We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Senin, 10 Maret 2014

Rangkaian Kata



5th Class Review

Langkahku akan terus melangkah bersama asa yang tak akan pernah berakhir. Ketika hembusan nafas ini terus mengalir sejalan dengan detakan jantung. Ditemani dengan rangkaian kata dan sejuta huruf yang terus terukir di dalam relung hati. Aku berharap rangkaian kata dan sejuta huruf terus menemani setiap langkah dalam kehidupanku, dan mereka tidak akan pernah menghentikan langkahnya. Bahkan semua benda yang ada dikamarku ikut menyaksikan betapa dekatnya aku dengan rangkaian kata. Rangkaian kata yang mampu menghidupkan saraf-saraf yang telah rapuh dan terusik oleh waktu. Hingga sampai saat ini rangkaian kata menjadi suatu melodi yang indah untuk kehidupanku. Kehidupanku akan berwarna warna warni tat kala aku dapat memainkan rangkaian kata menjadi melodi yang indah laksana pelangi yang memancarkan warna-warna yang indah.
Malamnya begitu sempurna, namun disisi lain aku terus mengarungi lautan academic writing. Aku bahagia karena rangkaian kata terus berada di sampingku saat aku mengarungi lautan. Lautan kali ini harus melewti beberapa tahap, diantaranya harus membahas issue tentang writing (context, literacy, culture, technology, genre, identity).
           Sebelum membahas ke pokok permaslahan, mari iklan terlebih dahulu. Sebuah universitas yang bagus adalah harus mempunyai dosen yang hebat agar dapat membangun kemampuan mahasiswa yang hebat. Tetapi, pada hakikatnya membangun kemampuan mahsiswa bukan dari dosen saja, melainkan dari dalam dirinya sendiri. Kembali lagi ke pembahasan writing, bahwa pada pertemuan ke tujuh kami harus menyerahkan 1000 kata saja tetapi, dalam bahasa Inggris. Tidak lagi 2500 kata yang biasanya membuat critical review.

writing.
Critical review tentang artikel Howard Zinn, menurut Mr Lala tulisannya belum bersifat akademik. Bahkan generic structurenya belum ada. Generic structure dalam ccritical review akan lebih complex atau rumit, karena dalam membuat text harus ada generic structure dan itu yang membuat penting dan seenaknya sendiri. Jikalau tidak menunjukan generic structure, maka kita akan membuat bingung si pembaca, karena pembaca hanya ingin melihat konten atau isi.
Minggu lalu, dalam membahas discourse analysis di class review aku belum ada penjelasan tentang siapa penulis, tahun dan halamannya. Jadi kali ini saya akan membahas kembali tentang classroom discourse. Dalam buku “Classroom Discourse Analysis : A Tool for Critical Reflection” menurut (Besty Rymes, 2008: 12) bahwa definisi untuk wacana yang sederhana adalah bahasa-bahasa yang digunakan. Analysis wacana adalah studi tentang bahasa yang digunakan yang dipengaruhi oleh konteks-konteks yang bebeda dan bagaimana sebuah kata yang digunakan tergantung pada konteksnya. Classroom discourse adalah konteks utama dan paling jelas untuk wacana yang akan kita periksa, namun konteks untuk analisis wacana kelas juga meluas bukan hanya dalam kelas saja. Tetapi, juga diluar kelas. Komponen yang berbeda dari bicara kelas, itu dapat mencakup konteks yang mempengaruhi apa dan bagaimana hal itu ditafsirkan dalam kelas.
Dalam mempelajari classroom discourse mempunyai manfaat yaitu mengetahui atau memahami secara umum mengenai perbedaan komunikasi antara kelompok-kelompok social (Besty Rymes, 2008: 11). Pada dasarnya kita hidup ditengah-tengah kelompok masyarakat yang berbeda-beda, jadi kita harus dapat memahami dan mampu berinteraksi dengan orang lain. Itu sebabnya mengapa classroom discourse sangat penting untuk dipelajari. Seorang guru harus mampu merangkul siswanya menjadi satu, meskipun terlahir dari latar belakang yang berbeda-beda.
Mari kita kembali ke pembahasan awal tentang issue of writing, yang akan dijelaskan lebih terperinci di bawah ini.
Context
Kita menyadari bahwa makna bukanlah sesuatu yang terdapat dalam kata-kata yang lalu disampaikan oleh orang lain,melainkan diciptakan oleh interaksi antara pembaca dan penulis, menurut buku “Teaching and Researching” (Ken Hyland 2002:45). Interaksi dalam kehidupan itu sangatlah penting, jikalau manusia tidak dapat berinteraksi maka tidak akan berkembang bangsa ini, begitupula dengan menulis. Pembaca dan penulis harus mampu menciptakan interaksi yang baik, supaya pesan yang tertuang dalam tulisan bisa tersampaikan kepada pembaca.
Berbeda dengan pendapat  Van Dijk (2008:viii) bahwa It is the situation that influences (or is influenced by) discourse, but the way the participant define such a situation. Context thus are not some kind of “objective or direct cause, but rather (inter) subjective construct designed and ongoingly updated in interaction by participant as members of groups and communities. Context are participant constructs. Konteks itu bukan hanya dalam tulisan saja, melainkan dalam dunia social juga ada. Seperti yang telah di sebutkan di atas bahwa conteks itu menciptakan interaksi, contohnya dalam dunia social adalah individu dan kelompok masyarakat. Apakah dalam berinteraksi dengan orang lain mempunyai cara yang sama terhadap perbedaan usia? Perbedaan usia itu menunjukan perbedaan interaksi atau berbicara. Bahkan context dalam hal ini ada yang menganggap bahwa menganggap context of situation yang di dalamnya terdapat field, tenor dan mode (Malinowski, 1949) yang mengacu kepada context of situation menurut (Halliday, 1985) tentang Halliday’s dimensions of context, daintaranya :
a.       Field, mengacu terhadap apa yang terjadi, jenis aksi soaial, dan teks yang mengacu terhadap masalah social.
b.      Tenor, mengacu kepada peran dan hubungan antar individu, khususnya tenang sikap (contohnya kesopanan).
c.       Mode, mengacu pada informasi. Bagaimana informasi itu disampaikan kepada pembaca.
Pada semester tiga, dan pada mata kuliah English phonology yang membahas tentang context of situation yang pada akhirnya mencapai ke meaning, begitu pula dengan context dalam writing.

Literacy
Dalam perbincangan metodologi pengajaran di kalangan guru bahasa saat ini, yang menjadi buah bibir adalah genre, wacana, literasi, text dan context (A. Chaedar Alwasilah, 2002:159), dalam bab tentang rekayasa literasi. Literasi ini merupakan kemampuan untuk membaca dan menulis, mengembangkan potensi diri, mengatasi masalah, bersosialisasi, dan lain lain. Begitu pula menurut Ken Hyland (2002: 48) bahwa writing, together with reading, is an act of literacy. Dunia ini akan terus hidup dengan adanya pembaca dan menulis, itu yang membuat mengapa tulisan sangat berperan penting terhadap kehidupan manusia. Sedangkan menurut  Scribner and Cole (1981: 236) bahwa literasi tidak hanya mengetahui membaca dan menulis saja, melainkan menerapkan pengetahuan untuk tujuan tertentu dan konteks tertentu.
Literasi itu mampu mencakup semua aspek, khususnya aspek social. Begitu pula yang dikatakan oleh Mr Lala Bumela bahwa “ History dan Literacy akan menjadi social practice”. Bahkan menurut Barton (2007 :34) yang membahas tentang “A social view of literacy”. Dalam a social view of literacy mempunyai delapan aspek, yaitu :
1.      Literasi adalah kegiatan social yang jauh lebih baik dijelaskan oleh seseorang dalam praktik literasi.
2.      Orang-orang memiliki kemahiran yang berbeda-beda yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan.
3.  Praktik literasi dalam masyarakat terletak dalam hubungan yang lebih luas, sehingga perlu untuk menggambarkan pengaturan peristiwa dalam literasi.
4.      Praktek literasi berpola oleh lembaga-lembaga social yang berkuasa atau berhubungan.
5.      Literasi didasarkan pada sistem simbol sebagai cara untuk mewakili
dunia kepada orang lain dan diri kita sendiri.
6.      Sikap dan nilai itu berhubungan dengan cara kita berkomunikasi.
7.  Sejarah dalam kehidupan kita mengandung banyak peristiwa tentang praktik literasi dan memberikan kontribusi sampai saat ini.
8.      Sebuah peristiwa keaksaraan juga memiliki sejarah sosial yang membantu menciptakan arus praktek.
           Dengan melihat aspek di atas bahwa literasi yang berbeda-beda menjadi jelas bahwa tidak ada literasi tunggal yang memiliki kemahiran yang berbeda. Artinya bahwa semua praktik literasi berhubungan dengan kehidupan kita, bukan hanya menulis saja, bahkan hokum, ekonomi, tempat kerja juga ikut terlibat di dalamnya.

Culture
Budaya merupakan aset suatu bangsa yang sangat berharga. Budaya tidak pernah lepas dari keterlibatannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Budaya secara umum dipahami sebagai historis yang ditransmisikan dan jaringan sistematis makna yang memungkinkan kita untuk memahami, mengembangkan dan mengomunikasi pengetahuan dan keyakinan kita tentang dunia (Lantolf, 1999). Dalam sebuah praktik literasi yang berbeda dari sebuah masyarakat akan menunjukan budaya pada setiap individu. Negara yang memilki literasi yang tinggi, berarti negara tersebut mampu membangun budaya dengan baik. Begitu pula dengan menulis, menulis merupakan suatu  budaya yang berguna untuk orang lain (pembaca). Menulis juga bukan hanya menciptakan sejarah saja, melainkan juga dapat mengembangkan budaya di suatu negara. Contohnya banyak ritual yang ada di Cirebon, lalu banyaknya ritual dan tradisi itu ditulis dalam sebuah buku. Setelah menjadi sebuah buku lalu dipublikasikan ke kota lain, secara tidak langsung semua orang dapat mempelajari budaya yang ada di Cirebon lewat tulisan. itu menunjkan betapa dekatnya tulisan dengan budaya.
Dalam sebuah budaya berhubungan dengan bahasa  yang kita gunakan, dan pasti mengacu kepada pembahasan tentang L1 dan L2. M    enurut buku “Second language” (Hyland, 2003 :32), sabagai guru menulis sulit untuk mengekstrak dari prinsip-prinsip dari mana untuk mengajar dan mengevaluasi “tulisan yang baik”. Sebenarnya semua penulis memiliki potensi kreatif yang sama dan dapat belajar untuk mengekspresikan diri melalui menulis. Jadi, kaitannya dengan L1 dan L2 bila kita sorang mahasiswa bahasa Inggris, kita mungkin berhasil menulis dalam bahasa Inggris. Tetapi, dalam menulis bahasa daerahnya kurang, itu perlu diperhatikan ole seorang guru menulis, karena kita cenderung mengabaikan latar belakng budaya kita dan tujuan komunikasi di dunia nyata.
Menulis juga seperti berkomunikasi. Dalam menulis tidak hanya terpaku terhadap satu bahasa saja, melainkan kita dapat mengapresiasikan lewat bahasa yang lain. Seperti yang dikatakan oleh Mr lala bahwa “In my very own perspective you are A MULTILINGUAL WRITER, who writes effectively in L1 and L2 effectively, who serves as a critical reader both in L1 and L2; who transforms yourself from a student of language into a student of writing, who can make informed choice in life; who can change the world. Itu menunjukan bahwa tulisan juga mampu berinteraksi dengan budaya (badaya disini dalam konteks bahasa).
Technology
Untuk  menjadi orang yang literat harus memiliki pemahaman terhadap media cetak. Dengan adanya teknologi yang modern memiliki dampak yang besar terhadap cara kita menulis, genre yang kita buat, identias pengarang yang diasumsikan, bentuk produk yang dihasilkan, dan cara kita terlibat dengan pembaca. Ada beberapa pengaruh teknologi elektronik terhadap tulisan, diantaranya:
1.      Mengubah dalam proses menciptakan, mengedit dan memformat
2.      Mengkombinasikan teks tertulis dengan media visual dan audio lebih mudah.
3.       Mendorong untuk menulis non-linear dan proses membaca melalui hypertext link.
4.      Tantangan pemikiran tradisional dalam kepenulisan, wewenang dan intelektual.
5.      Mengizinkan penulis untuk mengakses informasi  yang lebih lanjut dan dapat menghubungkan dengan informasi yang lain dengan cara yang baru.
6.      Menghubungkan antara penulis dan pembaca supaya pembaca bisa “menulis kembali”.
7.      Memperluas berbagai genre dan peluang untuk mencapai audience yang lebih luas cakupannya.
8.      Memperkenalkan dan membangun untuk memproyeksikan identitas social yang baru.
9.      Dapat memfasilitasi berkomunikasi wacana melalaui media online.
10.    Meningkatkan teknologi dalam menulis yang sudah terisolasi.
11.    Penawaran dan tantangan untuk seorang guru dalam memberikan metode pengajaran yang baru.
Genre
         Genre menjadi salah satu konsep penting dalam dunia pendidikan bahasa saat ini. Ini adalah adat, namun untuk mengidentifikasi tiga pendekatan genre (Hyon, 1996; Johns, 2002) akan dijelaskan di bawah ini:
(a)          Pekerjaan di Austarlia dalam tradisi Sistematik Fungsional Ilmu Bahasa.
(b)         Pengajaran bahasa Inggris untuk keperluan khusus.
(c)          Studi yang membahas tentang retorika baru dikembangkan dalam komposisi yang kompleks.
Menurut Swales (1998: 20) bahwa wacana masyarakat berkembang pada tradisi meraka masing-masing seperti kegiatan lisan beragam , menjalankan pertemuan, menghasilkan laporan,  dan mempublikasikan perbuatan mereka. Peristiwa pada kelas-kelas komunikatif berulang adalah genre yang mengatur kegiatan verbal. Genre itu dapat menghubungkan masa lalu dengan masa sekarang, sehingga keseimbangan tradisi dan inovasi. Mereka menyusun individu dalam kerangka yang lebih luas, dan membantu orang-orang dalam berkomunikasi dan menggali tujuannya.
Berbeda menurut versi Knapp and Watkins (1994: 8) yang berpendapat tentang “On genre-based grammar in teaching”. Grammar adalah sebuah sumber daya yang digunakan dalam penggunaan sistem bahasa untuk dapat menghasilkan teks. Sebuah pengetahuan tentang tata bahasa secara tidak sadar untuk memanipulasi teks supaya sesuai. Berdasarkan genre dalam tata bahasa berfokus pada cara yang berbeda dalam proses bahasa. Cara pertama yang harus dipertimbangkan adalah, bagaimana teks dapat terstruktur dan terorganisir diseluruhnya dan tujuan yang dicapai untuk menyampaikan pesan kepada pembaca.

Identity
Dalam arti luas identity mengacu terhadap cara orang-orang menampilkan siapa dirinya dihadapan orang lain (Benwell and Stokoe, 2006: 6) bahwa sebuah kinerja social dengan cara menggambarkan linguistic secara tepat. Oleh karena itu, identitas dipandang sebagai kedua teks yang dibangun oleh keterlibatan dan pemilihan bahasa yang kita buat, sehingga identitas bergerak ke ranah public.  Dengan kata lain, pandangan ini adalah bentuk mutlak dan tidak berubah dibalik wacana dan menunjukan bahwa identitas adalah kinerja. Contohnya bila seseorang bekerja, itu telah menunjukan identitas dirinya dari kelompok social tertentu. Sehingga identitas berhubungan dengan sesuatu yang kita lakukan, bukan sesuatu yang kita miliki. Bukan hanya dalam bekerja saja, melainkan ketika kita menulis atau berbicara juga menunjukan identitas kita, menunjukan siapa diri kita dan cara menghadirkan tulisan atau cara berbicara. Jadi semua yang kita lakukan  dapat dikatakan identitas.
Menulis dan identitas, banyak pengertian yang muncul tentang identitas yang dilihat dari konsep plural, yang didefinisikan secara social dan  dinegosiasikan melalui pilihan penulis dalam sebuah wacana. Namun pada dasarnya pilihan itu didapat dari ideology yang membangun literasi (Hyland, 2002: 70).  Dalam menulis juga akan mengetahui identitas kita, jika tulisan kita uique maka akan dikenal oleh pembaca dengan identitas yang lain. Layaknya seorang comedian, penyanyi dan pembawa acara. Pasti memiliki identitas yang berbeda-beda, dan dianggap oleh masyarakat pula beerbeda-beda, melalui bagaiman mereka menyampaikan sesuatu. Itulah dentitas dalam konteks kehidupan.
Selanjutnya, setelah membahas tentang issue of writing, saya akan sedikit mengulas mengenai sejarah Columbus. Chistopher Columbus lahir  pada 30 Oktober 1451 – meninggal 20 Mei 1506 pada umur 54 tahun adalah seorang penjelajah dan pedagang asal Genoa, Italia, yang menyeberangi Samudera Atlantik dan sampai ke benua Amerika pada tanggal 12 Oktober 1492. . Perjalanan tersebut didanai oleh Ratu Isabella dari Kastilia Spanyol setelah ratu tersebut berhasil menaklukkan Andalusia. Ia percaya bahwa Bumi berbentuk bola kecil, dan beranggap sebuah kapal dapat sampai ke jalur timur melalui jalur barat.
Columbus bukanlah orang pertama yang tiba di Amerika, yang ia dapati sudah diduduki. Ia juga bukan orang Eropa pertama yang sampai ke benua itu karena sekarang telah diakui secara meluas bahwa orang-orang viking dari Eropa Utara telah berkunjung ke Amerika Utara pada abad ke 11 dan mendirikan koloni L'Anse aux Meadows untuk jangka waktu singkat. Terdapat perkiraan bahwa pelayar yang tidak dikenali pernah melawat ke Amerika sebelum Kolumbus dan membekalkannya dengan sumber untuk kejayaannya. Terdapat juga banyak teori mengenai ekspedisi ke Amerika oleh berbagai orang sepanjang masa itu.
Itulah sejarah singkat mengenai Columbus. Dalam pembahasn tentang contextualizing yang akhirnya membahas artefax. Artefax itu dalamnya membahas tentang reproduction of text. Konsep ‘reproduksi’mengacu pada fakta-fakta bahwa teks-teks  memperoleh makna hanya melalui reproduksi mereka, dan penyebarannya melalui membaca. Dalam sejarah, hubungan antara produsen teks dan pembaca tidak sedikit rumit. Namun pada perkemabngan modern eknik cetak mulai ada, reproduksi teks digunakan untuk kehidupan manusia. Pada kontemporer budaya membaca teks telah lolos dari tangan produsen, sehingga dapat untuk berbicara. Teks dapat dibaca dengan berbagai cara yang berbeda. Pada  abad pertengahan, mulai ada aftefax budaya individu yang unik. Pengaruh teknologi juga dapat mempengaruhi sebuah tulisan (Mikko Lehtonen, 2000: 60)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa issue of writing ada enam, yaitu context, literacy, culture, technology, genre dan identity. Conteks dalam kehidupan sehari-hari dapat berupa interaksi. Interaksi dalam kehidupan itu sanngatlah penting, jikalau manusia tidak dapat berinteraksi maka tidak akan berkembang bangsa ini. Dalam conteks, mengenal dengan adanya conteks of situation yang di dalamnya terdapat field, mode and tenor. Menurut Ken Hyland bahwa writing, together with reading is an act of literacy. Dunia ini kan terus hidup dengan adanya penulis da n pembaca. Ketika kita menulis juga akan menunujukan identitas kita, bagaimana cara kita menghadirkan sbuah tulisan itu merupakan identitas kita. Tetapi, harus memerlukan pertimbangan adalah bagaimana teks dapat terstruktur dan terorganisir seluruhnya dan tujuan yang dicapai untuk menyampaikan pesan kepada pembaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic