We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Rabu, 19 Maret 2014

PERTEMUAN KE-ENAM THE NEXT OF HOWARD ZINN




Pada pertemuan ke-enam ini seperti pada pertemuan sebelumnya beliau menuliskan kutipan, yang menurut saya kutipan tersbut bisa kita jadikan motivasi dalam hidup ini.  berikut adalah kutipan kata-kata tersebut.
Katanya, tugas mereka yang tercerahkan--kaum literat--adalah meneroka ceruk ceruk 'baru' tempat pengetahuan dan keterampilan yang mereka pungut, kumpulkan dan kuasai dalam perjalanan hidupnya sebagai bagian sederhana dari cinta mereka pada pengetahuan dan pemberi pengetahuan. Mereka yang hanya baru tahu teori ini dan itu dari 'suara-suara penuh kuasa' di bidang yang mereka geluti, belumlah dapat dikatakan yang tercerahkan--literat; mereka baru pada fase awal; peniru.
Meniru adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan, dari memahami affordance dan meaning potential tanda tanda yang terserak, yang dibaca dengan teori ini dan itu. Yang berbahaya adalah ketika kita merasa sudah mendesiminasi, pun meneroka padang-padang baru tempat segala teori yang dipahami digunakan, padahal kita baru sampai pada tahap meniru. Lalu kita dengan pongahnya mengatakan 'ini salah itu tak benar", tanpa dasar yang 'tak bergetar' pada mereka yang berada di titik awal menjadi peniru. Kita merasa bahwa hapal saja teori ini dan itu, telah membuat kita menjadi bagian dari "Rejim kebenaran tak terbantahkan".  Begitu banyak yang harus dipelajari, dipahami lalu dimaknai; lebih banyak dari alasan menjadi sombong sebab apa yang baru kita sedikit ketahui.
Yang dapat saya tangkap dari kutipan tersebut adalah bahwasanya jika kita diibaratkan kaum literat yang sedang berusaha untuk menggali potensi diri dan mengeluarkannya dalam bentuk yang lebih positif.  Namun, terkadang yang sebenarnya terjadi adalah kita hanya meniru ucapan atau pendapat seseorang dan menggapnya sebagai pendapat kita.  Sebenarnya menirupun ada sisi baiknya yaitu dimana dengan kita meniru seseorang maka, akan terdorong dalam hatinya untuk menemukan lalu menciptakan sesuatu yang lebih baik daripada pendahulunya.  Yang terpenting adalah saat kita merasa tidak yakin atau bahkan tidak tahu akan sesuatu, tapi kita mengatakan seolah kita mengetahui semuanya.
Saya coba contohkan seperti seorang anak kecil yang baru saja mempelajari sejarah di sekolah, lalu ketika dia pulang ke rumah dia menceritakan semuanya kepada orang tuanya seolah dia mengetahui semuanya.  Padahal dia tidak tahu bahwa orang tuanya telah lebih dulu mempelajari apa yang ia pelajari di sekolahnya tersebut.  Apa yang dilakukan anak kecil tersebut hanyalah meniru tulisan dari buku dan menyampaikannya secara lisan kepada orang-tuanya.  Saat kecil mungkin anak tersebut hanya meniru tulisan dari buku, namun siapa yang tahu dimasa depannya dia akan menjadi seperti apa? Siapa tahu di masa depan dia akan menjadi seorang penemu sejarah yang bahkan lebih hebat daripada penulis buku yang pernah ia baca sewaktu kecil.
Proses dari anak kecil tersebut dalam meraih masa depannya tentu bukanlah sesuatu yang instan atau langsung jadi, namun pastinya memerlukan waktu yang sangat lama.  Layaknya seperti proses foto yang dilakukan oleh fotografer profesional, yang tidak akan sembarangan dalam menentukan hasil jepretan terbaiknya.  Seperti halnya apa yang telah dilakukan oleh Howard Zinn dalam mengungkap kebenaran mengenai kolumbus.  Bisa jadi saat Howard Zinn masih anak-anak dia juga mempercayai bahwa kolumbuslah yang telah menmukan benua Amerika.  Namun setelah dia tumbuh dewasa sesuatu dalam dirinya tidak begitu saja percaya dengan apa yang pernah ia pelajari.  Atau bahkan mungkin dia pernah membaca buku tentang kejahatan kolumbus di waktu kecilnya.  Sehingga setelah dia dewasa dia mencoba untuk mempelajari dan mengungkap hal yang sebenarnya.
Pada hakiktnya, sebelum kita mempelajari sebuah ilmu pengetahuan, maka seharusnya kita terlebih dahulu mencintai ilmu pengetahuan tersebut.  Karena, tanpa rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan yang di pelajari maka rasanya akan sangat mustahil untuk kita dapat merangkul ilmu pengetahuan tersebut.
Tidak hanya cinta kepada ilmu pengetahuan saja yang dapat membimbing kita kearah kesuksesan.  Namun bisa juga dalam hal lain seperti apa yang telah dilakukan oleh Christoper Columbus.  Dia memiliki semangat yang tinggi untuk mencari emas dan itu telah membimbingnya dalam menemukan benua Amerika sehingga dia telah dianggap sebagai penemu besar.  Meskipun di zaman sekarang telah terbukti bahwa beberapa abad sebelum Kolumbus datang ke benua tersebut masyarakat Islam terlebih dulu hadir dan menetap di sana.
Fowler (1996: 12): “Ideology adalah perantara dan sebuah alat dalam proses sejarah.” Maksud dari kalimat ini adalah ideologi merupakan hal yang penting dalam sejarah.  Mengapa demikian? Itu semua dikarenakan yang menjadi pengantar atau perantara dalam ideologi adalah bahasa, dan yang menjadi instrumenyapun juga bahasa.  Ideologi selalu ada di mana-mana seperti dalam pecakapan, penulisan, pendengaran, penglihatan atau merupakan kombinasi dari semuanya.
            Kesimpulan pada pertemuan ini, untuk bisa menjadi seorang The Next of Howard Zinn bukanlah sebuah hal yang mudah.  Diperlukan waktu yang lama dan latihan menulis yang berulang-ulang, dan tentunya disertai kerja keras serta kecintaan terhadap pengetahuan yang kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic