We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Sabtu, 01 Maret 2014

Pasang Surutnya Literasi Bangsa Kita

3rd Class Review
Waktu tak terasa bergulir begitu cepat.  Entah mengapa bagi saya waktu itu bagaikan sebuah misteri, karena jika dinanti terasa lambat namun jika dihiraukan akan terasa begitu cepat.  Seperti halnya kita yang selalu menanti-nanti akan terciptanya suatu bangsa yang memiliki kemampuan dan kesadaran literasi tingkat tinggi.  Tidak mudah untuk mencapai semua itu, karena perlu adanya proses dan perjalanan yang begitu panjang.   Oleh karenanya, dalam proses tersebut akan selalu ada rintangan yang harus dihadapi oleh kita semua termasuk pasang surutnya kesadaran atau kemampuan literasi dikalangan bangsa kita.
Minggu ini merupakan minggu ketiga dimana kami harus mempersiapan endurance (daya tahan tubuh) kami untuk menghadapi tantangan yang diberikan oleh dosen kami pada mata kuliah “Writing 4”.  Tantangan tersebut tidak hanya akan  menguras tenaga kami, tapi juga otak dan pikiran kami.  Walaupun begitu, kami hanya berharap semoga dengan adanya tugas-tugas tersebut dapat memberi motivasi kepada kami untuk melahirkan karya tulis yang lebih baik lagi kedepannya.   
Sedikit mengulas kembali tulisan yang berjudul “Rekayasa Literasi” karangan Prof. A. Chaedar Alwasilah.  Dalam bukunya, beliau mengatakan bahwa literasi merupakan praktik kultural yang berhubungan dengan persoalan sosial politik.  Namun, seiring berkembangnya zaman yang semakin hari semakin pesat, definisi baru mengenai literasi pun lebih bervariasi bahkan mengalami rekayasa literasi.  Yang dimaksud rekayasa literasi disini bukan hanya sekedar kemampuan baca-tulisnya saja, melainkan cara pengajarannya dalam membaca dan menulis.  Jika biasanya siswa mempelajari writing dengan cara guru memberikan teks kemudian siswa membacanya, lalu merespon dan menulis ulang bacaan tersebut ke dalam sebuah tulisan.  Maka lain halnya dengan sekarang, yang harus diperhatikan yaitu bagaimana cara kita mendekati teks tersebut.  Dengan kata lain, rekaya literasi berarti merekayasa cara pengajaran reading dan writing yang mana terdiri dari empat dimensi yaitu linguistik (focus text), kognitif (focus mind), perkembangan (focus growth), dan sosiokultural (focus group).
Melalui tulisan ini, penulis juga berpendapat bahwa secara garis besar, tulisan ini masih membahas seputar permasalahan minat maupun kesadaran literasi di kalangan masyarakat khususnya di kalangan mahasiswa.  Dengan adanya rekayasa literasi yang semakin hari semakin berevolusi, hal ini mungkin bisa menjadi salah satu upaya untuk menjadikan manusia agar lebih berbudaya dan berpendidikan melalui penguasaan literasi atau bahasa secara optimal. 
 Setiap bangsa pasti mengharapkan masyarakatnya memiliki minat dan kesadaran literasi yang tinggi karena, tingkat literasi suatu bangsa ini selalu menjadi topik serta perbincangan yang hangat dan sangat serius di dalam dunia pendidikan.  Namun sayangnya, bangsa kita masih memiliki tingkat literasi yang cukup rendah jika dibandingkan dengan negara lainnya seperti Amerika, India, Jepang, Korea, atau bahkan Malaysia.  Hal ini disebabkan karena kurangnya minat dan kesadaran literasi  di kalangan pelajar maupun gurunya, sehingga tidak sedikit dari mereka yang masih menganggap remeh akan pentingnya membaca dan menulis.  Selain itu, tingkat literasi seseorang tergantung bagaimana cara ia memiliki rasa kecintaan terhadap literasi itu sendiri, yang tadinya mungkin hanya sekedar suka membaca, kemudian hatinya terketuk untuk menulis.  Walaupun kecintaanya terhadap hal itu mengalami pasang surut.
Menurut Michael Barbe, di abad ke-21 standar kelas dunia selalu mengharapkan akan tingginya literasi dari setiap bangsa.  Di abad ini nantinya manusia akan dituntut untuk memiliki literasi yang tinggi.  Artinya, mereka tidak hanya dituntut untuk bisa membaca dan menulis, tetapi juga dituntut untuk bisa berpikir secara kritis serta dapat memahami symbol, angka, tanda, atau pun gambar dan yang paling penting yaitu dapat menonjolkan rasa percaya diri masyarakat terhadap sosial demokratis.
Perlu diingat kembali bahwasanya, literasi itu merupakan suatu kolaborasi atau kesatuan yang terdiri dari beberapa hal yang saling mendukung satu sama lain terutama dalam membaca dan menulis.   Literasi juga tidak akan pernah lepas dari kehidupan kita sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain.  Dengan literasi, kita dapat mengenal yang namanya peduli terhadap sesama, saling menghargai dan menghormati satu sama lain, serta bertoleransi, sehingga dari budaya inilah akan terlahir suatu peradaban yang akan terus berkembang seiring berkembangnya zaman.
Kata Einsten, “Imagination is more important than knowledge.” (Alwasilah : 2012).  Imajinasi itu lebih penting jika dibandingkan dengan pengetahuan.  Maksudnya, seseorang yang tidak memiliki imajinasi, ia tidak akan bisa mengembangkan pengetahuannya, karena pengetahuan itu pada awalnya lahir dari suatu imajinasi.  Begitu pula halnya seseorang yang sedang menulis, jika ia tidak berimajinasi terlebih dahulu, maka ia akan sulit untuk mengembangkan serta mengungkapkan ide-ide yang ada di dalam otaknya ke dalam tulisan yang ia buat.  Jadi, pada dasarnya literasi (baca-tulis) itu dapat dikembangan dengan cara apa saja.
Hyland dalam bukunya berpendapat bahwa menulis adalah sebuah praktek yang didasari oleh ekspetasi (keinginan).  Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa literasi itu juga merupakan segala sesuatu yang kita lakukan, karena berliterasi itu tidak hanya sekedar membaca dan menulis saja, tetapi juga bisa melalui apa saja, baik itu melalui belajar mendengar, membaca walaupun sedikit demi sedikit atau pun menulis apa saja yang ingin kita tulis. Dan yang perlu kita ketahui bahwasanya dengan membaca dan menulis bisa membuat diri kita menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Dari semua pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa literasi itu bukan hanya sekedar membaca dan menulis, melainkan segala sesuatu yang kita lakukan.  Selain itu dalam rekayasa literasi, hal yang harus direkayasa ialah cara atau strategi pengajaran reading maupun writingnya.  Dalam hal ini, rekayasa literasi harus terdiri dari empat dimensi yaitu linguistik (focus text), kognitif (focus mind), perkembangan (focus growth), dan sosiokultural (focus group).  Oleh karena itu untuk menghadapi pasang surutnya minat literasi bangsa kita, harus berawal dari dalam diri kita sendiri agar bisa berusaha untuk menjadi bangsa yang lebih baik lagi ke depannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic