Class Review 5
Mata
kuliah “Writing and Composition 4” kini telah memasuki pertemuan kelima. Mata
kuliah ini dimulai pada hari Selasa, tanggal 4 Februari 2014. Tepatnya pukul
10.50 di ruang 44 Gedung PBI. Mata kuliah ini dibimbing oleh dosen yang sangat
luar biasa sekali, yaitu Mr. Lala Bumela, M. Pd.
Pertemuan
kelima ini merupakan pertemuan dimana tugas “Critical Review 2” dikumpulkan.
Lagi dan lagi kami membuat kesalahan pada tugas critical review kedua, yang
mana pada tugas critical review pertama juga kami membuat kesalahan. Kesalahan
kami pada tugas critical pertama adalah kami terjebak dalam hal-hal sepele,
seperti tidak akrab dengan kata kunci yang disebut wacana kelas, menceritakan fakta-fakta
tentang konflik agama tanpa menunjukkan titik sudut pandang, struktur generik
tidak dibangun dengan baik, dan pola
referensi yang hilang. Itulah
kesalahan yang kami lakukan di tugas critical review pertama. Mr. Lala
mengatakan bahwa ada banyak ruang untuk perbaikan.
Ada
tiga kategori kesalahan di tugas critical review kami, yaitu Weaknesses –
Mistake – Ignorance. Kami melakukan kesalahan pada tugas critical review
pertama yaitu masuk kedalam kategori weaknesses. Kami hanya mengulang cerita,
tidak menempatkan diri sebagai orang islam dan manusia literat, dan tidak bisa
memainkan ide. Itulah kelemahan kami pada tugas critical review pertama kami.
Kami juga melakukan kesalahan pada tugas critical kedua yaitu masuk kedalam
kategori mistake. Mistake disini adalah tahu general structurenya tapi tidak
menerapkan dengan baik. Kategori ini lebih parah dari kategori weaknesses.
Kesalahan kami pada tugas critical review kedua adalah kami tidak menghubungkan
antara sejarah dan prakter literasi dan juga artefak. Selain itu, kami juga
tidak detail membaca sejarah Amerika, yang mana seharusnya kami lebih banyak
referensi buku bacaan tentang itu. Kami juga tidak membiasakan diri untuk
mengenal lebih jauh tentang Columbus dan fakta-fakta yang tidak diketahui
orang-orang tentang Columbus. Selain itu, kami juga tidak mencari informasi
tentang Howard Zinn itu siapa dan tidak memeriksa karya apa saja yang telah di
buat oleh Howard Zinn dalam tulisannya. Lalu, perspektif apa yang kami tawarkan
dalam tulisan kami, menyangkut tentang politik, antropologi, sosiologi, atau
sejarah. Seharusnya kami lebih mendetail dalam mencari info tersebut.
Tulisan
critical review kami masuk dalam kategori mistake dan weaknesses. Mr. Lala
mengatakan bahwa jangan sampai kami masuk dalam kategori Ignorance. Ingorance
adalah kategori yang paling buruk, yaitu tidak tahu rulenya tapi tetap
melakukan. Ignorancee juga adalah melakukan kesalahan terus menerus sehingga
menjadi kebiasaan (budaya).
Berikut
adalah hasil dari tulisan saya tentang artikel Howard Zinn yang mana membahas
tentang sejarah Columbus. Kami diberi waktu 30 menit untuk menulis English
tentang article Howard Zinn yang menulis fakta-fakta yang tidak diketahui
orang-orang bahwa Columbus bukanlah penemu benua Amerika.
“After I read Howard Zinn
article, the tittle is “Speaking Truth to Power with Books”, he tell about
Cristopher Columbus. Howard Zinn said that Columbus are cruel, a murderer, a
torturer, a kidnapper, a mutilator of native people, a hypocrite, a greedy man
looking for gold, willing to kill people and mutilate people. It was shocking.
America people believe that columbus is the hero, Columbus the great
discoverer, and the important thing that many people believe that Columbus is
the first person that find America continental. But, that was false. The fact
that Columbus the first person that find America so less. When I read the
Columbus history and the fact about Columbus, I read that the first person that
find America continental is Ceng Ho. Ceng Ho is sailor from China”.
Ada
yang hilang dari tulisan kami di critical review kedua. Kami tidak menuliskan tentang
keterkaitan anatara sejarah dan praktek literasi. Maka dari itu, saya akan
sedikit membahas tentang keterkaitan antara sejarah dan literasi. Orang-orang yang
menulis sejarah adalah orang-orang yang berliterat (bisa baca-tulis). Seperti
kutipan dari blognya Laras, Selasa, 25
September 2012 yang berjudul “Mengukir Sejarah Dengan Menulis”.
"Orang boleh
pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam
masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.
"- Pramoedya
Ananta Toer-“
Tampaknya, apa yang dikatakan
oleh Pram di atas tidaklah berlebihan. Sebab jika kita lacak, hampir dari
setiap tokoh maupun orang-orang hebat di dunia ini selalu dikenal lewat karya
pemikiranya yang fenomenal. Dan karya besarnya itu selalu dimaktubkan dalam
sebuah buku. Oleh sebab itu tak aneh jika mereka tetap dikenal dan disanjung
dari generasi ke generasi karena memang mereka telah memantik proyek pikiranya
dalam sebuah karya yang tak akan pernah sirna ditelan oleh masa. Kita ambil
contoh Herodotus yang dianggap sebagai bapak sejarah dunia Barat. Dia mendekati
sejarah sebagai ilmu dengan mengumpulkan materinya secara sistematis dan
melakukan pengujian akurasinya. Dalam banyak literatur dikatakan bahwa
Herodotus juga seorang narator berbakat. Kata sejarah sendiri berasal dari buku
Herodotus “The Histories”, dalam bahasa Yunani berarti
"penyelidikan". Buku ini juga dianggap karya pertama sejarah dalam
sastra Barat. Sehingga, tak ayal jika nama besarnya tetap tersohor
sampai sekarang karena memang dia telah memberi sumbangsih besar sepanjang
peradaban manusia. Oleh karena itu, seperti yang dikatakan oleh Pram
bahwa menulis adalah bekerja untuk keabadian.
Lebih dari itu, terciptanya
peradaban manusia yang tercerahkan tentu saja tidak terlepas dari peran besar
para generasi yang hidup di masa itu. Juga dipengaruhi oleh spirit pendahulu
yang telah menanamkan cikal-bakal perubahan menuju peradaban yang lebih
gemilang. Macam penulis tersohor seperti Pramoedya Ananta Toer sebenarnya telah
mengajarkan pada kita tidak hanya tentang perjuangan hak asasi manusia akan
tetapi juga semangat yang senantiasa menyala untuk terus berkarya. Bahkan
ketika beliau diberi penghargaan oleh presiden Soekarno untuk menyambut tamu
dari luar negeri dalam bidang kesusastraan ia justru menolaknya dengan alasan,
jika ia menyambut tamu itu maka rutinitas menulisnya akan terbengkalai. Sungguh
keputusan yang tidak semua orang mampu melakukanya. Kecintaanya dengan dunia
menulis seolah telah membiusnya dari tawaran yang menggiurkan sekalipun. Maka
dari itu, spirit dan kecintaanya terhadap menulis sudah seharusnya kita contoh
dan tradisikan sejak dini.
Dapat disimpulkan bahwasannya
kemampuan baca-tulis dapat mengantarkan kita pada sebuah tulisan. Orang-orang
yang mengukir sejarah adalah orang-orang mampu baca-tulis.
Berikut ini beberapa penjelasan
tentang History dan re-contextualising yang mana telah di jelasakn sedikit di
kelas oleh Mr. Lala.
1.
HISTORY
History terkait erat dengan
Literacy. Orang-orang yang menemukan sejarah dan menulis sejarah adalah
orang-orang yang bisa baca-tulis. Orang yang berkepentingan disitu akan
membolak-balikan fakta. Ada dua point penting literasi, yaitu literacy as
social practice dan literacy as political practice. Berikut beberapa penjelasannya:
Literacy
as social practice
Jelas kritik dari definisi
universal melek huruf dan efek kognitif tertentu berasal dari sejumlah penulis
dan peneliti , seringkali saat ini disebut sebagai bekerja dalam ' New Studi
Literasi ' . Penulis seperti , di antaranya salah satu yang paling penting
adalah antropolog Brian Street, berpendapat bahwa hal itu tidak melek huruf
seperti yang mengembangkan cara tertentu penalaran , tetapi bahwa cara di mana
orang menggunakan tertulis ( dan lisan ) bahasa dalam kehidupan sehari-hari
mereka melibatkan cara tertentu berpikir ( Street, 1984, 1995) . Selain itu ,
penulis dalam tradisi ini berpendapat untuk kebutuhan untuk berteori
signifikansi sosial dari praktik keaksaraan yang beragam dan , seperti yang
dibahas di bawah, mereka menarik pada karya teori sosial kritis untuk
melakukannya.
Sebuah ' perspektif sosial ' pada keaksaraan tidak
berfokus pada akuisisi individu atau penggunaan keterampilan, tetapi lebih pada
cara orang menggunakan bahasa tertulis dalam kehidupan sehari-hari mereka. Literasi
dari perspektif ini dipandang sebagai ' praktek sosial ' . Berikut ini kutipan
dari Barton dan Hamilton menawarkan ringkasan tentang apa artinya untuk
mempertimbangkan keaksaraan sebagai praktik sosial. Anda dapat melihat sekilas bahwa
keaksaraan dalam perspektif ini dikonseptualisasikan terutama sebagai kegiatan
sosial dengan tujuan sosial tertentu dan hasil.
Literasi paling baik dipahami
sebagai seperangkat praktek-praktek sosial, ini dapat disimpulkan dari
kejadian-kejadian yang dimediasi oleh teks tertulis. Ada kemahiran yang berbeda
terkait dengan domain yang berbeda dari kehidupan.
Praktik keaksaraan berpola oleh
lembaga-lembaga sosial dan hubungan kekuasaan, dan beberapa kemahiran yang
lebih dominan, terlihat dan berpengaruh daripada yang lain. Praktik keaksaraan
adalah tujuan dan tertanam dalam tujuan sosial yang lebih luas dan praktek
budaya literasi secara historis berada. Praktik keaksaraan berubah dan yang
baru sering diperoleh melalui proses pembelajaran informal dan pengambilan
akal.
Barton dan Hamilton , 1998 , p.8
Para peneliti yang bekerja
dalam pendekatan ini cenderung untuk menantang perspektif kognitif diuraikan
dalam bagian sebelumnya. Pada 1990-an perdebatan tentang manfaat relatif dari
masing-masing perspektif sebagai dasar untuk praktek pendidikan menjadi isu di
media Inggris. Anda bisa mendapatkan beberapa pemahaman tentang sifat dari
perdebatan ini, serta fitur penting dari ' melek huruf sebagai praktek sosial '
pendekatan, dari pembacaan berikutnya. Membaca 3 Implikasi dari " Studi
Baru Melek " untuk pendidikan keaksaraan. Sekarang membaca ' Implikasi
dari '' Baru Studi Literasi '' untuk pendidikan keaksaraan ' oleh Brian Street. Ketika kita melakukannya, perhatikan
hal-hal berikut :
·
Karakterisasi Street perdebatan
keaksaraan di Inggris
·
Pentingnya frase ' melek huruf
sebagai praktek sosial ' pada akunnya
·
Cara yang berbeda di mana frase
' melek praktek ' digunakan diskusi tentang bahasa dialogis
·
Pandangannya tentang implikasi
dari pendekatan Baru Studi Literasi untuk praktek pendidikan.
2.
RE-CONTEXTUALISING
Dalam hal ini, konteks
menulis kami belum terlihat. Mr. Lala mengatakan bahwa kami menulis teks kami
hanya sebagai tukang jahit. Dalam arti bahwa kami akan menulis dan kami akan
membaca hanya ketika Mr. Lala menyuruhnya. Harusnya kami seperti tukang cukur
yang melihat dan mencari tahu model rambut seperti apa yang sekarang sedang
tren di indusrti pasar.
Berikut ini, pembahasan
tentang Texts as Physical Beings yang berhubungan dengan artefact menurut
Lethonen (2000) dalam bukunya yang berjudul “The Cultural Analysis of Text”.
Teks sebagai makhluk fisik
Seperti
yang sering terjadi berkaitan dengan pertanyaan dua sisi , hal ini berguna
untuk mempelajari teks dari kedua sudut pada saat ini , baik sebagai bahan
fisik dan semiotik . Selain itu, fakta bahwa kualitas fisik dan semiotik
terjalin dalam teks-teks berpendapat untuk melakukannya . Teks yang pasti
makhluk fisik , tetapi mereka ada dalam bentuk seperti agar makhluk semiotik .
Sebaliknya, teks dapat menjadi makhluk semiotik hanya ketika mereka memiliki
beberapa bentuk fisik .
Berkenaan
dengan sisi fisik mereka kita dapat berpikir bahwa teks adalah artefak
komunikatif , dengan kata lain , instrumen - manusia yang dihasilkan dari
komunikasi . Sebagai artefak , teks telah dihasilkan melalui bantuan dari
berbagai teknologi . Bentuk-bentuk materi teks mencerminkan sifat tersebut .
Teknologi awal yang bertujuan untuk menghasilkan teks tertulis yang terhubung
ke kapak dan pisau , dengan tanda-tanda yang terukir di kayu atau batu . Alat
seperti itu tidak baik untuk menghasilkan teks dalam skala besar , baik dari
segi panjang atau dalam jumlah . Penggunaan bulu dan perkamen dalam waktu
menciptakan jenis baru dari artefak ( gulungan panjang ) , serta gaya penulisan
yang berbeda . Kemudian , teknik cetak melahirkan generasi baru buku yang
berbeda dari yang sebelumnya dalam segala hal . Ini kemudian menjadi mungkin
untuk menghasilkan volume tak terhitung teks panjang .
Teks
diciptakan oleh teknologi ini juga telah meninggalkan jejak mereka pada
konsepsi 'teks' yang berlaku dalam budaya kita . Teknologi yang lebih baru ,
meskipun, telah diberikan mungkin untuk memiliki jenis lain dari teks daripada
mereka yang terdiri dari tanda dicetak di atas kertas . Perpustakaan melestarikan
teks mikrofilm . Mail elektronik teks yang dihasilkan oleh keyboard komputer ,
dan terlihat pada monitor dan menampilkan . The Oxford English Dictionary dan
Pekerjaan Dikumpulkan dari William Shakespeare yang tersedia dalam bentuk CD -
ROM dan Encyclopaedia Britannica dapat dibaca di internet . Tak satu pun dari
bentuk-bentuk ini memerlukan kertas atau tinta . Masing-masing dari mereka
menuntut keterampilan khusus dan pengetahuan yang melampaui keaksaraan biasa .
Tidak
ada satu bit sangat kecil yang alami dalam teks-teks manifold. Mereka memang
makhluk yang paling tidak wajar . Seperti menjadi jelas dalam survei bab
sebelumnya ke dalam hubungan antara bentuk fisik teks dan teknologi yang
dihasilkan mereka , bahkan yang paling tampaknya tidak bersalah dan sederhana
teks menyembunyikan jumlah beragam sejarah manusia . Semua naskah memiliki
sejarah produksi mereka sendiri . Orang-orang tertentu telah menghasilkan
mereka di bawah prasyarat historis dan material tertentu. Prasyarat ini
mencapai dari bahasa yang digunakan untuk genre , diasumsikan pembaca , saluran
distribusi teks dan hal-hal seperti lainnya.
Berdasarkan
buku Hyland 2002; 2009 yang berjudul “Teaching and Researching Writing” berisi
tentang context, literacy, culture, technology, genre, identity. Berikut penjelasannya :
Menulis
dan konteks
cara kita memahami tulisan memiliki
dikembangkan melalui pemahaman yang semakin canggih dari konteks. Makna
bukanlah sesuatu yang berada di kata-kata yang kita tulis dan kirim ke orang
lain, tetapi diciptakan dalam interaksi antara penulis dan pembaca karena
mereka memahami kata-kata ini dengan cara yang berbeda, masing-masing berusaha menebak niat yang lain. Secara
tradisional, faktor-faktor kontekstual sebagian besar dipandang sebagai 'obyektif' variabel seperti
kelas, gender atau ras, tapi sekarang cenderung dipandang sebagai apa para
peserta melihat relevan. Jadi, surat pribadi, misalnya,
mungkin berarti sesuatu yang berbeda
untuk penulis dan penerima dari pembaca
kasual. Berikut ini, kutipan Van Dijk pada konteks
“Ini
bukan situasi sosial yang mempengaruhi (atau dipengaruhi oleh) wacana, tetapi cara peserta mendefinisikan
situasi seperti itu. Konteks demikian bukan semacam kondisi
'obyektif' atau penyebab
langsung, melainkan (inter)
konstruksi subjektif dirancang dan ongoingly diperbarui dalam interaksi oleh peserta sebagai
anggota kelompok dan masyarakat. Jika
mereka, semua orang dalam situasi sosial yang sama akan berbicara dengan cara yang sama. Konteks adalah peserta
konstruksi. Van Dijk (2008: viii). Jadi, bukannya melihat
konteks sebagai sekelompok variabel statis yang
mengelilingi penggunaan bahasa, kita harus melihatnya dilantik sebagai sosial, interaktif
berkelanjutan dan terikat waktu ( Duranti dan Goodwin , 1992). Memiliki harus diakui, bagaimanapun, konteks yang jarang dianalisis dalam dirinya sendiri dan biasanya diambil untuk diberikan atau didefinisikan agak impresionistis. Setelah semua, mengingat semua situasi di mana kita bisa membaca atau menulis, konteks mungkin intuitif meliputi segala sesuatu. Cutting ( 2002: 3 ) menyatakan bahwa ada tiga aspek utama konteks penafsiran ini:
mengelilingi penggunaan bahasa, kita harus melihatnya dilantik sebagai sosial, interaktif
berkelanjutan dan terikat waktu ( Duranti dan Goodwin , 1992). Memiliki harus diakui, bagaimanapun, konteks yang jarang dianalisis dalam dirinya sendiri dan biasanya diambil untuk diberikan atau didefinisikan agak impresionistis. Setelah semua, mengingat semua situasi di mana kita bisa membaca atau menulis, konteks mungkin intuitif meliputi segala sesuatu. Cutting ( 2002: 3 ) menyatakan bahwa ada tiga aspek utama konteks penafsiran ini:
·
konteks situasional : apa tahu
masyarakat tentang apa yang dapat mereka lihat sekitar mereka
·
latar belakang konteks
pengetahuan : apa tahu masyarakat tentang dunia, apa yang mereka tahu tentang
aspek kehidupan, dan apa yang mereka tahu tentang satu sama lain
·
co-tekstual konteks : apa tahu
masyarakat tentang apa yang mereka miliki telah mengatakan.
Aspek-aspek interpretasi
telah datang untuk digulung menjadi ide masyarakat. Ini berarti bahwa semua
penggunaan bahasa tertulis dapat dilihat sebagai berlokasi di waktu tertentu
dan tempat-tempat : di rumah, sekolah, tempat kerja, atau universitas, dan di
komunitas tertentu yang mengenali kombinasi tertentu genre, cara pintas
interpretatif, dan konvensi komunikatif.
Lebih dari pendekatan
lain bahasa, Linguistik Fungsional Sistemik telah berusaha untuk menunjukkan
bagaimana konteks meninggalkan jejak mereka di ( atau disajikan dalam ) pola
penggunaan
bahasa. Halliday mengembangkan analisis konteks berdasarkan gagasan bahwa teks
adalah hasil dari pilihan bahasa penulis dalam tertentu konteks situasi (
Malinowski), 1949). Artinya, bahasa bervariasi bsesuai dengan situasi di mana
ia digunakan , sehingga jika kita meneliti teks kita dapat membuat dugaan
tentang situasi, atau jika kita berada dalam tertentu. Situasi kita membuat
pilihan linguistik tertentu berdasarkan yang situasi. Konteks situasi, atau
mendaftar, adalah situasi langsung di mana penggunaan bahasa terjadi dan bahasa
bervariasi dalam konteks tersebut.
Dimensi
konsep Halliday tentang
konteks
·
Field: Mengacu
pada apa yang terjadi, jenis
aksi sosial, atau apa yang teks adalah tentang (topik
bersama dengan bentuk-bentuk yang diharapkan secara sosial dan pola biasanya digunakan untuk mengekspresikan itu).
·
Tenor: Mengacu
pada siapa yang mengambil bagian,
peran dan hubungan peserta (status dan kekuasaan
mereka, misalnya, yang pengaruh
keterlibatan, formalitas dan kesopanan).
·
Mode: Mengacu
pada apa bagian bahasa diputar, apa yang peserta
mengharapkan untuk lakukan untuk mereka (apakah lisan atau tertulis, bagaimana informasi
terstruktur, dan sebagainya).
Halliday (1985).
Konteks
situasi beroperasi dalam lebih luas dan lebih abstrak konteks Halliday menyebut
konteks budaya. Hal ini mengacu pada cara-cara sosial struktur, hirarki, dan
ideologi kelembagaan dan disiplin mempengaruhi bahasa yang digunakan dalam
keadaan tertentu. Russell ( 1997).
Penyelidikan kursus biologi sel universitas , misalnya , menunjukkan
bahwa menulis siswa dalam kursus ini terletak baik di tingkat mikro konteks (
misalnya , lab riset sang profesor , tentu saja , universitas administrasi ,
dan disiplin terkait ) maupun di tingkat makro struktur sosial dan politik (
misalnya , perusahaan obat , keluarga , pemerintah lembaga penelitian ). Jadi,
tidak seperti konteks situasi pengaruh konteks budaya pada penggunaan bahasa
yang lebih menyebar dan tidak langsung, yang beroperasi pada tingkat yang lebih
abstrak . Halliday melihat konteks budaya seperti yang diungkapkan dalam atau
melalui konteks yang lebih spesifik dari situasi, sehingga kita menggambarkan
situasi sosial sebagai bagian dari budaya yang lebih luas.
Fairclough
(1992) melihat wacana sebagai penghubung antara konteks lokal dari situasi dan
konteks kelembagaan menyeluruh budaya. Hal ini karena dalam wacana di mana
perintah dari wacana, atau disetujui praktek kelembagaan seperti tugas
universitas, seminar, esai, dan sebagainya, beroperasi untuk menjaga hubungan
yang ada kekuasaan dan otoritas. Praktek-praktek yang beroperasi di bidang
pendidikan, untuk Misalnya, mengatur apa yang bernilai mengetahui dan siapakah
yang dapat mengetahuinya, sehingga mengkonfirmasikan status mereka yang
memiliki pengetahuan dan posisi untuk melatihnya. Jadi, misalnya, dengan
menyediakan siswa dengan dasar sosial cara berkomunikasi, teori kritis
berpendapat bahwa genre kita mengajarkan mempromosikan nilai-nilai
kelompok-kelompok sosial yang kuat dengan memperkuat tertentu peran
sosial dan hubungan antara
penulis dan pembaca.
Literasi dan keahlian
Menulis,
bersama dengan membaca, adalah tindakan keaksaraan: bagaimana kita benar-benar
menggunakan bahasa dalam kehidupan kita sehari-hari. Konsepsi modern keaksaraan
mendorong kita untuk melihat tulisan sebagai praktik sosial, bukan sebagai
keterampilan abstrak dipisahkan dari orang-orang dan tempat-tempat di mana
mereka menggunakan teks. Sebagai Scribner dan Cole (1981 : 236 ) mengatakan:
melek tidak hanya mengetahui cara membaca dan menulis naskah tertentu, tetapi
menerapkan pengetahuan ini untuk tujuan tertentu dalam konteks tertentu
digunakan. "Ini adalah layak dipertimbangkan peran keaksaraan karena
membantu kita untuk memahami bagaimana orang masuk akal hidup mereka melalui
praktik rutin menulis dan membaca.
Views
berbasis sekolah tradisional menganggap keaksaraan sebagai kemampuan belajar
yang memfasilitasi berpikir logis, akses informasi, dan partisipasi dalam peran
masyarakat modern. Pandangan ini melihat keaksaraan psikologis dan tekstual,
sesuatu yang dapat diukur dan dinilai. Literasi dipandang sebagai satu set
diskrit, keterampilan teknis bebas nilai yang meliputi decoding dan encoding
makna, memanipulasi alat tuli , mengamati bentuk - suara korespondens , dll,
yang dipelajari melalui pendidikan formal pendidikan . Menulis adalah
pemberdayaan pribadi, tetapi juga didefinisikan dalam hal sebaliknya: stigma
pribadi yang melekat pada buta huruf. Oleh karena itu ' Melek ' adalah istilah
dimuat, sebuah label defisit yang disertai dengan kekuatan sosial untuk
mendefinisikan, mengkategorikan dan akhirnya mengecualikan orang dari berbagai
aspek kehidupan.
Konsep
2.2 Pandangan sosial keaksaraan
·
Literasi adalah kegiatan sosial
dan jauh lebih baik dijelaskan dalam hal orang praktik keaksaraan.
·
Orang-orang memiliki kemahiran
yang berbeda yang berhubungan dengan berbagai domain kehidupan.
·
Praktik keaksaraan masyarakat
terletak dalam hubungan sosial yang lebih luas, sehingga perlu untuk
menggambarkan pengaturan peristiwa keaksaraan. Praktik keaksaraan berpola oleh
lembaga-lembaga sosial dan kekuasaan hubungan, dan beberapa kemahiran yang
lebih dominan , terlihat dan berpengaruh daripada yang lain.
·
Literasi didasarkan pada sistem
simbol sebagai cara untuk mewakili dunia kepada orang lain dan diri kita
sendiri.
·
Sikap dan nilai-nilai yang
berkaitan dengan panduan keaksaraan tindakan kita untuk komunikasi.
·
Sejarah kehidupan kita
mengandung banyak peristiwa keaksaraan dari mana kita belajar dan yang
memberikan kontribusi hingga saat ini.
·
Sebuah peristiwa keaksaraan
juga memiliki sejarah sosial yang membantu menciptakan arus praktek.
Barton ( 2007: 34-5 )
Barton dan Hamilton ( 1998: 6 )
mendefinisikan praktik keaksaraan sebagai '”umum”cara budaya memanfaatkan
bahasa tertulis yang orang menarik di kehidupan mereka. Oleh karena itu
menekankan sentralitas konteks, seperti dibahas dalam bagian sebelumnya, dan
menunjukkan bagaimana kegiatan membaca dan menulis terkait dengan struktur
sosial di mana mereka tertanam dan yang mereka membantu membentuk . Tapi
sementara praktek-praktek ini adalah ' apa yang orang hubungannya dengan melek
' , mereka agak abstrak karena mereka mengacu tidak hanya membaca dan menulis,
tetapi juga nilai-nilai , perasaan dan konsepsi budaya yang memberikan makna
pada penggunaan ini ( Street, 1995: 2 ). Dengan kata lain mereka termasuk
pemahaman bersama , ideologi dan identitas sosial serta sebagai aturan sosial
yang mengatur akses dan distribusi teks. Lebih konkret, praktek-praktek ini
mengelompokkan ke dalam apa Heath ( 1983) panggilan 'Melek peristiwa'.
Literasi
Peristiwa
Literacy adalah episode
diamati di mana keaksaraan
memiliki peran. Biasanya ada teks tertulis, atau
teks, pusat aktivitas dan mungkin ada berbicara
sekitar teks. Acara episode diamati yang
timbul dari praktek atau dibentuk oleh
mereka. Gagasan peristiwa menekankan terletak sifat
kemahiran, bahwa selalu ada dalam konteks sosial.
Barton dan Hamilton (1998: 7)
Bagaimana
teks diproduksi dan digunakan dalam berbagai aktivitas adalah aspek kunci
belajar keaksaraan. Asumsi bahwa menulis selalu dikaitkan dengan domain
tertentu aktivitas budaya berarti kita perlu mempelajari keaksaraan dengan cara
yang baru, menggunakan account etnografis rinci tentang bagaimana penulisan
dimanfaatkan oleh orang-orang nyata di sekolah mereka, rumah, lingkungan dan
tempat kerja.
Mengutip
2,3 Baynham pada meneliti keaksaraan
Investigasi
keaksaraan sebagai praktek melibatkan menyelidiki keaksaraan sebagai ' beton
aktivitas manusia ' , bukan hanya apa yang dilakukan orang dengan melek huruf ,
tetapi juga apa yang mereka membuat apa yang mereka lakukan , nilai-nilai yang
mereka tempatkan di atasnya dan ideologi yang mengelilinginya. Baynham (1995 :
1 ).
Beberapa
penelitian telah berfokus pada sifat terletak keaksaraan rutin peristiwa,
seperti menulis surat, dan keyakinan budaya dan nilai-nilai melekat ini dalam
konteks yang berbeda ( misalnya Barton dan Hall, 1999). Lebih sering,
bagaimanapun, penelitian telah berusaha untuk menggambarkan praktik keaksaraan
sebagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Dengan demikian ,
Jones ( 2000) menjelaskan praktek pejabat pertanian menerjemahkan bahasa
Inggris ke dalam birokrasi vernakular Welsh ketika berinteraksi dengan petani
pada ternak Welsh lelang. Baru-baru ini , Barton et al ( 2007) telah meneliti
kompleks hubungan antara belajar dan dewasa hidup melalui serangkaian kasus
studi individu di berbagai situs belajar seperti dukungan obat center, tempat
penampungan tunawisma dan perlindungan kekerasan dalam rumah tangga. Studi
tersebut karena ini menunjukkan bahwa penulisan terletak di interaksi antara
manusia, dan bahwa teks tidak dapat dipisahkan dari konteks lokal dan
kelembagaan di mana mereka diciptakan dan diinterpretasikan.
Literasi dan kekuasaan
Tidak
semua praktek keaksaraan adalah sama . Negara memiliki kekuatan yang sangat besar
untuk mendefinisikan keaksaraan, buta aksara label, mengatur masuk ke
kelompok-kelompok tertentu, dan membatasi akses ke pengetahuan. Pertanyaan
akses, dan produksi dari teks dihargai adalah pusat dari pengertian kekuasaan
dan kontrol dalam yang modern masyarakat. Arti dari praktek keaksaraan dominan
dibangun dalam konteks yang memiliki kekuatan yang cukup besar dalam masyarakat
kita , seperti pendidikan dan hukum.
Dengan
melihat peristiwa keaksaraan yang berbeda menjadi jelas bahwa ada tidak satu
keaksaraan tunggal tetapi kemahiran yang berbeda. Artinya, ada yang berbeda
konfigurasi dari praktek-praktek yang dikenali, nama dan terkait dengan
berbagai aspek kehidupan budaya, seperti membaca akademik, melek hukum dan
melek tempat kerja.
Kita
tidak bisa lagi menganggap ' penulis yang baik ' sebagai seseorang yang
memiliki kontrol atas mekanisme tata bahasa, sintaksis dan tanda baca, seperti
dalam pandangan otonom penulisan. Juga tidak seseorang yang mampu meniru
menyusun ahli dan pengetahuan transformasi ' praktek dengan pengerjaan ulang
ide-ide mereka selama menulis, seperti dalam model proses. Sebaliknya, konsepsi
modern keaksaraan mendefinisikan seorang penulis ahli sebagai 'salah satu yang
telah mencapai pengetahuan lokal yang memungkinkan dia untuk menulis sebagai
anggota komunitas wacana ' ( Carter , 1990: 226 ).
Sifat Keahlian
Penelitian
di bidang psikologi pendidikan melihat pergeseran dari pemula sampai pakar
sebagai akuisisi bertahap pengalaman yang menyediakan template untuk perilaku
yang kompeten dalam situasi tertentu. Novis mengembangkan lebih schemata
canggih atau pengetahuan prosedural karena mereka secara bertahap belajar
bagaimana bekerja dalam domain tertentu.
Kompetensi
menulis sekarang ditandai sebagai penanda keahlian dalam berbagai kegiatan
profesional di mana ia mengacu pada penulis orientasi ke fitur khusus lembaga.
Candlin ( 1999) mengidentifikasi sejumlah fitur makro yang mencirikan keahlian,
termasuk kemampuan untuk menyesuaikan informasi dan aspek interpersonal pesan
dengan kebutuhan penerima dan pengetahuan , dan tindakan mikro – diskursif
seperti negosiasi, merumuskan dan mediasi.
Menulis dan Budaya
Gagasan
bahwa pengalaman penulis ' dari praktik keaksaraan yang berbeda masyarakat akan
mempengaruhi pilihan linguistik mereka menunjukkan bahwa guru harus
mempertimbangkan bagian yang yang dimainkan budaya dalam menulis siswa. Budaya
secara umum dipahami sebagai historis ditransmisikan dan jaringan sistematis
makna yang memungkinkan kita untuk memahami , mengembangkan dan mengkomunikasikan
pengetahuan dan keyakinan kita tentang dunia ( Lantolf, 1999). Akibatnya,
bahasa dan pembelajaran adalah dikepung dengan budaya ( Kramsch , 1993).
Penawaran
2.6 Penelitian L2 vs menulis L1 siswa '
·
preferensi organisasi yang
berbeda dan pendekatan untuk argumentstructuring.
·
pendekatan yang berbeda untuk
menggabungkan bahan ke dalam tulisan mereka ( parafrase dll )
·
perspektif yang berbeda pada
pembaca - orientasi , pada menarik perhatian
·
perangkat dan pada perkiraan
pengetahuan pembaca
·
perbedaan penggunaan penanda
kohesi , penanda tertentu yang membuat hubungan leksikal lemah
·
perbedaan dalam penggunaan
fitur linguistik terbuka ( seperti kurang subordinasi, lebih bersama, kurang
passivisation, pengubah bebas sedikit, kurang noun - modifikasi, kata-kata yang
kurang spesifi , berbagai kurang leksikal, diprediksi variasi dan gaya yang
lebih sederhana ). Grabe dan Kaplan (1996 : 239 ).
Budaya
adalah cairan, beragam dan non - menentukan dan orang-orang mungkin menolak
atau mengabaikan budaya pola. Tapi sama, pengalaman sebelumnya membantu
pengetahuan skema bentuk, dan akan berdampak pada bagaimana siswa menulis dan
tanggapan mereka terhadap konteks kelas.
Casanave
( 2004: 53-54 ), misalnya, menunjukkan bahwa guru mungkin menggunakan CR untuk
menghasilkan pertanyaan bagi siswa , mendorong mereka untuk berpikir tentang
mereka latar belakang pendidikan dan pengalaman menulis, tentang sumber-sumber
preferensi tulisan mereka, dan keyakinan mereka, tentang menulis yang baik.
Hinds
(1987 : 143 ) menunjukkan bahwa dalam bahasa seperti Inggris 'orang terutama
bertanggung jawab untuk komunikasi yang efektif adalah penulis, tetapi dalam
bahasa Jepang itu adalah pembaca. Demikian pula, Clyne (1987) berpendapat bahwa
sementara budaya bahasa Inggris mengisi penulis dengan kejelasan, Teks Jerman
menempatkan tanggung jawab pada pembaca untuk menggali makna. Ini mungkin
membantu menjelaskan mengapa bahasa Inggris berisi sinyal metadiscourse lebih
segmen teks label ( untuk menyimpulkan, dalam ringkasan ), untuk melihat teks (
di sini kita akan mendiskusikan ) dan secara eksplisit struktur diskusi ( Aku
akan membuat tiga poin ). Fitur-fitur ini membantu pembaca melalui teks (
Hyland , 2005) , tetapi mereka signifikansi mungkin tidak selalu jelas bagi
penulis L2 dari lebih budaya reader - jawab ( Crismore et al . , 1993) .
Konsep
2.5 English imperialisme linguistik
Tanggapan
pedagogik retorika kontrastif sebagian besar telah menekuk cara berpikir dan
menulis speaker bahasa kedua bagi mereka dari Konvensi Anglo- Amerika , sebuah
praktek dikritik di Phillipson (1992 ) konsep ' imperialisme linguistik ' .
Namun, Yamuna Kachru (1999 : 84 ) menunjukkan ketidakmungkinan pelatihan dunia seluruh Inggris
menggunakan Populasi dalam norma-norma satu varietas. Sebaliknya ia menyarankan bahwa itu adalah pembaca, dan pendidik khususnya bahasa
Inggris, yang perlu menyadari
konvensi retorika yang berbeda dan untuk menerima mereka dalam pekerjaan mereka peserta
didik. Selain menjadi sebuah
perusahaan yang lebih masuk akal, ia berpendapat bahwa hal ini akan mencegah pengecualian terus
mayoritas dari kontribusi
terhadap pengetahuan dunia
hanya atas dasar penulisan
konvensi.
Menulis dan teknologi
Untuk
menjadi orang yang melek hal ini berarti memiliki kontrol atas berbagai cetak
dan media elektronik. Banyak yang terakhir memiliki dampak yang besar pada cara
kita menulis, genre kita buat , identitas pengarang kita asumsikan, bentuk
produk jadi kami, dan cara kita terlibat dengan pembaca. Beberapa yang paling
penting dari ini tercantum dalam pengaruh teknologi elektronik pada penulisan.
fitur
penulisan berbasis komputer adalah cara yang teks elektronik
memfasilitasi menulis , secara dramatis mengubah kebiasaan tulisan kita. Perubahan yang signifikan sama hasil dari cara media elektronik memungkinkan kita untuk mengintegrasikan gambar dengan mode lainnya makna relatif mudah. Teknologi elektronik, pada kenyataannya, mempercepat pertumbuhan suatu preferensi untuk gambar di atas teks dalam banyak domain sehingga kemampuan untuk baik memahami dan bahkan menghasilkan teks multimodal semakin menjadi kebutuhan praktik keaksaraan di ilmiah, pendidikan, bisnis,
media dan pengaturan lainnya. Menulis sekarang berarti ' perakitan teks dan gambar ' dalam desain visual yang baru, dan penulis sering perlu untuk memahami cara tertentu mengkonfigurasi dunia yang menawarkan modus yang berbeda. Untuk Kress (2003), modus yang berbeda memiliki affordances yang berbeda, atau potensi dan keterbatasan makna.
memfasilitasi menulis , secara dramatis mengubah kebiasaan tulisan kita. Perubahan yang signifikan sama hasil dari cara media elektronik memungkinkan kita untuk mengintegrasikan gambar dengan mode lainnya makna relatif mudah. Teknologi elektronik, pada kenyataannya, mempercepat pertumbuhan suatu preferensi untuk gambar di atas teks dalam banyak domain sehingga kemampuan untuk baik memahami dan bahkan menghasilkan teks multimodal semakin menjadi kebutuhan praktik keaksaraan di ilmiah, pendidikan, bisnis,
media dan pengaturan lainnya. Menulis sekarang berarti ' perakitan teks dan gambar ' dalam desain visual yang baru, dan penulis sering perlu untuk memahami cara tertentu mengkonfigurasi dunia yang menawarkan modus yang berbeda. Untuk Kress (2003), modus yang berbeda memiliki affordances yang berbeda, atau potensi dan keterbatasan makna.
Turkle
( 1995) berpendapat bahwa Internet memungkinkan orang untuk ' mencoba ' aspek
yang berbeda dari identitas mereka, dan sementara ini dapat berkisar dari
main-main ke menakutkan, mungkin sebenarnya menguntungkan pengguna bahasa sadar
pendiam atau diri yang mungkin lebih cenderung untuk mengekspresikan diri
on-line ( Bloch dan Crosby , 2006) . Jelas ini genre baru dan teknologi tidak
hanya menuntut baru jenis tulisan tetapi juga respon dari menulis guru . Kami
memiliki bergerak di luar mencari cara terbaik untuk mendukung wordprocessing
mahasiswa ( Hyland , 1993) untuk memanfaatkan peluang-peluang yang lebih luas
yang menawarkan teknologi ( misalnya Snyder , 1998; Tyner , 1998).
Menulis dan Genre
Genre,
seperti dibahas dalam Bab 1, diakui jenis komunikatif tindakan, yang berarti
bahwa untuk berpartisipasi dalam acara sosial, individu harus terbiasa dengan
genre yang mereka hadapi di sana. Karena ini, genre sekarang menjadi salah satu
konsep yang paling penting dalam bahasa pendidikan saat ini. Ini adalah adat,
namun, untuk mengidentifikasi tiga pendekatan genre ( Hyon , 1996; Johns ,
2002) :
·
pekerjaan Australia dalam
tradisi Sistemik Fungsional ilmu bahasa
·
pengajaran bahasa Inggris untuk
Keperluan Khusus
·
studi Retorika Baru
dikembangkan dalam komposisi Amerika Utara
konteks
Tampilan Fungsional Sistemik : Dalam model Fungsional Sistemik
konteks
Tampilan Fungsional Sistemik : Dalam model Fungsional Sistemik
·
Genre dipandang sebagai 'a
dipentaskan , berorientasi pada tujuan proses sosial (Martin , 1992:505 ),
menekankan karakter tujuan dan berurutan berbeda genre dan mencerminkan
kepedulian Halliday dengan bahasa cara yang
sistematis terkait dengan konteks . Genre adalah proses sosial karena
anggota suatu budaya berinteraksi untuk mencapai mereka, berorientasi tujuan karena
mereka telah berevolusi untuk mencapai hal-hal , dan dipentaskan karena makna
dibuat dalam langkah-langkah dan biasanya membutuhkan penulis lebih dari satu langkah untuk mencapai tujuan mereka.
sistematis terkait dengan konteks . Genre adalah proses sosial karena
anggota suatu budaya berinteraksi untuk mencapai mereka, berorientasi tujuan karena
mereka telah berevolusi untuk mencapai hal-hal , dan dipentaskan karena makna
dibuat dalam langkah-langkah dan biasanya membutuhkan penulis lebih dari satu langkah untuk mencapai tujuan mereka.
Mengutip
2.10 Pada tata bahasa berbasis genre dalam pengajaran
Grammar
adalah nama untuk sumber daya yang tersedia untuk pengguna bahasa
sistem untuk menghasilkan teks . Sebuah pengetahuan tentang tata bahasa oleh pembicara atau penulis menggeser penggunaan bahasa dari implisit dan tidak sadar untuk
manipulasi sadar bahasa dan pilihan teks yang sesuai.
sistem untuk menghasilkan teks . Sebuah pengetahuan tentang tata bahasa oleh pembicara atau penulis menggeser penggunaan bahasa dari implisit dan tidak sadar untuk
manipulasi sadar bahasa dan pilihan teks yang sesuai.
Sengkedan pada masyarakat wacana dan genre
Sengkedan
( 1998: 20 )
Gagasan
bahwa orang memperoleh, menggunakan, dan memodifikasi bahasa teks tertulis
dalam kursus akting sebagai anggota kelompok kerja merupakan pusat ESP sebagai
tujuannya adalah untuk menggambarkan kendala dan kelompok praktek menulis dalam
konteks akademik dan profesional. Alirandi sini, kemudian, terdiri dari kelas
peristiwa komunikatif digunakan oleh spesifik komunitas wacana yang anggotanya
berbagi luas komunikatif tujuan ( Swales , 1990: 45-7 ) . Tujuan ini adalah
dasar pemikiran genre dan membantu membentuk cara terstruktur dan pilihan dari
isi dan gaya itu membuat tersedia . Ini adalah pandangan dari bahasa
termotivasi oleh aplikasi pedagogis dan deskripsi yang berbeda genre telah
banyak digunakan dalam metode dan bahan untuk universitas mahasiswa dan
profesional ( misalnya Hyland , 2003; Johns , 1997; Sengkedan dan Feak , 2004)
.
Bhatia
( 1999; 2004) telah menunjukkan bahwa tujuan tidak langsung, atau ' niat
pribadi', dapat dinyatakan bersamaan dengan lebih ' diakui secara sosial '
yang. Ada juga masalah yang struktur disarankan hanya mungkin mencerminkan
analis intuisi tentang teks . Ini menyoroti kebutuhan untuk bergerak untuk
hati-hati divalidasi baik dari segi fitur linguistik yang dikandungnya dan
komentar-komentar dari pengguna teks-teks ( Crookes , 1986). Makin kemudian,
analis telah melampaui pementasan generik untuk mengidentifikasi kelompok fitur
yang tampaknya untuk menandai teks tertentu atau bagian-bagian dari teks.
Dengan demikian penelitian menunjukkan pentingnya hedging dan keharusan dalam
teks akademis dan bagaimana kehadiran kolokasi diperpanjang seperti sebagai
hasil, perlu dicatat bahwa, dan bantuan sebagaimana dapat dilihat mengidentifikasi teks sebagai milik genre akademik sementara berkaitan dengan, sedang melakukan, dan sesuai dengan kemungkinan untuk menandai teks hukum ( Hyland , 2008) .
teks akademis dan bagaimana kehadiran kolokasi diperpanjang seperti sebagai
hasil, perlu dicatat bahwa, dan bantuan sebagaimana dapat dilihat mengidentifikasi teks sebagai milik genre akademik sementara berkaitan dengan, sedang melakukan, dan sesuai dengan kemungkinan untuk menandai teks hukum ( Hyland , 2008) .
Sebagai
Bloemmaert (2005) mengamati , bagaimanapun , identitas kita hanya berhasil
sampai-sampai mereka diakui oleh orang lain, dan ini berarti mempekerjakan,
mengambil alih dan mengubah wacana yang ada yang kita hadapi ( Bakhtin , 1986)
. Jelas, penulis tidak membuat representasi diri dari berbagai kemungkinan tak
terbatas tetapi membuat pilihan dari sumber daya yang tersedia secara budaya .
Cara kita melakukan Oleh karena itu identitas melibatkan interaksi antara praktik
konvensional acara melek huruf dan nilai-nilai, kepercayaan dan budaya sebelum
pengalaman para peserta.
Menulis
dan Identitas
Pengertian
saat ini identitas melihatnya sebagai konsep plural, yang didefinisikan secara sosial
dan dinegosiasikan melalui pilihan penulis buat dalam wacana mereka.
Pilihan ini sebagian dibatasi oleh ideologi dominan
kemahiran istimewa di masyarakat tertentu, dan sebagian terbuka untuk interpretasi penulis 'sebagai akibat dari pribadi dan sosial budaya pengalaman. Identitas demikian
mengacu penulis berbagai 'diri' mempekerjakan dalam
konteks yang berbeda, proses hubungan
mereka dengan khusus masyarakat,
dan tanggapan mereka terhadap hubungan
kekuasaan institusional tertulis
di dalamnya. identitas Oleh
karena itu perlu dibedakan dari gagasan suara dalam literatur ekspresif. Voice
adalah ide yang kompleks dengan berbagain makna dan konotas , tapi pada
dasarnya mengacu pada penulis dis-signature tinctive, cap individu bahwa ia
meninggalkan pada teks ( Elbow , 1994).
Pandangan
sosial ini melihat identitas sebagai retorika jejak keanggotaan: komitmen untuk
cara-cara tertentu melihat dunia dan mewakili kepada orang lain sebagai orang
dalam . Dalam kehidupan publik kita bermain peran-peran profesional dan
mengklaim identitas profesional, menulis sebagai pemilik toko, eksekutif
perusahaan, atau psikolog kognitif, menggunakan wacana perdagangan kami.
Identitas sini kemudian menyangkut bagaimana menulis membutuhkan pada fitur
diskursif dan epistemologis dari suatu budaya tertentu: bagaimana penulis
memproyeksikan insider etos dan sinyal hak mereka untuk didengarn sebagai
anggota kompeten kelompok.
konsep
2.10 Pada keanggotaan
Keanggotaan
mengacu pada kemampuan penulis untuk mengenali, meniru dan, dalam batas-batas,
berinovasi, struktur organisasi suatu masyarakat, saat kepentingan, dan praktik
retoris. Ini melibatkan konvensi tertentu berikut pengelolaan kesan untuk
memproyeksikan status insider , bersama kesadaran konvensi ini memberikan ciri
masyarakat. Kami mengklaim kompetensi untuk mengatasi rekan dengan menggambar
pada pengetahuan intertekstual yang meliputi cara-cara khas memilih dan
mengeksploitasi topik, mengacu pada pengetahuan bersama , berinteraksi dengan
kami konten dan pembaca, dan menggunakan terminologi khusus . Jadi , menulis sebagai
seorang akuntan, seorang ahli fisika magnetik, atau pengawas produksi berarti
memposisikan diri dalam batas-batas tampaknya alami Anda masyarakat melalui
pengendalian bentuk yang sah dari wacana. Dalam konteks apapun, maka , salah
satu wacana yang cenderung dominan dan maka lebih terlihat, sehingga penulis
sering sadar atau tidak sadar mengambil pilihan identitas wacana istimewa ini
membuat tersedia
( Wertsch , 1991) . Scollon dan Scollon ( 1981) menggunakan ' esais jangka melek ' untuk merujuk pada praktik keaksaraan tertentu yang memiliki hak istimewa
dalam pendidikan . Siswa biasanya diperlukan untuk mengadopsi gaya penulisan
di sekolah di universitas yang melibatkan diri anonymising dan mengadopsi kedok rasional, tertarik , pencari asosial dari kebenaran. Dengan melangkah menjadi penulis esais melek pengorbanan konkrit, empati dengan entitas dibahas, dan cara yang mewakili berubah sebagai proses dinamis.
( Wertsch , 1991) . Scollon dan Scollon ( 1981) menggunakan ' esais jangka melek ' untuk merujuk pada praktik keaksaraan tertentu yang memiliki hak istimewa
dalam pendidikan . Siswa biasanya diperlukan untuk mengadopsi gaya penulisan
di sekolah di universitas yang melibatkan diri anonymising dan mengadopsi kedok rasional, tertarik , pencari asosial dari kebenaran. Dengan melangkah menjadi penulis esais melek pengorbanan konkrit, empati dengan entitas dibahas, dan cara yang mewakili berubah sebagai proses dinamis.
Faktor-faktor
sosial budaya seperti jenis kelamin , kelas sosial , usia, agama , etnis , latar
belakang regional, dan seterusnya adalah aspek kunci dari pengalaman kami dan
dapat membantu membentuk proyeksi kami dari identitas kepenulisan. Cara-cara
yang penulis menampilkan diri dan menemukan diri mereka iposisikan dalam
membangun identitas discoursal telah secara ekstensif dibahas oleh Ivanic (
Ivanic , 1998; Ivanic dan Weldon , 1999) . dia berpendapat bahwa identitas
penulis ' secara sosial dibangun oleh prototipe ini' kemungkinan self- hood '
tersedia dalam konteks penulisan . berinteraksi dengan ini tiga aspek yang
tidak terpisahkan dari identitas yang sebenarnya penulis saat membuat teks
tertentu.
Konsep 2.11 Ivanic identitas penulis
1.
The otobiografi diri adalah
diri yang penulis membawa ke tindakan menulis, dibatasi secara sosial dan
dibangun oleh lifehistory penulis. Ini termasuk ide-ide mereka, pendapat,
keyakinan dan komitmen: sikap mereka. Sebuah contoh mungkin bagaimana penulis
mengevaluasi tanda kutip ia membawa ke dalam teks, atau topik ia memilih untuk
mengatasi.
2.
The discoursal diri adalah penulis kesan sadar
atau tidak sadarmenyampaikan dari diri mereka sendiri dalam sebuah teks . Ini
menyangkut penulis suara dalam arti bagaimana mereka menggambarkan diri mereka
. Sebuah contoh adalah sejauh mana penulis mengambil praktek-praktek masyarakat
yang atau dia menulis untuk, mengadopsi konvensi untuk mengklaim keanggotaan.
3.
The kepenulisan diri
menunjukkan dirinya dalam tingkat authoritativeness
dengan yang penulis menulis. Ini adalah sejauh mana seorang penulis
mencampuri ke dalam teks dan mengklaim dirinya sebagai sumber isinya .
dengan yang penulis menulis. Ini adalah sejauh mana seorang penulis
mencampuri ke dalam teks dan mengklaim dirinya sebagai sumber isinya .
Hal ini termasuk
penggunaan kata ganti pribadi dan kemauan untuk secara pribadi mendapatkan di
belakang argumen dan klaim .( Lihat Ivanic , 1998; Ivanic dan Weldon , 1999).
Ini adalah tampilan yang dinamis identitas yang menekankan ketegangan yang ada
ketika penulis individu memenuhi wacana lembaga di mana mereka menulis.
Orang-orang dibatasi, tapi tidak ditentukan, dengan identitas disiplin ,
profesional , gender dan politik yang dominan yang dibentuk oleh konvensi genre
yang spesifik dan praktek-praktek yang mengelilingi setiap tindakan penulisan.
Kita semua membawa beberapa kemungkinan
untuk setiap tindakan penulisan yang membawa potensi untuk menantang tekanan untuk menyesuaikan diri dengan identitas yang dominan.
untuk setiap tindakan penulisan yang membawa potensi untuk menantang tekanan untuk menyesuaikan diri dengan identitas yang dominan.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa tulisan kami masih dalam kategori biasa. Bahkan terlalu
biasa. Kami belum mampu menjadi penulis yang hebat dan berkualitas. Selain itu,
kami juga harus lebih memahami apat itu sejarah, keterkaitan sejarah dengan
literasi dan artefak. Kami juga harus lebih memahami apa itu context, literacy,
culture, technology, genre, dan identitiy. Sangat penting sekali memahami apa
itu context, literacy, culture, technology, genre, dan identity. Sebuah pengetahuan
membaca sangatlah bermanfaat untuk mengetahui sesuatu. Menulis juga sangatlah
penting dan bermanfaat. Maka dari itu, ukirlah sejarah dengan tulisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic