2nd CRITICAL REVIEW
Karya
tulis yang berjenis critical review kali ini akan diambil dari sebuah buku yang
berjudul “Anthropology Off The Shelf: Anthropology on Writing” pada Desember
2005 dalam artikel bukunya yang berjudul “Speaking Truth to Power with Books”
oleh Howard Zinn yang terdapat pada Part 1 Conceptions halaman ke – 15.
Pembahasan didalamnya secara garis besar ialah membahas mengenai kehebatan buku
– buku yang bisa mempengaruhi pembaca dan pada akhirnya dapat mempengaruhi
dunia. Buku merupakan salah satu sarana terbaik bagi pembelajaran dalam
pendidikan. Seorang penulis yang hebat berawal dari lahirnya seorang pembaca
yang kritis (Mr. Lala Bumela). Karena dari pembaca yang kritis maka akan
melatih kita untuk berpikir kritis dan kita bisa menuangkan ide (pikiran)kritis
kita kedalam sebuah tulisan yang bisa mengubah dunia dan cara berpikir manusia
dengan menuliskannya kedalam sebuah karya tulis. Apabila kita tidak mau
membaca, maka siapapun yang akan menjadi seorang penulis akan merasakan
kesulitan ketika menuangkan ide – idenya. Jadi sebelum seorang penulis tersebut
menjadi seorang penulis, ia harus mau untuk menjadi seorang pembaca terlebih
dahulu, dalam surat Al – Qur’an pun diterangkan mengenani kewajiban untuk
membaca dalam surat Al ‘alaq :
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
1.
bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4.
yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5.
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
[1589]
Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
Shougat memberikan sebuah pengantar tentang
pentingnya membaca sebuah buku dalam kehidupan sehari – hari. Menurutnya,
membaca itu bukan lah berarti sebuah aktivitas yang hanya diidentikkan dengan
sesuatu yang membutuhkan waktu khusus dan tempat yang khusus untuk membaca.
Akan tetapi, aktivitas membaca juga merupakan aktivitas yang mengajak
pembaca untuk berdialog dengan
penulisnya melalui bukunya, serta berdiskusi dengan pembaca lainnya. Tak
berhenti disitu, aktivitas membaca mengajak pembacanya untuk menelusuri dan
mempelajari satu zaman ke zaman yang lainnya. Sehingga dalam isi buku tersebut
tak jarang memberikan kesadaran pada para pembacanya tentang keberadaan dan
jati dirinya. Sehingga, keinginan kita untuk mengetahui buku apa aja yang
dibaca (atau sudah atau mungkin sedang dibaca) oleh seseorang itu terkait juga
dengan keinginan tahuan kita sampai sejauh mana sih buku tersebut telah
memotivasi, menginspirasi dan membentuk pola pikir serta cara pandang dan juga
kepribadian seseorang. Kalau begitu, maka tak salah apabila kita menyatakan
bahwa buku yang dibaca (atau sudah atau mungkin sedang dibaca) oleh seseorang
mencerminkan juga tentang siapa dia yang sebenarnya. Dapat dikatakan seseorang
tidak akan mungkin membaca sebuah buku kalau buku tersebut tidak menggali
sesuatu yang dia cari, yang ingin diperdalam, dan sesuatu yang menarik yang
sama seperti dirinya. Seperti yang Mr. Lala Bumela pernah katakana dalam kelas,
beliau membaca buku (misal: Nancy C. Kula) karena itu menunjukkan eksistensinya
sebagai seorang dosen English Phonology. Saat kita ingin mengetahui siapa dia
kita bisa mengetahui dari buku – buku yang dia baca.
Sebuah buku yang
baik selalu memberikan pengaruh yang bermanfaat bagi para pembacanya. Dengan
buku para pembaca lebih luas lagi cara berpikirnya (pemikirannya) dan juga
memperluas serata menambahkan ilmu pengetahuan yang baru yang sebelumnya belum
ia ketahui.
Di saat kita
membicarakan tentang buku, maka akan memaksakan kita untuk membuka diri akan
pengetahuan di luar sana yang belum kita ketahui, atau mungkin pengalaman dan
bahkan petualangan. Sebuah buku dapat memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap pembacanya. Dalam hal ini, penulislah yang paling berperan untuk
mempengaruhi pembaca lewat kata – kata yang
ia tulis, mungkin terkesan seperti memprovokasi, tak jarang ketika seorang
pembaca terpengaruh dan melakukan tindakan yang tak terduga setelah membaca
sebuah buku, seperti contoh: siapa yang menyangka bahwa Chapman menembak John
Lenon dan mengaku terinspirasi setelah membaca buku The Catcher in The Rye
karya J. D. Salinger, mungkin tak ada yang mengira bahwa hanya dengan buku –
buku di perpustakaan seorang Karl May mampu berpetualang ke seluruh pelosok
bumi, dan banyak lagi buku – buku yang menginspirasi para pembacanya untuk
melakukan hal – hal yang diluar dugaan dan mencengangkan seperti The Turner
Diaries mempengaruhi dan yang menginspirasi Timothy Mc Veigh seorang nazisme di
Amerika untuk meledakkan gedung federal di Oklahama Amerika Serikat dan menjalankan
aksi terrornya yang di cerikan sama seperti dalam buku tersebut, Isaac Asimov
dengan novel tentang Foundation atau Trilogy Foundation dapat mempengaruhi
Shoko Asahara ketua Aum Shinrikyo sebuah sekte
kiamat meledakkan sebuah gas di stasiun bawah tanah Tokyo yang
menyebabkan 12 orang tewas 5000 orang terluka, ada pula Theodore John
Kaczynski, PhD mengirimkan sejumlah bom surat dalam rentang 18 tahun dan
mengakibatkan tiga orang tewas dan 29 lainnya terluka akibat aksinya itu dia
mengaku mendapatkan inspirasi untuk melakukan teroor dari sebuah novel dengan
judul The Secret Agent yang ditulis oleh Joseph Conrad, dan novel The Collector
yang ditulis oleh John Flowless sudah menginspirasi paling tidak lima
pembunuhan berantai dan 40 pembantaian. Di Negara Indonesia pula terdapat buku
yang mempengaruhi pembacanya, salah satunya ialah karya Pramoedya Ananta Toer
dalam Tetralogi Buru yang menginspirasi rasa nasionalisme terhadap bangsa
Indonesia seperti dalam buku AAC atau yang
lebih dikenal Ayat – Ayat Cinta dan Laskar Pelangi. Pembaca dapat memperoleh
inspirasi dari kehidupan tokoh – tokoh yang diceritakan didalamnnya. Tentu saja
Salinger, dan yang lain yang telah di sebutkan diatas tidak bermaksud untuk
menginspirasi siapapun untuk melakukan pembunuhan, pemboman ataupun berbuat
kasar setelah membaca hasil karyanya, namun memang katanya buku karya J. D.
Salinger ini dapat dengan mudah untuk menginspirasi para psychopat untuk
melakukan tindakan – tindakan brutal dan gila. Padahal dalam bukunya dari yang
saya dengar tidak eksplisit untuk mengajarkan cara – cara untuk membunuh
ataupun sekedar memotivasi, namun mungkin dari kemarahan kritiknya bisa
mendorong pembaca dengan masalah yang sama dengan tokoh utama (Holden) untuk
bertindak hal – hal yang berbahaya. Maka dari itu kita sebagai pembaca jangan
mudah untuk cepat terpengaruh oleh karya – karya seseorang, karena kita sebagai
pembaca bisa mudah terpengaruh juga.
Namun, buku pula
bisa membantu dalam hal membenahi perilaku yang kurang baik, melalui bacaan – bacaan yang menginspirasi. Pepatah
lama mengatakan bahwa “Buku adalah jendela dunia”, maka membaca adalah kuncinya.
Kita bisa membuka jendela dunia dengan membukanya, yakni lewat aktivitas
membaca. Kebiasaan membaca buku merupakan cara memanfaatkan waktu kosong yang
sangat baik. Pada dasarnya semakin banyak kita untuk membaca buku – buku
sebenarnya itu bisa jadi membuat kita lebih membingungkan karena bisa jadi
antara buku yang satu dengan yang lain memilki presepsi dan cara pandang yang
berbeda namun itulah salah satunya yang menjadi suatu keuntungan dari membaca
banyak buku, maka kita akan bisa dan banyak menemukan landasan – landasan bagi
kita untuk menulis. Dengan begitu, lama kelamaan jika kita terus membaca sumber
buku – buku yang lebih banyak lagi maka cepat atau lambat dengan sendirinya hal
tersebut akan membantu kita dalam menulis ketika kita membutuhkan informasi
tersebut. Semakin banyak seseorang berlatih untuk menulis, secara sadar ataupun
tidak sadar maka hal tersebut akan menjadikan seseorang lebih terbiasa dan
lebih mahir dalam menulis karena tebiasa dan hal tersebutpun akan terus selalu
berkembang seiring dengan bertambah banyaknya sumber buku yang ia baca dan
terus dipelajari. Selain itu ketika tulisan tersebut dibaca oleh orang lain,
maka tulisan tersebut menjadi inspirasibagi orang lain ketika mengalami suatu
kejadian yang sama persis dialami oleh tokoh dalam buku tersebut, maka bisa
jadi tulisan tersebut menjadi inspirasi bagi orang lain. Sehingga menulis itu
tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri namun juga bagi orang lain.
Namun terdapat kecenderungan
yang terjadi pada kalangan para pembaca terutama remaja ketika membaca sebuah
buku, tokoh utama yang diceritakan dalam buku tersebut, akan memberikan inspirasi
kepada para pembacanya baik itu pengaruh moral, aspek sosial, ataupun tindakan
yang dilakukan oleh tokoh dalam buku tersebut dan dari situ akan terbentuklah
identitas dari kepribadian pembaca sendiri. Bagaimana bisa sebuah buku dapat
mempengaruhi seorang pembaca seperti itu? Membaca merupakan suatu aktivitas
personal yang aktif. Sehingga pada saat membaca, seseorang akan memperkenankan dirinya untuk masuk dan mendalami lagi
peran yang dijalankan oleh tokoh utama dalam buku tersebut yang melibatkan
emosi, perasaan dan lain sebagainya. Sebenarnya pengetahuan dan kekuatan iman
dari seorang pembaca itu sendirilah yang dapat menyebabkan pengaruh dari bahan
buku bacaannya terhadap pembacanya. Kepemimpinan adalah sebuah pengaruh. Lantas
apakah bisa seorang penulis disebut sebagai seorang “pemimpin”? Karena yang saya ketahui bahwa seorang “pemimpin” adalah seseorang yang dapat
mempengaruhi dan memberikan suatu dampak bagi orang yang berada disekitarnya
(orang yang dipimpinnya, entah itu pengaruh yang positif ataupun yang negatif.
Bukan begitu? Seperti yang kita ketahui, dan sudah dibahas pula di paragraph
pertama, seorang penulis (melalui bukunya) dapat mempengaruhi pola pikir
pembacanya, maka ketika seorang penulis menuliskan sebuah karya (sastra) ia bertanggung jawab atas yang ia
tuliskan dalam buku tersebut. Karena, apa yang ia tuliskan dalam bukunya akan
mempengaruhi seisi umat manusia di seantero dunia ini sebagai seorang pemimpin (benarkah?), maka dari itu pada
saat nanti kita menjadi seorang penulis buatlah tulisan kita sekreatif mungkin
untuk dibaca dan bisa menginspirasi dalam hal positif.
Selama ini banyak orang yang
mempresepsikan bahwa tujuan menulis ialah mengekspresikan perasaan kita. Namun,
menulis adalah untuk mengetahui, menunjukkan dan memproduksi kembali sesuatu. Kebiasaan
membaca akan membantu para pembaca untuk menyalurkan ilmu pengetahuannya.
Pendapat saya sendiri mengenai pengertian menulis ialah sebuah proses kegiatan
untuk membuat atau menghasilkan hasil karya tulis atau sebuiah karangan yang
indah. Melalui proses menulis kita bisa mengenali kemampuan dan potensi diri
kita sendiri, selain itu menulis merupakan salah satu cara untuk menjaga ilmu,
dan untuk menyebarkannya secara lebih luas. Selain itu juga dengan menulis
tentunya kita akan dapat menghasilkan ide
– ide baru yang lebih kreatif lagi. Kegiatan menulis ini dapat kita
lakukan setiap hari, menulis merupakan salah satu bagian dari proses belajar
karena dengan menulis kita dapat melatih daya ingat kita terhadap apa yang kita
tuliskan. Disamping itu, ternyata menulis juga bisa menghasilkan sebuah karya
yang bermanfaat bagi orang lain dan masyarakat (pembaca). Contoh dari hasil
karya sebuah tulisan yaitu seperti novel, cerpen, artikel, buku, dan lain –
lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian menulis adalah
suatu kegiatan yang melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang,
membuat surat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan. Ketika seseorang menulis,
maka ia harus bisa untuk berkolaborasi
dengan tulisannya tersebut atau disebut juga dengan collaborate writing. Jika kita selaku penulis, hendaknya kita
menuliskan karya kita dengan cirri khas dalam karyanya sehingga ketika seorang
pembaca membaca karya tersebut sudah mengetahui bahwa yang menuliskan karya
tersebut adalah penulis si A missal. Maksudnya if you write do it with style.
Dengan memiliki identitas atau cirri khas dalam penulisannya maka kita akan
dengan sangat mudah untuk dikenali oleh para pembaca.
Di dalam kegiatan menulis
diperlukan kesabaran, terutama dalam membuat suatu karya. Kesabaran tentunya
sangat penting dalam sebuah proses menulis suatu karya karena jika kita tidak
memiliki kesabaran maka seorang penulis tidak dapat menyelesaikan karyanya
sebab ia terlalu terburu – buru atau tidak sabar. Sebagai seorang penulis,
haruslah menjalankan sebuah proses tersebut dengan baik karena biasanya sebuah
proses yang baik lah yang akan melahirkan karya yang hebat, tentunya proses
tersebut pun dijalankan dengan sabar. Ketika kita menulis sebuah karya tanpa
disadari kita belajar untuk berpikir lebih luas dan kreatif serta inovatif atau
kritis. Manfaat lainnya kita bisa berbagi ilmu dengan orang – orang lain
sehingga penulis bisa memberikan manfaat untuk orang banyak dan timbale
baliknya kita bisa merasakan proses dengan kesabaran.
Pada zaman sekarang
ini, menjadi seorang penulis adalah hal yang begitu mudah untuk di wujudkan,
karena media dan sarana untuk menulis bagi para penulis untuk mempublikasikan
tulisannya sanngatlah banyak, bisa melalui blog, serta bisa juga mempublikasikan
bukunya lewat internet. Tidak seperti pada zaman dulu, para penulis sulit untuk
mempublikasikan karyanya karena media dan sarananya yang begitu terbatas. Ketika
seseorang menjadi seorang penulis, itu bukanlah yang mudah untuk dijalankan, karena
ketika tulisannya bisa saja menimbulkan pro dan kontra dan bisa memunculkan
kritik – kritik yang pedas yang bisa saja hal tersebut dapat menumbangkan
mental seorang penulis. Namun, apabila menjdai seorang penulis yang terkenal mungkin pada zaman sekarang
menjadi hal mudah dikarenaka banyak media sosial yang bisa mempublikasikan
semua karya – karyanya.
Pada saat kita menullis, kita wajib untuk mengetahui
cara mempresentasikan tulisan kita sehingga membuat tulisan kita menjadi
menarik. Menulis juga membutuhkan praktek, sama saja seperti kerajinan apabila
tidak sering dipraktekab atau dilatih maka cara membuat kerajinannya pun akan
terlupakan. Begitu juga dengan menulis semakin kita malas menulis pola piker
kita tidak akan kritis terhadap sesuatu, tidak sama ketika kita selalu melatih
menulis maka kita akan peka dan bias juga untuk melatih memperkuat daya ingat
kita. Selain itu, dengan kita berlatih menulis maka kita menumbuhkan budaya
literasi. Ujung tombak pendidikan literasi adalah guru, karena dalam dunia
pendidikan, guru yang memperkenalkan lebih jauh lagi tentang membaca dan
menulis dan guru juga lah yang melestarikan budaya literasi yang kemudian
diturunkan atau diajarkan pada peserta didiknya.
Menulis dan membaca keduanya sama – sama memiliki
manfaat yang besar untuk memperluas ilmu pengetahuan. Menulis dan membaca
merupakan salah satu kebutuhan pokok dari suatu masyarakat modern. Maksudnya
berari masyarakat pun tidak akan berkembang tanpa ilmu pengetahuan. Tak mungkin
suatu masyarakat berkembang tanpa bacaan. Dan tak mungkin bahan bacaan akan ada
tanpa sebuah tulisan. Kebanyakan banyak orang orang atau mungkin diri kita pun
menganggap bahwa kegiatan membaca adalah suatu kegiatan yang sangat membosankan
dan menjenuhkan padahal dengan membaca buku kita dapat banyak sekali menyerap
banyak informasi tentang semua yang ada di dunia ini hanya dengan membaca dan
diam di tempat dengan santai yang terdapat didalam buku. Maka dari itu, jika
kita tidak menginginkan untuk ketinggalan informasi tentang yang ada di dunia
ini kita harus banyak – banyak membaca buku. Namun budaya tulis di Indonesia sangatlah lemah, hal ini terbukti dengan hanya
sedikitnya jumlah penulis yang ada di Indonesia, jelas berbeda dengan jumlah
penulis di Negara maju. Ini yang dapat dijadikan parameter maju dan tidaknya
sebuah Negara. Alat untuk mengukur sebuah kemajuan sebuah bangsa bisa kita
lihat dari jumlah penulis, jumlah buku, dan juga jumlah orang yang terbiasa
untuk membacanya yang terdapat dalam suatu Negara tersebut.
Sering
sekali kita juga mendengar mengenai pepatah yang mengatakan “tuntutlah ilmu
sampai ke negeri China” pepatah tersebut sudah sangat sering kita dengar dan
sangat familiar. Pepatah itu mempunyai maksud yaitu kita harus terus menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan kita. Salah satu cara untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dan wawasan kita adalah dengan membaca. Membaca, membaca, dan
membaca. Hal itu lah yang sedaritadi dituliskan dalam karay critical review
kali ini. Dengan membaca seseorang dapat memahami sesuatu yang sebelumnya tidak
ketahui. Sebagai sumber pengetahuan, secara otomatis buku berfungsi menyimpan
pengetahuan yang ideal karena tahan lama dan mudah dibawa kemana saja dan
sebagai sumber kreativitas seseorang. Untuk itu orang harus banyak – banyak
membaca buku.
Ketika
kita menulis tujuannya bukanlah untuk menyombongkan diri dengan cara memamerkan
kepintaran kita atau sebagainya, namun kesombongan itu kadang juga bisa ditemui
dalam diri seorang penulis. Penulis adalah sebuah profesi dimana dirinya mampu
mengungkapkan imajinasi dan kreativitasnya dalam bentuk karya tulis sehingga
ketika kita membacanya kita akan merasakan
kenyamanan dan kita pun mampu untuk memahami makna – makna yang
dituliskan.
Jika
membaca adalah proses untuk membuka jendela dunia, melihat wawasan yang ada dan
menjadikannya sebagai khazanah pribadi, maka menulis adalah proses menyajikan
kembali khazanah tersebut kepada masyarakat luas.
KESIMPULAN :
Membaca adalah
suatu cara untuk kita mendapatkan segudang informasi tentang dunia ini dari
sesuatu yang telah ditulis. Buku adalah sebagai sumber ilmu pengetahuan. Sebuah
buku akan dapat mempengaruhi para pembaca apabila tingkat dari kesadaran saat
membaca sebuah buku yang begitu bisa memprovokasi pembacanya, maksudnya disini
ialah seorang pembaca haruslah kuat dan tidak akan mudah goyah atau percaya
dengan semua buku yang mereka baca. Karena ketika seorang pembaca mengkritisi
suatu karya tulis maka hal tersebutlah yang akan menuntun seorang pembaca
kritis menjadi seorang penulis yang kritis.
Referensi :
thesis statement kamu di par pertama kurang nampak kurang komstruktif. Coba mainkan lompatan gagasan kamu dengan lebih teratur, dan di beberapa tempat bis dilempar keras gagasan itu agar pembaca punya sensasi yang 'gila' ketika membca artikel kamu. Posisi kamu sebagai kriitkus belum mewujud nyata kayanya
BalasHapus