Gemuruh hati yang
kencang, seakan mewakili keadaanku malam ini. Merasa jijik, marah, dan benci
ketika aku mulai terobsesi membaca sejarah Christopher Columbus melalui mata
sang sejarawan yaitu Howard Zinn. Setiap kata, kalimat dan tiap-tiap
paragraphnya seperti sedang membawaku pada zaman itu, zaman dimana masa kelam
yang dialami oleh bangsa kulit hitam Amerika pada zaman itu dimulai.
Kekuatan tembok
tirani yang begitu kokoh bisa menghancurkan “masa” pada zaman itu. Hierarki yang
dijadikan landasan kehidupan, membawa seseorang merasa sedang di neraka. Neraka
dibawah kekuasaan tirani.
Kita semua tahu
bahwa siapa itu Christopher Columbus. Dia adalah seorang penjelajah yang
berlayar untuk menemukan India pada tahun 1492, dimana pada zaman ini India
terkenal dengan hartanya yang melimpah, hasil tanah yang subur dan teknologi
yang canggih tak ada duanya. Harapan dan tujuan tidak berhasil saat ia
melintasi Samudra Atlantik dan menemukan dunia baru. Namun demikian, fakta lain
banyak yang tidak menyadari. Saya akan mencoba menjelaskan setidaknya 10 fakta
tentang Columbus yang bisa sedikit menambah ilmu sejarah kita.
1)
Columbus
tidak pernah tiba di daratan Amerika Utara. Perjalanannya membawa dia ke
Amerika Tengah dan Selatan, Puerto Rico, kepulauan Virgin Bahama dan kepulauan
Karibia lainnya.
2)
Hari
Columbus pertama kali dirayakan pada tahun 1792 di New York.
3)
Columbus
bukan orang pertama yang menemukan Dunia Baru.
4)
Columbus
bertanggung jawab langsung atas pembunuhan ribuan penduduk asli Amerika.
5)
Columbus
dipandang sebagai pola dasar antara yang baik dan yang jahat di Spanyol dan
Amerika Utara.
6)
Columbus
adalah seorang Italia yang berspekulasi telah lahir di Genoa.
7)
Motivasi
Columbus untuk eksplorasi adalah menjadi utusan untuk non-kristen.
8)
Dunia
ini tidak dianggap datar oleh Columbus dan penjelajahnya, yang hal ini disebut
mitos Bumi Datar.
9)
Christopher
Columbus adalah nama Anglophone yang diberikan kepada explorer.
10)
Permohonan
pertimbangan dilakukan ke Portugal oleh Chirstopher Columbus untuk membantu dia
mengeksplorasi dan mendanai perjalanannya.
Katanya, tugas mereka tercerahkan oleh kaum –literat-yaitu yang
menerka ceruk ceruk “baru” tempat pengetahuan dan keterampilan yang mereka
pungut, kumpulkan dan kuasai dalam perjalanan hidupnya sebagian sederhana dari
cinta mereka terhadap pengetahuan. Mereka yang hanya tahu teori ini dan itu
dari “suara-suara penuh kuasa” di bidang yang mereka geluti, belumlah dikatakan
yang tercerahkan-literat: mereka baru pada fase awal yaitu peniru.
Meniru adalah bagian penting dari menemukan kemudian menciptakan,
dari memahami affordance dan meaning potential tanda-tanda yang terserak, yang
dibaca dengan ini dan itu. Yang berbahaya adalah ketika kita mersa sudah
mendeminasi, pun menerka pandangan-pandangan baru tempat segala teori yang
dipahami digunakan, padahal kita baru sampai pada tahap meniru. Lalu kita
dengan pongah dan percaya dirinya mengatakan “ini salah itu benar”, tanpa dasar
yang “tak bergetar” pada mereka yang berada di titik awal menjadi peniru. Kita
merasa bahwa kita hafal ini dan itu, dan telah membuat kita menjadi bagian dari
“Rejim Kebenaran tak Terbantahkan”. Begitu banyak yang harus dipelajari,
dipahami, lalu dimaknai: lebih banyak menjadi sombong sebab apa yang sudah kita
ketahui barulah sedikit. Itulah Quote of the Day dari Mr.Bumela.
Fowler (1996:10) : “seperti linguist kritis sejararawan bertujuan
untuk memahami nilai-nilai yang mendukung formasi sosial, ekonomi, politik dan
diakronis, perubahan nilai dan perubahan formations. Fowler (1996:12) : “ideologi
ini tentu saja baik media dan alat proses sejarah.
Ada yang salah ketika para sejarawan menganggap profesi mereka sama
dengan para kartografer, ujar (Zinn). Pembuat peta dengan sengaja
menyederhanakan realitas, menunjukkan bagian yang perlu saja dan membuang yang
tidak penting terlihat. Itu yang membuat peta di Indonesia, kepulauan kita jadi
datar dan tak perlu ada gambar benua Amerika disana. Namun menulis sejarah
adalah hal yang sungguh-sungguh berbeda. Ketika distorsi atau bias para
kartografer bersifat teknis, maka para sejarawan biasnya tiada lain adalah bias
ideologis. Dalam kata-kata Howard Zinn, setiap penekanan tertentu dalam
penulisan sejarah akan mendukung sebuah kepentingan. Bisa kepentingan politik,
ekonomi, rasial ataupun nasional. Para penulis tertentu seakan lupa bahwa
produksi pengetahuan adalah alat tempur dalam antagonisme antar kelas sosial,
ras, ataupun bangsa-bangsa.
Fowler (1996) ideologi dimana-mana berada di teks tunggal. (lisan,
tertulis, audio, visual atau kombinasi dari semua itu). Ideologi dapat
diartikan hasil penemuan dalam pikiran yang berupa pengetahuan dan teori. Juga
dapat diartikan suatu kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas, pendapat
(kejadian) yang memberikan arah tujuan untuk kelangsungan hidup.
Indonesia adalah negara yang menganggap Pancasila sebagai ideologi
terbuka dan pancasila sebagai sumber nilai. Menurut Karl Marx ideologi adalah
kesadaran palsu, karena ideologi merupakan hasil pemikiran yang diciptakan oleh
pemikirnya, padahal kesadaran para pemikir tersebut pada dasarnya ditentukan
oleh kepentingannya. Jadi, menurut Karl Marx adalah pengandalan-pengandalan
spekulasif yang berupa agama, moralitas, atau keyakinan politik.
Sebuah ideologi yang telah menjadi keyakinan dalam kehidupan
masyarakat dapat menjadi luntur atau pudar seiring perkembangan zaman. Ideologi
akan mampu bertahan menghadapi perubahan zaman, ideologi mempunyai tiga
dimensi, yaitu dimensi realitas, idealisme dan Fleksibilitas.
Produksi teks tidak pernah netral (Fairclough 1989, 1992; 2000;
Lehtonen 2000). Tapi literasi pernah netral (Alwasilah 2001; 2012), oleh karena
itu, membaca dan menulis selalu termotivasi secara ideologis.
Menulis di perguruan tinggi sering mengambil bentuk persuasi-
meyakinkan orang lain bahwa anda memiliki sisi yang menarik, yaitu sudut
pandang logika pada subjek yang anda pelajari. Persuasi adalah keterampilan
anda berlatih secara teratur dalam kehidupan sehari-hari anda. Diperguruan
tinggi, tugas kuliah sering meminta anda membuat kasus persuasif secara tertulis.
Anda akan diminta untuk meyakinkan pembaca pada sudut pandang anda. Bentuk
persuasi sering disebut argumen akademik, mengikuti pola diprediksi secara
tertulis. Setelah mengenal singkat dari topik anda, anda menyatakan sudut
pandang anda pada topik secara langsung dan biasanya dalam satu kalimat.
Kalimat ini adalah pernyataan tesis dan berfungsi sebagai ringkasan dari
argumen anda akan membuat disisa kertas.
Thesis statetment adalah ide utamanya. Pernyataan tesis dari esai
adalah pernyataan satu atau dua kalimat yang mengungkapkan gagasan utama ini.
Pernyataan tesis mengidentifikasi topik penulis dan pendapat penulis dan
pendapat penulis dimiliki di sekitar topik tersebut. Pernyataan tesis melakukan
dua fungsi: penulis menciptakan tesis untuk focus objek esai. Kehadiran
pernyataan tesis yang baik membantu pemahaman pembaca. Memberitahu pembaca
bagaimana anda akan menafsirkan pentingnya materi pelajaran yang sedang di
bahas. Seperti peta kertas dijalan, dengan kata lain, ia memberitahu pembaca
apa yang diharapkan dari sisa kertas.
Tesis merupakan interpretasi dari pertanyaan atau subjek, bukan subjek
itu sendiri; subjek atau topik dari sebuah esai mungkin dalam Perang Dunia II
atau Moby Dick, maka tesis harus menawarkan cara untuk memahami perang atau
novel, dan membuat claim bahwa orang lain mungkin akan membantah.
Biasanya satu kalimat disuatu tempat, di paragraph pertama adalah
yang menyajikan argumen anda kepada pembaca. Sisa kertas, tubuh esai,
mengumpulkan dan mengatur bukti yang akan membujuk pembaca untuk menafsirkan
logika anda.
Tesis adalah hasil dari proses berfikir yang panjang. Sebelum anda
mengembangkan argumen tentang topik apa saja, anda harus mengumpulkan dan
mengatur bukti, mencari kemungkinan hubungan antara fakta yang diketahui
(seperti kontras yang mengejutkan atau kesamaan), dan berfikir tentang
pentingnya hubungan tersebut.
Jadi kesimpulannya adalah telah tertanam di mind set kita bahwa
orang yanng berliterat adalah orang yang mampu berbaca tulis yang baik. Menulis
adalah menuangkan ide atau logika pada serpihan-serpihan kertas. Menulis juga
merupakan suatu proses penafsiran logika yang berdasarkan ideologi seseorang.
Menulis bisa diawali dari meniru, menemukan lalu kemudian menciptakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic