We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Senin, 10 Maret 2014

SEJARAH, LITERASI, DAN ARTEFAK


 Class Review 5

Mata kuliah “Writing and Composition 4” kini telah memasuki pertemuan kelima. Mata kuliah ini dimulai pada hari Selasa, tanggal 4 Februari 2014. Tepatnya pukul 10.50 di ruang 44 Gedung PBI. Mata kuliah ini dibimbing oleh dosen yang sangat luar biasa sekali, yaitu Mr. Lala Bumela, M. Pd.
Pertemuan kelima ini merupakan pertemuan dimana tugas “Critical Review 2” dikumpulkan. Lagi dan lagi kami membuat kesalahan pada tugas critical review kedua, yang mana pada tugas critical review pertama juga kami membuat kesalahan. Kesalahan kami pada tugas critical pertama adalah kami terjebak dalam hal-hal sepele, seperti tidak akrab dengan kata kunci yang disebut wacana kelas, menceritakan fakta-fakta tentang konflik agama tanpa menunjukkan titik sudut pandang, struktur generik tidak dibangun dengan baik, dan pola referensi yang hilang. Itulah kesalahan yang kami lakukan di tugas critical review pertama. Mr. Lala mengatakan bahwa ada banyak ruang untuk perbaikan.
Ada tiga kategori kesalahan di tugas critical review kami, yaitu Weaknesses – Mistake – Ignorance. Kami melakukan kesalahan pada tugas critical review pertama yaitu masuk kedalam kategori weaknesses. Kami hanya mengulang cerita, tidak menempatkan diri sebagai orang islam dan manusia literat, dan tidak bisa memainkan ide. Itulah kelemahan kami pada tugas critical review pertama kami. Kami juga melakukan kesalahan pada tugas critical kedua yaitu masuk kedalam kategori mistake. Mistake disini adalah tahu general structurenya tapi tidak menerapkan dengan baik. Kategori ini lebih parah dari kategori weaknesses. Kesalahan kami pada tugas critical review kedua adalah kami tidak menghubungkan antara sejarah dan prakter literasi dan juga artefak. Selain itu, kami juga tidak detail membaca sejarah Amerika, yang mana seharusnya kami lebih banyak referensi buku bacaan tentang itu. Kami juga tidak membiasakan diri untuk mengenal lebih jauh tentang Columbus dan fakta-fakta yang tidak diketahui orang-orang tentang Columbus. Selain itu, kami juga tidak mencari informasi tentang Howard Zinn itu siapa dan tidak memeriksa karya apa saja yang telah di buat oleh Howard Zinn dalam tulisannya. Lalu, perspektif apa yang kami tawarkan dalam tulisan kami, menyangkut tentang politik, antropologi, sosiologi, atau sejarah. Seharusnya kami lebih mendetail dalam mencari info tersebut.
Tulisan critical review kami masuk dalam kategori mistake dan weaknesses. Mr. Lala mengatakan bahwa jangan sampai kami masuk dalam kategori Ignorance. Ingorance adalah kategori yang paling buruk, yaitu tidak tahu rulenya tapi tetap melakukan. Ignorancee juga adalah melakukan kesalahan terus menerus sehingga menjadi kebiasaan (budaya).
Berikut adalah hasil dari tulisan saya tentang artikel Howard Zinn yang mana membahas tentang sejarah Columbus. Kami diberi waktu 30 menit untuk menulis English tentang article Howard Zinn yang menulis fakta-fakta yang tidak diketahui orang-orang bahwa Columbus bukanlah penemu benua Amerika.
“After I read Howard Zinn article, the tittle is “Speaking Truth to Power with Books”, he tell about Cristopher Columbus. Howard Zinn said that Columbus are cruel, a murderer, a torturer, a kidnapper, a mutilator of native people, a hypocrite, a greedy man looking for gold, willing to kill people and mutilate people. It was shocking. America people believe that columbus is the hero, Columbus the great discoverer, and the important thing that many people believe that Columbus is the first person that find America continental. But, that was false. The fact that Columbus the first person that find America so less. When I read the Columbus history and the fact about Columbus, I read that the first person that find America continental is Ceng Ho. Ceng Ho is sailor from China”.
Ada yang hilang dari tulisan kami di critical review kedua. Kami tidak menuliskan tentang keterkaitan anatara sejarah dan praktek literasi. Maka dari itu, saya akan sedikit membahas tentang keterkaitan antara sejarah dan literasi. Orang-orang yang menulis sejarah adalah orang-orang yang berliterat (bisa baca-tulis). Seperti kutipan dari blognya Laras, Selasa, 25 September 2012 yang berjudul “Mengukir Sejarah Dengan Menulis”.
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.
"- Pramoedya Ananta Toer-“

Tampaknya, apa yang dikatakan oleh Pram di atas tidaklah berlebihan. Sebab jika kita lacak, hampir dari setiap tokoh maupun orang-orang hebat di dunia ini selalu dikenal lewat karya pemikiranya yang fenomenal. Dan karya besarnya itu selalu dimaktubkan dalam sebuah buku. Oleh sebab itu tak aneh jika mereka tetap dikenal dan disanjung dari generasi ke generasi karena memang mereka telah memantik proyek pikiranya dalam sebuah karya yang tak akan pernah sirna ditelan oleh masa. Kita ambil contoh Herodotus yang dianggap sebagai bapak sejarah dunia Barat. Dia mendekati sejarah sebagai ilmu dengan mengumpulkan materinya secara sistematis dan melakukan pengujian akurasinya. Dalam banyak literatur dikatakan bahwa Herodotus juga seorang narator berbakat. Kata sejarah sendiri berasal dari buku Herodotus “The Histories”, dalam bahasa Yunani berarti "penyelidikan". Buku ini juga dianggap karya pertama sejarah dalam sastra Barat. Sehingga, tak ayal jika nama besarnya tetap tersohor sampai sekarang karena memang dia telah memberi sumbangsih besar sepanjang peradaban manusia.  Oleh karena itu, seperti yang dikatakan oleh Pram bahwa menulis adalah bekerja untuk keabadian. 

Lebih dari itu, terciptanya peradaban manusia yang tercerahkan tentu saja tidak terlepas dari peran besar para generasi yang hidup di masa itu. Juga dipengaruhi oleh spirit pendahulu yang telah menanamkan cikal-bakal perubahan menuju peradaban yang lebih gemilang. Macam penulis tersohor seperti Pramoedya Ananta Toer sebenarnya telah mengajarkan pada kita tidak hanya tentang perjuangan hak asasi manusia akan tetapi juga semangat yang senantiasa menyala untuk terus berkarya. Bahkan ketika beliau diberi penghargaan oleh presiden Soekarno untuk menyambut tamu dari luar negeri dalam bidang kesusastraan ia justru menolaknya dengan alasan, jika ia menyambut tamu itu maka rutinitas menulisnya akan terbengkalai. Sungguh keputusan yang tidak semua orang mampu melakukanya. Kecintaanya dengan dunia menulis seolah telah membiusnya dari tawaran yang menggiurkan sekalipun. Maka dari itu, spirit dan kecintaanya terhadap menulis sudah seharusnya kita contoh dan tradisikan sejak dini.

Dapat disimpulkan bahwasannya kemampuan baca-tulis dapat mengantarkan kita pada sebuah tulisan. Orang-orang yang mengukir sejarah adalah orang-orang mampu baca-tulis.
Berikut ini beberapa penjelasan tentang History dan re-contextualising yang mana telah di jelasakn sedikit di kelas oleh Mr. Lala.

1.      HISTORY
History terkait erat dengan Literacy. Orang-orang yang menemukan sejarah dan menulis sejarah adalah orang-orang yang bisa baca-tulis. Orang yang berkepentingan disitu akan membolak-balikan fakta. Ada dua point penting literasi, yaitu literacy as social practice dan literacy as political practice. Berikut beberapa penjelasannya:
Literacy as social practice
Jelas kritik dari definisi universal melek huruf dan efek kognitif tertentu berasal dari sejumlah penulis dan peneliti , seringkali saat ini disebut sebagai bekerja dalam ' New Studi Literasi ' . Penulis seperti , di antaranya salah satu yang paling penting adalah antropolog Brian Street, berpendapat bahwa hal itu tidak melek huruf seperti yang mengembangkan cara tertentu penalaran , tetapi bahwa cara di mana orang menggunakan tertulis ( dan lisan ) bahasa dalam kehidupan sehari-hari mereka melibatkan cara tertentu berpikir ( Street, 1984, 1995) . Selain itu , penulis dalam tradisi ini berpendapat untuk kebutuhan untuk berteori signifikansi sosial dari praktik keaksaraan yang beragam dan , seperti yang dibahas di bawah, mereka menarik pada karya teori sosial kritis untuk melakukannya.
Sebuah  ' perspektif sosial ' pada keaksaraan tidak berfokus pada akuisisi individu atau penggunaan keterampilan, tetapi lebih pada cara orang menggunakan bahasa tertulis dalam kehidupan sehari-hari mereka. Literasi dari perspektif ini dipandang sebagai ' praktek sosial ' . Berikut ini kutipan dari Barton dan Hamilton menawarkan ringkasan tentang apa artinya untuk mempertimbangkan keaksaraan sebagai praktik sosial. Anda dapat melihat sekilas bahwa keaksaraan dalam perspektif ini dikonseptualisasikan terutama sebagai kegiatan sosial dengan tujuan sosial tertentu dan hasil.
Literasi paling baik dipahami sebagai seperangkat praktek-praktek sosial, ini dapat disimpulkan dari kejadian-kejadian yang dimediasi oleh teks tertulis. Ada kemahiran yang berbeda terkait dengan domain yang berbeda dari kehidupan.
Praktik keaksaraan berpola oleh lembaga-lembaga sosial dan hubungan kekuasaan, dan beberapa kemahiran yang lebih dominan, terlihat dan berpengaruh daripada yang lain. Praktik keaksaraan adalah tujuan dan tertanam dalam tujuan sosial yang lebih luas dan praktek budaya literasi secara historis berada. Praktik keaksaraan berubah dan yang baru sering diperoleh melalui proses pembelajaran informal dan pengambilan akal.
Barton dan Hamilton , 1998 , p.8
Para peneliti yang bekerja dalam pendekatan ini cenderung untuk menantang perspektif kognitif diuraikan dalam bagian sebelumnya. Pada 1990-an perdebatan tentang manfaat relatif dari masing-masing perspektif sebagai dasar untuk praktek pendidikan menjadi isu di media Inggris. Anda bisa mendapatkan beberapa pemahaman tentang sifat dari perdebatan ini, serta fitur penting dari ' melek huruf sebagai praktek sosial ' pendekatan, dari pembacaan berikutnya. Membaca 3 Implikasi dari " Studi Baru Melek " untuk pendidikan keaksaraan. Sekarang membaca ' Implikasi dari '' Baru Studi Literasi '' untuk pendidikan keaksaraan ' oleh Brian Street. Ketika kita melakukannya, perhatikan hal-hal berikut :
·        Karakterisasi Street perdebatan keaksaraan di Inggris
·        Pentingnya frase ' melek huruf sebagai praktek sosial ' pada akunnya
·        Cara yang berbeda di mana frase ' melek praktek ' digunakan diskusi tentang bahasa dialogis 
·        Pandangannya tentang implikasi dari pendekatan Baru Studi Literasi untuk praktek pendidikan.

2.      RE-CONTEXTUALISING
Dalam hal ini, konteks menulis kami belum terlihat. Mr. Lala mengatakan bahwa kami menulis teks kami hanya sebagai tukang jahit. Dalam arti bahwa kami akan menulis dan kami akan membaca hanya ketika Mr. Lala menyuruhnya. Harusnya kami seperti tukang cukur yang melihat dan mencari tahu model rambut seperti apa yang sekarang sedang tren di indusrti pasar.
Berikut ini, pembahasan tentang Texts as Physical Beings yang berhubungan dengan artefact menurut Lethonen (2000) dalam bukunya yang berjudul “The Cultural Analysis of Text”.

Teks sebagai makhluk fisik
Seperti yang sering terjadi berkaitan dengan pertanyaan dua sisi , hal ini berguna untuk mempelajari teks dari kedua sudut pada saat ini , baik sebagai bahan fisik dan semiotik . Selain itu, fakta bahwa kualitas fisik dan semiotik terjalin dalam teks-teks berpendapat untuk melakukannya . Teks yang pasti makhluk fisik , tetapi mereka ada dalam bentuk seperti agar makhluk semiotik . Sebaliknya, teks dapat menjadi makhluk semiotik hanya ketika mereka memiliki beberapa bentuk fisik .
Berkenaan dengan sisi fisik mereka kita dapat berpikir bahwa teks adalah artefak komunikatif , dengan kata lain , instrumen - manusia yang dihasilkan dari komunikasi . Sebagai artefak , teks telah dihasilkan melalui bantuan dari berbagai teknologi . Bentuk-bentuk materi teks mencerminkan sifat tersebut . Teknologi awal yang bertujuan untuk menghasilkan teks tertulis yang terhubung ke kapak dan pisau , dengan tanda-tanda yang terukir di kayu atau batu . Alat seperti itu tidak baik untuk menghasilkan teks dalam skala besar , baik dari segi panjang atau dalam jumlah . Penggunaan bulu dan perkamen dalam waktu menciptakan jenis baru dari artefak ( gulungan panjang ) , serta gaya penulisan yang berbeda . Kemudian , teknik cetak melahirkan generasi baru buku yang berbeda dari yang sebelumnya dalam segala hal . Ini kemudian menjadi mungkin untuk menghasilkan volume tak terhitung teks panjang .
Teks diciptakan oleh teknologi ini juga telah meninggalkan jejak mereka pada konsepsi 'teks' yang berlaku dalam budaya kita . Teknologi yang lebih baru , meskipun, telah diberikan mungkin untuk memiliki jenis lain dari teks daripada mereka yang terdiri dari tanda dicetak di atas kertas . Perpustakaan melestarikan teks mikrofilm . Mail elektronik teks yang dihasilkan oleh keyboard komputer , dan terlihat pada monitor dan menampilkan . The Oxford English Dictionary dan Pekerjaan Dikumpulkan dari William Shakespeare yang tersedia dalam bentuk CD - ROM dan Encyclopaedia Britannica dapat dibaca di internet . Tak satu pun dari bentuk-bentuk ini memerlukan kertas atau tinta . Masing-masing dari mereka menuntut keterampilan khusus dan pengetahuan yang melampaui keaksaraan biasa .
Tidak ada satu bit sangat kecil yang alami dalam teks-teks manifold. Mereka memang makhluk yang paling tidak wajar . Seperti menjadi jelas dalam survei bab sebelumnya ke dalam hubungan antara bentuk fisik teks dan teknologi yang dihasilkan mereka , bahkan yang paling tampaknya tidak bersalah dan sederhana teks menyembunyikan jumlah beragam sejarah manusia . Semua naskah memiliki sejarah produksi mereka sendiri . Orang-orang tertentu telah menghasilkan mereka di bawah prasyarat historis dan material tertentu. Prasyarat ini mencapai dari bahasa yang digunakan untuk genre , diasumsikan pembaca , saluran distribusi teks dan hal-hal seperti lainnya.
Berdasarkan buku Hyland 2002; 2009 yang berjudul “Teaching and Researching Writing” berisi tentang context, literacy, culture, technology, genre, identity. Berikut penjelasannya :
Menulis dan konteks
cara kita memahami tulisan memiliki dikembangkan melalui pemahaman yang semakin canggih dari konteks. Makna bukanlah sesuatu yang berada di kata-kata yang kita tulis dan kirim ke orang lain, tetapi diciptakan dalam interaksi antara penulis dan pembaca karena mereka memahami kata-kata ini dengan cara yang berbeda, masing-masing berusaha menebak niat yang lain. Secara tradisional, faktor-faktor kontekstual sebagian besar dipandang sebagai 'obyektif' variabel seperti kelas, gender atau ras, tapi sekarang cenderung dipandang sebagai apa para peserta melihat relevan. Jadi, surat pribadi, misalnya, mungkin berarti sesuatu yang berbeda untuk penulis dan penerima dari pembaca kasual. Berikut ini, kutipan Van Dijk pada konteksIni bukan situasi sosial yang mempengaruhi (atau dipengaruhi oleh) wacana, tetapi cara peserta mendefinisikan situasi seperti itu. Konteks demikian bukan semacam kondisi 'obyektif' atau penyebab langsung, melainkan (inter) konstruksi subjektif dirancang dan ongoingly diperbarui dalam interaksi oleh peserta sebagai anggota kelompok dan masyarakat. Jika mereka, semua orang dalam situasi sosial yang sama akan berbicara dengan cara yang sama. Konteks adalah peserta konstruksi. Van Dijk (2008: viii). Jadi, bukannya melihat konteks sebagai sekelompok variabel statis yang
mengelilingi penggunaan bahasa, kita harus melihatnya dilantik sebagai sosial, interaktif
berkelanjutan dan terikat waktu ( Duranti dan Goodwin , 1992). Memiliki harus diakui, bagaimanapun, konteks yang jarang dianalisis dalam dirinya sendiri dan biasanya diambil untuk diberikan atau didefinisikan agak impresionistis. Setelah semua, mengingat semua situasi di mana kita bisa membaca atau menulis, konteks mungkin intuitif meliputi segala sesuatu. Cutting ( 2002: 3 ) menyatakan bahwa ada tiga aspek utama konteks penafsiran ini:
·        konteks situasional : apa tahu masyarakat tentang apa yang dapat mereka lihat sekitar mereka
·        latar belakang konteks pengetahuan : apa tahu masyarakat tentang dunia, apa yang mereka tahu tentang aspek kehidupan, dan apa yang mereka tahu tentang satu sama lain
·        co-tekstual konteks : apa tahu masyarakat tentang apa yang mereka miliki telah mengatakan.
Aspek-aspek interpretasi telah datang untuk digulung menjadi ide masyarakat. Ini berarti bahwa semua penggunaan bahasa tertulis dapat dilihat sebagai berlokasi di waktu tertentu dan tempat-tempat : di rumah, sekolah, tempat kerja, atau universitas, dan di komunitas tertentu yang mengenali kombinasi tertentu genre, cara pintas interpretatif, dan konvensi komunikatif.
Lebih dari pendekatan lain bahasa, Linguistik Fungsional Sistemik telah berusaha untuk menunjukkan bagaimana konteks meninggalkan jejak mereka di ( atau disajikan dalam ) pola
penggunaan bahasa. Halliday mengembangkan analisis konteks berdasarkan gagasan bahwa teks adalah hasil dari pilihan bahasa penulis dalam tertentu konteks situasi ( Malinowski), 1949). Artinya, bahasa bervariasi bsesuai dengan situasi di mana ia digunakan , sehingga jika kita meneliti teks kita dapat membuat dugaan tentang situasi, atau jika kita berada dalam tertentu. Situasi kita membuat pilihan linguistik tertentu berdasarkan yang situasi. Konteks situasi, atau mendaftar, adalah situasi langsung di mana penggunaan bahasa terjadi dan bahasa bervariasi dalam konteks tersebut.

Dimensi konsep Halliday tentang konteks
·        Field: Mengacu pada apa yang terjadi, jenis aksi sosial, atau apa yang teks adalah tentang (topik bersama dengan bentuk-bentuk yang diharapkan secara sosial dan pola biasanya digunakan untuk mengekspresikan itu).
·        Tenor: Mengacu pada siapa yang mengambil bagian, peran dan hubungan peserta (status dan kekuasaan mereka, misalnya, yang pengaruh keterlibatan, formalitas dan kesopanan).
·        Mode: Mengacu pada apa bagian bahasa diputar, apa yang peserta mengharapkan untuk lakukan untuk mereka (apakah lisan atau tertulis, bagaimana informasi terstruktur, dan sebagainya). Halliday (1985).
Konteks situasi beroperasi dalam lebih luas dan lebih abstrak konteks Halliday menyebut konteks budaya. Hal ini mengacu pada cara-cara sosial struktur, hirarki, dan ideologi kelembagaan dan disiplin mempengaruhi bahasa yang digunakan dalam keadaan tertentu. Russell ( 1997).  Penyelidikan kursus biologi sel universitas , misalnya , menunjukkan bahwa menulis siswa dalam kursus ini terletak baik di tingkat mikro konteks ( misalnya , lab riset sang profesor , tentu saja , universitas administrasi , dan disiplin terkait ) maupun di tingkat makro struktur sosial dan politik ( misalnya , perusahaan obat , keluarga , pemerintah lembaga penelitian ). Jadi, tidak seperti konteks situasi pengaruh konteks budaya pada penggunaan bahasa yang lebih menyebar dan tidak langsung, yang beroperasi pada tingkat yang lebih abstrak . Halliday melihat konteks budaya seperti yang diungkapkan dalam atau melalui konteks yang lebih spesifik dari situasi, sehingga kita menggambarkan situasi sosial sebagai bagian dari budaya yang lebih luas.
Fairclough (1992) melihat wacana sebagai penghubung antara konteks lokal dari situasi dan konteks kelembagaan menyeluruh budaya. Hal ini karena dalam wacana di mana perintah dari wacana, atau disetujui praktek kelembagaan seperti tugas universitas, seminar, esai, dan sebagainya, beroperasi untuk menjaga hubungan yang ada kekuasaan dan otoritas. Praktek-praktek yang beroperasi di bidang pendidikan, untuk Misalnya, mengatur apa yang bernilai mengetahui dan siapakah yang dapat mengetahuinya, sehingga mengkonfirmasikan status mereka yang memiliki pengetahuan dan posisi untuk melatihnya. Jadi, misalnya, dengan menyediakan siswa dengan dasar sosial cara berkomunikasi, teori kritis berpendapat bahwa genre kita mengajarkan mempromosikan nilai-nilai kelompok-kelompok sosial yang kuat dengan memperkuat tertentu peran sosial dan hubungan antara penulis dan pembaca.
Literasi dan keahlian
Menulis, bersama dengan membaca, adalah tindakan keaksaraan: bagaimana kita benar-benar menggunakan bahasa dalam kehidupan kita sehari-hari. Konsepsi modern keaksaraan mendorong kita untuk melihat tulisan sebagai praktik sosial, bukan sebagai keterampilan abstrak dipisahkan dari orang-orang dan tempat-tempat di mana mereka menggunakan teks. Sebagai Scribner dan Cole (1981 : 236 ) mengatakan: melek tidak hanya mengetahui cara membaca dan menulis naskah tertentu, tetapi menerapkan pengetahuan ini untuk tujuan tertentu dalam konteks tertentu digunakan. "Ini adalah layak dipertimbangkan peran keaksaraan karena membantu kita untuk memahami bagaimana orang masuk akal hidup mereka melalui praktik rutin menulis dan membaca.
Views berbasis sekolah tradisional menganggap keaksaraan sebagai kemampuan belajar yang memfasilitasi berpikir logis, akses informasi, dan partisipasi dalam peran masyarakat modern. Pandangan ini melihat keaksaraan psikologis dan tekstual, sesuatu yang dapat diukur dan dinilai. Literasi dipandang sebagai satu set diskrit, keterampilan teknis bebas nilai yang meliputi decoding dan encoding makna, memanipulasi alat tuli , mengamati bentuk - suara korespondens , dll, yang dipelajari melalui pendidikan formal pendidikan . Menulis adalah pemberdayaan pribadi, tetapi juga didefinisikan dalam hal sebaliknya: stigma pribadi yang melekat pada buta huruf. Oleh karena itu ' Melek ' adalah istilah dimuat, sebuah label defisit yang disertai dengan kekuatan sosial untuk mendefinisikan, mengkategorikan dan akhirnya mengecualikan orang dari berbagai aspek kehidupan.
Konsep 2.2 Pandangan sosial keaksaraan
·        Literasi adalah kegiatan sosial dan jauh lebih baik dijelaskan dalam hal orang praktik keaksaraan.
·        Orang-orang memiliki kemahiran yang berbeda yang berhubungan dengan berbagai domain kehidupan.
·        Praktik keaksaraan masyarakat terletak dalam hubungan sosial yang lebih luas, sehingga perlu untuk menggambarkan pengaturan peristiwa keaksaraan. Praktik keaksaraan berpola oleh lembaga-lembaga sosial dan kekuasaan hubungan, dan beberapa kemahiran yang lebih dominan , terlihat dan berpengaruh daripada yang lain.
·        Literasi didasarkan pada sistem simbol sebagai cara untuk mewakili dunia kepada orang lain dan diri kita sendiri.
·        Sikap dan nilai-nilai yang berkaitan dengan panduan keaksaraan tindakan kita untuk komunikasi.
·        Sejarah kehidupan kita mengandung banyak peristiwa keaksaraan dari mana kita belajar dan yang memberikan kontribusi hingga saat ini.
·        Sebuah peristiwa keaksaraan juga memiliki sejarah sosial yang membantu menciptakan arus praktek.
Barton ( 2007: 34-5 )
Barton dan Hamilton ( 1998: 6 ) mendefinisikan praktik keaksaraan sebagai '”umum”cara budaya memanfaatkan bahasa tertulis yang orang menarik di kehidupan mereka. Oleh karena itu menekankan sentralitas konteks, seperti dibahas dalam bagian sebelumnya, dan menunjukkan bagaimana kegiatan membaca dan menulis terkait dengan struktur sosial di mana mereka tertanam dan yang mereka membantu membentuk . Tapi sementara praktek-praktek ini adalah ' apa yang orang hubungannya dengan melek ' , mereka agak abstrak karena mereka mengacu tidak hanya membaca dan menulis, tetapi juga nilai-nilai , perasaan dan konsepsi budaya yang memberikan makna pada penggunaan ini ( Street, 1995: 2 ). Dengan kata lain mereka termasuk pemahaman bersama , ideologi dan identitas sosial serta sebagai aturan sosial yang mengatur akses dan distribusi teks. Lebih konkret, praktek-praktek ini mengelompokkan ke dalam apa Heath ( 1983) panggilan 'Melek peristiwa'.
Literasi
Peristiwa Literacy adalah episode diamati di mana keaksaraan memiliki peran. Biasanya ada teks tertulis, atau teks, pusat aktivitas dan mungkin ada berbicara sekitar teks. Acara episode diamati yang timbul dari praktek atau dibentuk oleh mereka. Gagasan peristiwa menekankan terletak sifat kemahiran, bahwa selalu ada dalam konteks sosial.
Barton dan Hamilton (1998: 7)
Bagaimana teks diproduksi dan digunakan dalam berbagai aktivitas adalah aspek kunci belajar keaksaraan. Asumsi bahwa menulis selalu dikaitkan dengan domain tertentu aktivitas budaya berarti kita perlu mempelajari keaksaraan dengan cara yang baru, menggunakan account etnografis rinci tentang bagaimana penulisan dimanfaatkan oleh orang-orang nyata di sekolah mereka, rumah, lingkungan dan tempat kerja.
Mengutip 2,3 Baynham pada meneliti keaksaraan
Investigasi keaksaraan sebagai praktek melibatkan menyelidiki keaksaraan sebagai ' beton aktivitas manusia ' , bukan hanya apa yang dilakukan orang dengan melek huruf , tetapi juga apa yang mereka membuat apa yang mereka lakukan , nilai-nilai yang mereka tempatkan di atasnya dan ideologi yang mengelilinginya. Baynham (1995 : 1 ).
Beberapa penelitian telah berfokus pada sifat terletak keaksaraan rutin peristiwa, seperti menulis surat, dan keyakinan budaya dan nilai-nilai melekat ini dalam konteks yang berbeda ( misalnya Barton dan Hall, 1999). Lebih sering, bagaimanapun, penelitian telah berusaha untuk menggambarkan praktik keaksaraan sebagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Dengan demikian , Jones ( 2000) menjelaskan praktek pejabat pertanian menerjemahkan bahasa Inggris ke dalam birokrasi vernakular Welsh ketika berinteraksi dengan petani pada ternak Welsh lelang. Baru-baru ini , Barton et al ( 2007) telah meneliti kompleks hubungan antara belajar dan dewasa hidup melalui serangkaian kasus studi individu di berbagai situs belajar seperti dukungan obat center, tempat penampungan tunawisma dan perlindungan kekerasan dalam rumah tangga. Studi tersebut karena ini menunjukkan bahwa penulisan terletak di interaksi antara manusia, dan bahwa teks tidak dapat dipisahkan dari konteks lokal dan kelembagaan di mana mereka diciptakan dan diinterpretasikan.
Literasi dan kekuasaan
Tidak semua praktek keaksaraan adalah sama . Negara memiliki kekuatan yang sangat besar untuk mendefinisikan keaksaraan, buta aksara label, mengatur masuk ke kelompok-kelompok tertentu, dan membatasi akses ke pengetahuan. Pertanyaan akses, dan produksi dari teks dihargai adalah pusat dari pengertian kekuasaan dan kontrol dalam yang modern masyarakat. Arti dari praktek keaksaraan dominan dibangun dalam konteks yang memiliki kekuatan yang cukup besar dalam masyarakat kita , seperti pendidikan dan hukum.
Dengan melihat peristiwa keaksaraan yang berbeda menjadi jelas bahwa ada tidak satu keaksaraan tunggal tetapi kemahiran yang berbeda. Artinya, ada yang berbeda konfigurasi dari praktek-praktek yang dikenali, nama dan terkait dengan berbagai aspek kehidupan budaya, seperti membaca akademik, melek hukum dan melek tempat kerja.
Kita tidak bisa lagi menganggap ' penulis yang baik ' sebagai seseorang yang memiliki kontrol atas mekanisme tata bahasa, sintaksis dan tanda baca, seperti dalam pandangan otonom penulisan. Juga tidak seseorang yang mampu meniru menyusun ahli dan pengetahuan transformasi ' praktek dengan pengerjaan ulang ide-ide mereka selama menulis, seperti dalam model proses. Sebaliknya, konsepsi modern keaksaraan mendefinisikan seorang penulis ahli sebagai 'salah satu yang telah mencapai pengetahuan lokal yang memungkinkan dia untuk menulis sebagai anggota komunitas wacana ' ( Carter , 1990: 226 ).
Sifat Keahlian
Penelitian di bidang psikologi pendidikan melihat pergeseran dari pemula sampai pakar sebagai akuisisi bertahap pengalaman yang menyediakan template untuk perilaku yang kompeten dalam situasi tertentu. Novis mengembangkan lebih schemata canggih atau pengetahuan prosedural karena mereka secara bertahap belajar bagaimana bekerja dalam domain tertentu.
Kompetensi menulis sekarang ditandai sebagai penanda keahlian dalam berbagai kegiatan profesional di mana ia mengacu pada penulis orientasi ke fitur khusus lembaga. Candlin ( 1999) mengidentifikasi sejumlah fitur makro yang mencirikan keahlian, termasuk kemampuan untuk menyesuaikan informasi dan aspek interpersonal pesan dengan kebutuhan penerima dan pengetahuan , dan tindakan mikro – diskursif seperti negosiasi, merumuskan dan mediasi.
Menulis dan Budaya
Gagasan bahwa pengalaman penulis ' dari praktik keaksaraan yang berbeda masyarakat akan mempengaruhi pilihan linguistik mereka menunjukkan bahwa guru harus mempertimbangkan bagian yang yang dimainkan budaya dalam menulis siswa. Budaya secara umum dipahami sebagai historis ditransmisikan dan jaringan sistematis makna yang memungkinkan kita untuk memahami , mengembangkan dan mengkomunikasikan pengetahuan dan keyakinan kita tentang dunia ( Lantolf, 1999). Akibatnya, bahasa dan pembelajaran adalah dikepung dengan budaya ( Kramsch , 1993).
Penawaran 2.6 Penelitian L2 vs menulis L1 siswa '
·        preferensi organisasi yang berbeda dan pendekatan untuk argumentstructuring.
·        pendekatan yang berbeda untuk menggabungkan bahan ke dalam tulisan mereka ( parafrase dll )
·        perspektif yang berbeda pada pembaca - orientasi , pada menarik perhatian
·        perangkat dan pada perkiraan pengetahuan pembaca
·        perbedaan penggunaan penanda kohesi , penanda tertentu yang membuat hubungan leksikal lemah
·        perbedaan dalam penggunaan fitur linguistik terbuka ( seperti kurang subordinasi, lebih bersama, kurang passivisation, pengubah bebas sedikit, kurang noun - modifikasi, kata-kata yang kurang spesifi , berbagai kurang leksikal, diprediksi variasi dan gaya yang lebih sederhana ). Grabe dan Kaplan (1996 : 239 ).
Budaya adalah cairan, beragam dan non - menentukan dan orang-orang mungkin menolak atau mengabaikan budaya pola. Tapi sama, pengalaman sebelumnya membantu pengetahuan skema bentuk, dan akan berdampak pada bagaimana siswa menulis dan tanggapan mereka terhadap konteks kelas.
Casanave ( 2004: 53-54 ), misalnya, menunjukkan bahwa guru mungkin menggunakan CR untuk menghasilkan pertanyaan bagi siswa , mendorong mereka untuk berpikir tentang mereka latar belakang pendidikan dan pengalaman menulis, tentang sumber-sumber preferensi tulisan mereka, dan keyakinan mereka, tentang menulis yang baik.
Hinds (1987 : 143 ) menunjukkan bahwa dalam bahasa seperti Inggris 'orang terutama bertanggung jawab untuk komunikasi yang efektif adalah penulis, tetapi dalam bahasa Jepang itu adalah pembaca. Demikian pula, Clyne (1987) berpendapat bahwa sementara budaya bahasa Inggris mengisi penulis dengan kejelasan, Teks Jerman menempatkan tanggung jawab pada pembaca untuk menggali makna. Ini mungkin membantu menjelaskan mengapa bahasa Inggris berisi sinyal metadiscourse lebih segmen teks label ( untuk menyimpulkan, dalam ringkasan ), untuk melihat teks ( di sini kita akan mendiskusikan ) dan secara eksplisit struktur diskusi ( Aku akan membuat tiga poin ). Fitur-fitur ini membantu pembaca melalui teks ( Hyland , 2005) , tetapi mereka signifikansi mungkin tidak selalu jelas bagi penulis L2 dari lebih budaya reader - jawab ( Crismore et al . , 1993) .
Konsep 2.5 English imperialisme linguistik
Tanggapan pedagogik retorika kontrastif sebagian besar telah menekuk cara berpikir dan menulis speaker bahasa kedua bagi mereka dari Konvensi Anglo- Amerika , sebuah praktek dikritik di Phillipson (1992 ) konsep ' imperialisme linguistik ' . Namun, Yamuna Kachru (1999 : 84 ) menunjukkan ketidakmungkinan pelatihan dunia seluruh Inggris menggunakan Populasi dalam norma-norma satu varietas. Sebaliknya ia menyarankan bahwa itu adalah pembaca, dan pendidik khususnya bahasa Inggris, yang perlu menyadari konvensi retorika yang berbeda dan untuk menerima mereka dalam pekerjaan mereka peserta didik. Selain menjadi sebuah perusahaan yang lebih masuk akal, ia berpendapat bahwa hal ini akan mencegah pengecualian terus mayoritas dari kontribusi terhadap pengetahuan dunia hanya atas dasar penulisan konvensi.
Menulis dan teknologi
Untuk menjadi orang yang melek hal ini berarti memiliki kontrol atas berbagai cetak dan media elektronik. Banyak yang terakhir memiliki dampak yang besar pada cara kita menulis, genre kita buat , identitas pengarang kita asumsikan, bentuk produk jadi kami, dan cara kita terlibat dengan pembaca. Beberapa yang paling penting dari ini tercantum dalam pengaruh teknologi elektronik pada penulisan.
fitur penulisan berbasis komputer adalah cara yang teks elektronik
memfasilitasi menulis , secara dramatis mengubah kebiasaan tulisan kita. Perubahan yang signifikan sama hasil dari cara media elektronik memungkinkan kita untuk mengintegrasikan gambar dengan mode lainnya makna relatif mudah. Teknologi elektronik, pada kenyataannya, mempercepat pertumbuhan suatu preferensi untuk gambar di atas teks dalam banyak domain sehingga kemampuan untuk baik memahami dan bahkan menghasilkan teks multimodal semakin menjadi kebutuhan praktik keaksaraan di ilmiah, pendidikan, bisnis,
media dan pengaturan lainnya. Menulis sekarang berarti ' perakitan teks dan gambar ' dalam desain visual yang baru, dan penulis sering perlu untuk memahami cara tertentu mengkonfigurasi dunia yang menawarkan modus yang berbeda. Untuk Kress (2003), modus yang berbeda memiliki affordances yang berbeda, atau potensi dan keterbatasan makna.
Turkle ( 1995) berpendapat bahwa Internet memungkinkan orang untuk ' mencoba ' aspek yang berbeda dari identitas mereka, dan sementara ini dapat berkisar dari main-main ke menakutkan, mungkin sebenarnya menguntungkan pengguna bahasa sadar pendiam atau diri yang mungkin lebih cenderung untuk mengekspresikan diri on-line ( Bloch dan Crosby , 2006) . Jelas ini genre baru dan teknologi tidak hanya menuntut baru jenis tulisan tetapi juga respon dari menulis guru . Kami memiliki bergerak di luar mencari cara terbaik untuk mendukung wordprocessing mahasiswa ( Hyland , 1993) untuk memanfaatkan peluang-peluang yang lebih luas yang menawarkan teknologi ( misalnya Snyder , 1998; Tyner , 1998).
Menulis dan Genre
Genre, seperti dibahas dalam Bab 1, diakui jenis komunikatif tindakan, yang berarti bahwa untuk berpartisipasi dalam acara sosial, individu harus terbiasa dengan genre yang mereka hadapi di sana. Karena ini, genre sekarang menjadi salah satu konsep yang paling penting dalam bahasa pendidikan saat ini. Ini adalah adat, namun, untuk mengidentifikasi tiga pendekatan genre ( Hyon , 1996; Johns , 2002) :
·        pekerjaan Australia dalam tradisi Sistemik Fungsional ilmu bahasa
·        pengajaran bahasa Inggris untuk Keperluan Khusus
·        studi Retorika Baru dikembangkan dalam komposisi Amerika Utara
konteks
Tampilan Fungsional Sistemik : Dalam model Fungsional Sistemik
·        Genre dipandang sebagai 'a dipentaskan , berorientasi pada tujuan proses sosial (Martin , 1992:505 ), menekankan karakter tujuan dan berurutan berbeda genre dan mencerminkan kepedulian Halliday dengan bahasa cara yang
sistematis terkait dengan konteks . Genre adalah proses sosial karena
anggota suatu budaya berinteraksi untuk mencapai mereka, berorientasi tujuan karena
mereka telah berevolusi untuk mencapai hal-hal , dan dipentaskan karena makna
dibuat dalam langkah-langkah dan biasanya membutuhkan penulis lebih dari satu langkah untuk mencapai tujuan mereka.
Mengutip 2.10 Pada tata bahasa berbasis genre dalam pengajaran
Grammar adalah nama untuk sumber daya yang tersedia untuk pengguna bahasa
sistem untuk menghasilkan teks . Sebuah pengetahuan tentang tata bahasa oleh pembicara atau penulis menggeser penggunaan bahasa dari implisit dan tidak sadar untuk
manipulasi sadar bahasa dan pilihan teks yang sesuai.
 Sengkedan pada masyarakat wacana dan genre
Sengkedan ( 1998: 20 )
Gagasan bahwa orang memperoleh, menggunakan, dan memodifikasi bahasa teks tertulis dalam kursus akting sebagai anggota kelompok kerja merupakan pusat ESP sebagai tujuannya adalah untuk menggambarkan kendala dan kelompok praktek menulis dalam konteks akademik dan profesional. Alirandi sini, kemudian, terdiri dari kelas peristiwa komunikatif digunakan oleh spesifik komunitas wacana yang anggotanya berbagi luas komunikatif tujuan ( Swales , 1990: 45-7 ) . Tujuan ini adalah dasar pemikiran genre dan membantu membentuk cara terstruktur dan pilihan dari isi dan gaya itu membuat tersedia . Ini adalah pandangan dari bahasa termotivasi oleh aplikasi pedagogis dan deskripsi yang berbeda genre telah banyak digunakan dalam metode dan bahan untuk universitas mahasiswa dan profesional ( misalnya Hyland , 2003; Johns , 1997; Sengkedan dan Feak , 2004) .
Bhatia ( 1999; 2004) telah menunjukkan bahwa tujuan tidak langsung, atau ' niat pribadi', dapat dinyatakan bersamaan dengan lebih ' diakui secara sosial ' yang. Ada juga masalah yang struktur disarankan hanya mungkin mencerminkan analis intuisi tentang teks . Ini menyoroti kebutuhan untuk bergerak untuk hati-hati divalidasi baik dari segi fitur linguistik yang dikandungnya dan komentar-komentar dari pengguna teks-teks ( Crookes , 1986). Makin kemudian, analis telah melampaui pementasan generik untuk mengidentifikasi kelompok fitur yang tampaknya untuk menandai teks tertentu atau bagian-bagian dari teks. Dengan demikian penelitian menunjukkan pentingnya hedging dan keharusan dalam
teks akademis dan bagaimana kehadiran kolokasi diperpanjang seperti sebagai
hasil, perlu dicatat bahwa, dan bantuan sebagaimana dapat dilihat mengidentifikasi teks sebagai milik genre akademik sementara berkaitan dengan, sedang melakukan, dan sesuai dengan kemungkinan untuk menandai teks hukum ( Hyland , 2008) .
Sebagai Bloemmaert (2005) mengamati , bagaimanapun , identitas kita hanya berhasil sampai-sampai mereka diakui oleh orang lain, dan ini berarti mempekerjakan, mengambil alih dan mengubah wacana yang ada yang kita hadapi ( Bakhtin , 1986) . Jelas, penulis tidak membuat representasi diri dari berbagai kemungkinan tak terbatas tetapi membuat pilihan dari sumber daya yang tersedia secara budaya . Cara kita melakukan Oleh karena itu identitas melibatkan interaksi antara praktik konvensional acara melek huruf dan nilai-nilai, kepercayaan dan budaya sebelum pengalaman para peserta.
Menulis dan Identitas
Pengertian saat ini identitas melihatnya sebagai konsep plural, yang didefinisikan secara sosial dan dinegosiasikan melalui pilihan penulis buat dalam wacana mereka. Pilihan ini sebagian dibatasi oleh ideologi dominan kemahiran istimewa di masyarakat tertentu, dan sebagian terbuka untuk interpretasi penulis 'sebagai akibat dari pribadi dan sosial budaya pengalaman. Identitas demikian mengacu penulis berbagai 'diri' mempekerjakan dalam konteks yang berbeda, proses hubungan mereka dengan khusus masyarakat, dan tanggapan mereka terhadap hubungan kekuasaan institusional tertulis di dalamnya. identitas Oleh karena itu perlu dibedakan dari gagasan suara dalam literatur ekspresif. Voice adalah ide yang kompleks dengan berbagain makna dan konotas , tapi pada dasarnya mengacu pada penulis dis-signature tinctive, cap individu bahwa ia meninggalkan pada teks ( Elbow , 1994).
Pandangan sosial ini melihat identitas sebagai retorika jejak keanggotaan: komitmen untuk cara-cara tertentu melihat dunia dan mewakili kepada orang lain sebagai orang dalam . Dalam kehidupan publik kita bermain peran-peran profesional dan mengklaim identitas profesional, menulis sebagai pemilik toko, eksekutif perusahaan, atau psikolog kognitif, menggunakan wacana perdagangan kami. Identitas sini kemudian menyangkut bagaimana menulis membutuhkan pada fitur diskursif dan epistemologis dari suatu budaya tertentu: bagaimana penulis memproyeksikan insider etos dan sinyal hak mereka untuk didengarn sebagai anggota kompeten kelompok.
konsep 2.10 Pada keanggotaan
Keanggotaan mengacu pada kemampuan penulis untuk mengenali, meniru dan, dalam batas-batas, berinovasi, struktur organisasi suatu masyarakat, saat kepentingan, dan praktik retoris. Ini melibatkan konvensi tertentu berikut pengelolaan kesan untuk memproyeksikan status insider , bersama kesadaran konvensi ini memberikan ciri masyarakat. Kami mengklaim kompetensi untuk mengatasi rekan dengan menggambar pada pengetahuan intertekstual yang meliputi cara-cara khas memilih dan mengeksploitasi topik, mengacu pada pengetahuan bersama , berinteraksi dengan kami konten dan pembaca, dan menggunakan terminologi khusus . Jadi , menulis sebagai seorang akuntan, seorang ahli fisika magnetik, atau pengawas produksi berarti memposisikan diri dalam batas-batas tampaknya alami Anda masyarakat melalui pengendalian bentuk yang sah dari wacana. Dalam konteks apapun, maka , salah satu wacana yang cenderung dominan dan maka lebih terlihat, sehingga penulis sering sadar atau tidak sadar mengambil pilihan identitas wacana istimewa ini membuat tersedia
( Wertsch , 1991) . Scollon dan Scollon ( 1981) menggunakan ' esais jangka melek ' untuk merujuk pada praktik keaksaraan tertentu yang memiliki hak istimewa
dalam pendidikan . Siswa biasanya diperlukan untuk mengadopsi gaya penulisan
di sekolah di universitas yang melibatkan diri anonymising dan mengadopsi kedok rasional, tertarik , pencari asosial dari kebenaran. Dengan melangkah menjadi penulis esais melek pengorbanan konkrit, empati dengan entitas dibahas, dan cara yang mewakili berubah sebagai proses dinamis.
Faktor-faktor sosial budaya seperti jenis kelamin , kelas sosial , usia, agama , etnis , latar belakang regional, dan seterusnya adalah aspek kunci dari pengalaman kami dan dapat membantu membentuk proyeksi kami dari identitas kepenulisan. Cara-cara yang penulis menampilkan diri dan menemukan diri mereka iposisikan dalam membangun identitas discoursal telah secara ekstensif dibahas oleh Ivanic ( Ivanic , 1998; Ivanic dan Weldon , 1999) . dia berpendapat bahwa identitas penulis ' secara sosial dibangun oleh prototipe ini' kemungkinan self- hood ' tersedia dalam konteks penulisan . berinteraksi dengan ini tiga aspek yang tidak terpisahkan dari identitas yang sebenarnya penulis saat membuat teks tertentu.
Konsep 2.11 Ivanic identitas penulis
1.      The otobiografi diri adalah diri yang penulis membawa ke tindakan menulis, dibatasi secara sosial dan dibangun oleh lifehistory penulis. Ini termasuk ide-ide mereka, pendapat, keyakinan dan komitmen: sikap mereka. Sebuah contoh mungkin bagaimana penulis mengevaluasi tanda kutip ia membawa ke dalam teks, atau topik ia memilih untuk mengatasi.
2.       The discoursal diri adalah penulis kesan sadar atau tidak sadarmenyampaikan dari diri mereka sendiri dalam sebuah teks . Ini menyangkut penulis suara dalam arti bagaimana mereka menggambarkan diri mereka . Sebuah contoh adalah sejauh mana penulis mengambil praktek-praktek masyarakat yang atau dia menulis untuk, mengadopsi konvensi untuk mengklaim keanggotaan.
3.      The kepenulisan diri menunjukkan dirinya dalam tingkat authoritativeness
dengan yang penulis menulis. Ini adalah sejauh mana seorang penulis
mencampuri ke dalam teks dan mengklaim dirinya sebagai sumber isinya .

Hal ini termasuk penggunaan kata ganti pribadi dan kemauan untuk secara pribadi mendapatkan di belakang argumen dan klaim .( Lihat Ivanic , 1998; Ivanic dan Weldon , 1999). Ini adalah tampilan yang dinamis identitas yang menekankan ketegangan yang ada ketika penulis individu memenuhi wacana lembaga di mana mereka menulis. Orang-orang dibatasi, tapi tidak ditentukan, dengan identitas disiplin , profesional , gender dan politik yang dominan yang dibentuk oleh konvensi genre yang spesifik dan praktek-praktek yang mengelilingi setiap tindakan penulisan. Kita semua membawa beberapa kemungkinan
untuk setiap tindakan penulisan yang membawa potensi untuk menantang tekanan untuk menyesuaikan diri dengan identitas yang dominan.

KESIMPULAN
            Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa tulisan kami masih dalam kategori biasa. Bahkan terlalu biasa. Kami belum mampu menjadi penulis yang hebat dan berkualitas. Selain itu, kami juga harus lebih memahami apat itu sejarah, keterkaitan sejarah dengan literasi dan artefak. Kami juga harus lebih memahami apa itu context, literacy, culture, technology, genre, dan identitiy. Sangat penting sekali memahami apa itu context, literacy, culture, technology, genre, dan identity. Sebuah pengetahuan membaca sangatlah bermanfaat untuk mengetahui sesuatu. Menulis juga sangatlah penting dan bermanfaat. Maka dari itu, ukirlah sejarah dengan tulisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic