We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Rabu, 19 Maret 2014

SUARA UNTUK LITERASI


CLASS REVIEW 6

Selamat pagi bola kuning yang cerah, kini akan ku mulai hariku dengan semangat baru. Aku akan mulai berpetualang bersama teman-temanku. Wahai kelas tercinta, kaulah pintuku untuk masuk dalam dunia baruku yang penuh dengan kata-kata asing yang belum pernah aku dengar. Belajar tuk memahami hal baru, dan mencoba untuk menciptakan sesuatu yang baru.  Dimana aku akan menjelajah setiap celah yang belum aku jamah. Selasa pagi tanggal 11 Maret 2014 pukul 10.50 WIB bertempat diruang 44 gedung PBI.  Pertemuan minggu ini merupakan pertemuan keenam saya dan teman-teman PBI-C  belajar mata kuliah Writing and Composition 4 bersama Mr. Lala Bumela, M.Pd.
Pada pertemuan minggu keenam kali ini Mr. Lala Bumela, M,Pd memperlihatkan pada kami sebuah kutipan pada slide beliau yang berbunyi:
·         Katanya, tugas mereka yang tercerahkan--kaum literat--adalah meneroka ceruk ceruk 'baru' tempat pengetahuan dan keterampilan yang mereka pungut, kumpulkan dan kuasai dalam perjalanan hidupnya sebagai bagian sederhana dari cinta mereka pada pengetahuan dan pemberi pengetahuan. Mereka yang hanya baru tahu teori ini dan itu dari 'suara-suara penuh kuasa' di bidang yang mereka geluti, belumlah dapat dikatakan yang tercerahkan--literat; mereka baru pada fase awal; peniru. 
·         Meniru adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan, dari memahami affordance dan meaning potential tanda tanda yang terserak, yang dibaca dengan teori ini dan itu. Yang berbahaya adalah ketika kita merasa sudah mendesiminasi, pun meneroka padang-padang baru tempat segala teori yang dipahami digunakan, padahal kita baru sampai pada tahap meniru. Lalu kita dengan pongahnya mengatakan 'ini salah itu tak benar", tanpa dasar yang 'tak bergetar' pada mereka yang berada di titik awal menjadi peniru. Kita merasa bahwa hapal saja teori ini dan itu, telah membuat kita menjadi bagian dari "Rejim kebenaran tak terbantahkan". Begitu banyak yang harus dipelajari, dipahami lalu dimaknai; lebih banyak dari alasan menjadi sombong sebab apa yang baru kita sedikit ketahui.
Menurut pemahan saya, kutipan tersebut bahwa seorang yang disebut sebagai kaum literat adalah seorang yang mampu menemukan celah pada ilmu pengetahuan yang mereka pelajari, kemudian mereka mengumpulkan data-data, bukti-bukti dan mencoba untuk mengusai dan menganalisisnya, sebelum akhirnya dia dapat menciptakan dan mengembangkan suatu ilmu pengetahuan yang baru. Kita ambil contoh Herodotus yang dianggap sebagai bapak sejarah dunia Barat. Dia mendekati sejarah sebagai ilmu dengan mengumpulkan materinya secara sistematis dan melakukan pengujian akurasinya. Dalam banyak literatur dikatakan bahwa Herodotus juga seorang narator berbakat. Kata sejarah sendiri berasal dari buku Herodotus “The Histories”, dalam bahasa Yunani berarti "penyelidikan". Buku ini juga dianggap karya pertama sejarah dalam sastra Barat. Sehingga, tak ayal jika nama besarnya tetap tersohor sampai sekarang karena memang dia telah memberi sumbangsih besar sepanjang peradaban manusia. (http://larasatiliris.blogspot.com/2012/09/mengukir-sejarah-dengan-menulis.html)
Sedangkan mereka yang baru mendengar atau memahami tanpa melakukan penelitian yang cukup lama tentang ilmu pengetahuan tersebut, mereka belum disebut sebagai kaum literat. Mereka masih berada di fase awal sebagai peniru, karena mereka belum mampu menemukan dan menciptakan ilmu pengetahuan yang baru. Meniru merupakan fase awal dari menciptakan sesuatu yang baru, karena dengan meniru kita dapat memamahi, menghasilkan, dan menemukan pengertian yang berbeda terhadap suatu ilmu pengetahuan, setelah itu kita mampu untuk menciptakan sebuah pemahaman baru tentang suatu ilmu pengetahuan. Mampu menciptakan merupakan hal yang tidak biasa, terkadang orang yang merasa dirinya paham dan mampu untuk sedikit menciptakan sesuatu dari pemahamannya tentang suatu ilmu, maka akan muncul perasaan bangga atas kemampuannya untuk menciptakan, padahal suatu yang diciptakannya tersebut baru berstatus meniru hasil dari berbagai pemahaman para ahli di bidangnya. Dia belum mampu untuk menujukkan dan melakukan perbaharuan terhadap ilmu tersebut. Padahal dia hanya menjelaskan dan menerangkan kembali tentang suatu pengetahuan dengan menggunakan bahasanya sendiri dengan diperkuat dari berbagai sumber pengetahuan lain yang ia dapat sebelumnya.
Ayat utama untuk menuju seorang yang literat yaitu emulate (meniru)-discover (menemukan)-create (menciptakan). Meniru adalah melakukan sesuatu seperti yangg diperbuat orang lain. Menemukan adalah mendapatkan sesuatu yg belum ada sebelumnya. Menciptakan adalah membuat (mengadakan) sesuatu yg baru (belum pernah ada, luar biasa, lain dari yang lain). Meniru merupakan proses awal untuk menemukan hal baru sebelum akhirnya kita menciptakan dan mengembangkan sesuatu yang baru tersebut.
Fowler (1996: 10): “Like the historian critical linguist aims to understand the values which underpin social, economic, and political formations, and diachronically, changes in values and changes in formaitons. Fowler (1996: 12): “Ideology is of course both a medium and an instrument of historical processes”. Menurut Fowler, seperti linguis kritis sejarawan bertujuan untuk memahami nilai-nilai yang mendukung formasi sosial, ekonomi, dan politik, dan diakronis, perubahan nilai dan perubahan formasi. Ideologi ini tentu saja baik media dan alat proses sejarah.
Ideology is omnipresent in every single text (spoken, written, audio, visual or the combinations of all of them) (Fowler 1996). Text productions is never neutral! (Fairclough 1989; 1992; 1995; 2000; Lehtonen 2000). Literacy is NEVER neutral (Alwasilah 2001; 2012). Therefore, reading and writing is always ideologically motivated. Menurut Fowler ideologi ada dimana-mana di setiap teks tunggal (lisan, tertulis, audio, visual atau kombinasi dari semua itu) (Fowler 1996). Menurut Fairclough dan Lehtonen produksi teks tidak pernah netral, begitu pula sama dengan pendapat Alwasilah. Oleh karena itu, membaca dan menulis selalu termotivasi secara ideologis. Menurut Mr. Lala Bumela, M.Pd sebaiknya sebuah ideology penulis diletakkan diawal paragraph agar saat pembaca membaca paragraph awal, pembaca dapat mngetahui hal apa yang akan dijabarkan oleh penulis pada paragraph selanjutnya.
Van Djik dalam bukunya “Ideological Discourse Analysis” menuliskan, mengabaikan diskusi besar ideologi dalam ilmu-ilmu sosial (CCCS, 1978; Eagleton,1991; Larrain, 1979; Thompson, 1984), kita akan di sini hanya mendefinisikan ideologi sebagai sistem yang berada di dasar dari kognisi sosial-politik kelompok (Lau dan Sears, 1986; Rosenberg, 1988). Dengan demikian, ideologi mengatur sikap kelompok sosial yang terdiri dari skematis terorganisir pendapat umum tentang isu-isu sosial yang relevan ( Eagly dan Chaiken, 1993 ). Setiap kelompok akan memilih dari repertoar budaya umum norma-norma dan nilai-nilai mereka yang optimal mewujudkan tujuan dan kepentingan sosial dan akan menggunakan nilai-nilai ini sebagai blok bangunan untuk ideologi kelompoknya. Orang dapat menemukan kesetaraan dan kebebasan ekonomi baik juga relevan, dan ini juga akan ditampilkan dalam domain yang spesifik yang relevan sikap ideologi yang bertentangan seperti mempertahankan, dan akhirnya juga wacana mereka (Tetlock, 1989).
Representasi sosial didefinisikan untuk kelompok, yaitu, seperti yang dimiliki oleh (pikiran) anggota kelompok sosial (Farr dan Moscovici, 1984). Ini berarti bahwa kita perlu untuk menjembatani kesenjangan antara kognisi dan sosial seperti kognisi personal (seperti pengetahuan dan pengalaman pribadi) mendasari teks individu dan berbicara. Melalui representasi sosial lainnya, seperti sikap dan pengetahuan sosial-budaya, ideologi juga mempengaruhi pengetahuan ini spesifik dan kepercayaan pengguna bahasa individu. Ini kognisi pribadi, diwakili dalam model mental dari peristiwa konkret dan situasi (termasuk situasi komunikatif), dalam wacana gilirannya kontrol, misalnya dalam mendongeng tentang pengalaman pribadi , atau dalam argumentasi tentang pendapat pribadi (Garnham, 1987; Johnson - Laird, 1983; van Dijk dan Kintsch, 1983; van Oostendorp dan Zwaan, 1994).
Salah satu kekosongan utama di kedua sosiologis dan bahkan psikologis
teori ideologi adalah rekening eksplisit struktur internal atau organisasi ideologi. Ini dapat diasumsikan, seperti yang kita lakukan, bahwa ideologi fitur, seleksi kelompok - relevan melayani diri sendiri dari sosial budaya dasar nilai-nilai. Selanjutnya, ideologi tidak terbatas pada kelompok-kelompok yang terkait dengan dominasi, kekuasaan atau perjuangan. Relevan, sesuai dengan definisi kami, namun, adalah kepentingan kelompok seperti yang didefinisikan oleh kategori identitas, kegiatan, tujuan, norma-norma dan nilai-nilai, posisi sosial dan sumber daya. Kami sekarang memiliki garis besar antarmuka yang layak antara masyarakat dan wacana, dan antara ideologi dan wacana, yaitu, bersama kelompo –aktor dimensi dan sesuai dengan hubungan antara shared kognisi sosial dan spesifik, personal atau individu kognisi . Interface ini menjelaskan baik bersama, sifat sosial teks dan berbicara, dan unik, variabel, kontekstual dan pribadi, sifat wacana (Billig, 1991).
Garis besar kita tentang hubungan antara kognisi sosial dan pribadi menunjukkan tidak hanya bahwa hubungan antara wacana dan ideologi tidak langsung dan dimediasi oleh kognisi, tetapi juga bahwa, bahkan di dalam kognitif kerangka kerja , hubungan antara ideologi dan manajemen mental wacana tidak langsung. Artinya, antara ideologi dan wacana kita menemukan lebih sikap, pengetahuan, dan model mental tertentu peristiwa dan konteks komunikasi. Selain itu, pengguna bahasa tidak hanya sosial anggota, tetapi juga orang-orang dengan sejarah pribadi mereka sendiri ( biografi).
Kata ideologi berasal dari bahasa Yunani “idea” dan “logos”. idea mengandung arti mengetahui pikiran, melihat dengan budi. Adapun kata logos mengandung arti gagasan, pengertian, kata, dan ilmu. jadi, ideologi berarti kumpulan ide atau gagasan, pemahaman-pemahaman, pendapat-pendapat, atau pengalaman-pengalaman. Istilah ideologi dicetuskan oleh Antoine Destutt Tracy (1757b-1836), seorang ahli filsafat prancis. menurutnya, ideologi merupakan cabang filsafat yang disebut science de ideas ( sains tentang ide ). Pada tahun 1796, ia mendefinisikan ideologi sebagai ilmu tentang pikiran manusia, yang mampu menunjukkan jalan yang benar menuju masa depan. Dengan begitu, pada awal kemunculannya, ideologi berarti ilmu tentang terjadinya cita-cita, gagasan, dan buah pikiran. 
Dalam perkembangannya, ideologi didefinisikan sebagai berikut.
1.      Menurut Descartes, ideologi adalah inti dari semua pikiran manusia
2.      Menurut Machiavelli, ideologi adalah sistem perlindungan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa.
3.      Menurut Thomas Hobbes, Ideologi adalah seluruh cara untuk melindungi kekuasaan pemerintah agar dapat bertahan dan mengatur rakyatnya.
4.      Menurut Francis Bacon, ideologi adalah paduan atau gabungan pemikiran mendasar dari suatu konsep
5.      Menurut Karl Marx, ideologi adalah alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat.
6.      Menurut Napoleon, ideologi adaah keseluruhan pemikiran politik dari musuh-musuhnya.
7.      Menurut Dr.Hafidh Shaleh, ideologi adalah suatu pemikiran yang mempunyai ide berupa konsepsi rasional, yang meliputi aqidah dan solusi atas seluruh problem kehidupan manusia. Pemikiran tersebut harus mempunyai metode, yang meliputi metode untuk menjabarkan ide dan jalan keluarnya, metode mempertahankannya dan metode menyebarkannya ke seluruh dunia.
8.      Menurut The American Heritage dan Dictionary of The English Language, Fourth Edition, ideologi adalah sekumpulan ide yang mencerminkan kebutuhan-kebutuhan, darapan dan tujuan sosial dari individu, kelompok, golongan atau budaya. dan ideologi adalah sekumpulan ajaran atau kepercayaan yang membentuk dasar-dasar politik, ekonomi, dan sistem-sistem yang lain.
9.      Menurut Random House Unabridged Dictionary, ideologi adalah sekumpulan ajaran, cerita suatu bangsa, kepercayaan dan lain -lain yang menuntut individu, gerakan sosial, institusi, golongan, atau kelompok yang besar.
10.  Menurut Prof. Lowenstein, ideologi adalah suatu penyelarasan atau gabungan pola pikiran dan kepercayaan, atau pemikiran bertukar menjadi kepercayaan, penerangan sikap manusia tentang hidup dan kehadirannya dalam masyarakat dan mengusulkan sesuatu kepemimpinan dan menyeimbangkannya berdasarkan pemikirannya dan kepercayaan itu.
11.  Menurut Sastrapratedja, ideologi adalah seperangkat gagasan atau pemikiran yang berorientasi pada tindakan yang berorganisis menjadi suatu sistem yang teratur dan ideologi adalah ilmu yang berkaitan dengan cita-cita, yang terdiri atas seperangkat gagasan-gagasan atau pemikiran manusia mengenai soal-soal cita politik, doktrin atau ajaran, nilai-nilai yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Berdasarkan uraian tersebut, ideologi dapat disimpulkan sebagai berikut.
1)      Nilai yang menentukan seluruh hidup manusia
2)      Gagasan yang diatur dengan baik tentang manusia dan kehidupannya
3)      Kesepakatan bersama yang membuat nilai dasar masyarakat dalam suatu negara
4)      Pembangkit kesadaran masyarakat akan kemerdekaan melawan penjajah
5)      Gabungan antara pandangan hidup yang merupakan nilai-nilai dari suatu bangsa serta dasar negara yang memiliki nilai-nilai falsafah yang menjadi pedoman hidup suatu bangsa.
Ideologi merupakan gambaran dari hal -hal berikut.
a)      Sejauh mana masyarakat berhasil memahami dirinya sendiri
b)      Lukisan tentang kemampuannya memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau golongan yang ada pada masyarakat untuk mempunyai kehidupan bersama secara lebih baik dan untuk membangun masa depan yang lebih cerah.
c)      Kemampuan mempengaruhi sekaligus menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat.
Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai  cara memandang segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit.(definisi ideologi Marxisme). Pada intinya ideologi merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat yang sekaligus membentuk orang atau masyarakat itu menuju cita-citanya. Ideologi merupakan sesuatu yang dihayati menjadi suatu keyakinan. Ideologi merupakan suatu pilihan yang jelas membawa komitmen (keterikatan) untuk mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran ideologis seseorang, maka akan semakin tinggi pula komitmennya untuk melaksanakannya.
Kata value yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi nilai, berasal dari bahasa Latin valare atau bahasa Perancis Kuno valoir (Enyclopedia of Real Esate Terms, 2002). Terdapat perbedaan pendapat di antara para pakar, dan perbedaan cara pandang mereka itu berimplikasi pada perumusan definisi nilai. Nilai atau value termasuk salah satu bidang kajian dalam filsafat. Istilah nilai dalam filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness), dan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian.
Dictionary of sosciology and Related sciences mengemukakan, definisi nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia, sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok. Pada dasarnya nilai merupakan sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu obyek, bukan obyek itu sendiri. Sesuatu yang mengandung nilai berarti ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu tersebut. Dengan demikian, nilai itu sebenarnya adalah suatu kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan lainnya. Adanya nilai karena adanya kenyataan-kenyataan lain sebagai pembawa nilai (wastranger).
Senada dengan pendapat diatas, Milton Receach dan James Bank mengemukakan bahwa definisi nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan mengenai sesuatu yang pantas atau sesuatu yang tidak pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercayai. Pandangan ini juga berarti nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu yang telah berhubungan dengan subyek (manusia pemberi nilai). Sementara itu, definisi nilai menurut Frankel adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran, dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya dijalankan serta dipertahankan. Pengertian ini menunjukkan bahwa hubungan antar subyek dengan obyek memiliki arti yang penting dalam kehidupan subyek.
Yvon Ambriose mengaitkan nilai dengan kebudayaan dan menganggap nilai merupakan inti dari kebudayaan tersebut. Nilai merupakan realitas abstrak, dirasakan dalam pribadi masing-massing sebagai prinsip dan pedoman dalam hidup. Nilai merupakan suatu daya dorong dalam kehidupan seseorang baik pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu nilai berperan penting dalam proses perubahan sosial. Sedangkan Sidi Gazalba mengartikan nilai dengan sesuatu yang bersifat abstrak dan ideal. Nilai bukan benda kongkrit, bukan fakta, tidak hanya soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi. Nilai itu terletak antara hubungan subyek penilai dengan obyek.
Berdasarkan beberapa definisi nilai, terdapat suatu konvergensi bahwa nilai merupakan esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia, esensi itu merupakan rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Esensi itu sendiri belum berarti sebelum dibutuhkan manusia, tetapi bukan berarti adanya esensi itu karena adanya manusia yang membutuhkan. Sederhananya, kebermaknaan esensi tersebut semakin meningkat sesuai dengan peningkatan daya tangkap, kepentingan, dan pemaknaan manusia itu sendiri. Karena banyaknya definisi nilai (menurut para filosof nilai yang bekerja dalam Union of International Association (UIA, 2003), melaporkan terdapat 15 definisi nilai yang berbeda), maka memilih definisi nilai bukan untuk menyalahkan definisi lain, tepi hal itu tergantung dari sudut pandang mana orang melihat dan keperluan apa yang dibutuhkan.
Sifat-sifat nilai adalah sebagai berikut.
a.       Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia.
b.    Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal (das sollen).
c.       Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai.
Nilai akan selalu berkembang, contohnya adalah kejujuran, kedamaian, kecantikan, keindahan, keadilan, kebersamaan, ketakwaan, dan keharmonisan. Nilai juga merupakan bagian dari hidup manusia. Oleh karena itu, hubungan antarmanusia selalu diikat oleh nilai.
Jenis-Jenis Nilai
Dalam filsafat, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
a.       nilai logika adalah nilai benar-salah;
b.      nilai estetika adalah nilai indah-tidak indah (jelek);
c.       nilai etika/moral adalah nilai baik-buruk.
Menurut Notonegoro, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu nilai material, nilai vital, dan nilai kerohanian.
a.       Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
b.      Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c.       Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Sejarah, ideologi dan value (nilai) saling keterkaitan antara satu sama lainnya, contohnya ideologi bangsa Indonesia sendiri. Ideologi berasal dari kata ideo artinya cita-cita, gagasan, konsep pengertian dasar, cita-cita. dan logy berarti: pengetahuan, ilmu dan paham. Dalam pengertian sehari-hari, idea disamakan artinya dengan “cita-cita”. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai sehingga cita-cita itu sekaligus merupakan dasar atau pandangan/paham. Hubungan manusia dan cita-ctanya disebut dengan ideologi. Ideologi berisi seperangkat nilai, dimana nilai-nilai itu menjadi cita-citanya atau manusia bekerja dan bertindak untuk mencapai nilai-nilai tersebut. Ideologi yang pada mulanya berisi seperangkat gagasan, dan cita-cita berkembang secara luas menjadi suatu paham menngenai seperangkat nilai atau pemikiran yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menjadi pegangan hidup.
Writing in college often takes the form of persuasion—convincing others that you have an interesting, logical point of view on the subject you are studying. Persuasion is a skill you practice regularly in your daily life. In college, course assignments often ask you to make a persuasive case in writing. Menulis di perguruan tinggi sering mengambil bentuk persuasi-meyakinkan orang lain bahwa kita memiliki menarik, sudut pandang logika pada subjek yang kita pelajari. Persuasi adalah keterampilan kita berlatih secara teratur dalam kehidupan sehari-hari kita. Di perguruan tinggi, tugas kursus sering meminta kita untuk membuat kasus persuasif secara tertulis.

Now, pay attention to THESIS STATEMENT! You are asked to convince your reader of your point of view. This form of persuasion, often called academic argument, follows a predictable pattern in writing. After a brief introduction of your topic, you state your point of view on the topic directly and often in one sentence. This sentence is the thesis statement, and it serves as a summary of the argument you’ll make in the rest of your paper. The  thesis  of an essay is its main idea.  The  thesis statement  of an essay is the one- or two-sentence statement that expresses this main idea.   The thesis statement identifies the writer’s topic  and the opinion the writer has about that topic. Kita akan diminta untuk meyakinkan pembaca kita sudut pandang kita. Bentuk persuasi, sering disebut argumen akademis, mengikuti pola diprediksi secara tertulis. Setelah pengenalan singkat dari topik kita, kita menyatakan sudut pandang kita pada topik secara langsung dan sering dalam satu kalimat. Kalimat ini adalah pernyataan tesis, dan berfungsi sebagai ringkasan dari argumen kita akan membuat di sisa kertas kita. Tesis esai adalah ide utamanya. Pernyataan tesis dari esai adalah pernyataan satu atau dua kalimat yang mengungkapkan gagasan utama ini. Pernyataan tesis mengidentifikasi topik penulis dan pendapat penulis memiliki sekitar topik itu.

Thesis Statements Functions. The thesis statement performs two functions:
1.      the  writer creates a thesis to focus the essay’s  subject. penulis menciptakan tesis untuk fokus subjek esai.
2.      the presence of a good thesis statement aids reader  understanding. kehadiran pernyataan tesis yang baik membantu pemahaman pembaca.

THESIS STATEMENT is
  1. tells the reader how you will interpret the significance of the subject matter under discussion. memberitahu pembaca bagaimana kita akan menafsirkan pentingnya materi pelajaran yang sedang dibahas.
  2. is a road map for the paper; in other words, it tells the reader what to expect from the rest of the paper. adalah peta jalan untuk kertas, dengan kata lain, ia memberitahu pembaca apa yang diharapkan dari sisa kertas.
  3. directly answers the question asked of you. A thesis is an interpretation of a question or subject, not the subject itself. The subject, or topic, of an essay might be World War II or Moby Dick; a thesis must then offer a way to understand the war or the novel. langsung menjawab pertanyaan diminta dari penulis. Tesis merupakan interpretasi dari pertanyaan atau subjek, bukan subjek itu sendiri. Subyek, atau topik, dari sebuah esai mungkin Perang Dunia II atau Moby Dick, tesis maka harus menawarkan cara untuk memahami perang atau novel.
  4. makes a claim that others might dispute. membuat klaim bahwa orang lain mungkin membantah.
  5. is usually a single sentence somewhere in your first paragraph that presents your argument to the reader. The rest of the paper, the body of the essay, gathers and organizes evidence that will persuade the reader of the logic of your interpretation. biasanya satu kalimat di suatu tempat di paragraf pertama kita yang menyajikan argumen kita kepada pembaca. Sisa kertas, tubuh esai, mengumpulkan dan mengatur bukti yang akan membujuk pembaca logika penafsiran kita.

Another crucial reminder.
·         A thesis is the result of a lengthy thinking process. Tesis adalah hasil dari proses berpikir yang panjang.
·         Before you develop an argument on any topic, you have to collect and organize evidence, look for possible relationships between known facts (such as surprising contrasts or similarities), and think about the significance of these relationships. Sebelum Anda mengembangkan argumen tentang topik apa saja, Anda harus mengumpulkan dan mengatur bukti, mencari kemungkinan hubungan antara fakta yang diketahui (seperti kontras mengejutkan atau kesamaan), dan berpikir tentang pentingnya hubungan ini.
Self Assessment Procedure. 
  1.   Does my thesis pass the “So what?” test? If a reader’s first response is, “So what?” then you need to clarify, to forge a relationship, or to connect to a larger issue. Apakah tesis saya lulus "Jadi apa?" Test? Jika pembaca respon pertama adalah, "Jadi apa?" Maka Anda perlu menjelaskan, untuk menjalin hubungan, atau menghubungkan ke masalah yang lebih besar. 
  2.  Does my essay support my thesis specifically and without wandering? If your thesis and the body of your essay do not seem to go together, one of them has to change. It’s o.k. to change your working thesis to reflect things you have figured out in the course of writing your paper. Remember, always reassess and revise your writing as necessary. Apakah esai saya mendukung tesis saya secara khusus dan tanpa berkeliaran? Jika tesis Anda dan tubuh esai Anda tampaknya tidak pergi bersama-sama, salah satu dari mereka harus berubah. Ini deh untuk mengubah tesis Anda bekerja untuk mencerminkan hal-hal yang sudah tahu dalam rangka penulisan makalah Anda. Ingat, selalu meninjau kembali dan merevisi tulisan Anda yang diperlukan.
3. Does my thesis pass the “how and why?” test? If a reader’s first response is “how?” or “why?” your thesis may be too open-ended and lack guidance for the reader. See what you can add to give the reader a better take on your position right from the beginning. Apakah tesis saya lulus "bagaimana dan mengapa?" Test? Jika pembaca respon pertama adalah "bagaimana?" Atau "mengapa?" Tesis Anda mungkin terlalu terbuka dan kurang bimbingan bagi pembaca. Lihat apa yang dapat Anda tambahkan untuk memberikan pembaca take lebih baik pada posisi Anda benar dari awal.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi kaum literat seorang harus melewati beberapa fase yaitu emulate-discover-create. Meniru merupakan fase awal seorang untuk dapat menemukan ceruk baru, untuk kemudian dapat menciptakan sesuatu yang baru. Hal tersebut tentunya membutuhkan proses yang cukup lama dan harus didasarkan pada bukti-bukti dan fakta-fakta serta penelitian mengenai ceruk baru bagi masyarakat dunia. Hal tersebut tentunya membutuhkan proses yang tidak singkat yang harus didasarkan terhadap bukti-bukti, fakta-fakta, dan penelitian sebelum akhirnya dikembangkan dan menjadi sebuah pengetahuan baru. Ideology merupakan ide atau gagasan penulis yang baiknya di letakan di paragraph pertama, yang kemudian akan di lengkapi thesis statement sebagai petunjuk penulis kepada pembaca tentang hal apa saja yang akan diungkapkannya pada halaman-halaman selanjutnya. Sejarah dan ideology merupakan dua hal yang saling berkaitan, karena disisi ideologi yang pada mulanya berisi seperangkat gagasan, dan cita-cita berkembang secara luas menjadi suatu paham mengenai seperangkat nilai atau pemikiran yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menjadi pegangan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic