We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Kamis, 06 Maret 2014

PERTEMUAN KE-EMPAT DI KELAS



Perhatikan baik-baik tulisan di bawah ini.
Berkariblah dengan sepi, sebab dalam sepi ada [momen] penemuan dari apa yang dalam riuh gelisah dicari.
Dalam sepi ada berhenti dari menerima ramainya stimulus yang memborbardir indera kita.
Stimulus yang harus dipilah dan dipilih satu satu untuk ditafakuri, lalu dimaknai, dan dijadikan berguna bagi kita.
Bila tidak mereka hanya dengungan yang bising di kepala saja tak mengendap menjadi sesuatu yang mengizinkan kita memahami dunia di sekitar kita [sedikit] lebih baik.
Berkariblah dengan sepi, sejak dalam sepi kita menemukan diri yang luput dari penglihatan dan kesadaran ketika beredar dalam ramai; dalam sepi kita dapat melihat pendaran diri yang diserakkan gaduh, mendekat, lalu merapat, membentuk bayang jelas untuk dilihat tanpa harus memuaskan keinginan yang lain.
Berkariblah dengan sepi karena dalam sepi berlalu lalang inspirasi yang tak kita mengerti, atau tak dapat kita tangkapi ketika kita sibuk berjalan dalam hingar yang pekak.
Berkariblah dalam sepi sebab dalam sepi suara hati lebih nyaring terdengar jernih.
(((((Budi Hermawan)))))
Setujukah kalian akan tulisan di atas? Sebagian orang ada yang sependapat dan ada juga yang kurang sependapat.  Bagi saya inspirasi kapanpun tidak selalu disaat yang sepi.  Bahkan dalam suasana yang ramai sekalipun jika hati ini merasa tenang maka inspirasi juga bisa datang.  Saya pribadi tipikal orang yang tidak terlalu terpengaruh oleh lingkungan sekitar, bagiku yang terpenting adalah kondisi dan suasana hati.  Meskipun hanya berdua atau berempat jika hati ini merasa ramai ya maka bisa jadi saja ramai.  Begitu juga sebaliknya, saya sekarang merasakan sesuatu yang kurang (sepi) di saat reunian.  Kenapa bisa demikian? Setelah saya pikir-pikir, tidak selamanya banyak orang itu akan menjamin suasana yang riuh juga di hati kita.  Dan bukan hal yang mustahil sebuah ide justru muncul di saat tersebut.  Seperti yang pernah saya alami ketika ada re-uni akbar di MTs-ku dulu, di saat itu tiba-tiba tergerak dalam hati ini untuk menulis ya boleh dibilang semacam puisi. (lho...lho... kok jadi ngelantur kemana-mana sih, kembali lagi ke......?).
 Menulis tentunya akan sangat sulit bagi seorang pemula, apalagi jika belum dibiasakan.  Bagi mahasiswa jurusan bahasa, menulis adalah sesuatu hal yang wajib, danmenulis bisa dimulai dari kelas.  Karena saya sendiripun merasa malas untuk menulis di luar kelas kecuali ada tuntutan tugas.
Pernahkah terlintas dipikiran kira apa sih kelas itu? Apakah kita hanya menganggap kelas sebagai tempat biasa (yang tidak memiliki sedikitpun pengaruh terhadap hidup kita)? Atau sebaliknya, kita menganggap bahwa kelas diibaratkan sebagai sebuah tempat yang suci atau kita keramatkan, layaknya seperti tempat ibadah dimana jika setelah kita melakukan ibadah di dalamnya, maka pada diri ini harusnya ada perubahan yang lebih baik lagi.
Jika setiap orang mempunyai pemikiran yang sama (setidaknya untuk orang Islam) tentang penertian kelas sebagai tempat suci yang sama sucinya dengan tempat ibadah, maka saya yakin tidak ada lagi yang namanya Islam radikal, yang gemar melakukan teror mengatasnamakan agama.  Saya juga yakin jika, setiap orang Islam memahami betul-betul beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang membahas toleransi beragama, maka setiap orang Islam akan dapat menghargai perbedaan agama itu sendiri. Saya sering mendengar bahwa perbedaan adalah sebuah rahmat dan juga merupakan sunnah Allah.  Bayangkan jika semua orang di dunia ini hanya diisi oleh satu ras manusia saja, atau bayangkan jika semua orang di dunia ini sama dalam hal kekayaan, terus siapa yang akan menjadi penggarap sawah, siapa juga yang menjadi buruh pabrik.
Di dalam kelas bukan hanya untuk belajar dan mendalami ilmu saja, tetapi juga diberikan pemahaman bagaimana menanggapi sebuah perbedaan.  Apalagi jika di dalam kelas tersebut terdapat anak yang memiliki agama yang berbeda dengan kita.  Karena jika kita bicarakan perbedaan agama, ada perasaan lain yang sulit saya mengerti, jika dibandingkan dengan adanya perbedaan pendapat. 
Kenapa Classroom Discourse to Foster Harmony, sangat penting untuk dibicarakan? Karena pada dasarnya hal tersebut tidak sesederhana seperti saat kita mengucapkannya.   Sesungguhnya masalah tersebut sangat kompleks dan rumit.  Kenapa bisa kompleks dan rumit? Karena sesungguhnya yang ada di dalam kelas pasti dari latar belakang yang berbeda.  Belum lagi masalah strategi komunikasi yang diterapkan dalam dalam sebuah kelas.  Hal lain yang perlu diperhatikan dalam sebuah kelas adalah ideologi dan disiplin.
Selain semua hal atas, keefektifan sebuah kelas bisa dilakukan melalui interaksi yang ada dalam kelas tersebut.  Interaksi tersebut bisa berupa, saling berbagi atau bertukar pendapat, gotong royong, yang terpenting adalah dalam kelas tersebut ada saling komunikasi antara sesama murid dan guru yang mengajar di kelas tersebut.  Saya rasa jika hal tersebut (saling berbagi dan gotong royong) diterapkan secara sungguh-sungguh, tentunya akan timbul saling pengertian dan saling memahami yang kemudian munculah saling menghormati satu sama lain dalam sebuah kelas.
Jika yang terjadi dalam sebuah kelas adalah yang sebaliknya (tidak adanya komunikasi yang baik), maka kita bisa menebak apa yang akan terjadi dalam kelas tersebut.  Seperti yang pernah saya katakan sebelumnya bahwa melakukan tidak semudah mengerjakan atau menerapkan sebuah aturan (toleransi agama).  Toleransi beragama harus dilakukan selangkah demi selangkah.  Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah dengan pendidikan (formal dan non-formal).  Yang dimaksud pendidikan formal adalah di sekolah dan lembaga-lembaga lain yang masuk kategori tersebut.  Sementara, pendidikan non-formal adalah dari keluarga dan lingkungan sekitar di mana ia tinggal. 
Tanamkanlah toleransi sejak usia dini.  Biasanya anak-anak senang dengan dongeng, maka ceritakanlah kepada mereka tentang suritauladan yang baik dari para nabi dan rosul, terutama Nabi Muhammad saw.  Ceritakanlah bagaimana sabarnya beliau dalam mengajak umatnya untuk menyembah kepada Allah SWT. Ceritakan juga bagaimana sistem pemerintahan yang beliau jalankan, dimana di dalam di dalamnya terdapat juga kaum Yahudi dan Nashrani (Kristen), namun beliau tidak menganiaya mereka atau memusuhi mereka.
 Membicarakan masalah harmonisasi dalam beragama, sebenarnya membuat saya bingung.  Di satu sisi mereka (orang-orang non-Muslim khususnya Kristen) tidak menampakkan kebencian mereka terhadap orang Islam, namun di sisi lain ada sebuah fakta yang menyatakan, bahwa sebenarnya mereka mengumpulkan dana untuk membiayai gerakan pengkristenan umat Islam.  Bahkan dari fakta yang pernah diungkapkan oleh mantan biarawati Kristen yang sekarang sudah menjadi muallaf (masuk Islam) mengungkapkan bahwa setiap salah satu dari mereka berhasil mengkristenkan orang Islam atau siapapun, maka mereka akan mendapatkan hadiah dari gereja tempat mereka bernaung.
Kesimpulan dari pertemuan kali ini adalah toleransi agama memang harus ditanamkan sejak dini. Namun yang lebih penting lagi adalah kita harus membekali generasi penerus kita dengan podasi agama yang kuat sehingga mereka tidak mudah terbawa arus pergaulan yang semakin bebas.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic