We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Minggu, 02 Maret 2014

Menulis Juga Butuh Interaksi !




Sepi bukan berarti tidak bisa memiliki kegiatan sama sekali. Dalam keadaan sepi aku menarikkan tinta-tinta ball point ku di atas lembaran-lembaran kertas putih dan melukisnya dalam berbagai kata-kata. Dalam sepi kita juga dapat merasakan ketenangan dan rasa damai, sehingga aku bisa menulis seperti malam ini. Aku bisa menulis dengan lancar dan akan lebih mudah ketika suasana hening menyelimuti malam ini, dan seperti yang dikatakan oleh Budi Hermawan, yakni “Berkariblah dengan sepi, karena dengan sepi berlalu lalang inspirasi yang tak kita mengerti, atau tak dapat kita tangkapi ketika kita sibuk berjalan dalam hingar yang pekak”.
Maka sebaliknya, keadaan yang ramai dan dalam kesibukkan hanya membuat fikiran menjadi tidak karuan dan buyar sehingga sulit untuk merangkai kata dalam membuat karya tulis. Saat ini, inspirasi dan ide kreatif sangat dihargai karena datangnya tidaklah mudah dan datang setelah adanya perjalanan panjang penuh kesungguhan dan diperoleh dari sebuah kesadaran yang benar-benar sadar. Untuk mendapatkan inspirasi dapat diperoleh ketika kita sedang sendiri, sepi, sunyi, dan jauh dari keramaian. Tetapi, bagi kebanyakan orang suasana seperti ini hanya berujung pada sebuah perenungan panjang yang tidak berkesudahan. Perenungan yang bercampur dengan lamunan kosong hanya akan membuang-buang waktu.
Bahwasannya sebuah inspirasi datang bukan hanya sekedar berdiam diri, namun dengan adanya interaks. Berdiam diri tanpa interaksi tak akan memunculkan ide dan inspirasi. Kegiatan menulis yang saya lakukan sekarang ini membutuhkan banyak inspirasi, karena inspirasi akan memberikan kita ide tentang apa yang akan kita tulis dan sharing. Tidak mungkin tulisan ini datang dengan sendirinya tanpa ada kaitannya dengan interaksi.
Dalam kesendirian dan suasana sepi masih terjalin komunikasi dengan dunia dan lingkungan sekitarnya dan bukan berarti murni bersepi-sepi ria, karena disana tetap ada interaksi. To the point, Inspiration come from Interaction.
Baiklah setelah menceritakan keadaan saya pada sekarang ini yang sedang berinteraksi dengan peralatan tulis saya, saya lanjutkan dengan pengalaman hasil belajar saya pada minggu yang lalu. Mr. Lala Bumela, M.Pd telah memberikan evaluasi belajar pada Critical Review sebelumnya. Beliau mengatakan bahwa “kita semua belum menyadari akan pemikiran dari prof.  Chaedar Alwasilah bahwa yang dimaksud dengan something we do, yang lebih ditekankan pada kata “do” disini memiliki makna Religious Harmony”.
Kemudian, evaluasi dari pemetaan Critical Review mengenai Classroom Discourse. Kata Classroom yaitu Sacred Site yang berarti situs suci dan berhubungan dengan ritual.  Kata Classroom sendiri merupakan sesuatu yang complicated dan apa yang dapat kita lakukan pada situs suci ini dalam artian yang dapat kita lakukan pada sebuah Classroom itu sangat terbatas dan bukan untuk main-main. Karena, sekali lagi Classroom sama hal nya dengan situs suci.
Kata kunci dari Classroom Discourse sendiri berada pada “Interaksi”

Interaksi lebih kompleks terjadi di kelas dan untuk menjaga harmonisasi kelas itu sulit. Diperlukan factor yang membuat kelas menjadi kompleks.  Faktor-faktor tersebut, antara lain:
1.      Background
Background disini berarti orang tua yang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan orang tua yang menjadi salah satu factor kelas agar menjadi kompleks. Pendidikan atau latar belakang pendidikan orang tua menjadi sangat penting untuk menunjang keberhasilan dalam hal belajar anak-anaknya sehingga dapat menciptakan kelas menjadi kompleks. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan rendah dapat memiliki pandangan yang sempit pula mengenai pendidikan dan akan menghambat prestasi pendidikan yang akan dihasilkan oleh anaknya. 

Kata “kompleks” itu sendiri memiliki berbagai macam pengertian. Dalam kata sifat, kompleks memiliki definisi yaitu: mengandung beberapa unsur  yang pelik, rumit, sulit, dan saling berhubungan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sedangkan, jika diartikan dalam kata benda kata “kompleks” disini berarti himpunan kesatuan atau kelompok.

2.      Kembali pada factor selanjutnya, yakni Communicative Strategies. Komunikasi biasanya dilakukan untuk suatu tujuan. Dalam situasi kelas, orang-orang berkumpul disana untuk tujuan pembelajaran. Selain itu, orang-orang memiliki alasan lain untuk berkomunikasi di dalam kelas. Kelas merupakan sebuah komunitas, oleh sebab itu interaksi harus berjalan dengan lancar dengan adanya Communicative Strategies.

3.      Faktor berikutnya yaitu Meaning-Making Practices.
kita datang ke kelas dengan membawa ideologi. Ideologi merupakan nilai-nilai (values) yakni berrhubungan dengan kedisiplinan. Jarang sekali pada saat ini orang-orang yang mengedepankan konteks kedisiplinan, kecuali bagi mereka yang memiliki tingkat pendidikan tinggi serta sadar akan pentingnya disiplin dan juga masyarakat yang memiliki norma agama yang kuat dan semangat gotong royong yang memiliki value.

Menulis adalah proses meditasi. Menulis adalah upaya menangkap makna, mengikatnya, kemudian mengabadikannya. Mr. Lala Bumela menyampaikan bahwa sebagai pembaca kita belum berevolusi, karena untuk berevolusi harus melewati syarat pembaca menuju ke qualified reader.
Untuk itu dibutuhkan pondasi yang kuat untuk membangun sebuah kelas dengan mewujudkan ketiga factor-faktor tadi, yakni: Background, Communicative Strategies, dan Meaning Making Practices. Pondasi yang harus dibangun selanjutnya yaitu kompleksitas mengajar. Kesalahan dalam mengajar saat ini yang sedang dirasakan yaitu antara guru dengan murid harus sling mengenal satu dengan lainnya. Bukan hanya mengenal hanya sebatas tahu nama akan tetapi, dalam konteks yang lebih luas lagi. Ujung dari apa yang telah disampaikan, yaitu “Talk” atau berdialog

Kesimpulannya:

Religious Harmony ujungnya merupakan the process of doing classroom discourse. Evaluasi pada critical review yang paling penting sekarang ini, yaitu dengan membuang paragraf yang tidak terpakai, dan sebelum membuat critical review harus memperhatikan terlebih dahulu sebelum langsung mengkritik suatu karya bermula dari sisi yang mana dulu. Itu yang seharusnya kita fikirkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic