We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Sabtu, 29 Maret 2014

PERTEMUAN KE TUJUH RUANG LINGKUP BAHAS




Sejak dari kecil kita telah belajar bahasa. Selain Bahasa Indonesia, sewaktu di MIN saya telah diperkenalkan dengan bahasa asing yaitu Bahasa Arab.  Memasuki MTsN, saya diperkenalkan lagi dengan bahasa asing lainnya yaitu Bahasa Inggris.  Demikian seterusnya sampai tingkat selanjutnya, sampai MAN.   Meskipun telah lama mempelajari bahasa, namun yang saya mengerti tentang bahasa hanya terbatas pada penguasaan kosakata (vocabulary) dan tata bahasa (grammar) saja.
Saya baru mengerti, bahwa bahasa memiliki banyak cabang keilmuan, namun baru sekarang saya mengetahui hal tersebut.  Beberapa hal yang baru saya mengerti tentang bahasa adalah, bahwa terdapat empat skill atau keahlian di dalamnya, yaitu: menulis, membaca, berbicara dan mendengarkan.  Kesemuanya masing-masing memiliki sisi yang sulit untuk dimenerti. Karena tulisan ini ditujukan untuk mata kuliah menulis maka saya akan berbicara mengenai menulis dan hal-hal lain yang terkait di dalamnya.  Menulis bagi seorang penulis diibaratkan sedang menjebol atau merobohkan sebuah dinding untuk mengetahui rahasia di balik dinding tersebut (Milan Kundera, 1986).
Dari perumpamaan di atas kita dapat mengerti bahwa, layaknya seseorang yang sedang berusaha merobohkan sebuah dinding, semuanya tergantung pada alat yang digunakan oleh masing-masing orang.  Ada yang menggunakan alat berat, maka dia akan dengan mudah untuk merobohkan dinding tersebut.  Namun, ada juga yang hanya menggunakan alat yang sederhana berupa palu, tentu waktu yang dibutuhkannyapun akan lebih lama daripada orang yang menggunakan alat berat tadi.  Alat yang digunakan oleh masing-masing orang tersebut diibaratkan kemampuan dasar setiap orang dalam mempelajari bahasa.  Alat berat berarti orang tersebut sudah memiliki pengetahuan yang bagus dalam bahasa.  Sementara orang yang menggunakan palu berarti orang tersebut memiliki kemampuan yang rendah dalam bahasa.  Meskipun begitu keduanya tetap harus bekerja untuk dapat merobohkan tembok tersebut.
Tidak sembarang orang memiliki kemampuan menulis yang baik.  Karena ternyata dalam menulis terdapat beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang penulis.  Seorang penulis yang baik harus memiliki kemampuan literasi yang baik juga.  Sebagai individu, kita semua telah mengembangkan literasi melalui berbagai tahapan dan pengalaman. Kemampuan untuk memahami teks ilmiah, misalnya, memerlukan pelatihan yang berbeda daripada membaca teks sastra, dan itu harus dipelajari secara terpisah. Belajar literasi berarti mentransfer dari satu dunia ke dunia lain - dengan cara lebih dari satu. Dalam keterampilan membaca dan menulis, cara yang lebih metodis dan formal interaksi muncul dari dalam interaksi linguistik spontan dan informal. Aturan bahasa memperoleh lebih penting daripada sebelumnya, dan sekaligus transfer dari pribadi ke ruang publik berlangsung”. ( Mikho Lehtonen, p. 53)
Dari pengertian literasi di atas, dikatakan bahwa literasi dikembangkan melalui tahapan dan juga pengalaman atau dengan kata lain ada sebuah proses di dalamnya.  Itu berarti literasi selalu berkembang dan akan terus berkembang dari masa ke masa.  Bukti bahwa literasi telah berkembang adalah melalui sejarah.  Mengapa sejarah? Karena sebuah peradaban biasanya meninggalkan bukti adanya eksistensi mereka, bukti sejarah tersebut bisa berupa artefak kuno, bangunan ( candi, istana, makam, dan lain-lain) atau bisa juga berupa tulisan kuno.
“Bahasa dan maknanya memang menandai daerah (adanya) manusia, menafsirkan realitas dan memproduksi identitas. Mereka adalah bagian penting dari sejarah kita bersama, pembuatan kita dan masyarakat kita. Oleh karena itu, dalam buku ini saya mencoba untuk berlatih tegas studi duniawi. Ini juga merupakan bagian dari keduniawian ini bahwa saya telah berusaha untuk menyusun teks yang tidak menyembunyikan operasi intelektual sendiri, tapi yang membuat metode dan teknik yang menggunakan sebagai dipahami dan berguna mungkin. Ini adalah keinginan saya bahwa saya menawarkan buku sesuatu dari alat untuk peneliti lain teks untuk memegang dan membawa menyenangkan untuk orang-orang yang melemparkan mata bertanya pada dunia kita: dunia alam dan budaya.” ( Mikho Lehtonen, p. 5)
Dari pengertian di atas saya dapat mengambil kesimpulan bahwa sejarah dapat menjadi identitas manusia dan merupakan bagian penting dari sejarah kita bersama.  Misalnya: seorang penulis dapat dikenal lebih lama daripada seorang peneliti yang tidak memiliki buku karangan sendiri.  Seperti Howard Zinn, meskipun dia telah beberapa tahun yang lalu meninggal namun, karena dia seorang penulis dan memiliki beberapa buku karangan sendiri sehingga kita masih bisa mengenalnya meskipun hanya lewat internet.  Kita dapat mengetahui sejarah dari Howard Zinn, buku apa saja yang telah ia tulis, dan seperti apa latar belakang keluarganya.
“Dalam hal ini, adalah mungkin untuk berpikir bahwa 'ideologi' adalah masalah wacana, konsekuensi dari efek diskursif tertentu. Telah ada perdebatan fanatik pada konsep 'ideologi' selama beberapa dekade terakhir, namun konsep masih berpegang pada nilainya. Semua penggunaan wacana bahasa bertujuan untuk menghasilkan efek tertentu dan posisi subjek dalam penerima. Dari sudut pandang ini, semua bahasa memiliki dimensi retoris nya. Namun, itu akan menjadi tidak analitis untuk mengklaim bahwa semua penggunaan bahasa retoris ke tingkat yang sama. Dengan konsep 'ideologi' kita dapat menggambarkan daerah-daerah penggunaan bahasa yang berhubungan dengan kepentingan kelompok yang berbeda dan pertanyaan mengenai daya”.  ( Mikho Lehtonen, p. 47)
Dari contoh definisi di atas saya menyimpulkan bahwa ideologi sangat sulit untuk didefinisikan.  Bahwa ideologi bisa dipahami jika di gabungkan dengan kata lain.  Ideologi biasanya ditanamkan dalam kelompok tertentu demi kepeningan tertentu.  Namun demikian setiap orang bisa jadi memiliki ideologi masing-masing tentang dirinya, dan juga untuk lingkungannya.
Kesimpulan dari pertemuan kali ini bahwa setiap orang baik penulis atau bukan masing-masing memiliki ideologi yang berbeda-beda.  Kenapa demikian? Karena menurut saya setiap orang memiliki ideologi, kemampuan literasi, dan sejarah atau pengalaman masing-masing.  Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam tiga hal tersebut.     
Reference
Lehtonen, Mikho. 2000. The Cultural Analysis of Text. London : SAGE Publications
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic