We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Sabtu, 01 Maret 2014

Class Review 4



BERINTERAKSI DENGAN SUATU YANG INDAH DI TEMPAT TERINDAH
Pagi ini ku telusuri jalan dengan penuh harap untuk mencari tempat yang mampu membangkitkan jiwa yang tengah rapuh. Jalan yang terjal menjadi tantangan yang harus dilewati. Curamnya jurang tak menjadi penghalang untuk menghentikan langkah ini. Ribuan pepohonan yang berderet tak menentu menjadi teman disetiap langkah ini. Pada akhirnya, ku temukan sebuah tempat yang mengingatkan ku pada seseorang. Seseorang yang pertama kali mengajak ku ke tempat ini. Akh... itu hanya masa lalu. Tuhan... betapa indahnya ciptaanMu ini. Terllihat hijaunya pepohonan yang menghiasi gunung-gunung yang menjulang tinggi, rimbunnya ilalang yang bergoyang tertiup angin, sejuknya udara pagi yang mampu menyejukkan hati, dan dilengkapi dengan merdunya kicauan burung seakan menyambut kedatangan ku ke tempat ini. Sunyi sepi, suasana yang membuat hati ini tenang. Tak terasa kedua mata ini terpejam seolah-olah ingin menikmati lebih dan lebih lagi indahnya dunia ini. Andai suasana seperti ini dapat ku nikmati setiap hari.
Terjal amat sangat terjal. Perjalanan untuk menuju satu titik cahaya belumlah selesai. Rintangan yang harus dihadapi semakin jelas terlihat. “Pelan tapi pasti”, satu prinsip yang membuat jiwa ini semakin tenang.
Oke kita mulai lagi!
Pertemuan keempat pada hari Selasa, tanggal 26 Februari 2014. Literasi is something we DO. Kata “do” disini merupakan satu kegiatan yang harus dilakukan. Timbul pertanyan, apa yang harus dilakukan? Sebagaimana yang telah Saya paparkan pada class review minggu kemarin, bahwasannya merekayasa literasi yaitu merekayasa cara pengajaran reading dan writing. Jadi, yang harus dilakukan yaitu merubah paradigma tentang literasi itu sendiri. Literasi tak hanya mampu membaca dan menulis saja, tetapi kita harus mampu menjadi seorang Quantified Reader dan Critical Writer. Dengan demikian, hasil dari cara pengajaran yang benar dan baik, akan menentukan kualitas literasi seseorang (mahasiswa).
Minggu kemarin kita (para mahasiswa) ditugaskan untuk membuat Critical Review pada wacana dari Prof. Literasi yaitu Prof. Chaedar  yang berjudul “Classroom Discourse Religious Harmony”. Hasilnya, para mahasiswa belum bisa menyimpulkan suatu topik pada suatu wacana. Kebanyakan mahasiswa terjebak pada dua kata pada judul wacana tersebut, yaitu “Religious Harmony”. Faktanya, kebanyakan mahasiswa lebih banyak menuliskan tentang masalah toleransi antar umat beragama disertai dengan konflik yang terjadi. Tetapi yang harus dibahas adalah tentang “Classroom Discourse” yaitu menjelaskan tentang education. Dengan kata lain, para mahasiswa belum sadar apa yang harus dipentingkan.
Berbicara tentang Classroom Discourse, tentunya akan timbul pertanyaan-pertanyaan. Apa saja yang terjadi di dalam kelas? Siapa saja yang terlibat di dalam kelas? Dengan mudah kita bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Pertanyaan lain muncul, kelas ini tempat yang biasa saja atau tempat yang luar biasa? Terlebih dahulu kita harus menyadari bahwasannya hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk ke dalam kelas (di Perguruan Tinggi). Butuh waktu yang lama dan perjuangan yang berat pula untuk dapat duduk di bangku Perguraun Tinggi. Ada tahapan-tahapannya pula, seperti terlebih dahulu kita wajib lulus SD, SMP, SMA, dan pada akhirnya kita bisa menjadi seorang mahasiswa Perguaruan Tinggi.
Mr. Lala menyebutkan bahwa Classroom Discourse merupakan “situs suci” yang mana didalamnya terdapat “ritual”. Ritual disini merupakan merupakan proses pembelajaran (interaksi) ynag terjadi di dalam kelas. Kita menyadari bahwa di dalam kelas terdapat berbagai macam perbedaan. Hal inilah yang dianggap “Complicated”. Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab sulitnya proses adaptasi (interaksi) di dalam kelas, diantaranya adalah:
Ø  Background
Latar belakang menjadi hal pertama yang menyebabkan sulitnya proses adaptasi di dalam kelas. Kenapa? Kita hidup disebuah negara yang terdapat banyak sekali perbedan. Agama, budaya, bahasa, adat istiadat dan lain-lain. Disamping itu, perbedaan kemampuan intelektual pun menjadi satu faktor yang dirasa “complicated”. Dengan adanya perbedaan latar belakang inilah kita akan belajar memahami, menghormati, dan belajar bertoleransi.
Ø  Communicative strategies
Komunikasi adalah modal utama untuk beradaptasi. Kita tidak akan tahu bagaimana sifat atau watak seorang tanpa adanya komunikasi. Disamping itu,dengan komunikasi kita belajarmenggunakan bahasa yang baik dan ssesuai dengan seseorang yang menjadilawan bicara. Dengan demikian, komunikasi yang baik akan menghasilkan hubungan yang baik pula.


Ø  Meaning-making  pratice.
Tujuan kita datang ke kelas itu harus jelas. Setiap orang (mahasiswa) datang ke dalam kelas menggunakan idelogy yang berbeda-beda, values yang berbeda-beda pula. Valves disini dimasukan pada sipat pribadi mahasiswa itu sendiri, apakah mahasiswa tersebut jujur dan apakah mahasiswa tersebut disiplin. Hal ini akan menjadi tolak ukur seberapa besar tujuan atau harapan mahasiswa yang datang ke kelas.
Dari ketiga hal yang dirasa complicated tersebut akan bermuara pada “interaction”. Bgai mana interaksi yang terjadi di dalam kelas? Apakah sesuai dengan yang diharapkan atau sebaliknya?
            Membahas tentang interaction atau interaksi di dalam kelas, tentu saja kita diharuskan berbicara atau menggunakan bahasa lisan. Dimana kita akan bertatap langsung dan berkomunikasi dengan mahasiswa lain. Hal ini bertujuan untuk menghubungkan atau menyatukan perbedaan yang terdapat di dalam kelas. Disamping itu, interaksi antara pengajar (dosen) dengan anak didik (mahasiswa) seorang guru hal yang sangat penting. Tugas seorang pengajar adalah menyampaikan informasi (materi) kepada anak didiknya. Kemudian, peserta didik akan menyimaknya, setelah itu pengajar akan memberikan tugas yang berhubungan dengan materi yang sudah disampaikan. Disinilah akan terjadi interaksi antara pengajar dan peserta didiknya. Apabila peserta didik dapat memahami dan mengerti apa yang telah disampaikan oleh pengajar, maka interaksi yang diciptakan oleh pengajar tersebut berhasil. Dengan kata lain, interaksi antara pengajar dan peserta didik harus ada timbal balik dan hasilnya adalah values.
            Setelah itu, sebagai peserta didik (mahasiswa) harus mengenal sifat atau watak seorang pengajar (dosen) yang mengajar. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap kita pada saat menghadapi dosen tersebut, dan bagaimana menggunakan bahasa yang sesuai dengan sifat yang dimilikinya.
            Dapat ditarik kesimpulan bahwasannya Classroom Discourse berhubungan erat dengan cara berkomunikasi dan berinteraksi. Adanya timbal balik antar mahasiswa dengan mahasiswa atau mahasiswa dengan dosen menjadi tolak ukur dari hasil ingteraksi yang telah diciptakan di dalamg kelas. Perbincangan yang terdapat di dalam kelas adalah tujuan yang terpenting pada Classroom Discourse.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic