Selasa,
11 Maret 2014 merupakan hari yang telah membuat saya merasa puas pada saat
itu. Tetapi saya tidak akan merasa cukup
puas dengan apa yang telah saya dapat karena jika saya telah merasa puas sekarang,
saya tidak akan memiliki target yang lebih dari apa yang telah saya dapat. Hari itu, meski tubuh saya masih merasa
sangat lelah karena harus menyelesaikan banyak tugas dimalam sebelumnya, tetapi
saya harus tetap mengikuti perkuliahan dihari berikutnya yaitu hari ini
(selasa, 11 Maret 2014). Malam itu saya
telah menyelesaikan class review sebanyak 33 halaman lebih,
meskipun tidak dapat melebihi rekor yang telah dibuat sebelumnya tetapi saya
puas karena saya merasa tulisan saya lebih teratur dengan baik dari class
review saya sebelumnya. Ternyata,
hasilnya memang tidak sia-sia, feedback yang
saya dan beberapa teman saya dapatkan
dari Mr. Lala cukup baik untuk class review kami. Benar-benar puas, bukan ? Ya, tetapi belum sepenuhnya merasa puas.
Perkuliahan
hari itu berjalan dengan cukup kondusif meski kelas terlihat penuh karena ada
beberapa mahasiswa tambahan dari kelas lain yang ikut di kelas kami. Mr. Lala memberitahu kami dimana posisi kita
yang sebenarnya saat ini sebagai penulis.
Beliau mengatakan bahwa saat ini kita masih diposisi sebagai emulate (peniru). Selama ini, tulisan-tulisan yang kita sajikan
masih sebatas menulis ulang informasi yang telah ada, tetapi bisa dikatakan kita
ini peniru yang cukup ulung. Mr. Lala
berharap akan terjadi peningkatan ysng terjadi terhadap kita dan dapat menjadi
seorang discover. Dikatakan discover jika kita dapat
mengemukakan tulisan yang ada dengan bahasa kita sendiri dengan pemahaman kita
terhadap tulisan tersebut. Setelah
mencapai tahap discover, berikutnya kita
dapat meningkatkannya menjadi create,
menjadi penulis yang dapat memproduksi tulisannya sendiri. Tahap create
sendiri bisa disebut juga affordance,
yaitu menghasilkan sesuatu yang baru, akan lebih lengkap lagi apabila
ditambahkan dengan meaning potentials.
Berikut
ini adalah “Quote of the day” yang terdapat dalam data powerpoint Mr. Lala:
Katanya, tugas mereka yang tercerahkan--kaum literat--adalah
meneroka ceruk ceruk 'baru' tempat pengetahuan dan keterampilan yang mereka
pungut, kumpulkan dan kuasai dalam perjalanan hidupnya sebagai bagian sederhana
dari cinta mereka pada pengetahuan dan pemberi pengetahuan. Mereka yang hanya
baru tahu teori ini dan itu dari 'suara-suara penuh kuasa' di bidang yang
mereka geluti, belumlah dapat dikatakan yang tercerahkan--literat; mereka baru
pada fase awal; peniru.
Meniru adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan, dari memahami affordance dan meaning potential tanda tanda yang terserak, yang dibaca dengan teori ini dan itu. Yang berbahaya adalah ketika kita merasa sudah mendesiminasi, pun meneroka padang-padang baru tempat segala teori yang dipahami digunakan, padahal kita baru sampai pada tahap meniru. Lalu kita dengan pongahnya mengatakan 'ini salah itu tak benar", tanpa dasar yang 'tak bergetar' pada mereka yang berada di titik awal menjadi peniru. Kita merasa bahwa hapal saja teori ini dan itu, telah membuat kita menjadi bagian dari "Rejim kebenaran tak terbantahkan".
Begitu banyak yang harus dipelajari, dipahami lalu dimaknai; lebih banyak dari alasan menjadi sombong sebab apa yang baru kita sedikit ketahui.
Meniru adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan, dari memahami affordance dan meaning potential tanda tanda yang terserak, yang dibaca dengan teori ini dan itu. Yang berbahaya adalah ketika kita merasa sudah mendesiminasi, pun meneroka padang-padang baru tempat segala teori yang dipahami digunakan, padahal kita baru sampai pada tahap meniru. Lalu kita dengan pongahnya mengatakan 'ini salah itu tak benar", tanpa dasar yang 'tak bergetar' pada mereka yang berada di titik awal menjadi peniru. Kita merasa bahwa hapal saja teori ini dan itu, telah membuat kita menjadi bagian dari "Rejim kebenaran tak terbantahkan".
Begitu banyak yang harus dipelajari, dipahami lalu dimaknai; lebih banyak dari alasan menjadi sombong sebab apa yang baru kita sedikit ketahui.
Dalam
hal ini kita masih tidak bisa lepas dari literasi, kita akan selalu berhubungan
dengan literasi. Lalu apa hubungannya
? Menghasilkan sesuatu dengan menulis
tentunya merupakan salah satu praktik literasi.
Sesuatu yang telah kita hasilkan tersebut harus dipelajari, dipahami
lalu dimaknai, tidak hanya sala ditulis saja tanpa dipelajari dengan baik. The
enlightened = the literate. Dapat
disimpulkan disini bahwa cahaya yang menerangi kita berasal dari literasi. Praktik-praktik literasi yang selama ini
telah kita lakukan adalah untuk meningkatkan “the love of knowledge”
kita. Meningkatnya kecintaan kita
terhadap pengetahuan akan terus membuat kita penasaran dengan pengetahuan baru
yang bermunculan dan kita akan terus mengakses pengetahuan tersebut untuk mengupgrade pengetahuan kita. Dalam memperoleh sebuah data atau
pengetahuan, ada dua macam cara untuk memperolehnya, yaitu secara sikronik dan diakronik. Sikronik yaitu memperoleh sebuah data
secara instan dengan waktu yang singkat.
Sedangkan diakronik yaitu
dalam memperoleh sebuah data dibutuhkan waktu yang tidak sebentar, dalam artian
ada proses untuk memperolehnya.
Dalam
praktik literasi terutama menulis, ideologi penulis sangat dibutuhkan untuk
menjadi ciri khasnya. Ketika menulis
biasanya kita akan menempatkan ideologi kita diawal paragraf sebagai main idea. Pengantar ideologi yaitu bahasa,
instrumentnya juga bahasa. Dalam menulis
ada istilah “Ideology is omnipresent in
every single text (spoken, written, audio, visual or the combinations of all of
them)” (Fowler,
1996), artinya setiap kalimat dan teks yang kita buat
mengandung ideologi tersendiri yang mewakili penulis terhadap teks
tersebut. “Literacy is NEVER neutral” (Alwasilah,
2001; 2012) dan Text
productions is never neutral! (Fairclough 1989; 1992; 1995;
2000; Lehtonen 2000), artinya yaitu didalam tulisan yang
kita tulis punya ideologi masing-masing dan tidak akan sama satu dengan
lainnya. Oleh karena itu, membaca dan menulis selalu termotivasi
secara ideologis.
Dalam
menulis sesuatu, setiap tulisan kita selalu berisi ajakan untuk meyakinkan
pembacanya karena tujuan menulis itu sendiri adalah untuk meyakinkan orang
terhadap ideologi kita dalam tulisan tersebut.
a. Thesis Statement
Menulis di
perguruan tinggi sering mengambil bentuk persuasi-untuk meyakinkan orang lain
bahwa kita memiliki sesuatu yang menarik, sudut pandang logika pada subjek yang
kita pelajari. Persuasi adalah
keterampilan kita berlatih secara teratur dalam kehidupan sehari-hari
kita. Di perguruan tinggi, tugas kursus
sering meminta kita untuk membuat kasus persuasif secara tertulis. Kita akan diminta untuk meyakinkan pembaca kita tentang sudut pandang kita. Bentuk
persuasi, sering disebut argumen akademis, mengikuti pola diprediksi secara
tertulis. Setelah pengenalan singkat dari topik, kita menyatakan sudut pandang kita pada topik
secara langsung dan sering dalam satu kalimat. Kalimat ini
adalah thesis
statement, dan berfungsi sebagai ringkasan
dari argumen kita. Tesis sebuah
essai adalah ide utamanya. Thesis statement dari essai adalah pernyataan satu atau dua kalimat yang
mengungkapkan gagasan utama ini. Thesis statement mengidentifikasi topik penulis dan pendapat penulis
sekitar topik itu. Thesis
adalah hasil dari proses berpikir yang panjang.
Sebelum kita mengembangkan argumen tentang topik apa saja, kita harus
mengumpulkan dan mengatur bukti, mencari kemungkinan hubungan antara fakta yang
diketahui (seperti kontras mengejutkan atau kesamaan), dan berpikir tentang
pentingnya hubungan ini.
Thesis Statements Functions
·
Thesis
statement memiliki dua fungsi, yaitu:
1. Penulis menciptakan tesis untuk fokus subjek essai.
2. Kehadiran thesis statement yang baik membantu
pemahaman pembaca.
THESIS STATEMENT is
·
memberitahu
pembaca bagaimana kita akan menafsirkan pentingnya materi pelajaran yang sedang
dibahas.
·
peta jalan
untuk teks atau tulisan, dengan kata lain, thesis statement memberitahu pembaca
apa yang diharapkan dari kesimpulan tulisan.
·
langsung
menjawab pertanyaan yang diminta dari kita. Thesis merupakan interpretasi dari pertanyaan
atau subjek, bukan subjek itu sendiri. Subyek,
atau topik, dari sebuah essai mungkin Perang Dunia II atau Moby Dick, thesis
maka harus menawarkan cara untuk memahami perang atau novel.
·
membuat
klaim bahwa orang lain mungkin membantah.
·
biasanya
satu kalimat di suatu tempat di paragraf pertama kita yang menyajikan argumen kita
kepada pembaca. Kesimpulan, tubuh essai,
mengumpulkan dan mengatur bukti yang akan membujuk pembaca pada logika
penafsiran kita.
b.
Values
and Ideology
Values, jika membicarakan tentang sejarah kita tidak
akan bisa lepas dari yang satu itu.
Dalam pencarian saya mencari data tentang values dan ideology menurut Fowler, saya menemukan sebuah data
powerpoint tentang values dan ideology berdasarkan teori Fowler yang dibuat
oleh Dr. Wayne E. Wright dari Royal University of Phnom Penh. Berikut ini adalah rangkuman isi dari data yang
saya dapat tentang values dan ideology.
Dr. Wayne memberikan empat pertanyaan yang akan
menjadi fokus dari pembahasannya tersebut, yaitu:
Focus
Questions
} What
values shape education policy?
} How
do these values relate to major political ideologies
} How
can educational leaders identify the values and ideological positions behind
policies and policy proposals?
} How
can education leaders act both effectively and democratically in this
environment?
Values
and Ideology
·
pemimpin sekolah harus memahami ide-ide politik
di sekitar mereka untuk berpikir cerdas tentang kebijakan pendidikan
·
Ide, keyakinan, dan nilai-nilai yang penting
◦ Mereka membentuk cara orang mendefinisikan
masalah kebijakan
◦ Mereka membatasi
kemampuan orang untuk melihat solusi yang mungkin untuk masalah kebijakan.
Self-Interest
and Other Values
Ø
Perilaku manusia dibentuk oleh:
◦ Self-Interest
◦ Other values
Komitmen
prinsip-prinsip ideologis, filosofis atau agama
Ø
Salah satu harus selalu mempertimbangkan isu-isu
kepentingan diri sendiri ketika menganalisis nilai-nilai yang mendasari
kebijakan pendidikan.
General Social Values
Order
Ø
Orang perlu dan ingin tinggal di lingkungan di
mana mereka relatif aman dan properti mereka relatif aman.
Ø
Pemerintah pergi ke panjang besar untuk menjaga
ketertiban sosial.
Ø
Kebutuhan untuk pesanan di sekolah adalah nilai
yang tinggi bagi kebanyakan orang Amerika.
General Social Values
Individualism
Ø
"individualisme terletak di bagian paling
inti dari budaya Amerika"
Ø
Menilai individualisme berarti
◦
Cenderung mempertimbangkan satu orang dan kebutuhan-nya sebelum orang-orang dari
kelompok
◦ Menekankan kemandirian
Ø
Struktur Sistem Pendidikan AS merupakan ekspresi
individualism
◦ Ribuan distrik sekolah lokal kecil
◦ Resistensi terhadap standar
nasional, kurikulum, dan ujian
Democratic Values
Liberty
Ø
Juga disebut kebebasan, kemerdekaan, atau
pilihan
Ø
Prinsip dasar demokrasi
Ø
Tidak ada kebebasan tidak dibatasi
Ø
Setiap kebebasan ada batasnya
◦
"kebebasan Anda untuk mengayunkan lengan Anda berakhir di mana hidung saya
mulai"
Ø
Contoh: Guru memiliki kebebasan beragama, tetapi
tidak memiliki kebebasan untuk merasul siswa.
Democratic
Values
Equality
Ø
"Semua manusia diciptakan sama"
◦ Tidak
berarti semua memiliki kecerdasan yang sama, kekuatan fisik, kekuasaan,
kekayaan, dll
◦ Berarti semua sama-sama manusia,
dan dengan demikian
Berhak
kedudukan sama di depan hokum
Kesempatan
yang sama untuk menjalani kehidupan mereka dengan cara yang tidak terlalu jauh
dari norma-norma masyarakat mereka
Ø
Juga disebut ekuitas atau keadilan sosial
Ø
makna yang berbeda dari kesetaraan:
◦ kesetaraan Politik
hak yang
sama untuk berpartisipasi dalam sistem politik
◦ kesetaraan Ekonomi
kekayaan
Equal
◦ Kesetaraan hasil
Kebanyakan orang Amerika tidak suka
karena tidak konsisten dengan gagasan prestasi individu
c. Ideology
Ø
Ideology
“A
fairly coherent set of values and beliefs about the way the social, economic,
and political systems should be organized and operated and recommendations
about how these values and beliefs should be put into effect” (Issak, 1987)
Ø
Orang mengambil ideologi mereka untuk diberikan
“It’s
common sense!”
Ø
Orang biasanya bereaksi secara emosional
daripada rasional ketika seseorang menantang mereka
Ø
Kebijakan Pendidikan AS sangat ideologis
didorong Pemimpin Sekolah
◦ harus memiliki
pemahaman tentang posisi ideologi yang berbeda akan mereka hadapi
Kesimpulan
dari pembahasan kali ini adalah sebagai seorang penulis kita harus mempunyai
ideologi yang kuat untuk tulisan-tulisan kita.
Ideology tersebut nantinya akan menjadi ciri khas kita sebagai
penulis. Ideologi yang kita miliki akan
mempermudah kita dalam menentukan penempatan thesis statement untuk tulisan
kita. Thesis statement membantu pembaca
memahami alur cerita berikutnya dari tulisan-tulisan kita. Thesis statement juga akan membantu pembaca
dalam menjawb pertanyaan-pertanyaan yang ada diakhir teks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic