Sepi
bukan berarti tidak bisa memiliki kegiatan sama sekali. Dalam keadaan sepi aku
menarikkan tinta-tinta ball point ku di atas lembaran-lembaran kertas putih dan
melukisnya dalam berbagai kata-kata. Dalam sepi kita juga dapat merasakan
ketenangan dan rasa damai, sehingga aku bisa menulis seperti malam ini. Aku bisa
menulis dengan lancar dan akan lebih mudah ketika suasana hening menyelimuti malam
ini, dan seperti yang dikatakan oleh Budi
Hermawan, yakni “Berkariblah dengan
sepi, karena dengan sepi berlalu lalang inspirasi yang tak kita mengerti, atau
tak dapat kita tangkapi ketika kita sibuk berjalan dalam hingar yang pekak”.
Maka
sebaliknya, keadaan yang ramai dan dalam kesibukkan hanya membuat fikiran
menjadi tidak karuan dan buyar sehingga sulit untuk merangkai kata dalam
membuat karya tulis. Saat ini, inspirasi dan ide kreatif sangat dihargai karena
datangnya tidaklah mudah dan datang setelah adanya perjalanan panjang penuh
kesungguhan dan diperoleh dari sebuah kesadaran yang benar-benar sadar. Untuk mendapatkan
inspirasi dapat diperoleh ketika kita sedang sendiri, sepi, sunyi, dan jauh
dari keramaian. Tetapi, bagi kebanyakan orang suasana seperti ini hanya
berujung pada sebuah perenungan panjang yang tidak berkesudahan. Perenungan yang
bercampur dengan lamunan kosong hanya akan membuang-buang waktu.
Bahwasannya
sebuah inspirasi datang bukan hanya sekedar berdiam diri, namun dengan adanya
interaks. Berdiam diri tanpa interaksi tak akan memunculkan ide dan inspirasi. Kegiatan
menulis yang saya lakukan sekarang ini membutuhkan banyak inspirasi, karena
inspirasi akan memberikan kita ide tentang apa yang akan kita tulis dan
sharing. Tidak mungkin tulisan ini datang dengan sendirinya tanpa ada kaitannya
dengan interaksi.
Dalam
kesendirian dan suasana sepi masih terjalin komunikasi dengan dunia dan
lingkungan sekitarnya dan bukan berarti murni bersepi-sepi ria, karena disana
tetap ada interaksi. To the point, Inspiration come from Interaction.
Baiklah
setelah menceritakan keadaan saya pada sekarang ini yang sedang berinteraksi
dengan peralatan tulis saya, saya lanjutkan dengan pengalaman hasil belajar
saya pada minggu yang lalu. Mr. Lala Bumela, M.Pd telah memberikan evaluasi
belajar pada Critical Review
sebelumnya. Beliau mengatakan bahwa “kita
semua belum menyadari akan pemikiran dari prof.
Chaedar Alwasilah bahwa yang dimaksud dengan something we do, yang lebih ditekankan pada kata “do” disini memiliki makna Religious
Harmony”.
Kemudian,
evaluasi dari pemetaan Critical Review mengenai Classroom Discourse. Kata Classroom yaitu Sacred Site yang berarti situs
suci dan berhubungan dengan ritual. Kata
Classroom sendiri merupakan sesuatu yang complicated dan apa yang dapat kita
lakukan pada situs suci ini dalam artian yang dapat kita lakukan pada sebuah
Classroom itu sangat terbatas dan bukan untuk main-main. Karena, sekali lagi Classroom sama hal nya dengan situs suci.
Kata
kunci dari Classroom Discourse sendiri berada pada “Interaksi”
Interaksi
lebih kompleks terjadi di kelas dan untuk menjaga harmonisasi kelas itu sulit. Diperlukan
factor yang membuat kelas menjadi kompleks. Faktor-faktor tersebut, antara lain:
1.
Background
Background
disini berarti orang tua yang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan orang
tua yang menjadi salah satu factor kelas agar menjadi kompleks. Pendidikan atau
latar belakang pendidikan orang tua menjadi sangat penting untuk menunjang
keberhasilan dalam hal belajar anak-anaknya sehingga dapat menciptakan kelas
menjadi kompleks. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan rendah dapat memiliki
pandangan yang sempit pula mengenai pendidikan dan akan menghambat prestasi
pendidikan yang akan dihasilkan oleh anaknya.
Kata “kompleks”
itu sendiri memiliki berbagai macam pengertian. Dalam kata sifat,
kompleks memiliki definisi yaitu: mengandung
beberapa unsur yang pelik, rumit, sulit,
dan saling berhubungan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sedangkan, jika
diartikan dalam kata benda kata “kompleks” disini berarti himpunan kesatuan atau kelompok.
2. Kembali
pada factor selanjutnya, yakni Communicative
Strategies. Komunikasi biasanya dilakukan untuk suatu tujuan. Dalam situasi
kelas, orang-orang berkumpul disana untuk tujuan pembelajaran. Selain itu, orang-orang
memiliki alasan lain untuk berkomunikasi di dalam kelas. Kelas merupakan sebuah
komunitas, oleh sebab itu interaksi harus berjalan dengan lancar dengan adanya
Communicative Strategies.
3. Faktor
berikutnya yaitu Meaning-Making Practices.
kita
datang ke kelas dengan membawa ideologi. Ideologi
merupakan nilai-nilai (values) yakni
berrhubungan dengan kedisiplinan. Jarang sekali pada saat ini orang-orang yang
mengedepankan konteks kedisiplinan, kecuali bagi mereka yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi serta sadar akan pentingnya disiplin dan juga masyarakat yang
memiliki norma agama yang kuat dan semangat gotong royong yang memiliki value.
Menulis
adalah proses meditasi. Menulis adalah upaya menangkap makna, mengikatnya,
kemudian mengabadikannya. Mr. Lala Bumela menyampaikan bahwa sebagai pembaca
kita belum berevolusi, karena untuk berevolusi harus melewati syarat pembaca
menuju ke qualified reader.
Untuk
itu dibutuhkan pondasi yang kuat untuk membangun sebuah kelas dengan
mewujudkan ketiga factor-faktor tadi, yakni: Background, Communicative
Strategies, dan Meaning Making Practices. Pondasi yang harus dibangun
selanjutnya yaitu kompleksitas mengajar. Kesalahan dalam mengajar saat ini yang
sedang dirasakan yaitu antara guru dengan murid harus sling mengenal satu
dengan lainnya. Bukan hanya mengenal hanya sebatas tahu nama akan tetapi, dalam
konteks yang lebih luas lagi. Ujung dari apa yang telah disampaikan, yaitu “Talk”
atau berdialog
Kesimpulannya:
Religious
Harmony ujungnya merupakan the process of doing classroom discourse. Evaluasi pada
critical review yang paling penting sekarang ini, yaitu dengan membuang paragraf
yang tidak terpakai, dan sebelum membuat critical review harus memperhatikan
terlebih dahulu sebelum langsung mengkritik suatu karya bermula dari sisi yang
mana dulu. Itu yang seharusnya kita fikirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic