Waspada
Dahsyatnya Radiasi Nuklir Literasi!
Critical Review 2
Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati
supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS.
al-’Ashr: 1-3)
Sejarah
bagaikan dasar samudera yang amat dalam. Bila kita hanya melihat sebatas mata
memandang, maka dasar samudera itu tak akan pernah mungkin terihat. Permukaan laut
yang merupakan tempat kita menatap menggambarkan kita yang hidup pada masa ini,
sedangkan dasar samudera menggambarkan buramnya sejarah masa lalu yang tak
terlihat itu. Siapa yang peduli untuk memikirkan betapa dalamnya samudera
tersebut? Atau hal-hal apa sajakah yang ada di dalam sana? Mayoritas manusia
hanya memandang ke atas langit, dalam artian ia hanya memikirkan mengenai masa
depan yang akan terjadi pada dirinya. Memang suatu tindakan yang sangat cerdas
untuk selalu menatap masa depan. Namun apakah ia tidak menyadari bahwa dalamnya
samudera, luasnya daratan dan tingginya langit merupakan suatu kesatuan yang
tidak mungkin dapat dipisahkan. Dapat diibaratkan seperti seorang pengendara
motor, ia hanya fokus untuk melihat ke depan tanpa pernah melihat ke arah kaca
spionnya. Apa yang akan terjadi saat pengendara lain menyalip tanpa ia sadari? Mungkin
sesuatu yang tak diinginkan akan terjadi. Sejarah merupakan kaca spion pembelajaran
bagi kita untuk menatap perjalanan ke depan. Kaca spion yang terpasang secara “benar”
adalah yang mampu membantu kita dalam berkendara. Lalu bagaimana apabila kaca
spion tersebut terpasang “terbalik”? Tentu kita akan selalu dibodohi oleh kaca
spion masa lalu itu.
Sama
halnya seperti sejarah. Bagaimana apabila sejarah yang telah diikrarkan
ternyata berlawanan dengan “kebenaran”? Siapa yang ingin bertanggug jawab? Siapa
yang berani menjamin bahwa di Indonesia peristiwa G30SPKI benar-benar terjadi?
Atau siapa yang berani menjamin Cristopher Columbus adalah orang pertama yang
menemukan benua Amerika? Ini seperti menggali dasar samudera yang teramat
begitu luas dan dalam. Dibutuhkan alat “canggih” untuk meneliti hal ini. Siapa
sangka dalamnya samudera ini mampu diteliti dengan menggunakan alat canggih “robot”
seperti pada penelitian “TITANIC” di Samudera Atlantik Utara itu. Sejarah juga ternyata mampu digali dengan
menggunakan robot canggih yang bernama “literasi”. Dahsyatnya literasi ini ternyata lebih menggemparkan daripada bom atom yang dijatuhkan di kota Hiroshima dan Nagasaki Jepang. Fakta
mencengangkan muncul, ketika literatur milik Howard Zinn mengobrak-abrik keyakinan
penduduk Amerika bahkan penduduk dunia dalam buku non-fiksinya yang berjudul A People's History of the United States Chapter
1 Columbus, the Indians, and Human
Progress dengan
artikelnya yang terkenal
berjudul Speaking Truth to Power
with Book. Ia
menyebutkan bahwa Columbus adalah seorang “pembantai” manusia yang sangat keji
dan tidak layak dikatakan sebagai pahlawan yang selalu diperingati dalam “Columbus
day”.
Dalam
bukunya, Howard Zinn membidik tajam seorang yang dulu sangat dikenal agung atas
jasanya menemukan benua Amerika, namun ia berani mengungkap habis kejanggalan
yang ditutupi sejarah palsu tersebut. Ia menjabarkan mengenai awal
peradaban asli Amerika di Amerika Utara dan Bahama, genosida dan perbudakan yang dilakukan oleh awak Christopher Columbus, dan
insiden penjajahan dengan kekerasan.
Bukunya ini mendapat cercaan dari banyak pihak yang memang telah sepenuhnya dibodohi
oleh Columbus. Namun seiring berjalannya waktu mereka telah sadar akan keganjilan
sejarah ini.
Ternyata terdapat sumber menyebutkan bahwa alasan
sebenarnya Columbus pergi berlayar adalah untuk mencari India. Singkat cerita, Columbus
memperkosa putri salah satu bangsawan Spanyol yang masih berusia 13 tahun.
Pengadilan tidak bisa memutuskan ia harus dihukum mati, sehingga akhirnya Ratu
Isabella mengirimnya dalam misi mencari benua baru (India) dan dengan harapan
Columbus tidak akan bisa pulang kembali. Saat akhirnya Columbus mendarat
pertama kali di Benua Biru Amerika, ia masih mengira inilah tanah India.
Saat itu para penduduk asli menyambut Columbus dengan gembira. Namun,
sebaliknya apa yang ditulis Columbus dalam jurnalnya? “Mereka membawakam kami
burung beo, bola kapas dan tombak dan banyak hal lainnya sebagai hadiah.
Mereka rela memperdagangkan segala yang mereka miliki. Mereka tidak
memanggul senjata, padahal saya menunjukkan pedang. Mereka tidak memiliki besi.
Tombak mereka terbuat dari tebu. Mereka akan dengan mudah kami taklukan menjadi
budak. Dengan lima puluh orang saja, kita bisa menundukkan mereka semua dan
membuat mereka melakukan apapun yang kita inginkan. Saya percaya bahwa mereka
akan dengan mudah menjadi orang Kristen buatan, karena sepertinya mereka tidak
beragama”. Dalam catatan hariannya, Columbus juga mengakui bahwa saat ia tiba
di Hindia (ia saat itu masih percaya telah menemukan India, bukan Amerika), ia
menyiksa penduduk pribumi, menggantung, mencambuknya, hanya demi satu informasi
penting mengenai dimana letak emas. Selain menyiksa, ia juga sering memperkosa
perempuan-perempuan pribumi lalu mencambuk mereka demi kesenangan belaka (Helen
Ellerbe, dalam “The Dark Side of Christian History” hal. 86-88).
Apakah
benar Columbus yang menemukan pertama kali benua Amerika? Hal inilah yang harus dikritisi dan dianalisis kebenarannya. Pendapat ini dibantah oleh Howard Zinn dan banyak sumber-sumber literatur lain. Sebuah sumber lain menyebutkan bahwa
Columbus bukanlah orang pertama yang menemukan benua Amerika, melainkan Jhon
Cabot asal Italia. Seperti diketahui, di
tahun 1492 Columbus mendarat di sekitar kepulauan Karibia. Baru sekitar tahun 1498 Columbus diketahui mendarat di
daratan utama Amerika. Sebuah dokumen dengan paten kerajaan dari masa Henry VII
mengungkap bahwa pedagang asal Italia, John Cabot, sebagai orang yang pertama
menemukan Amerika. Di dokumen itu diketahui bahwa Cabot berlayar dari Bristol
Inggris ke Amerika Utara pada 1497, hanya
selisih satu tahun sebelum Columbus sampai di Amerika. Menurut Discovery News,
dokumen itu menjelaskan kalau Cabot melakukan tiga perjalanan antara 1496
hingga 1498. Dalam periode itu, di tahun 1497 Cabot diketahui mendarat di
Newfoundland. Diketahui dari sebuah arsip pribadi Florence, dokumen juga
menyebut mengenai pembayaran 50 noble sterling kepada Giovanni Chabotte (John
Cabot) dari Venesia. Ini merupakan dana yang diperlukan untuk modal ekspedisi
"berangkat dan menemukan dunia baru". Seperti dikutip harian Daily
Mail, dana itu berasal dari institusi perbankan yang bernama Bardi. Cabot
disebut menerima dana itu pada 1496. Sejarawan juga menyebut, bahwa bangsa
Eropa telah lama menemukan Dunia Baru, bahkan sebelum Columbus dan Cabot mulai
penjelajahannya.
Ternyata
terdapat pula sumber lain yang menjelaskan bahwa jauh sebelum Columbus mengklaim
menemukan benua Amerika, umat Islam sudah terlebih dahulu menemukannya. Sebuah
fakta yang tak terbantahkan lagi jika umat Islam sudah terlebih dahulu berada
di daratan luas Amerika. Fakta yang paling mudah untuk dikenali yakni terdapat
nama- nama daerah di Amerika yang sama dengan kota suci di daratan Arab. Misalnya
Mecca di Indiana, Medina di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di
North Dakota, Medina di Ohio, Medina di Tennessee, Medina di Texas (dengan
penduduk 26.000 orang), Medina di Ontario Canada, kota Mahomet di Illinois,
Mona di Utah, Arva di Ontario Canada, dan beberapa nama seperti California
(Caliph Haronia), Alabama (Alah Bumnya), Arkansas (Arkan-sah), Tennessee
(Tanasuh), T Allah Hassee (Tallahassee), Alhambra, Islamorada, dan sekitar 500
nama daerah lain yang berasal dari bahasa Arab. Beberapa nama-nama suku Indian
dan kepala sukunya juga berasal dari akar kata bahasa Arab, seperti: Anasazi,
Apache, Arawak, Cherokee (Shar-kee), Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam,
Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu, dan Zuni. Kepala suku Indian Cherokee
yang terkenal, Sequoyah yang nama aslinya Sikwoya, merupakan ketua suku yang
sangat terkenal karena beliau menciptakan sillabel huruf-huruf (Cherokee
Syllabary) bagi orang Indian pada tahun 1821. Namanya diabadikan sebagai nama
pohon Redwood yang tertinggi di California, sekarang dapat disaksikan di taman
hutan lindung di utara San Francisco.
Terdapat pula jejak-jejak
peninggalan muslim Amerika yang menjelaskan bahwa di sekujur benua Amerika, kita
akan bisa mendapatkan jejak-jejak umat Islam gelombang pertama dan kedua, jauh
sebelum kedatangan Columbus. Mari kita lihat peta Amerika hari ini buatan Rand McNally
dan cermati nama-nama tempat yang ada di Amerika. Di tengah kota Los Angeles
terdapat nama kawasan Alhambra, juga nama-nama teluk El Morro dan Alamitos,
serta nama-nama tempat seperti Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany,
Alcazar, Alameda, Alomar, Almansor, Almar, Alva, Amber, Azure, dan La Habra. Di
bagian tengah Amerika, dari selatan hingga Illinois terdapat nama-nama kota
Albany, Andalusia, Attalla, Lebanon, dan Tullahoma. Di negara bagian Washington
misalnya, terdapat kota Salem. Lalu di Karibia (ini jelas kata Arab) dan
Amerika Tengah misalnya ada nama Jamaika, Pulau Cuba (berasal dari kata Quba?)
dengan ibukotanya La Habana (Havana), serta pulau-pulau Grenada, Barbados,
Bahama, dan Nassau. Di Amerika Selatan terdapat nama kota-kota Cordoba (di
Argentina), Alcantara (di Brazil), Bahia (di Brazil dan Argentina). Nama-nama
pegunungan Appalachian (Apala-che) di pantai timur dan pegunungan Absarooka di
pantai barat. Kota besar di Ohio pada muara sungai Wabash yang panjang dan
meliuk-liuk bernama Toledo, satu nama universitas Islam ketika Islam masih
berjaya di Andalusia, Spanyol.
Apakah fakta-fakta tersebut kurang kuat untuk membuktikan bahwa umat Islamlah yang menemukan benua Amerika untuk pertama kalinya? Distorsi sejarah Islam Amerika menyebutkan 70
tahun sebelum Columbus menjejakkan kaki di Amerika, laksamana muslim yang
berasal dari China yang bernama Cheng Ho (Zhang He) telah mendarat di Amerika.
Bahkan berabad-abad sebelum Cheng Ho, pelaut-pelaut muslim dari Spanyol dan
Afrika Barat telah membuat kampung-kampung di Amerika dan berasimilasi secara
damai dengan penduduk lokal di sana. Penemu Amerika bukanlah Columbus. Penemu
Amerika adalah umat muslim. Mereka menikah dengan penduduk lokal orang indian,
sehingga menjadi bagian dari local-genius Amerika.
Terdapat
sejumlah literatur yang berangkat dari fakta-fakta empirik bahwa umat Islam sudah
hidup di Amerika beberapa abad sebelum Columbus datang. Salah satunya yang
populer adalah essay Dr. Youssef Mroueh, dari Prepatory Commitee for
International festivals to celebrate the Milenium arrival to the Americans,
tahun 1996, yang berjudul “Precolumbian Muslims in America”. Dalam essaynya,
Doktor Mroueh menulis, “Sejumlah fakta menunjukkan bahwa Muslimin dari Spanyol
dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Columbus.
Pada pertengahan abad ke-10, pada waktu pemerintahan Khalifah Umayyah, yaitu
Abdurrahman III (929 – 961M), kaum Muslimin yang berasal dari Afrika berlayar
ke Barat dari pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol, menembus “samudra yang gelap
dan berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah
harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Ada kaum Muslimin yang tinggal
bermukim di negeri baru itu, dan mereka inilah kaum imigram Muslimin gelombang
pertama di Amerika.”
Selain itu
terdapat literatur lain yang membuktikan adanya kehadiran Muslimin gelombang
pertama ke Amerika jauh sebelum zaman Columbus. Abul-Hassan Ali Ibnu Al-Hussain
Al-Masudi merupakan seorang pakar sejarah dan geografi yang hidup dari tahun
871-957 M. Dalam karyanya yang berjudul “Muruj adh-dhahab wa maad aljawhar”
(Hamparan Emas dan Tambang Permata), Abu Hassan menulis bahwa pada waktu
pemerintahan Khalifah Abdullah Ibn Muhammad (888-912), penjelajah Muslim
Khasykhasy Ibn Sa’ied Ibn Aswad dari Cordova-Spanyol, telah berlayar dari Delba
(Palos) pada 889, menyeberang Samudra yang gelap dan berkabut dan mencapai
sebuah negeri yang asing (al-ardh majhul) dan kembali dengan harta yang mentakjubkan.
Pada peta Al-Masudi terbentang luas negeri yang disebutnya dengan al-ardh
majhul. [Al-Masudi: Muruj Adh-Dhahab, Vol. 1, P. 1385]
Kemudian Loe
Weiner, pakar sejarah dari Harvard University, dalam bukunya “Africa and the
Discovery of America” (1920) menulis bahwa Columbus telah mengetahui kehadiran
orang-orang Islam yang tersebar seluas Karibia, Amerika Tengah dan Utara,
termasuk Canada. Mereka berdagang dan telah melakukan asimilasi perkawinan
dengan orang-orang Indian dari suku Iroquois dan Algonquin.
Selain itu
seorang geografer dan pembuat peta bernama Al-Syarif Al-Idrisi (1099- 1166)
menulis dalam bukunya yang terkenal Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaaq
(Ekskursi dari yang Rindu Mengarungi Ufuq) bahwa sekelompok pelaut dari Afrika
Utara berlayar mengarungi Samudra yang gelap dan berkabut dari Lisbon
(Portugal) dengan maksud mendapatkan apa yang ada di balik samudra itu, betapa
luasnya dan di mana batasnya. Mereka menemukan pulau yang penghuninya bercocok
tanam dan telah mempergunakan bahasa Arab.
Kemudian
terdapat pula literatur Sultan-Sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang
beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga ke
benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300
– 1384) mencatat berbagai ekpedisi ini dengan cermat. Timbuktu yang kini
dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan
yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang
menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu. Sultan yang tercatat melanglang
buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285 – 1312),
saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312 – 1337), yang telah melakukan dua
kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri
sungai Mississippi. Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah
dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para
eksplorer ini berbahasa Arab. Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika
diabadikan dalam peta berwarna Piri Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan
dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I (1517). Peta ini menunjukkan
belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan
penggambaran pesisiran Brasil secara akurat.
Semua penejelasan
literatur tersebut membuktikan bahwa Columbus bukanlah orang pertama yang
menemukan benua Amerika. Terdapat salah satu buku yang telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia karya Gavin Menzies, seorang bekas pelaut yang
menerbitkan hasil penelusurannya, menemukan adanya peta empat buah pulau di
Karibia yang dibuat pada tahun 1424 dan ditandatangani oleh Zuane Pissigano,
kartografer dari Venesia. Peta ini berarti dibuat 68 tahun sebelum Columbus
mendarat di Amerika. Dua pulau pada peta ini kemudian diidentifikasi sebagai
Puerto Rico dan Guadalupe. Menzies juga mengemukakan bahwa Laksamana Zheng He
(Ceng Ho), seorang Lakasamana Cina Muslim, telah mendarat di Amerika pada tahun
1421, 71 tahun lebih awal ketimbang Columbus. Lima abad sebelumnya, Khaskhas
Ibn Saeed Ibn Aswad pun telah menjejakkan kaki di Amerika. Jelas, penemu
Amerika sama sekali bukan Colombus, tetapi para pionir pelayaran dunia, yakni
pelaut-pelaut Islam yang ulung.
Ini yang seharusnya dkritisi bahwa pada
kenyataanya, Columbus dan para penjelajah Spanyol serta Portugis mampu berlayar
menyeberang Samudra Atlantik, adalah karena bantuan informasi geografis dan
navigasi dari peta yang dibuat oleh pedagang-pedagang Muslimin, termasuk
informasi dari buku tulisan Abul Hassan Al-Masudi yang berjudul Akhbar
az-Zaman. Tidak banyak diketahui orang, bahwa Columbus dibantu oleh dua orang
nakhoda Muslim pada waktu ekspedisi pertamanya menyeberang transatlantik. Kedua
kapten Muslim itu adalah dua bersaudara Martin Alonso Pinzon yang menakodai
kapal Pinta, dan Vicente Yanez Pinzon yang menakodai kapal Nina. Keduanya
adalah hartawan yang mahir dalam seluk-beluk perkapalan, membantu Columbus
dalam organisasi ekspedisi itu, dan mempersiapkan perlengkapan kapal bendera
Santa Maria. Bersaudara Pinzon ini masih memiliki ikatan kekeluargaan dengan
Abuzayan Muhammad III (1362-66), Sultan Maroko dari dinasti Marinid
(1196-1465). (Thacher, John Boyd: Christopher Columbus, New York 1950).
Artikel
Howard Zinn ini hanyalah sebuah pembuka
akal pikiran, perspektif dan paradigma bagi mereka orang-orang barat yang
tertutup matanya akan kemajuan keilmuan Islam pada zaman keemasan Islam kala itu. Ternyata hanya Howard Zinn yang telah mampu membukakan mata bangsanya sendiri. Sebenarnya, apabila mereka mau membuka dan mempelajari literatur Islam, maka
akan diperoleh suatu “kebenaran” yang valid. Tidaklah mungkin seorang “penjahat” Columbus menjadi penemu
bahkan menjadi “pahlawan” yang
jelas-jelas mentalnya telah bobrok dan ia telah jelas-jelas melakukan tindakan
kejahatan yang di luar batas kemanusiaan. Yang patut dipertanyakan mengapa para
ahli literatur sebelum masa Howard Zinn menutupi kebiadaban “Columbus” kala
itu. Apakah suatu “pembantaian masal dan (maaf) pemerkosaan masal” dapat dimaafkan
hanya karena ia mengklaim telah menemukan sebuah benua baru?
Ternyata
memang sungguh sangat luar biasa kekuatan literasi bak senjata nuklir yang
diluncurkan oleh seorang Columbus yang mampu menghipnotis sejarah dunia oleh
kebohongannya itu. Howard Zinn dengan literaturnya sungguh sangat berani telah
meluncurkan serangan balik senjata nuklir itu dan berhasil membalikkan suatu
fakta keadaan yang sebenarnya dengan membongkar kebohongan Columbus itu. Namun
Howard Zinn kurang begitu berani menegaskan bahwa literatur Islam telah ada
jauh sebelum Columbus memproklamasikan kebohongannya. Inilah sisi kebenaran yang di sembunyikan oleh mereka. Seakan-akan mereka membuat suatu perspektif
dan paradigma bahwa bangsa Baratlah yang menemukan segala sesuatu (everything)
termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Islam
mengajarkan akan arti sebuah kehidupan yang sangat berharga. Islam menyuruh
umatnya untuk menjadikan baca-tulis sebagai bagian dari kehidupan umatnya. Jelas
sekali bahwa hal pertama yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah
Muhammad SAW adalah untuk membaca (iqra) disertai dengan menulis (kalam). Ini
menandakan suatu rahasia istimewa di balik dahsyatnya literasi bagi suatu
peradaban dunia. Untuk dapat menjadi bangsa yang berperadaban di dunia maka
syaratnya adalah baca-tulis. Baca-tulis merupakan suatu senjata yang ampuh
untuk melawan pembodohan masal. Baca-tulis juga merupakan media untuk mengukir
sejarah. Tidak salah jika seorang Columbus mampu mengukir sejarah karena
kepiawainnya dalam baca-tulis. Sejarah itu banyak diisi dengan kebohongan. Namun
sejarah adalah kebohongan yang tetap penting untuk dipelajari. Memang benar
sejarah dipenuhi dengan memori kelam yang bisa membangkitkan perasaan negatif.
Namun sejarah tetap merupakan hal berharga untuk tetap diingat dan kita harus
bijak dalam menyikapinya. Sejarah baik dan sejarah buruk sama pentingnya untuk
dipelajari karena keduanya memberikan pelajaran berbeda yang sama-sama
berharga. Tempatkan sesuatu pada tempatnya. Tempatkan impian
dimasa depan. Jadikan sejarah sebagai suatu pembelajaran.
References:
QS.
al-’Ashr: 1-3
Dr.
H. Muhsin An. Syadilie, M.Si, dkk. Konsep Pendidikan Perspektif Alquran. 2012.
Yogyakarta : Spirit for Education and Development.
http://en.wikipedia.org/wiki/A_People%27s_History_of_the_United_States
diakses pada tanggal 1 Maret 2014 22.00
http://www.mediaberitabaru.blogspot.com/2012/05/fakta-terbaru-penemu-benua-amerika.html
diakses pada tanggal 1 Maret 2014 20.00
http://www.slideshare.net/muslimberjuangdotblogspotdotcom/bukan-columbus-penemu-benua-amerika-adalah-orang-islam
diakses pada tanggal 2 Maret 2014 19.00
http://www.suaranews.com/2013/06/fakta-yang-mencengangkan-mengenai.html
diakses pada tanggal 2 Maret 2014 21.00
I am happy with the progress you made so far. Artikel ini menunjukkan kamu punya momentum untuk menunjukkan potensi terbesar kamu. Citarasa tulisan dan aromanya sudah mengental, dan ga cape baca artikel ini. Tapi, pastikan kamu memagari gumpalan gagasan dengan struktur generik yang gamblang seperti yang ditulis di silabus, dan coba petakan ulang keterkaitan ulang antara sejarah dan praktik literasi. Kenapa pula tidak melihat teks sejarah sebagai artefak yang dinamis, seperti yang Lehtonen bilang?
BalasHapus