2nd
Critical Review
Buku
merupakan cakrawala dunia, namun cakrawala itu akan membentuk keindahan apabila
kita mempunyai kunci yaitu membaca. Sebuah
buku juga dapat mengubah bumi tempat kita berpijak, dan tidak ada satupun orang
yang dapat memungkirinya. Dalam dunia pendidikan istilah “buku” sudah tidak
asing lagi, karena bagi para siswa buku seperti makanan pokok. Berbicara
mengenai buku, dalam sebuah buku pasti terdapat sebuah tulisan. Tulisan adalah mahakarya dan kreasi manusia yang
dituangkan di atas kertas bersama
tinta-tinta. Kita cenderung memandang buku dengan sebuah tumpukan kertas yang
berisi teori-teori, namun bukan hanya untuk dipandangin saja melainkan untuk
dibaca. Seperti Howard Zinn mengutarakan
tentang menulis, efek menulis, gunanya menulis dan dapat merubah dunia.
Dizaman
yang modern ini yang sudah diperkaya oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang
canggih, masih saja kebanyakan orang Indonesia mesih bertanya-tanya “untuk apa
kita menulis dan apa gunanya kita menulis?”. Lihatlah para pejabat tinggi atau
dosen, apakah mereka menulis hanya untuk
tugas semata ataukah supaya tetap berkibar karirnya di dunia social? Hanya
sebagian orang yang mampu menjadi aktivis dengan kesadaran social seperti
Howard Zinn. Beliau mampu mengungkap betapa kekuatan buku itu sangat penting.
Secara umum kekuatan itu menjadi tolak dasar sebuah kehidupan. Disisi lain para
pahlawan yang gugur di medan perjuangan pula mampu mengungkit betapa buku itu
dapat mengubah kesadaran social, meskipun sebagai aktivis, seperti presiden
pertama kita Ir. Soekarno .
Sepertinya kita sudah tidak asing
lagi dengan kalimat “Orang yang mampu
menulis adalah orang yang mampu mengukir sejarah”. Sejarah itu bukan hanya
didapatkan atau dihasilkan dari kejadian-kejadian yang telah dialami dalam
hidup kita. Melainkan seorang penulis juga mampu mengukir sejarah. Seorang yang
mampu menulis dan menerbitkan bukunya dapat memberikan sejarah baru yang dapat
mempengaruhi dunia. Sejarah yang akan tetap terkenang ditelinga masyarakat
adalah sejarah yang mampu menghadirkan fakta-fakta yang konkret. Seperti halnya
membuat buku. Buku juga harus memberikan kekuatan yang luar biasa, agar tetap terkenang ditelinga dan otak pembaca.
Dalam
artikel ”Speaking Truth to Power with Books”
menganggap bahwa the long
trajectory between writing and changing consciousness, between writing and
activism and then affecting public policy can be tortuous and complicated. But
this does not mean we sould desist from writing. Mengubah kesadaran suatu
bangsa, masyarakat dan individu bukanlah yang yang mudah. Potensi manusia yang
terpendam berupa kekuatan imajinasi, nalar dan insting merupakan manisfestasi
penciptaannya. Namun yang harus digaris bawahi adalah bagaimana cara
menyalurkan potensi kita untuk mengubah kesadaraan, khususnya menulis.
Masyarakat harus mampu memiliki literasi yang tinggi, karena dengan memiliki
literasi yang tinggi akan mampu menjalankan fungsi-fungsi kehidupan dengan
baik.
Membaca, mengamati dan menulis, jika ketiga aspek tersebut
terintegrasi akan membangun kesadaran analitik semakin hidup akan membuat manusia semakin akurat
dan holistik pandangannya terhadap kehidupan. Dengan membaca buku kita dapat mengubah kesadaran kita terhadap
sesuatu. Contohnya seorang murid diberikan buku oleh gurunya tentang betapa
pentingnya belajar. Buku tersebut dapat menambah pengetahuan siswa tentang
belajar. Setelah buku tersebut dibaca, siswa tersebut mampu mengubah pola belajarnya dengan baik. Itu menunjukan bahwa
betapa kekuatan buku dapat mengubah kesadaran.
Bukan hanya dalam kalangan
pelajar saja, yang mampu merasakan kekuatan buku. Tetapi, juga seorang
aktivis-aktivis yang sibuk dengan dunia social. Contohnya seorang directur di
sebuah peerusahaan. Seorang direktur tersebut
membaca mengenai manajemen tentang sebuah perusahaan. Bila seorang
direktur tersebut mampu mengamalkan isi buku yang sudah ia baca kepada
karyawan-karyawannya dan mampu menjadi direktur yang baik yang mampu memanage
perusahaannya dengan baik. Berarti itu menunjukan kembali betapa kekuatan buku
dapat merubah kesadaran manusia. Apalagi kekuatan buku itu dapat mempengaruhi
kebijakan public, dan dapat menjadi masalah yang berliku-liku atau rumit, namun
dengan masalah yang rumit tersebut bukan berarti kita berhenti untuk
memproduksi buku dan berhenti menulis. Dengan kita berhenti menulis akan
menjadikn dunia ini hampa tanpa tulisan-tulisan yang dapat merubah kesadran
manusia.
Mengapa buku dapat merubah
kesadaran? Karena seorang penulis mampu memperkenalkan sebuah ide-ide yang
tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh pembaca. Buku itu seperti sebuah film,
bagi masyarakat film yang baik adalah film yang mampu menghadirkan alur cerita
yang tidak bisa ditebak akhirnya oleh viewer. Banyak buku yang diproduksi oleh
penulis-penulis Indonesia mampu memperkenalkan ide-ide yang luar biasa. Mereka
dapat memperkenalkan ide dengan luar biasa, kerena mereka sudah menjadi pembaca
yang kritis. Sehingga mampu menghadirkan tulisan yang berguna atau memberikan
pengetahuan untuk orang lain. Sebenarnya mejadi pembaca yang kritis dan menjadi
penulis adalah diawali dari latar belakang mereka, yang mampu memperkenalkan
membaca dan menulis sejak dini.
Sebelum seseorang
dapat menulis, pasti harus mampu mengembangkan menjadi seorang pembaca.
Penyatuan membaca dan penguatan analisis fenomena dan nomena
ikut menyusun kesadaran dari pasif menjadi aktif, dari lambat menjadi cepat
dari lemah menjadi kuat, dari tumpul menjadi tajam. Inilah kekuatan yang
terbentuk dan semakin tercipta lebih sempurna saat terus diaktualkan sebab
aktualisasi diri 1000 kali lebih baik dari pada diam. Seperti halnya sebuah
buku, kekuatan buku akan terungkap apabila kita membacanya. Kekuatan buku mengubah
kesadaran sesorang dalam semua aspek kehidupan, dan yang paling penting dalam
mengerti pentingnya dunia social.
If a book changes somebody’s life by changing
somebody’s consciousness, it is going to have an effect on the world, in one
way or the other, sooner or later, in ways that you probably cannot trace,
itu merupakan kalimat dalam artikel ”Speaking Truth to Power with Books” yang
membahas tentang sebuah buku itu dapat
merubah dunia. Andaikan dunia ini tanpa buku, sepertinya dunia ini akan
hampa. Begitu hebatnya kekuatan dari buku, sehingga buku merupakan berdaya kuat,
mencengkram erat, menggetar dan merubah arah peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan manusia. Kita mulai
dengan mengambil contoh buku Common Sense (Pikiran
Sehat) karya Thomas Paine, seorang pengarang Amerika Serikat, terbit pada 10
Januari 1776 dengan harga dua shilling (sebutan mata uang logam yang
berlaku saat itu). Buku tersebut pada dasarnya sebuah pamflet, lantaran hanya
setebal 47 halaman. Dalam waktu tiga bulan saja, buku tersebut terjual habis
120.000 eksemplar. Perkiraan penjualan seluruhnya mendekati jumlah setengah
juta eksemplar. Suatu jumlah yang bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
ada masa itu, sama besarnya dengan penjualan enam puluh juta di Amerika Serikat
masa sekarang.
Pendek kata setiap orang yang pandai
membaca di ketiga belas koloni jajahan Inggris masa itu telah membaca buku Common
Sense. Sekalipun penjualan buku tersebut luar biasa besarnya,
Paine tidak bersedia untuk menerima honorarium biar sesen pun. Tidak ada buku
di Amerika Serikat masa itu yang mempunyai pengaruh begitu cepat seperti Common
Sense. Buku ini laksana tiupan nyaring sangkakala yang memanggil
kolonis-kolonis Amerika untuk bangkit memperjuangkan kemerdekaan mereka tanpa
syarat. Paine telah mengemukakan dalam bukunya bahwa revolusi adalah jalan
satu-satunya untuk menyelesaikan persengketaan mereka dengan Inggris dan Raja
George III. Hal yang membuat pena Thomas Paine begitu berarti dalam perjuangan
kemerdekaan Amerika Serikat adalah ia meminum dari tinta yang gelap, lalu
melukiskan cahaya untuk Amerika. Konteks tulisan bertajuk “Kekuatan Buku dapat Mengubah Dunia” ini, buku bukanlah untuk mengukur
nilai-nilai moral, akan tetapi untuk menunjukkan bahwa buku adalah suatu
instrumen belaka. Yang dapat menjadi senjata-senjata dinamis dan hebat,
tergantung sejauhmana kita meresapi dan mendalami kandungan isinya.
Tetapi, perlu diingat bahwa buku pasti memiliki kelemahan dan kelebihan.
Bukan hanya itu saja, antara ucapan dengan apa yang tertuang dalam buku
kadang-kadang berbeda. Sebagai contoh Christopher Columbus menurut Howard Zinn
adalah seorang penjelajah dan penemu benua Amerika, begitu pula banyak penulis
yang menuangkan sejarah Christopher Columbus seperti itu. Namun baru-baru ini
menurut salah satu website terdengar ada banyak kebohongan yang sangat
mencengangkan ketika para penulis dan peneliti sejarah menguak sejarah
Christopher Columbus. Bukan hanya sejarah dalam dunia saja, sejarah yang di
Indonesia juga belum tentu benar, antara sejarah yang diapresiasikan atau dituangkan
dalam buku dengan perkataan masyarakat setempat. Benar seperti yang ada dalam
artikel ”Speaking Truth to Power with Books”
bahwa remember, just given them
facts, nothing but facts.
Kebanyakan tokoh
di dunia ini memilih menulis buku atau meminta bantuan penulis untuk
menuliskannya, daripada sekedar membuat film atau video tentang
kehidupannya. Banyak buku biografi tokoh yang ditulis ketika mereka masih
hidup. Demikian pula film-film yang dibuat dan dipasarkan oleh Hollywood,
Bollywood dan negara lainnya, semua diangkat dari sebuah buku. Buku Diary of
Anne Frank berhasil digunakan pihak Zionis Yahudi untuk menarik simpati
masyarakat yang antisemitis puluhan tahun lampau. Buku tersebut dibuat film dan
dibumbui dengan kepentingan-kepentingan Zionis untuk menjajah bangsa Palestina.
Itu menunjukan betapa peranan buku
sangat dekat dengan kehidupan manusia.
Pada hakikatnya seorang penulis mampu
mengubah kenyataan yang sebenarnya, mampu memutar balikan fakta, namun lihatlah
kondisi terlebih dahulu. Seperti cerita dari Howard Zinn tentang Columbus.
Beliau mengatakan bahwa Columbus adalah pembunuh, penyiksa, penculik, dan
munafik. Padahal semua buku mengungkapkan bahwa Columbus adalah pembaca Alkitab
yang saleh. Tidak setuju dengan apa yang ditulis oleh Howard Zin. Meskipun beliau hanya ingin memberikan
suasana baru atau mengjutkan pembaca. Jikalau mengubah kenyataan yang
sebenarnya, apakah akan berdampak besar pada dunia? Itu yang menjadi issue
besar sekarang ini. Terlebih lagi jika berdampaknya pada dunia pendidikan, itu
akan merubah pola fikir setiap orang. Contoh Howard Zinn di atas dapat
mempengaruhi pola fikir anak-anak yang membaca buku beliau, dan dampaknya akan
ke generasi muda. Buku juga dapat berdampak baik dan berdampak buruk terhadap
kehidupan manusia. Tetapi, cenderung lebih banyak pengaruh baik terhadap
kehidupan manusia. Dapat menjadikan pola fikir manusia yang lebih baik dengan
banyaknya pengetahuan yang terdapat dalam buku, karena kita meyakini bahwa 90%
pernyataan yang ada di buku itu benar adanya. Yang sering mendapatkan kontra
adalah buku yang menguap tentang sejarah-sejarah. Namun tidak dipungkiri bahwa
banyak kebenaran yang belum terungkap, tetapi buku dapat merubah dunia.
Berikutnya yang dikritisi adalah bahwa
Howard Zinn mengatakan bahwa “…first led
me to consider that we are not one great family in this country…” kita
adalah manusia yang pada hakikatnya membutuhkan orang lain. Kita hidup didunia
adalah sebuah keluarga yang harus mewujudkan tujuan bangsa yaitu saling rukun
antara satu dengan yang lainnya. Dengan menulis juga kita dapat menjadi
keluarga. Jika kita menganggap bahwa kita tidak satu keluarga di dunia ini,
maka akan menjadi apa dunia ini? Menulis itu mampu berinteraksi dengan dunia
luar, contohnya seandainya kita sebagai penulis. Kita mengungkap kepedulian
kita terhadap masyarakat yang kurang mampu atau terkena bencana. Kita
menempatkan (point of view) sebagai warga yang kurang mampu. Secara tidak
langsung kita merasakan apa yang mereka rasakan. Itu arti sebuah keluarga yang
dapat diungkapkan dalam sebuah tulisan.
Kembali ke pembahasn awal mengenai
efek menulis dan gunanya menulis. Jika efek menulis sudah tertera di paragraf-paragraf
sebelumnya seperti mengubah kesadaran, mengubah dunia dan ada satu lagi yaitu
mengubah pola fikir manusia. Mengubah
itu bisa mengarah kesisi positif dan bisa juga kesisi negatif, tergantung
bagaimana konteks itu dihadirkan. Setelah mampu mengubah pola fikir selanjutnya dapat diaktualisasikan
dalam sebuah tindakan. Contohnya buku yang mengungkap tentang spiritual. Dengan
membaca, sesorang akan mengetahui dan memahami konteks dan isi buku tersebut.
Setelah itu mereka berfikir, apakah yang dipaparkan oleh buku itu sesuai dangn
kenyataan? Dengan buku itu menambah pengetahuan kepada pembaca dan mengubah
pola fikir serta mengubah kesadarannya kearah yang lebih baik. Setelah mengubah
kesadaran, seseorang itu cenderung dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya buku spiritual itu mengubah moral dan tingkah laku seseorang
menjadi lebih baik. Berarti contoh di atas menunjukan efek buku lagi yaitu mengubah
tindakan atau sikap dan moral bagi pembaca kearah yang lebih baik.
Berbicara mengenai efek menulis atau
efek buku, sekarang bagaimana dengan gunanya buku untuk kehidupan manusia? Coba
kita fikir secara logika dan mengaitkan dengan paragraf-paragraf sebelumnya.
Sebenarnya sama jawabannya dengan efek menulis, karena semuanya berdampak pada
kelangsungan hidup manusia. Seperti pepatah mengatakan bahwa “gudangnya ilmu pengetahuan adalah buku”
dan “buku merupakan jendela dunia”.
Namun banyak issu yang terjadi di zaman sekarang adalah banyak orang pintar
yang menyalahgunakan tulisan. Seperti memproduksi bukan tentang “Belajar Menghipnotis Orang”. Memang
bagus itu untuk pengetahuan, namun kita lihat disisi lain, bagi para pelajar
ingin mencoba hal seperti itu. Bagi para pelajar yang jahil, maka ilmu atau
pengetahuan yang terdapat dalam buku disalahgunakan. Itu menjadi dampak besar
dalam dunia pendidikan, ditambah lagi masa pelajar adalah masa yang dimana ingin
mencoba hal-hal yang baru.
Begitu pula dengan pertanyaan mengenai
“Untuk apa kita menulis atau menertibkan buku?” jawaban yang paling tepat
adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti yang tertera dalam
pembukaan UUD 1945 alinea ke empat. Lihatlah Negara-negara yang maju yang mampu
memproduksi teknologi yang canggih, karena mereka mempunyai ilmu pengetahuan
yang luas dan mampu menggali atau mengekspolasi kemampuan dirinya dan sumber
daya manusianya. Ilmu pengetahuan didapatkan dari membaca. Mereka mempunyai
tingkat literasi yang tinggi, dan membaca itu sumber utamanya yaitu buku. Semuanya menjadi rangkaian yang
terkait dengan perkembangan kehidupan manusia.
Di Indonesia, orang zaman sekarang
cenderung melemah dalam hal membaca, namun meningkat dalam memproduksi buku
atau tulisan. Tapi, galilah sejarah presiden Republik Indonesia yang kedua
yaitu Moh. Hatta. Yang mampu membaca puluhan buku setiap harinya tanpa mengenal
lelah, karena menurut beliau buku bagaikan teman yang selalu menemani hidupnya.
Disemua ruangan dalam rumahnya dipenuhi dengan buku, dan itu untuk memajukan
bangsa Indonesia. Berdampak pula dengan dunia, kerena beliau mampu bersaing
dengan Negara-negara lainnya. Orang-orang zaman dahulu cenderung melemah dalam
memproduksi buku, mungkin karena kurangnya teknologi. Namun seperti yang telah
dijelaskan pada paragraf-paragraf sebelumnya adalah kebanyakan menyuruh orang
untuk menulis, entah itu biografi ataupun sejarah hidupnya.
Kebanyakan remaja yang sedang berumur
15,16, 17 tahun itu menyukai buku-buku tertentu yang menurutnya menarik,
seperti novel, cerpen dan lain-lain. Dengan membaca buku-buku tersebut dapat
memeiliki efek yang sangat kuat terhadap kehidupan mereka, karena pada dasarnya
cerita yang tertuang dalam novel atau cerpen sama seperti kehidupan yang
dialami dalam kehidupan remaja. Bahkan cenderung tindakan mereka, mengikuti apa
yang ada dibuku (novel atau cerpen). Berbeda pula dengan masa anak-anak yang
yang menyukai buku cerita bergambar dan dongeng. Itu juga mampu memberikan efek
yang kuat terhadap anak-anak, mereka cenderung memceritakan apa yang mereka
baca dihadapan teman-teman sambil memperagakan gambar yang ada dalam bukunya.
Buku bukan hanya berperan penting tehhadap orang dewasa saja, melainkan
anak-anak juga dapat merasakan. Apabila anak-anak sudah dikenalkan buku sejak
dini, mereka akan menganggap buku itu seperti teman mereka. Kembali lagi bahwa
semua tergantung latar belakng kita masing-masing.
Pandangan atau penilaian untuk penulis
adalah penulis memang hebat mampu mengaitkan antara issue satu danga issue
lainnya. Namun bagi kita sebagai pembaca awan, sedikit kesulitan dalam
mengoneksikan issue-issue tersebut. Mampu mengungkapkan sejarah-sejarah dunia
yang memang masih dipertanyakan kebenarannya. Tapi,ada sedikit mengganjal
ketika beliau menghadirkan buku yang kontra dengan pendapat penulis lainnya
tentang Columbus, apakah beliau tidak memikirkan bagaimana dampak para pelajar
bila memcbaca bukunya? Beliau hanya menjelaskan bahwa buku yang ia tulis untuk
mengejutkan masyarakat saja. Sedikit tidak masuk akal. Namun beliau sesosok
orang yang tangguh dan pantang semangat meskipun dari kecil tidak pernah
diperkenalkan buku oleh orang tuanya. Tetapi, beliau mampu untuk membangun
latar belakangnya menjadi seseorang yang memiliki literasi yang tinggi.
Jadi,
dapat disimpulkan dari artikel tentang “Speaking Truth to Power with Books”.
Menulis itu bisa mengubah dunia. Banyak contoh yang dapat diambil dari seorang
penulis dan dengan dia menulis dapat mengubah dunia. Bukan hanya itu saja,
menulis juga mengubah dunia menjadi manusia yang mampu berliterasi tinggi.
Namun pada kenyataannya di Indonesia belum mampu menjadikan masyarakatnya yang
sadar akan menulis. Berhubungan dengan menulis pasti tidak lepas dari sebuah
buku. Buku bukan hanya mengubah dunia, tetapi juga mengubah pola fikir manusia,
mengubah kesadarana dan menjadi efek yang kuat terhadap kehidupan manusia.
Namun tidak dipungkiri juga buku memiliki sisi positif dan sisi negatif. Banyak
sejarah yang tertulis dalam buku, yang belum pasti kebenarannya. Sebab
perkataan dan tulisan itu terkadang berbeda dengan faktanya, dibalik itu semua
buku dapat memberikan pengaruh baik terhadap manusia. Ilmu pengetahuan yang ada
dalam buku buan hanya dibaca, dicermati atau dipahami saja melainkan dapat dieksplorasi atau
dikembangkan menjadi suatu tindakan yang berguna unntuk orang lain.
References
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic