kata lain mereka sendiri yang membut kerusuhan dan hal ini sangat menguntungkan BP. Dengan adanya kerusuhan-kerusuhan di tanah Papua akibat konflik-konflik social, maka tidak akan ada perusahaan lain yang mau mendirikan perusahaannya di Papua. Hal ini sangat menguntungkan BP karena BP tidak akan mempunyai saingan dalam mengeksploitasi kekayaan di tanah Papua.
            Adapun mengapa Eben tidak menjelaskan secara gamblang tentang British Proteleum. Hal ini karena meskipun Eben adalah seseorang berkebangsaan Amerika, namun dia menempuh pendidikan di Inggris. Meskipun dia tahu BP bersalah dan diapun menyalahkan, namun dia tidak akan menguak secara gamblang mengenai BP sebagai pusat adanya konflik-konflik yang terjadi di tanah Papua khususnya pelanggaran HAM. Selain itu, dia juga pendukung OPM, jadi secara tidak langsung dia juga mendukung BP walaupun sebenarnya dia terlihat tidak setuju dengan cara BP.
            Jadi, pada kesimpulannya konflik-konflk yang terjadi d tanah Papua Barat ialah konflik yang bersifat vertical. Ada salah satu lakon yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari lakon lain. Dia seperti dalangnya. Dia adalah BP. OPM bekerja sama dengan BP karena memang BP mendukung gerakan separatis tersebut. Kemudian adanya kerjasama lain dengan BP yaitu militer Indonesia. sehingga sebagian dari mereka menjdi double-agent atau agen ganda. Hal ini karena memang pada dasarnya sebagian militer Indonesia mendukung OPM tersebut. Dengan adanya konflik yang rumit antara OPM dan militer yang double agent hal ini membuat pihak polisi kewalahan dalam menjalankan tugasnya dalam menyisir OPM. Sehingga mau tidak mau polisipun melakukan kerjasama dengan BP. Selain mendapat perlindungan HAM. Ketiganya juga mendapat banuan financial dari BP. Jadi, BP adalah dalang dari konflik-konflik yang memanas di Papua Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic