Literacy like
a nuclear missille. Again!
Literature
is like a nuclear missile that launch and change the world. The literature which
is created by Howard Zinn “A People's History of the United States changed
the world. The book told that there was something wrong with Cristopher
Columbus, a famous explorer who found America Continental in 1498. Zinn forced
that Columbus was not a really person who found it. He told that Columbus is
the worst person in the world. that
killed thousands people and raped thousands local residents. Why everyone
closed their eyes? Or they did not know the truth? (Sandi Pramuji)
Sejarah merupakan rangkaian peristiwa masa lalu yang
terekam dalam text, baik itu text yang berbentuk lisan maupun tulisan. Untuk
dapat mengukir sejarah diperlukan suatu media yang ampuh merekam semua
peristiwa itu. Satu-satunya yang mampu berperan adalah literasi. Mengapa harus
literasi? Literasi tidak semata-mata bersifat “jadul” seperti apa yang
dijabarkan oleh Lethonen bahwa teks sejarah berperan sebagai artefak yang
dinamis. Dulu teks sejarah dapat berupa tulisan maupun semiotik
tertentu. Namun untuk mengukir sejarah pada zaman yang super canggih ini ternyata
nama “artefak” berubah menjadi “teknologi”. Sadar atau tidak kegiatan writing
para prajurit literasi yang meng“upload” ke internet ini merupakan salah satu
kegiatan mengukir sejarah. Untuk mampu mendobrak dunia seperti yang dilakukan
oleh Columbus maupun Zinn, maka kita sebagai prajurit literasi harus
benar-benar canggih dan ahli dalam aspek literasi. Caranya sangat mudah, ayo
kita perbanyak membaca dan menulis!
Proses
menulis adalah proses
menguraikan
teks yang sesuai dengan
apa yang penulis
asumsikan bahwa
pembaca perlu mengetahui. Proses
membaca adalah proses memprediksi teks
sesuai dengan apa yang pembaca asumsikan
tentang tujuan penulis. (M.
Nystrand (1989: 75))
Setiap pembaca memiliki perbedaan dalam memahami konteks yanng ditulis
tergantung tingkat kemampuannya. Akibatnya,
komunikasi tertulis didasarkan pada masing-masing apa yang
penulis atau pembaca
asumsikan. Dalam model interaksi sosial, makna
diciptakan melalui konfigurasi unik
antara pembaca dan penulis mengenai apa yang ia asumsikan
terhadap teks. Sebuah discourse (proses komunikasi)
dibentuk oleh penulis yang mencoba
untuk menyeimbangkan antara tujuan
penulis dengan apa yang pembaca harapkan melalui proses
negosiasi (making negotiation practice).
Teks memiliki “semantic potential” atau berbagai
kemungkinan arti, tetapi beberapa di antaranya adalah tertutup oleh kombinasi
dari maksud penulis, kemampuan kognisi pembaca dan sifat obyektif dari
teks itu sendiri.
Fokus dari class review kali ini adalah mengenai
Key Issues in Writing Research and Teaching (Ken Hyland 2002; 2009) yang berkaitan dengan pemahaman
kita pada teks yakni context, literacy, culture, technology, genre and
identity.
a. Context
Context menurut
Van Dijk (2008: viii) bahwa bukan situasi sosial yang mempengaruhi (atau dipengaruhi
oleh) discourse, melainkan cara peserta mendefinisikan situasi seperti itu. Konteks
demikian bukan semacam kondisi 'obyektif' atau penyebab langsung, melainkan
(antar) konstruksi subjektif yang dirancang dan terus menerus diperbarui dalam
interaksi dengan peserta sebagai anggota kelompok dan masyarakat. Jika mereka
dalam situasi sosial yang sama, maka mereka akan berbicara dengan cara yang sama. Konteks adalah membentuk peserta.
Menurut Hyland, faktor-faktor konteks
sebagian besar dipandang sebagai ‘obyektif’ variabel seperti kelas, gender atau
ras, tapi sekarang cenderung dipandang sebagai apa yang akan dilihat peserta
sebagai relevan. Misalnya surat pribadi, mungkin berarti sesuatu yang berbeda
untuk penulis dan penerima dari pembaca biasa.
Kemudian Cutting
(2002:3) menyatakan bahwa ada tiga aspek utama konteks :
Ø Situational context: apa yang orang tahu tentang apa yang dapat mereka
lihat di sekitar mereka.
Ø Background knowledge context: apa yang orang tahu tentang dunia, aspek apa
yang mereka tah tentang hidup, dan apa yang mereka ketahui tentang satu sama
lain.
Ø Co-textual context: apa yang orang
ketahui tentang apa yang telah mereka katakan.
Aspek-aspek
interpretasi telah datang untuk digulung menjadi ide dari masyarakat. Ini
adalah suatu konsep yang bermasalah, tapi menawarkan cara yang berprinsip
memahami bagaimana makna diproduksi
dalam interaksi. Ini berarti bahwa semua penggunaan bahasa tertulis dapat
dilihat di waktu tertentu dan tempat-tempat misalnya di rumah, sekolah, tempat kerja, universitas, dan
komunitas tertentu yang mengenali kombinasi genre tertentu, interpretive
shortcuts, dan communicative conventions.
Banyak analis
bahasa lebih
berorientasi
dalam memahami
konteks dengan
cara yang berbeda
dimulai dengan
teks, melihat
sifat-sifat situasi
sosial yang dikodekan
sebagai sistematis
dalam discourse.
Pendekatan lain
bahasa menurut Halliday (1985) dalam
Systemic Functional
Linguistics telah
berusaha untuk menunjukkan bagaimana konteks mereka
meninggalkan jejak
(atau disajikan
dalam) pola
penggunaan bahasa. Halliday mengembangkan analisis konteks berdasarkan gagasan bahwa teks adalah
hasil dari pilihan
bahasa penulis dalam
konteks dari
situasi tertentu (Malinowski, 1949).
Artinya, bahasa bervariasi sesuai
dengan situasi
di mana ia digunakan, sehingga
jika kita meneliti
teks kita
dapat membuat
dugaan tentang situasi, atau
jika kita berada
dalam situasi tertentu
kita membuat
pilihan linguistik
tertentu berdasarkan situasi. Konteks
situasi adalah situasi
langsung di
mana penggunaan
bahasa terjadi dan
variasi bahasa
dalam konteks tersebut bervariasi dengan
konfigurasi
field, tenor dan
modus. Kemudian Hyland menggunakan dimensi konsep yang dibuat oleh Halliday yaitu:
Ø
Field: Mengacu pada apa yang
terjadi, jenis aksi sosial, atau tentang teks yang berkaitan (topik bersama
dengan bentuk-bentuk yang diharapkan secara sosial dan biasanya pola digunakan
untuk mengekspresikan itu).
Ø
Tenor : Mengacu pada siapa yang
mengambil bagian, peran dan hubungan peserta (status dan kekuasaan mereka,
misalnya, yang mempengaruhi keterlibatan, formalitas dan kesopanan).
Ø
Mode: Mengacu pada bagian apa
bahasa dimainkan, apa peserta mengharapkan yang lakukan untuk mereka ( apakah
lisan atau tertulis, bagaimana informasi terstruktur, dan sebagainya).
Hyland mengatakan bahwa untuk kebutuhan bahasa yang
kita gunakan sesuai dengan situasi di mana kita menggunakannya, dan register
merupakan upaya untuk mengkarakterisasi konfigurasi tulisan (atau pidato) yang
membatasi pilihan penulis dalam suatu situasi. Jadi, beberapa register berisi
cukup prediksi fitur yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasi
korespondensi yang erat antara teks dan konteks. Konteks situasi (context of
situation) beroperasi dalam konteks yang lebih luas dan lebih abstrak. Halliday
menyebutnya konteks budaya (context of culture). Halliday melihat konteks
budaya seperti yang diungkapkan dalam atau (melalui) konteks yang lebih
spesifik dari situasi, sehingga kita menggambarkan situasi sosial sebagai
bagian dari budaya yang lebih luas. Kemudian Fairclough (1992) melihat discourse
sebagai penghubung antara konteks lokal dari situasi dan konteks kelembagaan seluruh
budaya.
b.
Literacy
Hyland
mengatakan bahwa literasi berbentuk menulis dan membaca. Kemudian Scribner
and Cole (1981: 236) literasi tidak hanya mengetahui cara membaca dan
menulis naskah tertentu, tetapi menerapkan pengetahuan membaca dan menulis
untuk penggunaan tujuan tertentu dalam konteks tertentu. Ini mempertimbangkan
peran literasi yang dapat membantu kita untuk memahami bagaimana orang-orang
memahami hidup mereka melalui praktik rutin menulis dan membaca.
Konsep literasi
menurut Barton (2007: 34–5) dalam “A social view of literacy”
1) Literasi menurut Barton sebagai kegiatan sosial dan
jauh lebih baik dijelaskan kepada masyarakat dalam hal praktik keaksaraan atau
literasi.
2) Orang-orang memiliki kemahiran berbeda yang berhubungan
dengan domain yang berbeda dari kehidupan, yang artinya setiap individu antara
satu sama lain memiliki kemampuan masing- masing yang diakibatkan dari latar
belakang setiap individu.
3) Praktik literasi masyarakat terletak dalam hubungan
sosial yang lebih luas, sehingga perlu untuk menggambarkan pengaturan peristiwa
keaksaraan.
4) Praktik literasi memiliki pola dengan lembaga-lembaga
sosial, yang berhubungan dengan
kekuasaan, beberapa keahlian yang lebih dominan, terlihat dan berpengaruh dari
pada yang lain.
5) Literasi didasarkan pada sistem simbol sebagai cara
untuk mewakili dunia untuk orang lain dan diri kita sendiri. Simbol disini bisa
berbentuk buku dan buku memiliki manfaat untuk kita sendiri atau orang lain
yang dapat digunakan kapanpun kita membutuhkannya.
6) Sikap dan nilai-nilai yang berkaitan dengan keaksaraan
memandu tindakan kita untuk komunikasi. Ini berarti literasi dapat berguna
untuk membentuk sikap dan nilai keaksaraan yang bisa berguna dalam komunikasi
dengan orang lain.
7) Sejarah kehidupan kita mengandung banyak peristiwa literasi
dari mana kita belajar dan yang memberikan kontribusi hingga saat ini, yang
berarti literasi mencakup tentang ilmu pengetahuan yang kita dapatkan, mulai
dari saat kita mencarinya hingga mendapatkan hasil dari ilmu yang kita
dapatkan.
8) Sebuah peristiwa literasi juga memiliki sejarah sosial
yang membantu menciptakan praktek saat ini.
Barton and Hamilton (1998: 6) mendefinisikan
praktik keaksaraan sebagai “cara budaya umum menggunakan bahasa tertulis yang
menarik orang dalam hidup mereka dan menunjukkan bagaimana kegiatan membaca dan
menulis yang terkait dengan struktur sosial di mana mereka menanam dan
membentuk. Tetapi ( Street, 1995 : 2 ) mengemukakan bahwa praktek ini
adalah “apa yang dilakukan orang dengan literasi”, praktik literasi berbentuk
abstrak karena mereka tidak hanya membaca dan menulis, tetapi juga menilai, merasakan
dan mengkonsepsi budaya yang memberi makna pada penggunaan praktik literasi ini.
Peristiwa Literacy adalah bagian mengamati di mana literasi memiliki peran.
Biasanya ada teks tertulis, pusat aktivitas dan mungkin ada pembicaraan sekitar
teks. Peristiwa merupakan mengamati bagian yang timbul dari praktek atau yang dibentuk
oleh mereka. Gagasan peristiwa menekankan pada letak sifat literasi, bahwa ia selalu
ada dalam konteks sosial.
Lalu Baynham
(1995: 1) Investigasi literasi sebagai praktek melibatkan menyelidiki
literasi sebagai ' aktivitas manusia yang nyata ', bukan hanya apa yang
dilakukan orang dengan literasi, tetapi juga apa yang mereka dapatkan dari apa
yang mereka lakukan, nilai-nilai yang mereka tempatkan di atasnya dan ideologi
yang mengelilinginya.
Konsep mengenai Literacy and
power
“Tidak
semua praktek literasi adalah sama. Negara
memiliki kekuasaan yang sangat besar untuk mendefinisikan literasi, buta huruf, mengatur kemudian memasukan
ke kelompok-kelompok
tertentu, dan membatasi akses ke pengetahuan.
Tulisan yang
bernilai adalah pusat dari
pengertian kekuasaan dan kontrol dalam masyarakat modern. Arti
dominan dari praktek literasi dibangun dalam
konteks yang memiliki kekuatan
yang cukup besar dalam masyarakat kita,
seperti pendidikan dan hukum. Institusi
pengendali ini seharusnya
menegakkan
dan mendukung praktek bergengsi ini. Namun kegiatan menulis kurang
didukung dan kurang berpengaruh, padahal
seharusnya didukung sepenuhnya oleh negara”.
Bartholomae
(1986: 4) on academic literacy “Setiap kali seorang siswa
duduk untuk menulis kepada kami, ia harus mendapatkan kesempatan untuk belajar
sejarah atau Antropologi atau Ekonomi atau Inggris. Dia harus belajar berbicara
bahasa kita, untuk berbicara seperti yang kita lakukan, untuk mencoba cara-cara
aneh untuk mengetahui, memilih, evaluasi, melaporkan, menyimpulkan, dan
berdebat dalam mendefinisikan discourse komunitas kami”.
c. Culture
Hyland
mengatakan bahwa ide pengalaman penulis 'dari praktik literasi masyarakat yang
berbeda akan mempengaruhi pilihan linguistik mereka, ini menunjukkan bahwa guru
harus mempertimbangkan bagian budaya yang dimainkan siswa dalam menulis.
Menurut (Lantolf, 1999), Budaya
secara umum dipahami sebagai jaringan
historis ditransmisikan dan sistematis makna
yang memungkinkan kita untuk memahami,
mengembangkan dan mengkomunikasikan
pengetahuan dan keyakinan kita
tentang dunia. Menurut Kramsch, Akibatnya,
bahasa dan pembelajaran terikat dengan budaya. (Kramsch, 1993).
Menurut Connor (1996 : 5 ), “Retorika kontrastif adalah area penelitian dalam akuisisi bahasa kedua
yang mengidentifikasi masalah dalam komposisi yang dihadapi oleh penulis bahasa
kedua dan, dengan mengacu pada strategi retoris dari bahasa pertama, mencoba
untuk menjelaskannya. Retorika kontrastif menyatakan bahwa bahasa dan menulis
adalah fenomena budaya. Sebagai konsekuensi langsung, setiap bahasa memiliki
konvensi retorika unik untuk itu.” Inilah yang sedang kita lakukan wahai
prajurit literasi.
Penelitian CR
L2 vs L1 siswa yang dilakukan Grabe dan Kaplan (1996 : 239) menghasilkan
sebagai kesimpulan sebagai berikut :
Ø Preferensi organisasi yang berbeda dan pendekatan untuk argument structuring
Ø Pendekatan yang berbeda untuk menggabungkan bahan ke dalam tulisan mereka
(parafrase, dll)
Ø Perspektif yang berbeda pada reader-orientation, menarik perhatian dan
estimasi pengetahuan pembaca
Ø Perbedaan penggunaan cohesion markers, penanda tertentu yang membuat lemah hubungan
leksikal
Ø Perbedaan dalam penggunaan fitur linguistik terbuka (seperti kurang
subordinasi, banyak conjunction, kurang passivisation, fewer free modifiers,
kurang noun-modification, kata-kata yang kurang spesifik, kurang lexical variety,
prediksi variasi dan gaya sederhana ).
Penelitian tersebut mendapat banyak kritik pedas tidak
sepenuhnya dijelaskan apa pola budaya retorika, di mana mereka berada,
dan bagaimana mereka belajar. Penelitian ini lemah karena mengabaikan
' keragaman dan tergantung
pada metode analisis teks dan terlalu membuat
generalisasi luas tentang linguistik.
Sehingga melahirkan penelitian lain yakni Canagarajah on
Contrastive Rhetoric “Meskipun CR merupakan penelitian langka dan tradisi
pedagogis adat untuk ESL dengan nilai yang cukup bagi guru, harus mengembangkan
jenis yang lebih kompleks penjelasan untuk perbedaan tekstual jika sekolah
adalah untuk menikmati terus kegunaannya. Meskipun perbedaan selalu akan berada
di sana secara tertulis, dan meskipun sebagian besar mungkin berasal dari
budaya, pengaruh cara yang ini terjadi bisa positif atau negatif, memungkinkan
serta membatasi, dan guru harus menyadari semua ini kemungkinan ketika mereka
mengajar menulis siswa. Lebih penting lagi, guru harus ingat bahwa tidak ada
yang perlu tampak sebagai tawanan bahasa dan budaya, siswa dapat diajarkan
untuk menegosiasikan struktur retoris konflik untuk keuntungan mereka.
Canagarajah (2002: 68)
Tanggapan
pedagogik retorika kontrastif sebagian besar telah menekuk
cara berpikir dan menulis pembicara bahasa kedua bagi mereka dari
Konvensi Anglo-Amerika, sebuah praktek dikritik di Phillipson (1992) konsep 'imperialisme linguistik'. Namun, Yamuna Kachru (1999: 84) menunjukkan ketidakmungkinan melatih dunia misalnya seluruh Inggris menggunakan Populasi dalam norma-norma satu varietas. Sebaliknya ia menyarankan bahwa itu adalah pembaca, dan pendidik khususnya bahasa Inggris, yang perlu menyadari konvensi retorika yang berbeda dan untuk menerima mereka dalam pekerjaan mereka sebagai siswa. Selain menjadi sebuah perusahaan yang lebih masuk akal, ia berpendapat bahwa hal ini akan terus mencegah pengecualian mayoritas dari kontribusi terhadap pengetahuan dunia hanya atas dasar penulisan konvensi.
cara berpikir dan menulis pembicara bahasa kedua bagi mereka dari
Konvensi Anglo-Amerika, sebuah praktek dikritik di Phillipson (1992) konsep 'imperialisme linguistik'. Namun, Yamuna Kachru (1999: 84) menunjukkan ketidakmungkinan melatih dunia misalnya seluruh Inggris menggunakan Populasi dalam norma-norma satu varietas. Sebaliknya ia menyarankan bahwa itu adalah pembaca, dan pendidik khususnya bahasa Inggris, yang perlu menyadari konvensi retorika yang berbeda dan untuk menerima mereka dalam pekerjaan mereka sebagai siswa. Selain menjadi sebuah perusahaan yang lebih masuk akal, ia berpendapat bahwa hal ini akan terus mencegah pengecualian mayoritas dari kontribusi terhadap pengetahuan dunia hanya atas dasar penulisan konvensi.
d. Teknologi
Hyland
mengatakan untuk menjadi orang yang paham literasi berarti memiliki kontrol
atas berbagai media cetak dan elektronik. Banyak yang memiliki dampak besar
pada cara kita menulis, genre yang kita buat, identitas pengarang kita
asumsikan, bentuk produk jadi kami, dan cara kita terlibat dengan pembaca.
Beberapa yang paling penting dari ini tercantum dalam Konsep Pengaruh teknologi
elektronik pada penulisan yakni:
Ø Mengubah tulisan , mengedit , proofreading dan proses format
Ø Kombinasi teks tertulis dengan media visual dan audio lebih mudah
Ø Mendorong menulis non - linear dan proses membaca melalui link hypertext
Ø Tantangan pemikiran tradisional tentang kepenulisan , wewenang dan kekayaan
intelektual
Ø Mengizinkan penulis mengakses informasi lebih lanjut dan untuk
menghubungkan informasi dalam cara-cara baru
Ø Mengubah hubungan antara penulis dan pembaca sebagai kembali menulis
“write back”
Ø Memperluas berbagai genre dan kesempatan untuk menjangkau khalayak yang
lebih luas
Ø Blur tradisional lisan dan perbedaan saluran tulisan
Ø Memperkenalkan kemungkinan untuk membangun dan memproyeksikan identitas
sosial baru
Ø Memfasilitasi masuk ke komunitas baru (on-line discourse communities)
Ø Meningkatkan marginalisasi penulis yang terisolasi dari teknologi tulisan
baru
Ø Menawarkan tantangan dan peluang tulisan guru untuk praktek kelas baru
Teknologi
elektronik, pada kenyataannya, mempercepat preferensi yang berkembang untuk
gambar teks di atas dalam banyak domain sehingga kemampuan untuk berdua
mengerti dan bahkan menghasilkan teks multimodal semakin persyaratan praktik
keaksaraan di ilmiah, pendidikan, bisnis, media dan pengaturan lainnya. Menulis
sekarang berarti ' perakitan teks dan gambar ' dalam desain visual yang baru,
dan penulis sering perlu untuk memahami cara-cara tertentu mengkonfigurasi
dunia yang menawarkan modus yang berbeda. Menurut Kress (2003), modus
yang berbeda memiliki affordances yang berbeda, atau potensi dan keterbatasan
untuk makna.
Douglas ( 1998:
155 ) pada argumen hypertext “Keindahan hypertext adalah
yang mendorong kita lurus ' baik / atau' dunia yang mencetak telah datang untuk
mewakili dan menjadi alam semesta di mana dan selalu mungkin. Ini adalah
lingkungan yang lebih kondusif untuk filsafat relativistik dan analisis, di
mana tidak ada rekening tunggal istimewa atas setiap orang”. Guru sering menemukan
berbagai besar variasi dalam kualitas dan genre siswa menyebutkan dalam makalah
akademis mereka ( Stapleton , 2003 ).
Hal terpenting
yakni Computer-mediated-writing instruction. Banyak
guru saat ini menggunakan
sistem manajemen kursus komersial seperti sebagai Blackboard atau
WebCT untuk
menampilkan semua materi pelajaran dan pesan di satu tempat dan
untuk mendorong siswa untuk posting on-line. Namun,
guru adalah pendukung nilai siswa untuk
mengembangkan dan mempublikasikan situs web on-line mereka sendiri sehingga mereka dapat berlatih keterampilan literasi baru. Mungkin penggunaan paling umum dari teknologi di
kelas writing dalam beberapa tahun terakhir telah list serves , atau milis elektronik yang memanfaatkan keakraban siswa dengan email dibatasi dalam komunitas yang mendukung, membantu guru di kelas L2 khususnya untuk menciptakan hubungan baru dan teks. Blog kelas juga telah digunakan oleh guru untuk mendorong ekspresi pendapat siswa dalam menulis menciptakan baik rasa kepengarangan dan masyarakat ( Bloch , 2008)
mengembangkan dan mempublikasikan situs web on-line mereka sendiri sehingga mereka dapat berlatih keterampilan literasi baru. Mungkin penggunaan paling umum dari teknologi di
kelas writing dalam beberapa tahun terakhir telah list serves , atau milis elektronik yang memanfaatkan keakraban siswa dengan email dibatasi dalam komunitas yang mendukung, membantu guru di kelas L2 khususnya untuk menciptakan hubungan baru dan teks. Blog kelas juga telah digunakan oleh guru untuk mendorong ekspresi pendapat siswa dalam menulis menciptakan baik rasa kepengarangan dan masyarakat ( Bloch , 2008)
e. Genre
Genre adalah
jenis tindakan komunikatif, yang berarti bahwa untuk berpartisipasi dalam acara
sosial, individu harus terbiasa dengan genre yang mereka hadapi di sana. Karena
itu, genre sekarang menjadi salah satu konsep yang paling penting dalam pendidikan
bahasa saat ini. Ini adalah adat, namun kita dapat mengidentifikasi tiga
pendekatan genre ( Hyon , 1996; Johns , 2002) :(a) the Australian work
in the tradition of Systemic Functional Linguistics. (b) the teaching of English
for Specific Purposes. (c) the New Rhetoric studies developed in North
American composition contexts.
(a) Systemic Functional views: Dalam sistemik Fungsional Model bergenre dipandang sebagai 'sebuah pentas
yang berorientasi pada tujuan proses sosial ' menurut ( Martin, 1992: 505 ),
menekankan karakter tujuan dan berurutan genre yang berbeda dan mencerminkan
kepedulian Halliday dengan bahasa secara sistematis terkait dengan konteks.
Genre adalah proses sosial karena anggota dari budaya berinteraksi untuk
mencapainya, berorientasi pada tujuan karena mereka telah berevolusi untuk
mencapai hal-hal, dan kemudian dipentaskan karena makna yang dibuat dalam
langkah-langkah, biasanya penulis membutuhkan lebih dari satu langkah untuk
mencapai tujuannya. Ketika
serangkaian teks membagi mengenai tujuan yang sama, mereka seringkali akan berbagi
struktur yang sama pula, dan dengan demikian mereka berasal dari Genre yang sama.
On genre-based grammar in teaching maksudnya Grammar adalah nama untuk
sumber daya yang tersedia untuk pengguna sistem bahasa untuk memproduksi teks.
Sebuah pengetahuan tentang tata bahasa oleh pembicara atau penulis menggunakan
pergeseran bahasa dari implisit-tidak sadar ke bahasa yang manipulasi sadar dan
memilih teks yang sesuai. Sebuah
tata bahasa berbasis genre yang berfokus pada cara yang dilalui berbeda
proses bahasa atau genre secara tertulis yang dikodifikasikan dalam cara yang berbeda dan dikenali. Ini pertama mempertimbangkan bagaimana teks terstruktur dan terorganisir pada tingkat seluruh teks dalam kaitannya dengan tujuannya, penonton dan pesan. Kemudian mempertimbangkan bagaimana semua bagian dari teks, seperti paragraf dan kalimat, terstruktur, terorganisir dan terkodekan sehingga membuat teks efektif sebagai komunikasi tertulis. Knapp dan Watkins (1994 : 8 )
proses bahasa atau genre secara tertulis yang dikodifikasikan dalam cara yang berbeda dan dikenali. Ini pertama mempertimbangkan bagaimana teks terstruktur dan terorganisir pada tingkat seluruh teks dalam kaitannya dengan tujuannya, penonton dan pesan. Kemudian mempertimbangkan bagaimana semua bagian dari teks, seperti paragraf dan kalimat, terstruktur, terorganisir dan terkodekan sehingga membuat teks efektif sebagai komunikasi tertulis. Knapp dan Watkins (1994 : 8 )
(b) English for Specific Purposes (ESP) Orientasi ini mengikuti SFL dalam
memberikan penekanan terhadap sifat formal dan tujuan komunikatif genre, tetapi
berbeda dalam mengadopsi konsep genre yang jauh lebih sempit. Alih-alih melihat
genre sebagai sumber daya yang tersedia dalam budaya yang lebih luas, ia menganggapnya
sebagai milik discourse masyarakat tertentu. Discourse communities mengembangkan
konvensi dan tradisi mereka sendiri seperti
beragam kegiatan lisan seperti menjalankan pertemuan,
menghasilkan laporan, dan
mempublikasikan kegiatan
mereka. Pengulangan peristiwa
komunikatif di kelas adalah
genre yang mengatur kehidupan verbal. Genre
ini menghubungkan masa
lalu dan masa kini, sehingga keseimbangan
kekuatan tradisi dan
inovasi. Mereka
menyusun peran individu
dalam kerangka yang lebih luas,
dan lebih membantu orang-orang dengan aktualisasi komunikatif rencana
dan tujuan mereka.
(c)
The ‘New Rhetoric’: Pendekatan ini
menyimpang dari dua sebelumnya dalam melihat genre sebagai
lebih fleksibel dan kurang mudah untuk mengajarkan. Penekanan yang lebih besar diberikan kepada
cara-cara genre berkembang dan variasi pameran, dan
ini menyebabkan pemahaman sementara
jauh lebih ke konsep (Freedman dan Medway, 1994). Retorika
baru kurang berfokus pada bentuk bergenre, tindakan bentuk ini digunakan untuk
mencapai, sehingga cenderung
menggunakan alat-alat penelitian kualitatif
yang mengeksplorasi hubungan antara teks dan konteks mereka daripada orang-orang yang menggambarkan konvensi retorika mereka
(Miller, 1984). Genre
adalah motivasi, hubungan
fungsional antara jenis teks dan
situasi retoris. Artinya,
genre bukanlah jenis
teks atau situasi, melainkan hubungan fungsional
antara jenis teks dan jenis situasi. Jenis
teks bertahan karena mereka bekerja, karena mereka merespons secara efektif terhadap situasi
berulang. (Coe
(2002))
f.
Identity
Penelitian terbaru telah menekankan hubungan dekat antara menulis dan
identitas seorang penulis. Dalam arti luas, identitas mengacu pada cara-cara
orang menampilkan siapa mereka satu sama lain ( Benwell dan Stokoe , 2006 : 6 )
: kinerja sosial dicapai dengan menggambar pada sumber daya linguistik yang
tepat. Oleh karena itu identitas
dipandang sebagai bangunan oleh teks yang kita libatkan dengan pilihan bahasa
yang kita buat, sehingga identitas bergerak dari pribadi ke ranah publik, dan
dari proses kognisi tersembunyi ke konstruksi sosial dan dinamis dalam discourse.
Pengertian
saat ini identitas melihatnya sebagai konsep plural, yang didefinisikan secara sosial
dan dinegosiasikan melalui pilihan
penulis buat dalam discourse mereka. Pilihan
ini sebagian dibatasi oleh ideologi dominan kemahiran
istimewa di masyarakat tertentu, dan sebagian terbuka untuk interpretasi penulis 'sebagai
hasil dari pengalaman pribadi dan
sosial budaya mereka. Demikian identitas mengacu berbagai macam 'diri' penulis mempekerjakan
dalam konteks yang berbeda, proses hubungan mereka dengan masyarakat tertentu,
dan tanggapan mereka terhadap hubungan kekuasaan institusional tertulis di
dalamnya.
Keanggotaan mengacu pada
kemampuan penulis untuk mengenali, meniru dan, dalam batas-batas, berinovasi,
struktur organisasi masyarakat, kepentingan saat ini, dan praktik retoris. Ini
mengikuti konvensi tertentu dari manajemen melibatkan kesan untuk
memproyeksikan status insider, kesadaran bersama dari konvensi ini memberikan
ciri suatu masyarakat. Kami mengklaim kompetensi untuk mengatasi rekan dengan
menggambar pada pengetahuan intertekstual yang meliputi cara-cara khas memilih
dan memanfaatkan topik, mengacu pada pengetahuan bersama, berinteraksi dengan
konten dan pembaca kami, dan menggunakan terminologi khusus. Jadi, menulis
sebagai seorang akuntan, seorang ahli magnetik fisika, atau pengawas produksi berarti
memposisikan diri tampaknya dalam batas-batas alami komunitas Anda melalui
kontrol bentuk sah dari discourse.
Menurut Ivanic , 1998; Ivanic dan Weldon , 1999. Membahas identitas
sebagai berikut :
1. The autobiographical self yakni penulis
membawa ke tindakan menulis, dibatasi secara
sosial dan dibangun oleh life-history
penulis. Ini termasuk ide-ide mereka, pendapat, keyakinan
dan komitmen sikap mereka.
2.
The discoursal self yakni penulis terkesan sadar atau tidak sadar menyampaikan dalam
sebuah teks dari diri mereka sendiri. Ini menyangkut suara penulis dalam arti bagaimana
mereka menggambarkan diri mereka. Sebuah contoh adalah sejauh mana penulis mengambil
praktek-praktek masyarakat yang atau untuk dia menulis, mengadopsi konvensi dan
untuk mengklaim keanggotaan.
3. The authorial self yakni penulis menunjukkan dirinya
dalam tingkat authoritativeness dengan tulisannya. Ini adalah sejauh mana seorang
penulis ikut campur ke dalam teks dan mengklaim dirinya sebagai sumber isinya. Hal
ini termasuk penggunaan kata ganti pribadi dan kesediaan untuk mendapatkan secara
pribadi di belakang argumen dan klaim.
Dengan demikian, ternyata
sangatlah penting isu-isu dalam kata kunci tersebut yang sungguh sangat
mendominasi pemahaman kami dalam kemampuan menulis. Dengan pemahaman ini,
diharapkan akan meningkatkan kemampuan kita dalam menulis. Sebelum kita menjadi penulis yang
ahli, terlebih dahulu kita
harus menjadi pembaca yang ahli. Kunci keahlian menulis
adalah mulai menulis. Dan kunci memulai menulis adalah menulis kalimat pertama. Di
zaman dulu, kita tidak
wajib untuk belajar menulis. Tapi di zaman
modern ini, apakah ada alasan yang meyakinkan
untuk tidak perlu menulis?
References:
[Ken_Hyland]_Teaching_and_Researching_Writing_(2nd(BookFi.org) hal 44 - 74
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic