Sore
hari itu merupakan sore yang menyedihkan. Hujan disertai petir menemani sore
sepiku disebuah gedung tinggi disalah satu kota besar di Jawa Barat. Kuhadapkan
muka ini kearah jendela dan kulihat betapa hitamnya awan diluar dan menakutkan
diri ini. Tersadar diri ini seperti diikat oleh sebuah tali yang menggantung
pada sebuah botol plastik transparan. Kulihat itu adalah sebuah infusan yang
dipasang ditangan ini. Ya, minggu lalu saya tidak bisa mengikuti semua mata
kuliah termasuk mata kuliah Writing and Composition 4 dikarenakan sakit. Kepala
pusing, badan demam dan lemas, juga terasa sangat nyeri pada lambung. Itu semua
mengakibatkan saya harus absen dari kuliah dan menjalani perawatan disalah satu
rumah sakit di kota itu.
Tapi tetap
fikiran saya tidak pernah absen untuk selalu memikirkan tugas-tugas yang selalu
mengisi hari-hari saya. “Bagaimana dengan tugas?” itulah kalimat yang mengisi
fikiran saya selama dirumah sakit. Itu membuat saya seperti dikejar-kejar
anjing yang terus menggonggong dan berlari kencang mengikuti kemana saya pergi.
Tapi tetap, apapun yang terjadi saya tetap bertekad untuk mengerjakan tugas
sebagai kewajiban saya meskipun saya tidak tahu apa yang dibahas didalam kelas.
Pada
pertemuan di minggu lalu, menurut teman-teman yang saya tanyai, pembahasannya
msih menyangkut dengan Howard Zinn dan Christopher Columbus. Berarti areanya
masih disekitar sejarah. Berbicara mengenai sejarah tidak lengkap rasanya bila
tidak membahas arti dari kata sejarah.
Sejarah
berasal dari bahasa Arab yaitu syajarotun yang berarti pohon. Menurut bahasa
Arab, sejarah sama artinya dengan sebuah pohon yang terus berkembang dari
tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih kompleks atau ke tingkat yang
lebih maju dan maka dari itu sejarah diumpamakan menyerupai perkembangan sebuah
pohon yang terus berkembang dari akar sampai ranting yang paling kecil yang
kemudian bisa diartikan silsilah. Syajarah dalam arti silsilah berkaitan dengan
babad, tarikh, mitos dan legenda.
Menurut
Dr. Kuntowijoyo, sejarah dapat diartikan dua macam:
A.
Sejarah
dalam arti negatif
·
Sejarah
itu bukan mitos
Meskipun
sama-sama menceritakan kejadian dimasa lalu, tapi sejarah dan mitos jelas
berbeda. Mitos menceritakan kejadian dimasa lalu yang waktunya tidak jelas.
Sedangkan dalam sejarah semua peristiwa secara tepat dan jelas.
·
Sejarah
bukan filsafat
Sejarah
mempelajari sesuatu yang konkret, sementara filsafat itu abstrak dan spekulatif
·
Sejarah
bukan ilmu alam
Sejarah
menuliskan sesuatu yang khas atau unik, sedangkan ilmu alam menuliskan sesuatu
yang umum
·
Sejarah
bukan sastra
Perbedaannya
terletak pada empat hal yaitu cara kerja, kebenaran, hasil keseluruhan dan
kesimpulan.
B.
Sejarah
dalam arti positif
·
Sejarah
adalah ilmu tentang manusia
Karena
yang dipelajari adalah manusia dalam sebuah peristiwa bukan cerita masa lalu
manusia secara keseluruhan
·
Sejarah
adalah ilmu tentang waktu
Sejarah
membicarakan masyarakat dari segi waktu yang mencakup empat hal yaitu
perkembangan, kesinambungan, pengulangan, dan perubahan.
·
Sejarah
adalah ilmu tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial
Dalam
sejarah yang dipelajari bukan hanya aktivitas manusia saja, melainkan aktivitas
manusia yang mempunyai makna sosial.
·
Sejarah
adalah ilmu tentang sesuatu yang terperinci dan tertentu
Artinya
sejarah harus menyajikan yang kecil-kecil, tidak terbatas pada hal-hal besar.
Bila
membahas tentang sejarah, otomatis kita akan membahas tentang value atau nilai
serta ideologi. Ideologi dan nilai akan mempengaruhi tulisan yang kita tulis.
Berikut pembahasan tentang nilai dan ideologi. Dictionary of sosciology and Related
sciences
mengemukakan, definisi nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada
suatu benda untuk memuaskan manusia, sifat dari suatu benda yang menyebabkan
menarik minat seseorang atau kelompok. Pada dasarnya nilai merupakan sifat atau
kualitas yang melekat pada sesuatu obyek, bukan obyek itu sendiri. Sesuatu yang
mengandung nilai berarti ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu
tersebut. Dengan demikian, nilai itu sebenarnya adalah suatu kenyataan yang
tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan lainnya. Adanya nilai karena adanya
kenyataan-kenyataan lain sebagai pembawa nilai (wastranger).
Sedangkan menurut Milton Receach dan
James Bank mengemukakan bahwa
definisi nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup
sistem kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu
tindakan mengenai sesuatu yang pantas atau sesuatu yang tidak pantas
dikerjakan, dimiliki dan dipercayai. Pandangan ini juga berarti nilai merupakan
sifat yang melekat pada sesuatu yang telah berhubungan dengan subyek (manusia
pemberi nilai). Sementara itu, definisi nilai menurut Frankel adalah standar
tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran, dan efisiensi yang mengikat
manusia dan sepatutnya dijalankan serta dipertahankan. Pengertian ini
menunjukkan bahwa hubungan antar subyek dengan obyek memiliki arti yang penting
dalam kehidupan subyek.
Sementara
ideologi dapat diartikan suatu kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas. Karl Marx memahami ideologi
berlawanan dengan pengertian ideologi menurut Destutt de Tracy. Menurut Karl
Marx, ideologi adalah kesadaran palsu. Mengapa disebut kesadaran palsu? Karena
ideologi merupakan hasil pemikiran yang diciptakan oleh pemikirnya, padahal
kesadaran para pemikir tersebut pada dasarnya ditentukan oleh
kepentingannya.Jadi ideologi menurut Karl Marx adalah pengandalan-pengandalan
spekulatif yang berupa agama moralitas, atau keyakinan politik .Meskipun
spekulatif ideologi tersebut dianggap sebagai kenyataan untuk menyembunyikan
atau melindungi kepentingan kelas sosial pemikir tersebut.
Sangat disesali pada minggu lalu
saya tidak bisa mengikuti kelas semua mata kuliah, sehingga saya tertinggal
satu pertemuan. Jadi saya hanya bisa bertanya kepada teman-teman. Saya
mendownload power point saja yang di upload oleh teman saya, tapi saya tidak
tahu penjelasan tentang slide-slide yang ada di power point.
Quote of the
Day
Katanya, tugas mereka yang
tercerahkan--kaum literat--adalah meneroka ceruk ceruk 'baru' tempat
pengetahuan dan keterampilan yang mereka pungut, kumpulkan dan kuasai dalam
perjalanan hidupnya sebagai bagian sederhana dari cinta mereka pada pengetahuan
dan pemberi pengetahuan. Mereka yang hanya baru tahu teori ini dan itu dari
'suara-suara penuh kuasa' di bidang yang mereka geluti, belumlah dapat
dikatakan yang tercerahkan--literat; mereka baru pada fase awal; peniru.
Meniru adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan, dari memahami affordance dan meaning potential tanda tanda yang terserak, yang dibaca dengan teori ini dan itu. Yang berbahaya adalah ketika kita merasa sudah mendesiminasi, pun meneroka padang-padang baru tempat segala teori yang dipahami digunakan, padahal kita baru sampai pada tahap meniru. Lalu kita dengan pongahnya mengatakan 'ini salah itu tak benar", tanpa dasar yang 'tak bergetar' pada mereka yang berada di titik awal menjadi peniru. Kita merasa bahwa hapal saja teori ini dan itu, telah membuat kita menjadi bagian dari "Rejim kebenaran tak terbantahkan".
Begitu banyak yang harus dipelajari, dipahami lalu dimaknai; lebih banyak dari alasan menjadi sombong sebab apa yang baru kita sedikit ketahui
Meniru adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan, dari memahami affordance dan meaning potential tanda tanda yang terserak, yang dibaca dengan teori ini dan itu. Yang berbahaya adalah ketika kita merasa sudah mendesiminasi, pun meneroka padang-padang baru tempat segala teori yang dipahami digunakan, padahal kita baru sampai pada tahap meniru. Lalu kita dengan pongahnya mengatakan 'ini salah itu tak benar", tanpa dasar yang 'tak bergetar' pada mereka yang berada di titik awal menjadi peniru. Kita merasa bahwa hapal saja teori ini dan itu, telah membuat kita menjadi bagian dari "Rejim kebenaran tak terbantahkan".
Begitu banyak yang harus dipelajari, dipahami lalu dimaknai; lebih banyak dari alasan menjadi sombong sebab apa yang baru kita sedikit ketahui
Fowler (1996:10):”Seperti sejarawan
critical linguist bertujuan untuk memahami nilai-nilai yang mendukung formasi
sosial, ekonomi, dan politik, dan diakronis, perubahan dalam nilai-nilai dan
perubahan formaitons”.
Fowler (1996:12): “Ideologi ini
tentu saja media baik dan alat proses sejarah”.
Dengan kata
lain, ideologi sangat mempengaruhi hasil tulisan yang kita buat. Ideologi
menentukan cara pandang kita terhadap sesuatu.
Ideologi disetiap teks tunggal
(lisan, tertulis, audio, visual, atau kombinasi dari semua itu) (Fowler, 1996).
Produksi teks
tidak pernah netral! (Fairclough 1989, 1992, 1995, 2000; Lehtonen 2000).
Literasi tidak
pernah netral (Alwasilah 2001;2012)
Oleh karena
itu, membaca dan menulis selalu termotivasi secara ideologis.
Pada slide selanjutnya, menjelaskan
tentang thesis statement. Kita akan diminta untuk meyakinkan pembaca tentang
sudut pandang kita. Bentuk persuasi, sering disebut argumen akademis, mengikuti
pola prediksi secara tertulis. Setelah pengenalan singkat dari topik kita, kita
menyatakan sudut pandang kita pada topik secara langsung dan sering dalam satu
kalimat. Kalimat ini adalah pernyataan thesis, dan berfungsi sebagai ringkasan
dari argumen kita akan tersisa dikertas.
Pada slide selanjutnya, tentang
function of thesis statement
·
Penulis menciptakan thesis untuk fokus
subjek essai
·
Kehadiran pernyataan thesis yang
membantu pemahaman pembaca.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa ideologi dan value sangat mempengaruhi tulisan yang
dibuat. Ideologi akan menentuka pandangan kita terhadap sesuatu yang akan
ditulis. Dan bila berbicara mengenai sejarah otomatis kita tidak akan bisa
menghindar dari sesuatu yang bernama value atau nilai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic