Class
review 5
Kini tiba saatnya waktuku tiba untuk
bergelut dengan buku dan pulpen. Malam
menjelang pagi adalah waktu yang paling tepat.
Disaat semuanya sudah tertidur lelap, kini hanya ada aku yang terbangun
sendiri. Hanya bertemankan sepi, disertai
gemuruhnya angin, dan ocehan binatang-binatang malam. Akan tetapi itu membuatku semakin bebas untuk
berfikir, yang pastinya tanpa adanya gangguan dari siapapun. Waktu yang sepi adalah waktu yang tepat untuk
berimajinasi. Terkadang sulit memang disaat
kumencoba berimajinasi disiang hari.
Seperti kelelawar memang, yang jam kerjanya dimalam hari. Sedangkan siang hari digunakan untuk
mengumpulkan stamina untuk malam hari.
Ditemani dengan secangkir kopi yang
menjaga mataku dari rasa ngantuk. Entahlah
sudah berapa kopi yang sudah saya minum selama membuat class review. Saya tidak akan mengatakan “tidak terasa
sekarang sudah pertemuan kelima”, tapi saya akan berkata “sungguh sangat terasa
perjalanan menuju ke pertemuan kelima ini”.
Kenapa begitu? Karena dengan apa yang sudah saya rasakan, memang seperi
itulah adanya. Proses dan pengorbanan
untuk melalui dari minggu ke minggu sangat terasa. Amazing huh, sungguh sesuatu bisa bertahan
sampai ke pertemuan kelima ini.
Tidak ada gunanya meneteskan air
mata, yang harus dilakukan adalah perubahan dan perbaikan. Rasa ingin menyerah memang pernah terbesit
dalam benakku, namun itu bukanlah sebuah jalan keluar untuk untuk menghindari
kebuntuan. Pada class review kemarin,
tidak ada sedikitpun pembahasan yang menyinggung tentang classroom
discourse. Entahlah pada saat itu
fikiranku terbang kemana-mana sehingga menyebabkan writer’s block.
Pada class review kelima ini, saya
akan kembali membahas atau tepatnya menyinggung tentang classroom discourse
untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang ada pada class review
kemarin. Karena pada pertemuan kelima
ini Mr. Lala menyinggung kembali tentang materi tersebut. Siswa yang sudah menuliskan berbagai
pengertian tentang classroom discourse dari Rymes, Halliday, ataupun lehtonen,
itu sudah dianggap berhasil. Sedangkan
dalam class review saya tidak ada sama sekali, maka saya harus
memperbaikinya. Baiklah sebelum saya
membahas materi selanjutnya tentang pertemuan kelima ini, saya akan membahas
sedikit tentang minggu kemarin.
Dalam classroom discourse terdapat
banyak kesulitan atau begitu complicated.
Complicated yang dimaksud disini adalah:
v Background
Background ini terdiri dari politik,
ekonomi, sosial, budaya. Setiap
latar
belakang siswa
titu pastinya berbeda-beda. Dari segi
ekonomi dan budaya adalah hal yang paling menonjol. Tapi bagaimana siswa itu
sendiri mampu menyatukan setiap perbedaan yang ada.
v Communicative Strategis
Communicative strategis adalah strategi yang berfikir jauh kedepan, karena
suatu pembelajaran dalam kelas itu mempunyai maknan tersendiri untuk mencapai
suatu tujuan pendidikan.
v Meaning Making Practice
Setiap siswa
tentunya mempunyai pemahaman yang berbeda dalam proses pembelajaran di kelas.
Setiap siswa mempunyai alasan yang berbeda pula dalam proses pembelajaran di
kelas. Hal ini yang akan mempengaruhi siswa dalam bertindak dan bagaimana dia
bersikap. Meaning making practice ini akan menghasilkan ideologi dan values. Apa itu ideology dan values?
·
Ideologi adalah sebuah sistem nilai atau
keyakinan yang diterima sebagai fakta atau kebenaran oleh kelompok tertentu.
·
Values (nilai-nilai) mempengaruhi siswa
dalam bersikap dan bertindak di kelas, seperti disiplin dan teamwork.
Classroom discourse analysis adalah studi tentang bagaimana bahasa -
di-gunakan dipengaruhi oleh konteks –nya gunakan. Di dalam kelas, konteks dapat
berkisar dari pembicaraan dalam pelajaran, untuk siswa seumur hidup
sosialisasi, dengan sejarah lembaga pendidikan. Definisi paling
sederhana dari wacana adalah bahasa, bahasa yang selalu digunakan.
fitur " wacana " mendefinisikan ( bahwa itu
adalah " in- use" ) adalah fitur yang sebagian orang percaya adalah
bukan komponen penting dari bahasa. Sebaliknya, beberapa ahli bahasa
berpendapat bahwa Fitur bahasa mendefinisikan adalah kemampuannya untuk de-
dikontekstualisasikan.
Pengertian
Bakhtin intertekstualitas menunjukkan bahwa wacana selalu terkait dengan
wacana lain, baik saat mereka berubah dari waktu ke waktu dan dalam kesamaan
mereka pada setiap titik waktu. Ini menghubungkan teks-pengguna ke jaringan
teks sebelum dan sebagainya menyediakan sistem pilihan untuk membuat makna yang
dapat dikenali oleh lain teks-pengguna. Karena mereka membantu menciptakan
makna yang tersedia dalam suatu budaya, konvensi yang dikembangkan dengan cara
ini menutup interpretasi tertentu.
Pada
dasarnya classroom discourse itu adalah suatu literasi. Karena mengingat kembali tentang pengertian
literasi menurut Halliday bahwa literasi adalah “something we do”, sesuatu yang kita lakukan. Termasuk segala sesuatu yang terjadi atau
yang dilakukan dalam wacana kelas itu bisa disebut dengan literasi.
Pada pertemuan kelima ini Mr. Lala
memberikan isu kunci yang mendominasi pemaaman saat penulisan, yaitu:
·
Konteks
·
Literasi
·
Budaya
·
Aliran
·
Identitas
·
Teknologi
Menurut
Mikko Lehtonen: setiap teks selalu memiliki konteks yang mengelilingi dan
menembus keduanya temporal dan lokal dan link dengan teks-teks ya, serta dengan
lainnya
praktek manusia. Sebanyak makna tanda-tanda lingg lain, serta dngan praktek manusia lainnya. Sebanyak makna tanda-tanda linguistic bergantung pada posisi mereka dalam kaitannya dengan tanda-tanda lain , makna dari teks yang pada akhirnya tidak mungkin untuk belajar terlepas dari konteks mereka, karena teks sebagai semiotic. Konteks sebagai co-teks, gagasan lehtonen telah diuraikan tentang konteks kategoris berangkat dari model tradisional mengenai hubungan antara teks dan konteks. Bahkan sifat seluruh konsep ‘konteks’ harus benar-benar dievaluasi kembali. Konteks tidak ada sebelum penulis atau teks, baik apakah itu ada diluar mereka.
praktek manusia. Sebanyak makna tanda-tanda lingg lain, serta dngan praktek manusia lainnya. Sebanyak makna tanda-tanda linguistic bergantung pada posisi mereka dalam kaitannya dengan tanda-tanda lain , makna dari teks yang pada akhirnya tidak mungkin untuk belajar terlepas dari konteks mereka, karena teks sebagai semiotic. Konteks sebagai co-teks, gagasan lehtonen telah diuraikan tentang konteks kategoris berangkat dari model tradisional mengenai hubungan antara teks dan konteks. Bahkan sifat seluruh konsep ‘konteks’ harus benar-benar dievaluasi kembali. Konteks tidak ada sebelum penulis atau teks, baik apakah itu ada diluar mereka.
Teks dan konteks.
Konteks mencakup semua faktor-faktor seperti yang penulis dan pembaca
membawa ke proses pembentukan makna, terutama diskursif mereka. Konteks
mencakupsemua hal sebagai berikut:
·
Substansi, materi fisik atau yang
membawa relay teks.
·
Music dan gambar
·
Paralanguage, prilaku yang berarti
bahasa yang menyertainya seperti kualitas suara, expresi, dll.
·
Co-teks, teks yang mendahului atau mengikuti yang di bawah analisis.
·
Interteks, teks yang peserta anggap sebagai
milik wacana lain,
tapi yang mereka persekutukan dengan teks di bawah pertimbangan, dan yang mempengaruhi interpretasi mereka.
tapi yang mereka persekutukan dengan teks di bawah pertimbangan, dan yang mempengaruhi interpretasi mereka.
·
peserta
: niat dan interpretasi mereka, pengetahuan dan keyakinan, sikap interpersonal,
afiliasi dan perasaan
·
fungsi
: apa teks dimaksudkan untuk melakukan oleh pengirim dan addressers, atau
dianggap dilakukan oleh penerima dan addressees.
Oleh
karena itu, dalam prakteknya adalah mustahil untuk konteks dan teks yang
terpisah dari satu sama lain (memisahkan mereka sementara untuk tujuan analisis
adalah hal yang berbeda).
Dalam
bukunya Ken Hyland menyebutkan bahwa Genre adalah termotivasi
, hubungan fungsional antara jenis teks dan
situasi retoris . Artinya , genre bukanlah jenis teks maupun
situasi , melainkan hubungan fungsional antara jenis teks
dan jenis situasi . Jenis teks bertahan karena mereka
bekerja , karena mereka merespons secara efektif terhadap situasi yang
berulang.
Sukses menulis
menuntut kesadaran dari kedua struktur retoris dan pengendalian
tata bahasa . Ini, bagaimanapun , bukanlah tata bahasa tanpa tubuh tua penulisan
sebagai pendekatan objek tapi satu terkait dengan spesifik tujuan genre (
Hyland , 2004b ). diakui jenis komunikatif
tindakan , yang berarti bahwa untuk berpartisipasi dalam acara sosial , individu
harus terbiasa dengan genre yang mereka hadapi di sana. karena
ini , genre sekarang menjadi salah satu konsep yang paling penting dalam bahasa
pendidikan saat ini.
tindakan , yang berarti bahwa untuk berpartisipasi dalam acara sosial , individu
harus terbiasa dengan genre yang mereka hadapi di sana. karena
ini , genre sekarang menjadi salah satu konsep yang paling penting dalam bahasa
pendidikan saat ini.
Genre sini ditulis dianggap sebagai
bagian dari situasi sosial yang berulang dan ditandai, daripada bentuk-bentuk
tertentu, dengan penulis melakukan penilaian dan kreativitas dalam merespon
kondisi yang sama (Hyland 2002).
Menulis dan
budaya dalam
bukunya Ken Hyland. Gagasan bahwa pengalaman penulis ' dari
praktik keaksaraan yang berbeda masyarakat akan mempengaruhi pilihan linguistik mereka
menunjukkan bahwa
guru harus
mempertimbangkan bagian yang yang dimainkan budaya dalam menulis siswa.
Budaya secara umum dipahami sebagai historis
ditransmisikan dan
jaringan sistematis makna yang memungkinkan kita untuk memahami , mengembangkan dan mengkomunikasikan pengetahuan dan keyakinan kita tentang dunia ( Lantolf ,1999) . Akibatnya bahasa dan pembelajaran adalah dikepung dengan budaya ( Kramsch , 1993) .
jaringan sistematis makna yang memungkinkan kita untuk memahami , mengembangkan dan mengkomunikasikan pengetahuan dan keyakinan kita tentang dunia ( Lantolf ,1999) . Akibatnya bahasa dan pembelajaran adalah dikepung dengan budaya ( Kramsch , 1993) .
Dikutip dari buku Hyland, Connor (1996:5):
retorika kontrastif mempertahankan bahasa dan menulis yang adalah fenomena
budaya. Sebagai konsekuensi langsung,
masing-masing bahasa memiliki konvensi retorika unik.
Teknologi,
untuk menjadi orang yang melek hari ini berarti memiliki kontrol atas berbagai
media cetak dan media elektronik. Banyak yang terakhir memiliki dampak
yang besar pada cara kita menulis, genre kita buat, identitas pengarang kita
asumsikan, bentuk produk jadi kami , dan cara kita terlibat dengan pembaca.
(Hyland, 2002;2009: 58)
Masih dari buku Ken Hyland tentang
literasi dan keahlian. Menulis bersama dengan membaca, itu adalah
suatu perbuatan literasi. Bagaimana sebenarnya
kita menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Pengertia modern tentang literasi mendrong
kita untuk melihat menulis sebagai suatu praktek sosial lebih baik dari sesuatu
sebagai keahlian yang abstrak dari orang-orang dan tempat dimana mereka
menggunakan teks, sebagai penulis dan cole (1981:236): ‘literasi adalah tidak
semata-mata mengetahui bagaimana untuk membaca dan menulis sebuah tulisan, tapi
mempraktekan pengetahuan ini untuk tujuan spesifik dalam menggunakan konteks
spesifik, menimbang tentang peraturan literasi sebagai pembantu kita untuk
memahami bagaimana orang-orang menggunakan perasaan kehidupan mereka, praktek
rutinitas kehidupan mereka tentang menulis dan membaca.
Selajutnya dalam power point Mr.Lala menjelaskan tentang isu
kunci dalam menulis. Dalam model
interaktif sosial, makna diciptakan melalui 'konfigurasi yang unik dan interaksi apa yang baik pembaca dan penulis membawa ke teks' (Nystrand et al, 1993:. 299). Hyland (2002): Menulis mencerminkan
jejak kegunaan sosialnya karena hal ini terkait dan selaras dengan teks-teks
lain yang di atasnya itu membangun dan yang mengantisipasi.
Itulah uraian tentang isu kunci dalam menulis pada pertemua
kita sekarang ini membahas tentang kelemahan terbesar dari tinjauan kritis
pertama kita, begitu banyaknya kelemahan dalam critical review kita, khususnya
pada diri saya sendiri. Akan tetapi
beliau mengatakan bahwa masih ada banyak ruang untuk perbaikan. Maka dari itu pada kesempatan kali ini beliau
meminta kita untuk menulis langsung diatas laptop kita masing-masing tentang Columbus
dan Howard Zinn dalam menggunakan bahasa Inggris. Dengan begitu beliau bisa melihat kemampuan
perindividualnya, sampai dimana kemampuan literasi kita. Pada hari ini kita menuliskan tentang:
As I remember about the article on Howard zinn, he told about
Columbus that he is a killer and cruel.
On zinn’s article that I read he dislike to America. Okay we back about Columbus, I startled about
him really. Because the issue about
Columbus is the first person who find out of America it is wrong. So who is the person who find the America?
Well as I read from the internet the history about America, the true is America
found with muslim not Columbus. The evidence that when Columbus go to
America, there was a life over there, and there was a build of mosque. And the people were use a long dress and use
Arabic language. So, that’s right it is
not Columbus. Muslim found the America
long time before Columbus go there, but I forget how many years, the important
it is very long time.
But the information as I got from the internet, after the muslim
there is a man who find the America, and it is 70 years before Columbus on 15th
century. His name is Laksamana cheng Ho, this issue from menzies. but why on the history Columbus the found
America? It is because when he will go to America, spanyol collect the money
for him. And that spanyol and Columbus’s secret.
Pada hari itu saya hanya menulis kurang lebih
200 kata dalam waktu hanya beberapa menit saja.
Entahlah hanya itu yang ada dalam fikiran saya mengenai Columbus dan
Howard Zinn. Saya tidak menyinggung tentang
siapa itu Howard Zinn. Menurut Mr.Lala
tulisan tersebut terkesan malah lebih menceritakan kembali bukannya menkritik.
Pada kesimpulannya pertemuan kelima ini kta
mengevaluasi tentang critical review kemarin.
Setelah itu kita membahas tentang isu kunci dalam menulis. Dalam kegiatan
menulis didalamnya terdapat genre, konteks, budaya, dan literasi. Segala kegiatan yang kita lakukan bisa
disebut literasi, karena literasi adalah something we do.
·
Literasi
adalah kegiatan sosial dan jauh lebih baik dijelaskan dalam hal orang praktik
keaksaraan.
·
Orang-orang
memiliki kemahiran yang berbeda yang berhubungan dengan berbagai domain
kehidupan.
·
Praktik
keaksaraan masyarakat terletak dalam hubungan sosial yang lebih luas, sehingga
perlu untuk menggambarkan pengaturan peristiwa keaksaraan.
·
Praktik
keaksaraan berpola oleh lembaga-lembaga sosial dan kekuasaan hubungan, dan
beberapa kemahiran yang lebih dominan, terlihat dan berpengaruh daripada yang
lain.
·
Literasi
didasarkan pada sistem simbol sebagai cara untuk mewakili dunia kepada orang
lain dan diri kita sendiri. (Barton 2007).
Selain
itu kita juga membahas tentang key issues in writing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic