We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Sabtu, 29 Maret 2014

THE CRUCIAL THINGS

Class review 7th

            Membaca dan menulis bagi sebagian masyarakat (komunitas) memiliki berbagai kendala, dan kendalanya ini perlu ditangani bersama, jika tidak maka kekuatan pribadi tidak akan mampu menjebol arus pertahanan informasi yang mengglobal. Pemerintah, swasta, masyarakat, sekolah, aparat, mahasiswa, dan kelompok jika bersama-sama maka akan menjadi kekuatan besar untuk sama-sama menyadari pentingnya literasi bagi kemajuan dan kecerdasan masyarakat menuju Indonesia cerdas seutuhnya. Salam literasi.
            Secara sederhana, literasi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis. Kita mengenalnya dengan melek aksara atau keberaksaraan. Namun sekarang ini literasi meiliki arti luas, sehingga keberaksaraan bukan lagi bermakna tunggal melainkan mengandung beragam makna (multi literacies). Ada bermacam-macam keberaksaraan atau literacy, misalnya literasi komputer (computer literacies), literasi media (media literacies), dan lain sebagainya. Seseorang yang dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena membaca informasi yang tepat dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap isi bacaan tersebut.
            Setelah menjadi pembaca yang hebat, kita sebagai mahasiswa yang berliterat diharuskan melakukan sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap isi bacaan tersebut, seperti menjadi penulis yang hebat, yang bisa merubah dunia. Salah satu tugas utama penulis adalah untuk mengungkap kemungkinan-kemungkinan pemahaman yang baru. Menjangkau bentuk-bentuk baru dari pemahaman meliputi tahap-tahap penting yaitu: meniru-menemukan-menciptakan. Menulis adalah masalah menciptakan affrodances atau disebut juga menciptakan sesuatu dan mengeksplorasi potensi makna. Menulis adalah sebuah semogenesis, dimana menulis adalah sebuah meaning making practice.
            Thesis statement merupakan tahapan yang sangat penting untuk membuat pernyataan atau dialog awal, agar sesuai dengan apa yang diharapkan si pembaca. Sebuah komentar dari Milan Kundera (di L’Art duroman, 1986): “untuk menulis, berarti sedang menjadi penyair  yang mampu menghancurkan apa yang ada dibalik dinding tersebut.” Dalam hal ini, tugas seorang penyair tidak berbeda dari karya sejarah, yang juga “menemukan” bukannya menciptakan. Historian, poet dan linguistics adalah sama-sama “penemu”, dan ketiganya sama-sama mempunyai value. Ketiganya juga sama-sama “penemu” yaitu seseorang yang mencari dan mengungkap sesuatu yang belum terlihat atau belum terungkap. Penyair mempunyai misi yaitu menolak asumsi-asumsi yang lama.
            Hubungan antara ideologi dan thesis statement adalah dimana kekuatan suatu karya tulisan ada pada thesis statement, dan ideologi adalah suatu sudut pandang seorang pemikir yang akan menjadi pondasi kokoh untuk karya tulis tersebut, hingga tulisan itu tidak akan mudah untuk digoyahkan. Untuk menjadi seorang penulis kita harus berani melawan arus, dalam artian kita haru berani mematahkan asumsi-asumsi lama, seperti asumsi tentang keburukan Christopher Columbus yang ditulis oleh Prof. Howard Zinn, bahwa sebenarnya kita harus mencari informasi tentang Columbus dari sisi baiknya. Kita bisa saja menciptakan karya tulis tentang Columbus yang mempunyai tugas mulia dari sang ratu Isabella untuk menyebarkan agama Kristen dan Columbus juga adlah seorang penjelajah yang mengemban tugas untuk mencari rempah-rempah ke Hindia, dimana pada zaman itu Hindia terkenal akan rempah-rempahnya yang melimpah, sedangkan di Eropa makanan pun masih terasa hambar dan mudah membusuk. Jadi, demi negaranya Columbus berani untuk mengarungi lautan bertahun-tahun, hanya demi untuk memperbaiki kualitas negerinya.
            Atau, bagaimana dengan asumsi yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia itu terkenal dengan keramahan dan budaya yang luar biasa. Apakah anda masih percaya? Jika diperhatikan akhir-akhir ini budaya tawuran sudah mendarah daging di diri anak-anak remaja masa kini, dan bagaimana orang-orang Indonesia menyelsaikan masalahnya hanya dengan otot dan adu kekuatan dibandingkan dengan kompetisi adu kecerdasan untuk meraih kesuksesan. Apakah seperti itu bangsa yang terkenal dengan keramahannya? Apalagi dewasa ini, Indonesia dikenal dalam keburkannya. Ada tiga hal yang tidak membanggakan dari setiap prilaku/sifat/kepribadian bangsa Indonesia, yaitu:
1.      Budaya Korupsi
2.      Anarkisme, dan
3.      Fanatisme Berlebihan
Sejarah dan literasi tentu mempunyai hubungannya dengan ideologi. Disini kita akan membahas terlebih dahulu mengenai ideologi. Menurut Karl Marx, ideologi adalah kesadaran palsu, karena ideologi merupakan hasil pemikiran yang diciptakan oleh pemikirnya, padahal kesadaran para pemikir tersebut pada dasarnya ditentukan oleh kepentingan pribadinya. Jadi, ideologi menurut Karl Marx adalah pengandalan-pengandalan spekulatif yang berupa agama, moralitas, atau keyakinan politik. Meskipun spekulatif ideologi tersebut dianggap sebagai kenyataan untuk menyembunyikan atau melindungi pkepentingan kelas sosial pemikir tersebut.
Lalu apa hubungannya antara sejarah dan ideologi? Tentu saja sebuah ideologi didapat dari sejarah, contohnya saja Negara Indonesia. Negara ini mempunyai ideologi bangsa yang disebut pancasila, pancasila disini sebagaimana yang kita tahu bahwa lima dasar (pancasila) ini dibuat oleh para pendahulu, keadaan dan situasi pada waktu itu telah menjadi saksi lahirnya ideologi bangsa. Dimana pancasila didapat dari beberapa pemikir untuk menciptakan ideologi tersebut. Jadi sejarah merupakan awal dari segala awal dalam terciptanya ideologi bangsa. Dan sebagaimana yang kita tahu bahwa sejarah merupakan proses penciptaan manusia yang tidak akan pernah putus.
Sekarang, kita akan membahas mengenai hubungannya antara sejarah dan literasi. Keduanya sangat benar-benar terhubung erat, yaitu bahwa budaya literasi membawa sejarah tetap hidup, dimana literasi akan memberikan guratan-guratan tinta emas untuk mengabadikan setiap titik kejadian yang telah terjadi di masa lalu, sehingga sejarah memang tidak akan pernah mati.
Saya hampir lupa dalam menjelaskan hubungan antara ideologi dengan judul. Seperti yang kita tahu bahwa “judul” merupakan satu hal yang paling penting dalam suatu tulisan, dan ideologi adalah suatu hasil pemikiran dari sang pemikir tersebut. Berarti dengan kata lain, judul dan ideologi merupakan satu kesatuan dari hasil pemikiran yang sangat luar biasa.
Jadi, kesimpulannya adalah untuk menjadi seorang penulis kita harus berani menerabas arus yang deras untuk bisa menciptakan kekuatan baru bagi para masyarakat dan para pemikir. Cinta terhadap pengetahuan dan kekuatan adalah merupakan modal yang cukup penting dan wajib kudu dimiliki untuk oleh penulis. Walaupun memang untuk menjadi seorang penulis, kita akan melewati beberapa tahap, yaitu peniru-menemukan-lalu kemudian menciptakan.
Salam literasi-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic