Menguak Siapa Dalangnya
The only thing worth writing
about is the conflict in the human heart.
-William Faulkner-
Hidup
ini memang tdak selalu berjalan mulus
karena hidup penuh dengan masalah. Masalah yang terjadi bersumber pada
keinginan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Masalah-masalah yang timbul akan
terus menjadikan hidup ini semakin rumit. Complicated.
Sebuah masalah timbul terhadap para
lakon dan dibuat oleh lakon itu sendiri atau lakon-lakon yang lain. Masalah yang
timbul dapat bersifat vertikal ataupun horizontal. Selama lakon-lakon yang
mempunyai masalah mempunyai kedudukan yang sejajar maka masalah tersebut akan
terus berjalan secara horizontal yang terjadi diantara para lakon. Namun dengan
masalah yang bersifat vertikal biasanya didalangi oleh salah satu lakon. Dia
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi diantara lakon yang lain.
Hal yang sama juga terjadi pada
konflik yang terjadi di Papua Barat. konflik-konflik yang secara runtut dan
rumit ini dijelaskan oleh S. Eben Kirksey dalam artikelnya yang berjudul “Don’t
Use Your Data as a Pillow.” Dimana artikel ini pertama di bahas dalam kelas
kami pada tanggal 8 April 2014 bersama Mr. Lala Bumela, M.Pd tentunya.
Eben
Kirsey pada saat itu ialah mahasiswa yang sedang menulis tesis dan mencari data
di Papua Barat. Kedatanganya yang pertama kali yaitu untuk menyelesaikan
tesisya mengnai masalah el nino yang terjadi disana. Namun sayangnya ketika dia
datang ternyata hujan turun, dan tidak ada warga yang mau dan dapat menyajikan
data mengenai el nino. Ternyata selain masalah kekeringan ada konflik sosial
yang terjadi disana.
Konflik sosial yang terjadi disana
terjadi akibat warga Papua Barat ingin memisahkan diri dari NKRI. Selain itu mereka
juga membentuk organisasi separatis yaitu Organisasi Papua Merdeka (OPM). Konflik
yang terjadi pada awalya dilatarbelakangi oleh pelanggaran HAM, yaitu opersi isolate
(oprasi penyisiran OPM yang dilakukan oleh polisi).
Setelah
lulus dari kuliahnya Eben kembali lagi ke Papua karena tertarik dengan konflik
sosial yang ternyata sudah dikenal oleh seluruh dunia. Konflik-konflik tentang
pembunuhan terhadap warga Papua Barat serta adu tembak diantara tim keamanan,
Militer Indonesia-polisi. Hal ini terjadi Karena ada sebagian militer Indonesia
yang diam-diam berpihak pada OPM.
Masyarakat Papua percaya terhdapa
Eben bahwa dia dapat membantu mereka. Eben pun berharap penelitian yang dia
lakukan dapta membantu masyarakat Papua. Kemudian pada pesta perpisahan yang
diadakan oleh Denny, Eben bertemu dengan Waropen. Salah seorang pakar HAM dari
komisi nasional HAM. Waropen berasal
dari wasior dimana sebelumnya Eben dan Denny pernah datang kesana.
Eben dan Denny pergi ke Wasior guna
mencari informasi. Namun sayangnya cukup sulit untuk mendapatkan informasi dari
wilayah tersebut karena wawancara terus diintai dan diawasi oleh militer
Indonesia. hal ini terjadi karena di wasior-lah terjadi operasi isolat.
Observasi yang dilakukan Eben pada
awalnya adalah tentang antropologi dan budaya di Papua. Setelah mendapatkan
data, kemudian ada beberapa masukan dari Waropen untuk menyebutkan identitas
sumber. Karena memang dalam mencari informasi Eben tidak menyebutkan sumbernya.
Kemudian pada akhirnya Eben ditantang oleh waropen untuk meneliti lebih dalam
lagi. Disini sebenarnya Eben ditantang untuk meneliti tentang konflik-konflik
sosial yang sebenarnya, yaitu tentang kaitannya OPM dan aparat keamanan.
Disinilah pada intinya. Dalam
konflik-konflik sosial yang terjadi di Papua barat, konflik tidak hanya
berkaitan dengan OPM, polisi, serta militer indonesia. ada campur tangan
satu-satunya perusahaan inggris terbesar di Papua dalam konflik sosial yang
terjadi. British Proteleum (BP) menjadi dalang dari semua ini.
Semua orang tahu dan bahkan
dibeberkan melalui media massa bahwa pada awalnya konflik terjadi antara OPM,
dan aparat keamanan. Namun ternyata BP mempunyai tujuan yang tersembunyi
dibalik konflik-konflik sosial yang terjadi di Papua Barat, dimana justru
perusahaannya berdiri. BP membantu OPM melalui pembiayaan atas operasinya. Hal
ini secara langsung dapat diketahuii bahwa BP membantu OPM dalam menciptakan
konflik-konflik sosial.
Lantas kemudian bagaimana kaitannya
BP dengan aparat keamanan. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tidak
semua militer Indonesia menentang OPM. Sebagin dari mereka ada yang mendukung
OPM. Padahal sebenarnya tugas mereka sama dengan polisi yaitu menyisir OPM.
Bahkan pada saat OPM hendak menyerang polisi, salah satu perwira militerlah
yang mengintruksikan serta mereka membantu perbekalannya. Dari sini terlihat
bahwa sebagian militer Indonesia berperan ganda atau double-agent.
Lantas apa motif militer melakukan
peran ganda. Lagi-lagi hal ini dilatar belakangi oleh BP. BP benar-benar
mengharapkan adanya konflik yang besar di tanah Papua, tempat mereka mendirikan
usaha. Mereka membiayai militer indonesia yang double-agen sehingga timbullah perpecahan
antar aparat keamanan Indonesia dalam menangani OPM. Kerjasama yang dibangun BP
antar ketiganya berbau finansial.
Lantas bagaimana nasib polisi dalam
misinya menyisir organisasi separatis dan menghadapi militer yang double-agent
tersebut. Lebih kompleks lagi ternyata polisi juga meminta bantuan kepada BP.
Selain urusan finansial mereka juga menginginkan keamanan dalam menjalankan
tugas mereka menyisir OPM.
Petanyaan yang sentral mulai terkuak
lantas apa tujuan BP membantu ketiganya. Alasan yang paling mendasar telah dirundingkan
dalam pertemuan dengan skema “community basic security” yang diadakan di
London. Peserta yang hadir tidak tanggung-tanggung. Jajaran petinggi Eropa
hadir dalam pertemuan tersebut. Selain itu beberapa diantaranya ialah Eben, Rumbiak sebagai seorang pembela HAM di
Papua, Dr. Grote serta O’Reilly sebagai presiden BP di Indonesia.
Dr. Grote melarang Eben maupun
rumbiak merekam apa yang terjadi dan dibicarakan dalam pertemuan tersebut. Dia
berdalih bahwa pertemuan ini sangat rahasia. Namun ternyata Rumbiak keukeuh
ingin merekamnya. Alasannya bahwa ia ingin masyarakat Papua tahu apa yang
mereka bicarakan pada saat pertemuan.
Dalam pertemuan itu mulai
ditemukannya benang-benang merah. Rumbiak mulai berbicara bahwa BP melanggar
janjinya bahwa akan menggaji pasukan militer sebagai imbalan melindungi BP.
Rumbiak juga menuntut ada kontrak perlindungan agar tidak ada pelanggaran HAM
yang dilakukan oleh tentara kepada BP.
Dr. Grote juga menambahkan bahwa
kekerasan tidak baik untk sebuah bisnis. Namun ternyata OPM dan pasukan militer
sendiri yang menginginkan kerjasama. Dengan kata lain mereka sendiri yang
membut kerusuhan dan hal ini sangat menguntungkan BP. Dengan adanya
kerusuhan-kerusuhan di tanah Papua akibat konflik-konflik social, maka tidak akan
ada perusahaan lain yang mau mendirikan perusahaannya di Papua. Hal ini sangat
menguntungkan BP karena BP tidak akan mempunyai saingan dalam mengeksploitasi
kekayaan di tanah Papua.
Adapun mengapa Eben tidak
menjelaskan secara gamblang tentang British Proteleum. Hal ini karena meskipun
Eben adalah seseorang berkebangsaan Amerika, namun dia menempuh pendidikan di
Inggris. Meskipun dia tahu BP bersalah dan diapun menyalahkan, namun dia tidak
akan menguak secara gamblang mengenai BP sebagai pusat adanya konflik-konflik
yang terjadi di tanah Papua khususnya pelanggaran HAM. Selain itu, dia juga
pendukung OPM, jadi secara tidak langsung dia juga mendukung BP walaupun
sebenarnya dia terlihat tidak setuju dengan cara BP.
Jadi, pada kesimpulannya
konflik-konflk yang terjadi d tanah Papua Barat ialah konflik yang bersifat
vertical. Ada salah satu lakon yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari
lakon lain. Dia seperti dalangnya. Dia adalah BP. OPM bekerja sama dengan BP
karena memang BP mendukung gerakan separatis tersebut. Kemudian adanya
kerjasama lain dengan BP yaitu militer Indonesia. sehingga sebagian dari mereka
menjdi double-agent atau agen ganda. Hal ini karena memang pada dasarnya
sebagian militer Indonesia mendukung OPM tersebut. Dengan adanya konflik yang
rumit antara OPM dan militer yang double agent hal ini membuat pihak polisi
kewalahan dalam menjalankan tugasnya dalam menyisir OPM. Sehingga mau tidak mau
polisipun melakukan kerjasama dengan BP. Selain mendapat perlindungan HAM.
Ketiganya juga mendapat banuan financial dari BP. Jadi, BP adalah dalang dari
konflik-konflik yang memanas di Papua Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic